Laporan Praktikum Kimia Farmasi Identifikasi Anion [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA FARMASI SEMESTER GANJIL 2017-2018



IDENTIFIKASI ANION



Hari / Jam Praktikum



: Rabu / 07.00 – 10.00 WIB



Tanggal Praktikum



: 11 Oktober 2017



Kelompok



:3



Asisten



: 1. Luthfi Utami 2. Siti Utami



Alifia Syifa Pebrianti 260110170013



LABORATORIUM ANALISIS FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2017



I.



Tujuan Mengidentifikasi anion dalam larutan dengan menggunakan metode kualitatif.



II.



Prinsip 2.1 Analisis Kualitatif Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam sebuah sampel atau contoh. Pada pokoknya, tujuan analisis



kualitatif



adalah



untuk



memisahkan



dan



mengidentifikasi sejumlah unsur (Underwood, 1986). 2.2 Anion Anion merupakan unsur non logam yang bermuatan negatif. Anion juga dapat berfungsi sebagai logam apabila memiliki minimal satu pasang ion pusat yang disebut bilangan koordinat, ikatan kovalen koordinat (Yamin, 2000).



III.



Reaksi 3.1



Identifikasi ion CH3COOCH3COO- + KHSO4



 CH3COOH + K+ + SO42(Svehla, 1985).



3.2



Identifikasi ion BO331. H2SO4 + Bo33+



H3Bo3 + SO42-



2. H3Bo3 CH3OH



B(OCH3)3 + 3H2O (Svehla, 1985).



3.3



Identifikasi ion SO42- dan CO32a) ion karbonat 1. CO32- + Ba2+ 2. BaCO3 + NO3-



BaCO3



b) ion sulfat 1. SO42- + Ba2+



BaSO4 3-



2. BaSO4 + NO



(Svehla, 1985).



3.4



Identifikasi ion CO3- dan HCO32a. 1. Ca2+ + CO322+



2. Ca + HCO3



CaCO3 -



Ca(HCO3)2



b. 1. 2HCO3- + H2SO4



SO42- + 2Co3



2. CO3 + Ca(OH)2



CaCO3 + H2O (Svehla, 1985).



3.5



Identifikasi ion SO3- dan SO421. SO32- + Ba2+



BaSO4



2. SO32- + 2H+



H2SO3



3. SO42- + Ba2 +



BaSO4



4. SO42- + 2H+



H2SO4 (Svehla, 1985).



3.6



Identifikasi ion S2a) S2- + Pb(NO3)2 b) S2- + 2HCl S2- + H2SO4 S2- + 2HNO3



PbS



+ 2NO3+



H2S + 2ClH2S + SO42H2S + 2NO3(Svehla, 1985).



3.7



Identifikasi S2O32S2O32- + 2H+ → S↓+ SO2 ↑+ H2O 2S2O32- + Fe3+ → [Fe (S2O3)2][Fe (S2O3)2]- + Fe3+ → 2Fe2+ + S4O622S2O3- + 2Fe3+ → S4O62- + 2Fe2+ (Svehla, 1985).



3.8



Identifikasi ion SCN(a) SCN- + HNO3 → HSCN + NO3HSCN + AgNO3 → AgSCN + HNO3 (b) SCN- + HNO3 → HSCN + NO33HSCN + FeCl3 → Fe(SCN)3 + 3HCl (Svehla, 1985)



3.9



Identifikasi ion CrO42CrO42- + Ag+



Ag2CrO4



Ag2CrO4 + 2Cl-



2AgCl + CrO42-



2Ag2CrO4 + 2H+



4Ag+ + Cr2O72- + H2O 2[Ag(NH3)2]+ + CrO42-



Ag2CrO4 + 4NH8



K2CrO4 + Pb[(C2H2O2)2]



PbCrO4 + 2KC2H3O2



PbCrO4 + 4NaOH



Na2(PbO2) + Na2CrO4 + 2H2O



2PbCrO4 + 2HNO3



Pb(NO3)2 + PbCrO7 + H2O



3.10 Identifikasi ion Cl-, Br-, IPercobaan a Cl- + Ag+



AgCl



AgC l + 2NH3



[Ag(NH2)2]+ + Cl-



[Ag(NH3)2]+ + Cl- + 2H+



AgCl + 2NH4+



Br- + Ag+



AgBr



AgBr+2NH3



[Ag(NH3)2]+ + Br-



AgBr+2CN-



[Ag(CN)2]- + Br-



AgBr + 2S2O32I- + Ag+ AgI + 2CN



[Ag(S2O3)2]3- + BrAgI



-



AgI + 2S2O32-



[Ag(CN)2]- + I[Ag(S2O3)2]3- + I(Svehla, 1985).



Percobaan b Ion klorida 2Cl- + 2H2SO4 + MnO2 → Cl2↑ + Mn2+ + 2SO42- + 2H2O Ion bromida



2KBr + 2H2SO4 + MnO2 → Br2↑ + Mn2+ + 2K+ + 2SO42+ 2H2O Ion iodida 2I- + 2H2SO4 + MnO2 → I2↑ + Mn2+ + 2SO42- + 2H2O (Svehla, 1985).



Percobaan c Klorida dengan H2SO4 Cl- + H2SO4 → HCl↑ + HSO4Bromida dengan H2SO4 KBr + H2SO4 → HBr + HSO4- + K+ 2KBr + H2SO4 → Br2↑ + SO2↑ + SO42- + 2K+ + 2H2O (Svehla, 1985). 3.11 Identifikasi ion NO2- dan NO3Fe2+ + SO42- + NO



[FeNO]SO4



2NO3- + 4H2SO4 + 6Fe2+



6Fe2+ + NO + 4SO42- +



4H2O Fe2+ + NO



[FeNO]2+



NO2- + CH3COOH 3HNO2



HNO2 + CH3COO-



H2O + HNO3 + 2NO N2S + H+ + SCN



(NH2)3 + HNO2



(Svehla, 1985). 3.12 Identifikasi ion C2O42C2O42- + H2SO4



H2C2O4 + SO42-



H2C2O4 + 2KMnO4 C2O42- + CaCl2



2CO2 + K2O + 2MnO3+ H2O 2CCl + CaO42(Svehla, 1985).



3.13 Identifikasi ion CrO42- dan CrO72CrO42- + BaCl2



BaCrO4 + 2Cl-



BaCrO4 + CH3COOH



tidak larut



2CrO42- + 2H+



CrO42- + H2O (Svehla, 1985).



IV.



Teori Dasar Ilmu kimia analitik adalah ilmu yang mendasari pemisahanpemisahan dari analisa suatu bahan. Analisa bertujuan untuk menentukan susunan bahan baik secara kuantitatif, kualitatif maupun struktur. Susunan kualitatif merupakan komponen-komponen bahan yang menyatakan berapa banyak penyusun setiap komponen tersebut (Sarjono, 1988). Dalam kimia analisis kualitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion (kation atau anion) tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan spesifik. Pereaksi tersebut yaitu pereaksi yang memberikan reaksi tertentu untuk beberapa jenis kation atau anion. Sedangkan, pereaksi spesifik adalah pereaksi yang memberikan reaksi tertentu satu jenis kation atau anion (Rifai, 1994). Metode untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik seperti pada metode untuk mendeteksi kation. Sampai saat ini, belum pernah ditemukan ataupun dikemukakan suatu skema yang benar-benar memuaskan, yang memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum ke dalam golongan utama, dan masing-masing golongan menjadi anggota golongan tersebut yang berdiri sendiri (Svehla, 1985). Proses yang melibatkan identifikasi produk-produk yang mudah menguap yang diperoleh pada pengolahan dengan asam-asam dibagi ke dalam sub kelas: 1.



Gas-gas yang dilepaskan dengan asam klorida atau asam sulfat encer;



2.



Gas atau uap yang dilepaskan dengan asam klorida encer;



Sedangkan, proses yang bergantung pada reaksi-reaksi dalam larutan dibagi dua sebagai berikut: 1.



Reaksi pengendapan;



2.



Oksidasi-reduksi larutan.



Penentuan anion tidak harus dilarutkan terlebih dahulu ke dalam air atau asam klorida. Perlakuan anion berlaku untuk dua bagian. Untuk penentuan ini CO3- dan HCO3- dan untuk penentuan anionanion yang lain (Schank, 1990). Ion sulfat yang bersifat larut yang merupakan bentuk oksidasi utama sulfur adalah salah satu anion utama di perairan yang menempati urutan kedua setelah bikarbonat (Rizkiyah, 2013). Untuk penentuan anion-anion yang lain, bahan atau sampel diberi larutan Na2CO3 lalu dimasak. Bila terjadi endapan, campuran ini digunakan lalu disaring dan dicuci filtrat yang digunakan. Untuk setiap anion diambil sebagian dari cairan tersebut dan dilakukan reaksi-reaksi yang membedakan antara dicuci atau tidak (Schank, 1990). Anion juga pada dasarnya adalah penyerap sisa garam fosfat (Hidayati dkk, 2012). Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik, anion diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan. Reagen golongan yang dipakai pada umumnya AgNO3, Ba(NO3)2, dan HNO4. Prinsipnya adalah terbentuknya endapan atau tidak (Harjadi, 1986). Untuk penentuan CO3- dan HCO3- bahan ditambahkan HCl encer dan jikalau perlu disertai dengan proses pemanasan. Akan terjadi penguraian H2CO3 karena pemanasan tersebut lalu dihasilkan gas CO2. Selanjutnya, pengujian CO2 itu mudah. Keseluruhan pengujian ini spesifik untuk ion CO3- dan HCO3- tetapi tidak menetapkan apa yang benar terjadi dan apa yang ada (Anwar, 1981). Cara lain yang digunakan untuk analisa campuran adalah dengan mengunakan



reaksi-reaksi



selektif.



Tujuan



pokoknya



adalah



memisahkan segolongan kation dari yang lain. Misalnya bila suatu pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sisanya tetap larut, maka setelah endapan disaring, terdapatlah dua kelompok campuran yang isinya masing-masing terpisah satu sama sebelumnya. Dengan cara tersebut, akhirnya kation dapat terpisah satu sama lain.



Reaksi-reaksi di sini menyebabkan terjadinya zat-zat satu yang berbeda dari semula dan dikenali perbedaan sifatnya (Harjadi, 1990). Sehingga, pada umumnya anion digolongkan menjadi : 1. Anion grup 1 (Volatile) Pereaksi : H2SO4 Member : CO32- , S2- , SO32- ,dll. (Schank, 1990). 2. Anion grup 2 (Barium) Pereaksi : Ba(NO3)2 dan Ca(NO3)2 Member : SO42- , CrO42- , PO4, dll. (Schank, 1990). 3. Anion grup 3 (Silver) Pereaksi : AgNO3 suasana asam Member : I- , SCN- , Br- ,dll. (Schank, 1990). 4. Anion grup 4 (Soluble) Pereaksi : tidak ada pereaksi khusus Member : NO3- dan C2H3O2- (Schank, 1990).



V.



Alat dan Bahan 5.1 Alat a. Kaca objek b. Kawat Ni-Cr c. Lakmus d. Pelat tetes e. Penjepit kayu f. Pereaksi g. Rak tabung reaksi h. Spatula i. Tabung reaksi 5.2 Bahan a. Asetat b. BO3c. Brd. C2O4-



e. Clf. CO32g. CrO42h. Ii. NO2j. PO43k. S2O32l. S2m. SCNn. SO32o. SO425.3 Gambar Alat a. Kaca Objek



h. Plat tetes



b. Kawat Ni-Cr



i. Rak tabung reaksi



c. Penjepit kayu



j. Spatula



d. Pereaksi



k. Tabung reaksi



VI.



Prosedur 6.1



Identifikasi ion CH3COOKedalam mortir porselen dimasukkan larutan ion asetat, lalu ditambahkan KHSO4 padat, digerus dan dicium bau yang timbul.



6.2



Identifikasi ion BO33Kedalam cawan porselen dimasukkan ion borat, lalu ditambahkan beberapa tetes asam sulfat dan beberapa tetes metanol (CH3OH), dibakar dan diamati warna nyala yang terjadi.



6.3



Identifikasi ion CO32- dan HCO3a. Untuk membedakan ion karbonat dan bikarbonat, disediakan 2 tabung reaksi. Tabung 1 diisi dengan larutan ion CO32-, dan tabung 2 diisi dengan larutan Larutan ion HCO3-. Kedalam tiap tabung ditambahkan larutan Ca(OH)2 atau Ba(OH)2 lalu diamati perubahan yang terjadi. Dipanaskan dan diamati perubahan yang terjadi. b. Disediakan percobaan



2



tabung



reaksi,



diisi



seperti



pada



a. Ke dalam tiap tabung ditambahkan 1ml



H2SO4 4M, lalu dipanaskan. Gas yang terjadi dialirkan ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan Ca(OH)2



atau larutan Ba(OH)2. Lalu dimati perubahan yang terjadi pada tabung yang berisi Ca(OH)2. 6.4



Identifikasi ion SO42- dan CO32Disediakan 2 tabung reaksi. Tabung 1 diisi larutan ion sulfat dan tabung 2 diisi larutan ion karbonat. Kedalam tiap tabung ditambahkan larutan BaCl2, diamati perubahan yang terjadi. Lalu ditambahkan kedalamnya HNO3



encer dan diamati



perubahan yang terjadi.



6.5



Identifikasi ion SO3- dan SO42a. Untuk membedakan ion sulfit dan sulfat, disediakan 2 tabung reaksi. Tabung 1 diisi larutan ion sulfit dan tabung 2 diisi larutan ion sulfat. Ditambahkan larutan BaCl2 ledalam tiap tabung, perubahan yang lalu ditambahkan pula



terjadi diamati,



HNO3 encer dan diamati



perubahan yang terjadi. b. Masing-masing larutan sulfit dan sulfat ditotolkan pada



kertas K2Cr2O7 – H2SO4 encer, diamati



perubahan warna pada kertas.



6.6



Identifikasi ion S2a. Kedalam tabung reaksi berisi larutan ion sulfida, ditambahkan larutan Pb(NO3)2 lalu diamati perubahan yang terjadi. b. Kedalam tabung reaksi berisi larutan ion sulfida, ditambahkan asam kuat (HCl/H2SO4 atau HNO3) encer. Lalu dicium bau yang timbul.



6.7



Identifikasi S2O3 a. Kedalam tabung yang berisi larutan ion tiosulfat, d i tambahkan HCl 4M dan diamati perubahan yang terjadi. b. Kedalam tabung yang berisi larutan ion tiosulfat ditambahkan perubahan



larutan yang



iodium/FeCl3



terjadi.



dan



diamati



Didiamkan lalu diamati



perubahan yang terjadi.



6.8



Identifikasi ion SCNDisediakan 2 tabung reaksi lalu diisi dengan larutan ion SCN-. Tabung 1 ditambah HNO3 2M dan larutan AgNO3. Tabung 2 ditambah HNO3 2M dan larutan FeCl3. Lalu dimati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung.



6.9



Identifikasi ion CrO42a. Tiga lubang pada pelat tetes diisi masing-masing dengan 2 tetes larutan kromat dan 1 tetes AgNO3. Diamati perubahan yang terjadi. Pada lubang pertama, ditambahkan



1



tetes



HCl



4M.



Lalu perubahan



yang terjadi diamati. Pada lubang kedua, ditambahkan 1 tetes asam HNO3 2M. Diamati perubahan yang terjadi. Pada lubang ketiga, ditambahkan 1-2 tetes larutan NH4OH 4M lalu perubahan yang terjadi diamati. b. Pada pelat tetes, isi tiga lubang masing-masing dengan 2 tetes larutan kromat dan 1 tetes larutan timbal asetat. Dimati perubahan yang terjadi. Pada lubang



kedua,



tambahkan 1 tetes asam HNO3 2M. Diamati perubahan yang terjadi. Pada lubang ketiga, tambahkan 3 tetes larutan NaOH 2M. Diamati perubahan yang terjadi.



6.10 Identifikasi ion Cl-, Br-, Ia. Disediakan 3 tabung reaksi.



Tabung 1 diisi larutan



ion klorida, tabung 2 diisi larutan ion bromida, dan tabung 3 diisi larutan ion iodida. Ke dalam tiap tabung ditambahkan HNO3 encer dan 2 tetes larutan AgNO3, lalu diamati perubahan yang terjadi. Setelah itu, ditambahkan larutan amonia berlebih dan diamati perubahan yang terjadi. b. Disediakan



3



tabung



reaksi,



masing-masing



diisi



dengan larutan seperti pada percobaan a. Ke dalam tiap tabung ditambahkan



larutan



H2SO4



encer



dan



beberapa tetes larutan KMnO4, dikocok, kemudian ditambahkan larutan amilum dan diamati perubahan yang terjadi. c. Disediakan



3



tabung



reaksi,



masing-masing



diisi



dengan larutan seperti pada percobaan a. Ditambahkan ke dalamnya H2SO4 encer, 1 mL CHCl3 atau CCl4 , dan beberapa tetes larutan KMnO4 , dikocok lalu diamati warna dari lapisan CHCl3 atau CCl4 . 6.11 Identifikasi ion NO2+ dan NO3a. Disediakan 2 tabung reaksi, tabung 1 diisi dengan larutan ion nitrit dan tabung 2 diisi dengan larutan ion nitrat. Ke dalam tiap tabung ditambahkan H2SO4 4M, dan FeSO4 padat lau dikocok dan diamati perubahan yang



terjadi.



Melalui



dinding



tabung ditambahkan



perlahan-lahan 1 ml H2SO4 peka dan amati perubahan yang terjadi. b. Ke dalam tabung reaksi berisi larutan ion nitrit, ditambahkan asam asetat encer dan larutan thioureum 10%, lalu didiamkan selama 5 menit dan diamati



perubahan yang terjadi. Ditambahkan juga HCl encer dan larutan FeCl3, lalu diamati perubahan yang terjadi. 6.12 Identifikasi ion C2O42a. Ke dalam tabung reaksi berisi larutan sampel (ion oksalat) ditambahkan 10 tetes H2SO4 4 M, kocok. Kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan KMnO4 0,002 M sampai warna larutan KMnO4 hilang. b. Ke



dalam



(ion



tabung



reaksi



berisi



larutan



sampel



oksalat) ditambahkan 2 tetes larutan CaCl2.



Jika reaksi (+) maka akan terbentuk endapan kristalin yang dapat dilihat di bawah mikroskop. 6.13 Identifikasi ion CrO42- dan CrO72a. Warna kedua ion tersebut dilihat. b. Ke dalam dua tabung reaksi yang berisi masing-masing larutan ion, ditambahkan larutan BaCl2, lalu diamati endapan yang terjadi. Kemudian masing-masing tabung ditambahkan asam asetat dan diamati perubahan yang terjadi. Kemudian masing-masing tabung ditambahkan asam nitrat encer dan perubahan yang terjadi diamati.



VII.



Data Pengamatan 7.1



Identifikasi ion CH3COONo Perlakuan 1.



Kedalam mortir porselen dimasukkan larutan ion asetat



Hasil



2.



KHSO4 padat tidak tersedia



Ditambahkan KHSO4 padat



3.



Digerus dan dicium bau yang timbul



4.



Asam asetat dan Pb Asetat dibakar



5.



Dicium bau



Timbul bau cuka



yang timbul



7.2



Identifikasi ion BO33No Perlakuan 1.



Hasil



Kedalam cawan porselen dimasukkan ion borat



2.



Ditambahkan Ion borat, H2SO4 dan methanol beberapa



bercampur. Tidak terjadi perubahan



tetes asam



apapun



sulfat dan beberapa tetes metanol (CH3OH) 3.



Dibakar dan



Terbentuk



diamati



warna nyala



warna nyala



api hijau



yang terjadi



7.3 Identifikasi ion CO32No 1.



Perlakuan



Hasil



Larutan yang Larutan yang berisi ion karbonat berisi



ion membentuk gelembung gas dengan



CO32-



H2SO4.



dimasukan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan beberapa tetes H2SO4. 2.



Larutan yang Larutan berisi



yang



berisi



karbonat



ion membentuk endapan putih ketika



CO32-



ditambah BaNO3.



dimasukan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan larutan barium nitrat kemudian dipanaskan.



Dan terbentung gelembung gas ketika dipanaskan.



7.4



Identifikasi ion CO3- dan HCO32No 1.



Perlakuan



Hasil



Larutan yang Larutan



ion



berisi



ketika



ion bening,



CO32-



karbonat



berwarna



ditambah



BaCl2



terbentuk endapan putih.



kedalam tabung reaksi setelah



itu



dilakukan penambahan BaCl2 (Sebelum)



kedalam tabung. Setelah



itu



dilakukan penambahan larutan HNO3 encer



pada (Sesudah)



tabung, amati yang terjadi.



Ketika



ditambah



HNO3



encer



endapan menjadi larut dan terbentuk gelembung gas.



2.



Larutan yang Larutan ion sulfat berwarna bening, berisi



ion ketika ditambah BaCl2 terbentuk



SO42-



endapan putih.



kedalam tabung reaksi setelah



itu



dilakukan penambahan BaCl2 (Sebelum)



kedalam tabung. Setelah



itu



dilakukan penambahan larutan HNO3 encer



pada (Sesudah)



tabung, amati yang terjadi.



Ketika



ditambah



HNO3



endapan tidak berubah.



encer



7.5



Identifikasi ion SO3- dan SO42No Perlakuan



Hasil



Percobaan a 1.



Disediakan 2 tabung reaksi



2.



Tabung 1 diisi larutan ion sulfit dan tabung 2 diisi larutan ion sulfat



3.



Ditambahkan



Tabung 1:



larutan BaCl2



Terbentuk



ke dalam tiap



endapan



tabung



putih di dasar tabung Tabung 2: Terbentuk endapan putih di dasar tabung



4.



Perubahan yang terjadi diamati



5.



Ditambahkan



Tabung 1:



pula HNO3



tetap



encer



mengendap dan terlihat warna bening di atas endapan Tabung 2: tidak terjadi



perubahan 6.



Diamati perubahan yang terjadi



Percobaan b 1.



2.



Masing-masing



SO32- :



larutan sulfit



menjadi



dan sulfat



warna hijau



ditotolkan pada



SO42- :



kertas K2Cr2O7



menjadi



– H2SO4 encer



warna orange



Diamati perubahan warna pada kertas



7.6



Identifikasi ion S2No Perlakuan



Hasil



Percobaan a 1.



Kedalam tabung



Tidak dilakukan dikarenakan



reaksi berisi



sulfida menghasilkan gas



larutan ion



yang dinilai berbahaya



sulfida, ditambahkan larutan Pb(NO3)2 2.



Diamati perubahan yang terjadi



Percobaan b 1.



Kedalam tabung



Tidak dilakukan dikarenakan



reaksi berisi



sulfida menghasilkan gas



larutan ion sulfida,



yang dinilai berbahaya



ditambahkan asam kuat (HCl/H2SO4 atau HNO3) encer 2.



Dicium bau yang timbul



7.7



Identifikasi S2O32No Perlakuan



Hasil



Percobaan a 1.



Kedalam tabung yang berisi larutan ion tiosulfat



2.



D i tambahkan HCl



Larutan



4M



menjadi keruh dan terdapat endapan putih dalam larutan kuning pucat



3.



Diamati perubahan yang terjadi



Percobaan b 1.



Kedalam tabung



Warna larutan



yang berisi larutan



berubah



ion tiosulfat



menjadi warna



ditambahkan



kuning



larutan



lembayung



iodium/FeCl3 2.



Diamati perubahan



yang



Terjadi 3.



Didiamkan lalu diamati perubahan yang terjadi



7.8



Identifikasi ion SCNNo Perlakuan 1.



Hasil



Disediakan 2 tabung reaksi lalu diisi dengan larutan ion SCN-



2.



Tabung 1



Tabung 1



ditambah HNO3



+ HNO3 :



2M dan larutan



tetap bening



AgNO3



+AgNO3 : menjadi pink Tabung 2 + HNO3 : tetap bening +AgNO3 : menjadi merah darah



3.



Tabung 2



Tabung 1:



ditambah HNO3



Menjadi



2M dan larutan



jingga



FeCl3



Tabung 2: Tetap merah darah



4.



Diamati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung



7.9



Identifikasi ion CrO42No Perlakuan



Hasil



Percobaan a 1.



Tiga lubang pada pelat tetes diisi masingmasing dengan 2 tetes larutan kromat dan 1 tetes AgNO3



2.



Diamati perubahan yang terjadi



3.



Pada lubang



Berubah



pertama,



menjadi



ditambahkan 1



warna



tetes HCl 4M



oranye



4.



Diamati perubahan yang terjadi



5.



Pada lubang



Berubah



kedua,



menjadi



ditambahkan 1



warna



tetes asam



oranye



HNO3 2M



6.



Diamati perubahan yang terjadi



7.



Pada lubang



Berubah



ketiga,



menjadi



ditambahkan 1-



warna



2 tetes larutan



kuning



NH4OH 4M 8.



Diamati perubahan yang terjadi



Percobaan b 1.



Pada pelat tetes, d i i isi tiga lubang masing-masing dengan 2 tetes larutan kromat dan 1 tetes larutan timbal asetat



2.



Diamati perubahan yang terjadi



3.



Pada lubang



Terbentuk



kedua,



endapan



tambahkan 1



warna



tetes asam



kuning



HNO3 2M 4.



Diamati perubahan yang terjadi



5.



Pada lubang



Tidak



ketiga,



tersedia



tambahkan 3



NaOH di



tetes larutan



laboratorium



NaOH 2M 6.



Diamati perubahan yang terjadi



7.10 Identifikasi ion Cl-, Br-, INo Perlakuan Percobaan a 1.



Disediakan 3 tabung reaksi



2.



Tabung 1 diisi larutan ion klorida, tabung 2 diisi larutan ion bromida, dan tabung 3 diisi



Hasil



larutan ion iodida 3.



Ke dalam tiap



Tidak



tabung



terjadi



ditambahkan



perubahan



HNO3 encer dan



warna



2 tetes larutan AgNO3 4.



Diamati perubahan yang terjadi



5.



Ditambahkan larutan amonia berlebih



6.



Ditambahkan



Tabung 1:



larutan amonia



Tidak



berlebih



terjadi perubahan Tabung 2: Putih kekuninga n Tabung 3: Merah kecoklata n



Percobaan b 1.



Disediakan 3 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan larutan seperti



pada percobaan a 2.



Ke dalam tiap



+H2SO4



tabung



Tabung 1:



ditambahkan



putih



larutan H2SO4



Tabung 2:



encer dan



putih



beberapa tetes



keruh



larutan KMnO4



Tabung 3: coklat kemeraha n



+KmnO4 Tabung 1: ungu Tabung 2: kuning Tabung 3: hitam 3.



Dikocok,



Tidak



kemudian



tersedia



ditambahkan



amilum



larutan amilum 4.



Diamati perubahan yang terjadi



Percobaan c 1.



Disediakan 3 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan



larutan seperti pada percobaan a 2.



Ditambahkan ke



+H2SO4



dalamnya H2SO4



Tabung 1:



encer, 1 mL



sangat



CHCl3 atau CCl4



putih



dan beberapa tetes Tabung 2: putih larutan KMnO4 keruh Tabung 3: coklat kemeraha n



+KmnO4 Tabung 1: ungu Tabung 2: kuning Tabung 3: coklat 3.



Dikocok lalu diamati warna dari lapisan CHCl3 atau CCl4



7.11 Identifikasi ion NO2- dan NO3No Perlakuan Percobaan a 1.



Disediakan 2 tabung reaksi,



Hasil



tabung 1 diisi dengan larutan ion nitrit dan tabung 2 diisi dengan larutan ion nitrat 2.



Ke dalam tiap



FeSO4 tidak tersedia sehingga



tabung



diganti dengan FeCl3



ditambahkan H2SO4 4M, dan FeSO4 padat lau dikocok 3.



Diamati



Tabung 1:



perubahan yang



warna



terjadi



kuning pekat Tabung 1 Tabung 2: warna kuning dan gelembung gas



Tabung 2 (Gelembung gas tidak terlihat)



4.



Melalui dinding



Tabung 1:



tabung



tidak



ditambahkan



terbentuk



perlahan-lahan 1



cincin



ml H2SO4



coklat



pekat



Tabung 2: terbentuk



Tabung 1



cincin putih dan larutan berwarna sedikit kecoklatan 5.



Tabung 2



Diamati perubahan yang terjadi



Percobaan b 1.



Ke dalam tabung



Larutan thioureum 10% tidak



reaksi berisi



tersedia di laboratorium



larutan ion nitrit, ditambahkan asam asetat encer dan larutan thioureum 10% 2.



Didiamkan selama 5 menit dan diamati perubahan yang terjadi



3.



Ditambahkan juga HCl encer dan larutan FeCl3



4.



diamati perubahan yang terjadi



7.12 Identifikasi ion C2O42No Perlakuan



Hasil



Percobaan a 1.



Ke dalam



Warna



tabung reaksi



larutan tetap



berisi larutan



bening



sampel (ion oksalat) ditambahkan 10 tetes H2SO4 4 M 2.



Dikocok



3.



Ditambahkan



Semula



beberapa tetes



warna ungu



larutan KMnO4



kemudian



0,002 M sampai



menjadi



warna larutan



bening



KMnO4 hilang



kembali



Sebelum



Setelah Percobaan b 1.



Ke dalam tabung reaksi berisi larutan sampel (ion oksalat) ditambahkan 2 tetes larutan CaCl2



2.



Diamati bentuk endapan kristalin yang dapat dilihat di bawah mikroskop



7.13 Identifikasi ion Permanganat No



Perlakuan



1.



Sampel



Hasil Sampel



dilarutkan dalam tersedia air.



dalam bentuk larutan yang berwarna ungu



2.



Ditambahkan



Tidak terjadi



dua tetes asam



perubahan



sulfat pekat dan



(warna tetap



dua tetes larutan



ungu)



H2O2 ke dalam tabung reaksi berisi ion permanganat.



3.



Perubahan yang



Larutan



terjadi diamati.



menjadi warna bening dan terdapat gelembung.



7.14 Identifikasi ion CrO42- dan CrO72No Perlakuan



Hasil



Percobaan a 1.



Warna kedua



Kromat:



ion diamati



warna kuning Bikromat: warna oranye



Kromat



Bikromat Percobaan b 1.



Ke dalam dua



Tabung 1:



tabung reaksi



kuning



yang berisi



keruh



masing-masing



Tabung 2:



larutan ion,



Terbentuk



ditambahkan



sedikit



larutan BaCl2



endapan



Tabung 1



putih



Tabung 2 2.



Diamati endapan yang



terjadi 3.



Masing-



Tabung 1:



masing tabung



tidak ada



ditambahkan



perubahan



asam asetat



warna



dan diamati



Tabung 2:



perubahan



tidak ada



yang terjadi



perubahan warna



4.



Masing-



Tabung 1:



masing tabung



warna



ditambahkan



oranye



asam nitrat



Tabung 2:



encer dan



tidak



perubahan



mengalami



yang terjadi



perubahan



diamati



VIII. Pembahasan 8.1



Identifikasi ion CH3COOIdentifikasi ion asetat dilakukan dengan menggunakan uji organoleptis yaitu dengan mencium bau gas yang dihasilkan dari proses pembakaran. Bau gas dihasilkan dari pemanasan larutan sampel adalah bau khas dari ion asetat yaitu bau cuka.



8.2



Identifikasi ion BO33Identifikasi ion borat dilakukan dengan flame test atau uji nyala api. Warnya nyala yang dihasilkan adalah hijau hal ini disebabkan oleh pembentukan metil borat B(OCH3)3 hasil campuran borat dengan asam sulfat pekat dan metanol, alkohol akan terbakar dengan nyala yang pinggirannya hijau.



8.3



Identifikasi ion CO3- dan HCO32Larutan yang berisi ion karbonat akan menghasilkan gelembung gas jika ditambahkan dengan H2SO4. Hal tersebut terjadi menurut persamaan reaksi CO32- + 2H+ → CO2↑ + H2O



dalam



persamaan



tersebut



terlihat



bahwa



gelembung gas yang dihasilkan merupakan gelembung gas CO2. Larutan yang berisi ion karbonat membentuk endapan putih ketika ditambah Ba(NO3)2, endapan tersebut merupakan senyawa BaCO3 berdasarkan reaksi CO32- + Ba(OH)2 → BaCO3↓ + H2O (Svehla, 1985). 8.4



Identifikasi ion SO42- dan CO32Larutan CO32- dan SO42- berwarna bening pada awalnya, setelah ditambahkan BaCl2 maka akan dihasilkan endapan putih dalam kedua tabung, endapan tersebut merupakan senyawa BaCO3 dan BaSO4. BaCO3 adalah senyawa yang larut dalam asam mineral dan asam karbonat, sedangkan BaSO4 adalah senyawa yang tidak larut dalam asam klorida encer panas dan asam nitrat encer, tetapi larut sedang-sedang saja dalam asam klorida pekat yang mendidih. BaCO3 akan larut dengan HNO3 dan membentuk gelembung gas CO2 sesuai dengan persamaan reaksi : BaCO3 + H+ → Ba2+ + CO2↑ +H2O. Sementara itu, endapan BaSO4 tidak larut dalam HNO3 menurut persamaan reaksi BaSO4 + 2HNO3 → Ba(NO3)2 + H2SO4. Produk yang berupa senyawa Ba(NO3)2 merupakan endapan berwarna putih yang akan larut jika ditambahkan air (Svehla,1985).



8.5



Identifikasi ion SO3- dan SO42Pada saat melakukan identifikasi ion sulfat, digunakan senyawa alumunium sulfat dan untuk mengidentifikasi ion sulfit



digunakan



senyawa



sodium



sulfit.



Tujuan



ditambahkannya BaCl2 adalah untuk menguji terbentuknya endapan putih atau tidak. Karena menurut literatur jika sulfat dan sulfit ditambahkan BaCl2 maka akan terbentuk endapan putih. Pada ion sulfit ketika ditambahkan dengan kalium dikromat dan asam sulfat maka warna larutannya akan berubah menjadi warna hijau. Hal ini terjadi karena terjadi karena pembentukan ion-ion kromium(III).



8.6



Identifikasi ion S2Identifikasi sulfida tidak dilakukan karena gas sulfida dinilai berbahaya. Gas sulfida juga sering disebut gas busuk sebab baunya seperti telur busuk. Gas sulfida tidak memiliki warna, termasuk gas racun dan bisa meledak, dan hasil dekomposisi dari senyawa belerang.



8.7



Identifikasi S2O32Identifikasi



untuk



ion



tiosulfat



adalah



dengan



ditambahkannya asam klorida, dari hasil penambahan tersebut akan dihasilkan warna larutan yang keruh dan terdapat endapan putih karena terdapat pemisahan belerang dan pada larutan terdapat asam sulfit. Pada percobaan ini ditambahkan pula larutan besi (III) klorida, dihasilkan warna larutan



lembayung tua



karena



terbentuknya



senyawa



kompleks ditiosulfatobesi (III).



8.8



Identifikasi ion SCNIdentifikasi



untuk



ion



tiosianat



adalah



dengan



ditambahkannya HNO₃ 2M ke dalam tabung reaksi, dari hasil penambahan tersebut tidak ada perubahan yang terjadi pada larutan. Larutan tetap berwarna bening tetapi ketika ditambahkan larutan AgNO₃ larutan berubah warna menjadi warna pink. Lalu, ketika ditambahkan FeCl₃ larutan berubah



menjadi merah darah yang ditimbulkan karena terbentuknya suatu kompleks.



8.9



Identifikasi ion CrO42Identifikasi ion kromat adalah dengan ditambahkannya asam klorida, penambahan ini menghasilkan warna oranye. Lalu ditambahkan pula asam nitrat yang masih menghasilkan warna oranye dan saat ditambahkan dengan ammonium hidroksida dihasilkan warna larutan yang berubah warnanya menjadi kuning. Ketika ditambahkan dengan timbal asetat akan dihasilkan endapan kuning yang tidak larut dalam asam asetat. Saat lubang kedua ditambahkan dengan asam nitrat menjadi warna larutan dan endapan.



8.10 Identifikasi ion Cl-, Br-, IIdentifikasi golongan halogen dilakukan dengan tiga perlakuan yang berbeda untuk setiap ion halogen, pada ion Cl- digantikan dengan larutan BaCl2 kemudian ditambahkan HNO3 encer dan 3 tetes AgNO3, namun tidak menyebabkan terjadinya perubahan pada larutan BaCl2, tetapi menurut literatur



seharusnya



ketika



ion



dan



larutan



tersebut



direaksikan akan terbentuk endapan putih, hal ini disebabkan karena HNO3 termasuk oksidator kuat dan asam kuat, lalu larutan tersebut ditambahkan dengan ammonia berlebih namun tidak terjadi perubahan. Saat amonium direaksikan dengan klorin tidak akan dihasilkan amonium klorida dan jika direaksikan dengan klorin berlebih akan menghasilkan nitrogen triklorida. Pada ion Br- yang pada percobaan ini digunakan sampel larutan kalium bromida, larutan tersebut ditambahkan HNO3 encer dan 3 tetes AgNO3, hasilnya adalah tetap atau tidak terjadi perubahan warna pada larutan tersebut. Tetapi



menurut



literatur,



ketika



larutan



tersebut



direaksikan



seharusnya akan terbentuk endapan kuning AgBr, hal ini dikarenakan saat dititrasi menggunakan AgNO3, larutan makin lama makin mengental akibat terbentuknya koloid. Koloid ini terbentuk karena reaksi antara ion Br- dalam sampel dengan Ag+. Ketika direaksikan dengan ammonia terjadi perubahan warna menjadi putih kekuningan. Reaksi amonia dengan bromin akan menghasilkan amonium bromida dan gas nitrogen. Pada percobaan ion I-, karena ketidaktersedian bahan di laboratorium maka ion tersebut digantikan dengan larutan KI3. Larutan tersebut ditambahkan HNO3 encer dan 3 tetes AgNO3. Setelah direaksikan, didapatkan hasil yaitu tidak terjadi perubahan warna pada larutan tersebut. Tetapi menurut literatur, ketika larutan tersebut direaksikan maka seharusnya akan terbentuk endapan kuning AgI, hal ini dikarenakan saat dititrasi menggunakan AgNO3, larutan makin lama makin mengental akibat terbentuknya koloid. Koloid ini terbentuk karena reaksi antara ion I- dalam sampel dengan Ag+. Ketika direaksikan dengan ammonia terjadi perubahan warna menjadi merah kecoklatan. Perlakuan kedua, untuk ion Cl- larutan yang digunakan adalah larutan BaCl2 ,kemudian ditambahkan H2SO4 encer, belum terjadi perubahan warna yang signifikan , hal ini terjadi karena H2SO4 tidak bereaksi secara warna. Kemudian, ditambahkan beberapa tetes KMnO4 dan terbentuk larutan bewarna ungu, hal ini terjadi karena KMnO4 merupakan oksidator sehingga mereduksi larutan tersebut. Setelah itu ditambahkan amilum pada larutan yang bertujuan sebagai indikator yang dapat mengidentifikasi



keberadaan ion Cl- pada larutan melalui perubahan warna yang terjadi, namun pada percobaan kali ini amilum tidak tersedia dilaboratorium akibatnya tidak bisa ditentukannya keberadaan ion Cl-. Namun menurut literatur apabila larutan ditambahkan amilum akan menghasilkan warna ungu pekat. Untuk ion Br- larutan yang digunakan adalah larutan kalium bromida, kemudian ditambahkan H2SO4 encer, dan berwarna putih keruh, akan tetapi, menurut literatur jika ion Brditambahkan H2SO4 encer maka akan terbentuk larutan bewarna cokelat-kemerahan karena terbentuk uap brom yang berasap dalam udara lembab. Kemudian, saat ditambahkan beberapa tetes KMnO4 dan terbentuk larutan bewarna cokelat kemerahan, hal ini terjadi karena KMnO4 merupakan oksidator sehingga mereduksi larutan tersebut. Setelah itu ditambahkan amilum pada larutan hal ini bertujuan sebagai indikator yang dapat mengidentifikasi keberadaan ion Br pada larutan melalui perubahan warna yang terjadi, namun pada percobaan kali ini amilum tidak tersedia dilaboratorium akibatnya tidak bisa ditentukannya keberadaan ion Br. Namun menurut literatur apabila larutan ditambahkan amilum akan menghasilkan warna kuning. Perlakuan ketiga, untuk ion Cl- digantikan dengan larutan BaCl₂ ,kemudian ditambahkan H₂SO₄ encer, dan bewarna sangat keruh, hal ini terjadi karena menurut literatur, ion klorida banyak terurai dalam keadaan dingin, dan sempurna saat pemanasan, yang disertai dengan pelepasan hidrogen klorida. Lalu ditambahkan CHCl₃ atau CCl₄, tetapi tidak tersedia di laboratorium, menurut literatur jika ion Cl-ditambahkan CHCl₃ atau CCl₄ akan sukar larut dalam pelarut nonpolar, karena ion Cl- lebih mudah larut dalam air. Kemudian,



ditambahkan beberapa tetes KMnO₄ dan terbentuk larutan bewarna ungu, hal ini terjadi karena KMnO₄ merupakan oksidator sehingga mereduksi larutan tersebut. Untuk ion Br-digantikan dengan larutan kalium bromida, kemudian ditambahkan H₂SO₄ encer, dan bewarna putih keruh, akan tetapi, menurut literature jika ion Brֿ ditambahkan H₂SO₄ encer maka akan terbentuk larutan bewarna cokelat-kemerahan karena terbentuk uap brom yang berasap dalam udara lembab. Lalu ditambahkan CHCl₃ atau CCl₄, tetapi tidak tersedia di laboratorium, menurut literatur jika ion Br- ditambahkan CHCl₃ atau CCl₄ akan terbentuk larutan yang bewarna kuning-cokelat hal ini terjadi karena Brֿ sukar larut dalam pelarut nonpolar, dan ion Brֿ lebih mudah larut dalam air. Kemudian,



ditambahkan



beberapa



tetes



KMnO₄



dan



terbentuk larutan bewarna cokelat kemerahan, hal ini terjadi dikarenakan KMnO₄ merupakan oksidator sehingga dapat mereduksi larutan tersebut. Untuk ion



yang diganti dengan larutan KI3 ditambahkan



H2SO4 encer dan KMnO4. Ketika larutan KI3 yang berwarna cokelat ditambahkan H2SO4 perubahan warna yang terlihat adalah cokelat kemerahan. Selanjutnya larutan ditambahkan larutan KMnO4 dan perubahan warna yang terlihat adalah cokelat gelap. Dalam uji ini seharusnya digunakan larutan CHCl3 atau CCl4 sebelum ditambahkan dengan KMnO4 agar perubahan warna untuk uji spesifik ion iodida sesuai dengan literatur, yaitu berwarna endapan kuning. Karena ketidaktersediaan larutan CHCl3 maupun CCl4 warna perubahan akhir yang timbul adalah cokelat.



8.11 Identifikasi ion NO2+ dan NO3Percobaan selanjutnya bertujuan untuk membedakan ion nitrat dan nitrit. Pada percobaan ini, ion-ion tersebut dimasukkan ke dalam dua tabung yang berbeda, lalu dilarutkan oleh H2SO4 dan FeSO4. Tetapi, dikarenakan ketidaksediaan



larutan



FeSO4 di



laboratorium,



maka



digunakan larutan FeCl3 sebab dalam rekasi yang tertera literatur, disebutkan bahwa yang berikatan dengan nitrit atau nitrat adalah unsur Fe. Penambahan H2SO4 dan FeSO4 pada ion nitrit akan berbeda hasilnya ketika ditambahkan pada ion nitrat. Ion nitrit merupakan anion golongan 1 (Acid Volatile Group) yang bila ditambah suatu larutan asam ke dalam zat atau larutan yang akan diuji (larutan NaNO2) akan menghasilkan gas. Dari hasil percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil yang positif. Sedangkan, ketika ion nitrat dari sampel asam nitrat ditambahkan H2SO4 dan FeCl3 literatur menyatakan akan dihasilkan cincin coklat. Namun, dari hasil percobaan hanya didapatkan perubahan warna dari larutan ion nitrat menjadi kuning pekat. Faktor yang menyebabkan hasil percobaan ini negatif adalah digantinya larutan FeSO4 dengan FeCl3. 8.12 Identifikasi ion C2O42Asam oksalat saat ditambah asam sulfat warnanya tetap bening, hal ini disebabkan dengan ditambahkannya asam sulfat



suasana



reaksi



menjadi



asam.



Ketika



larutan



dicampurkan dengan kalium permanganat (KMnO4), terjadi perubahan warna pada kalium permanganat yang telah ditambahkan ion oksalat yang semula berwarna ungu menjadi bening kembali Hal ini karena kalium permanganat mengoksidasi asam oksalat menjadi CO2 dan H2O.



Erlenmeyer perlu dikocok untuk menghindari terbentuknya endapan. Saat asam oksalat ditambahkan dengan KMnO4, warna permanganatnya akan hilang dan juga terbentuk gelembung-gelembung udara. Gelembung ini merupakan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari reaksi kalium permanganat dengan asam oksalat. 8.13 Identifikasi ion MnO42Ditambahkannya asam sulfat pada larutan ion permanganat agar reaksi dalam suasana asam. Penggunaan Hidrogen Peroksida (H2O2) ini bermanfaat ketika mengubah kalium permanganat yang berwarna ungu menjadi cairan bening. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kalium permanganat memiliki atom mangan (Mn) tersebut dengan keadaan oksidasi +7. Reaksi dengan hydrogen peroksida ini yang mengubah atom mangan (Mn) menjadi keadaan oksidasi +2, hal inilah yang menyebabkan



KMnO4 kehilangan



warna



ungu



yang



dimilikinya. Produk yang dihasilkan dari reaksi ini yaitu gas Oksigen (O2) dan air (H2O) yang ditandai dengan adanya gelembung pada reaksi campuran tersebut. 8.14 Identifikasi ion C2O42Ion kromat akan membentuk endapan bila di reaksikan dengan BaCl2 karena dengan ditambahkan nya pereaksi akan terbentuk endapan BaCrO2 yang mengakibatkan larutan menjadi berwarna kuning. Namun dalam ion bikromat hanya terdapat sedikit endapan putih (2BaCrO4), hal ini dikarenakan terdapat suatu asam kuat terbentuk yang mengakibatkan endapan hanyalah parsial atau sebagian. Setelah itu larutan kembali bereaksi ketika ditambahkan reagen asam nitrat encer, khususnya pada ion kromat. Hal ini dikarenakan



terjadi pereduksian oleh asam nitrat sehingga ion kromat kembali ke warna asalnya yakni warna kuning.



IX.



Kesimpulan Anion dalam larutan dapat diidentifikasi dengan menggunakan metode kualitatif. Namun, tidak semua anion bernilai positif hasilnya karena ketidaksediaan bahan atau sampel.



Daftar Pustaka



Anwar, M. 1981. Kimia Dasar II. Bogor: Kimia IPB Press. Hidayati, dkk. 2012. Pengaruh Penambahan H3PO4 dan Resin Kation-Anion terhadap Persen Total Gliserol Hasil Samping Pembuatan Biodiesel. Jurnal Teknik Kimia Vol. 14. No. 6. Rifai, H. 1994. Kimia Dasar. Jakarta: Gramedia. Rizkiyah, I. 2013. Identifikasi Kandungan Mineral Sulfat, Klorida, Magnesium dan Kalsium dalam Air Panas Pada Objek Wisata Pemandian Air Panas Gua Tegal. Jurnal Penelitian IAIN Walisongo. Sarjono, K. 1988. Analisis Farmasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Schank, G. H. 1990. Qualitatif Analyis dan Ionic Equilibrium 2nd Edition. Boston: Mujhan Company. Svehla, G. 1985. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I Edisi V. Jakarta: PT. Kalma Media Pustaka. Underwood, A. 1993. Analisis Kimia Kualitatis Edisi IV. Jakarta: Erlangga.