Laporan Praktikum Konservasi Tanah Dan Air Erosi Dan Pencegahannya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI TANAH DAN AIR Erosi dan Pencegahannya DISUSUN OLEH : NAMA



: TEGUH MUJI WIJAKSONO



NIM



: 195100207111012



KELOMPOK : B1 ASISTEN



: Adinda Astika W. Ahmad Raihan D. Fariska Vera Imanda Nina Wahyuwardani Nur Alfian



Nurul Fatmadhani Rafaela Xaviera Reynold Tantra Tan Samella Eunice Xavier Adli



LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2020



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Permukaan kulit bumi akan selalu mengalami proses erosi, di suatu tempat akan terjadi pengikisan sementara di tempat lainnya akan terjadi penimbunan, sehingga bentuknya akan selalu berubah sepanjang masa. Peristiwa ini terjadi secara alamiah dan berlangsung sangat lambat, sehingga akibat yang ditimbulkan baru muncul setelah berpuluh bahkan beratus tahun kemudian. Erosi dapat terjadi akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan (vegetasi), dan manusia. Proses erosi ini dapat menyebabkan merosotnya produktivitas tanah, daya dukung tanah, dan kualitas lingkungan hidup serta terjadinya perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan penampungan, dan perubahan profil tanah. Tanah yang tererosi diangkut oleh aliran permukaan akan diendapkan di tempat-tempat aliran air melambat seperti sungai, saluran-saluran irigasi, waduk, danau atau muara sungai. Hal ini berdampak pada mendangkalnya sungai sehingga mengakibatkan semakin seringnya terjadi banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Harkat kemampuan tanah atau kritis tanah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu kritis aktual, kritis potensial, serta kritis aktual dan potensial. Faktor-faktor yang menjadikan kritisnya tanah yaitu masih kurangnya teknologi pengelolaan lahan kering sehingga sering mengakibatkan makin kritisnya lahan-lahan kering, kekurangan air dan unsur hara adalah masalah yg paling serius di daerah lahan kering dan berada pada level kritis karena kurangnya kandungan organik, implikasinya dapat mengurangi kualitas produk bagi keseimbangan kesehatan serta berkurangnya kontinuitas produksi masa depan. 1.2 Tujuan a. Mahasiswa mampu mengetahui jenis erosi dan proses terjadinya erosi b. Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis bangunan erosi sebagai upaya konservasi.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Erosi 2.1.1 Pengertian Erosi Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya. Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan(Arifin, 2010). Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Proses erosi ini dapat menyebabkan merosotnya produktivitas tanah, daya dukung tanah dan kualitas lingkungan hidup. Permukaan kulit bumi akan selalu mengalami proses erosi, di suatu tempat akan terjadi pengikisan sementara di tempat lainnya akan terjadi penimbunan, sehingga bentuknya akan selalu berubah sepanjang masa. Peristiwa ini terjadi secara alamiah dan berlangsung sangat lambat, sehingga akibat yang ditimbulkan baru muncul setelah berpuluh bahkan berates tahun kemudian(Badrus, 2010). 2.1.2 Jenis-Jenis Erosi Erosi alur merupakan jenis erosi yang terjadi karena adanya pengikisan tanah sehingga mengakibatkan alur-alur yang searah dengan kemiringan pada lereng. Alur- alur yang dihasilkan umumnya memiliki kedalaman 30 cm dan lebar kurang dari 50 cm. Erosi alur sangat mudah dikenali karena bentuk penampakannya yang seperti alur di wilayah lereng -lereng pegunungan. Selain itu, erosi alur lebih sering terjadi di tanah -tanah yang yang baru saja diolah(Dika, 2010). Erosi parit merupakan jenis erosi yang diakibatkan oleh air dengan sangat kuat. Karena begitu kuat, maka lereng-lereng yang terkena erosi parit ini akan berbentuk menjadi seperti parit V atau U. Erosi parit ini juga merupakan bentuk lebih lanjut dari erosi alur. Erosi parit menghasilkan alur-alur dengan kedalaman yang lebih dari 30 cm dan lebar lebih dari 50 cm(Arifin, 2010). Erosi percik adalah jenis erosi yang berupa percikan tanah halus yang terjadi karena tetesan air hujan ketika memercik pada batuan atau tanah. Erosi jenis ini dapat mengakibatkan material atau tanah menjadi lapuk dan sangat mudah hancur. Erosi jenis ini sering terjadi pada tanah yang sering terkena percikan air hujan(Badrus, 2010). 2.1.3 Proses Terjadinya Erosi Proses awal erosi diawali dengan proses pengelupasan oleh air hujan. Dimana percikan air hujan adalah media utama dalam pengelupasan partikel dalam tanah. Prosesnya adalah ketika butiran air hujan mengenai permukaan tanah maka partikel tanah



akan terlepas dan terlempar ke udara. Proses ini akan berlanjut ke proses pengangkutan oleh aliran air tanah(Nanang, 2010). Proses setelah terjadinya pengelupasan oleh air hujan yang menghasilkan partikel tanah adalah proses pengangkutan. Dimana ketika partikel tanah terlempar ke udara maka partikel tersebut akan kembali jatuh ke bumi akibat gravitasi bumi. Pada lahan yang miring, partikel tanah tersebut akan tersebar ke arah bawah searah dengan lereng dimana partikel tanah tersebut akan menyumbat pori-pori tanah. Percikan air hujan yang tadi akan menimbulkan pembentukan lapisan tanah yang keras pada lapisan tanah di bagian permukaan. Kejadian ini mengakibatkan menurunnya tingkat kapasitas dan laju inflasi di tanah. Dimana pada kondisi intensitas hujan akan melebihi laju inflasi yang akan menimbulkan genangan air di permukaan tanah yang kemudian akan menjadi aliran air di permukaan tanah. Aliran inilah yang nantinya digunakan untuk mengangkut partikel-partikel yang terlepas tadi(Opick, 2010). Proses sedimentasi berlangsung ketika energi aliran di permukaan mulai menurun dan tidak mampu lagi untuk mengangkut partikel tanah yang terlepas. Proses sedimentasi tersebut terjadi sementara yang berada di lereng yang bergelombang seperti bagian lereng yang cekung dan dapat menampung endapan partikel yang hanyut oleh aliran air. Ketika hujan turun lagi maka endapan sementara tadi akan terangkut kembali menuju dataran yang lebih rendah. Proses pengendapan terakhir ini terjadi di kaki bukit yang relatif datar, daerah sungai dan waduk. Jika pengendapan terjadi di daerah sungai, maka partikel tanah dan unsur hara yang terlarut dalam aliran permukaan akan mengalir dan akan menyebabkan pendangkalan(Putri, 2010).



(Gambar Proses Terjadinya Erosi) 2.1.4 Dampak Terjadinya Erosi Salah satu dampak yang utama dari erosi adalah terjadinya penipisan lapisan permukaan tanah yang ada di bagian atas, sehingga menyebabkan penurunan kemampuan lahan atau degradasi lahan. Akibat lainnya adalah menurunnya kemampuan tanah dalam peresapan air atau infiltrasi. Penurunan kemampuan lahan dalam meresap air akan menyebabkan peningkatkan limpasan air permukaan dan kemudian menyebabkan banjir di sungai-sungai serta berkurangnya cadangan air tanah. Selain itu, butiran-butiran tanah yang terangkut aliran permukaan akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) dan selanjutnya akan terjadi pendangkalan sungai akibat tingginya sedimentasi. Erosi berkaitan dengan beberapa faktor, mulai dari faktor iklim, termasuk besar dan intensitas hujan, musim, rentang suhu, kecepatan angin, frekuensi badai. Selain itu, faktor geologi juga berpengaruh seperti tipe bebatuan, tipe sedimen, permeabilitas, porositas, dan kemiringan lahan(Opick, 2010).



Selain memiliki dampak negatif, erosi juga memiliki dampak positif. Menambah kesuburan tanah yang ada di daerah endapan. Tanah yang terkikis di bagian hulu sungai biasanya adalah tanah yang subur dan banyak mengandung unsur-unsur hara seperti N, P, K serta bahan-bahan organik. Unsur-unsur hara ini akan terbawa air ke daerah endapan dan bisa menyebabkan tanah menjadi subur Pada dataran alluvial yang berada di suara sungai serta memiliki stadium lanjut, bisa dijadikan sebagai area pemukiman. Misalnya, wilayah Tanjung Bunga yang berada di muara sungai Jeneberang merupakan daerah hasil sedimentasi proses erosi yang saat ini dijadikan daerah pemukiman penduduk. Timbulnya kesadaran dan inisiatif, baik pemerintah ataupun masyarakat dalam melakukan konservasi pada lahan-lahan kritis melalui proses penghijauan(Nanang, 2010).



(Gambar Dampak Erosi) 2.2 Bangunan Pengendali Erosi 2.2.1 Pengertian Bangunan Pengendali Erosi Bangunan pengendali erosi adalah praktik untuk mencegah atau mengendalikan erosi air atau angin pada pengembangan lahan, daerah pesisir, saluran air dan konstruksi lokasi. Permukaan erosi tanah di lereng terutama disebabkan oleh curah hujan lebat yang meluruhkan tanah bagian atas. Bangunan pengendali erosi berfungsi untuk meminimalisir ataupun mengendalikan laju erosi agar tidak semakin parah(Ni Made, 2012). 2.2.2 Jenis-Jenis Bangunan Pengendali Erosi Bangunan terjunan adalah bangunan yang dibuat di tempat tertentu memotong saluran, dimana aliran air setelah melewati bangunan tersebut akan merupa terjunan. Bangunan terjunan perlu dibangun pada daerah berbukit dimana kemiringan saluran dibatasi, agar tidak terjadi suatu gerusan. Bangunan terjunan berfungsi sebagai pengendali laju air sehingga dapat mengendalikan erosi(Tatiek, 2012). Teras merupakan suatu bangunan pengawetan tanah dan air secara mekanis yang dibuat untuk memperpendek lereng dan memperkecil kemiringan, serta merupakan suatu metode pengendalian erosi dengan membangun semacam saluran lebar melintang lereng tanah. Fungsi dari teras adalah untuk mengurangi panjang lereng karena hal tersebut dapat mengurangi erosi sheet dan riil, mencegah terbentuknya gully, dan menahan aliran permukaan di daerah kurang hujan. Teras berguna untuk meredam pengikisan tanah oleh air(I Gusti, 2012). 2.2.3 Fungsi, Tujuan, serta Manfaat Bangunan Pengendali Erosi Bangunan pengendali erosi berfungsi untuk mengendalikan erosi agar tidak semakin parah. Bangunan pengendali erosi berguna mengurangi daya rusak oleh aliran air. Aliran air akan dialirkan dalam bangunan sehingga daya rusak akan berkurang(Aprizon, 2013).



Tujuan bangunan pengendali erosi adalah untuk mengurangi daya rusak air. Dengan begitu daya rusak akan berkurang. Sehingga dampak erosi akan berkurang(Triyatno, 2013). Manfaat dari bangunan pengendali erosi adalah untuk mencegah erosi makin melebar ke permukaan lain. Cara tersebut disebut juga dengan konservasi. Yang bermanfaat agar erosi tidak memperparah kondisi tanah(Dedi, 2013). 2.2.4 Hambatan dalam Pembuatan Bangunan Pengendali Erosi Dalam pembuatan pengendalian erosi pasti mempunyai kendala. Kendala dalam membuat bangunan pengedali erosi adalah lokasinya yang sulit, butuh tenaga ahli dan pengangkutan material yang sulit. Hal tersebut terjadi karena lokasi dari wilayah yang akan dibangun pengendali erosi terletak di dataran tinggi(Fahmi, 2010).



BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 1. Bolpoin 2. Kertas 3. Kamera 3.2 Cara Kerja Siapkan Alat dan Bahan



Mencari tempat untuk diamati



Mengamati dan menganalisis jenis erosi dan prosesnya secara langsung



Menentukan dan menganalisis jenis bangunan pencegah erosi yang diamati secara langsung



Catat Hasil



BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Bangunan Penahan Erosi yang Terdapat pada Kawasan Candi Sumberawan Pada kawasan candi sumberawan menggunakan penahan erosi model trapezoidal dan teras. Pada model bangunan trapezoidal digunakan untuk penahan aliran air sehingga tidak mengakibatkan erosi. Erosi tidak terjadi karena daya rusak air menjadi lebih berkurang karena struktur dari bangunan yang trapezoidal. Pada bangunan penahan erosi yang berbentuk teras. Hal tersebut sering diaplikasikan pada daerah dataran tinggi. Karena berbentuk teras dapat mengurangi erosi. Dengan cara menahan daya laju air sehingga berkurang. Dengan menggunakan bangunan ini daya air hujan yang mengalir perlahan-lahan akan berkurang. Karena terkurangi oleh struktur bangunan teras yang semakin ke bawah.



4.2 Bangunan Penahan Erosi yang Terdapat di Lingkungan Tempat Tinggal Bangunan penahan erosi tersebut merupakan bangunan yang terdapat di Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto. Daerah tersebut merupakan daerah saya tinggal. Terlihat pada daerah tersebut terdapat bagunan penahan erosi yang berbentuk trapezoidal. Bangunan berbentuk trapezoidal tersebut berguna untuk menahan daya arus yang kuat. Daya arus tersebut dapat dikurangi dengan kemiringan yang berbentuk trapezoidal pada bangunan penahan erosi. Bangunan penahan erosi tersebut mengurangi daya hancur arusn air penyebab erosi. Sehingga potensi erosi dapat ditekan dan tidak terlalu parah.



BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya. Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan(Arifin, 2010). Erosi alur merupakan jenis erosi yang terjadi karena adanya pengikisan tanah sehingga mengakibatkan alur-alur yang searah dengan kemiringan pada lereng. Alur- alur yang dihasilkan umumnya memiliki kedalaman 30 cm dan lebar kurang dari 50 cm. Erosi alur sangat mudah dikenali karena bentuk penampakannya yang seperti alur di wilayah lereng -lereng pegunungan. Selain itu, erosi alur lebih sering terjadi di tanah -tanah yang yang baru saja diolah(Dika, 2010). Erosi parit merupakan jenis erosi yang diakibatkan oleh air dengan sangat kuat. Karena begitu kuat, maka lereng-lereng yang terkena erosi parit ini akan berbentuk menjadi seperti parit V atau U. Erosi parit ini juga merupakan bentuk lebih lanjut dari erosi alur. Erosi parit menghasilkan alur-alur dengan kedalaman yang lebih dari 30 cm dan lebar lebih dari 50 cm(Arifin, 2010). Erosi percik adalah jenis erosi yang berupa percikan tanah halus yang terjadi karena tetesan air hujan ketika memercik pada batuan atau tanah. Erosi jenis ini dapat



mengakibatkan material atau tanah menjadi lapuk dan sangat mudah hancur. Erosi jenis ini sering terjadi pada tanah yang sering terkena percikan air hujan(Badrus, 2010). Proses awal erosi diawali dengan proses pengelupasan oleh air hujan. Dimana percikan air hujan adalah media utama dalam pengelupasan partikel dalam tanah. Prosesnya adalah ketika butiran air hujan mengenai permukaan tanah maka partikel tanah akan terlepas dan terlempar ke udara. Proses ini akan berlanjut ke proses pengangkutan oleh aliran air tanah(Nanang, 2010). Proses setelah terjadinya pengelupasan oleh air hujan yang menghasilkan partikel tanah adalah proses pengangkutan. Dimana ketika partikel tanah terlempar ke udara maka partikel tersebut akan kembali jatuh ke bumi akibat gravitasi bumi. Pada lahan yang miring, partikel tanah tersebut akan tersebar ke arah bawah searah dengan lereng dimana partikel tanah tersebut akan menyumbat pori-pori tanah. Percikan air hujan yang tadi akan menimbulkan pembentukan lapisan tanah yang keras pada lapisan tanah di bagian permukaan. Kejadian ini mengakibatkan menurunnya tingkat kapasitas dan laju inflasi di tanah. Dimana pada kondisi intensitas hujan akan melebihi laju inflasi yang akan menimbulkan genangan air di permukaan tanah yang kemudian akan menjadi aliran air di permukaan tanah. Aliran inilah yang nantinya digunakan untuk mengangkut partikel-partikel yang terlepas tadi(Opick, 2010). Proses sedimentasi berlangsung ketika energi aliran di permukaan mulai menurun dan tidak mampu lagi untuk mengangkut partikel tanah yang terlepas. Proses sedimentasi tersebut terjadi sementara yang berada di lereng yang bergelombang seperti bagian lereng yang cekung dan dapat menampung endapan partikel yang hanyut oleh aliran air. Ketika hujan turun lagi maka endapan sementara tadi akan terangkut kembali menuju dataran yang lebih rendah. Proses pengendapan terakhir ini terjadi di kaki bukit yang relatif datar, daerah sungai dan waduk. Jika pengendapan terjadi di daerah sungai, maka partikel tanah dan unsur hara yang terlarut dalam aliran permukaan akan mengalir dan akan menyebabkan pendangkalan(Putri, 2010). Bangunan terjunan adalah bangunan yang dibuat di tempat tertentu memotong saluran, dimana aliran air setelah melewati bangunan tersebut akan merupa terjunan. Bangunan terjunan perlu dibangun pada daerah berbukit dimana kemiringan saluran dibatasi, agar tidak terjadi suatu gerusan. Bangunan terjunan berfungsi sebagai pengendali laju air sehingga dapat mengendalikan erosi(Tatiek, 2012). Teras merupakan suatu bangunan pengawetan tanah dan air secara mekanis yang dibuat untuk memperpendek lereng dan memperkecil kemiringan, serta merupakan suatu metode pengendalian erosi dengan membangun semacam saluran lebar melintang lereng tanah. Fungsi dari teras adalah untuk mengurangi panjang lereng karena hal tersebut dapat mengurangi erosi sheet dan riil, mencegah terbentuknya gully, dan menahan aliran permukaan di daerah kurang hujan. Teras berguna untuk meredam pengikisan tanah oleh air(I Gusti, 2012). 5.2 Saran Dalam kegiatan praktikum ini sebaiknya praktikan lebih berhati-hati. Praktikan diharapkan selalu menaati aturan dan standart K3 dalam melakukan kegiatan praktikum. Dalam kegiatan ini mencari onjek pengamatan di dataran tinggi memanglah berbahaya. Melakukan pengamatan di dataran tinggi rawan akan kecelakaan kerja seperti tergelincir, dll.



DAFTAR PUSTAKA Aprizon Putra, Triyatno, Azhari Syarief, Dedi Hermon. 2013. Penilaian Erosi Berdasarkan Metode USLE Dan Arahan Konservasi Pada DAS Air Dingin Bagian Hulu Kota Padang-Sumatera Barat. Jurnal Geografi 10(1): 1-13. Arifin, Badrus, Dika Mahfud. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah Dan Berbagai Penggunaan Lahan Dalam Hubungannya Dengan Pendugaan Erosi Tanah. Jurnal Pertanian MAPETA 12(2): 72 – 144. Fahmi Fahrulzi. 2010. Pengendalian Erosi Tanah Sebagai Upaya Melestarikan Kemampuan Fungsi Lingkungan. Geomedia 4(2): 94-116. I Gusti Ayu Surya Utami Dewi, Ni Made Trigunasih, Tatiek Kusmawati. 2012. Prediksi Erosi dan Perencanaan Konservasi Tanah dan Air pada Daerah Aliran Sungai Saba. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika1(1): 12-24. Nanang Komaruddin, Opick Pasha, Putri Sabil. 2010. Penilaian Tingkat Bahaya Erosi di Sub Daerah Aliran Sungai Cileungsi, Bogor. Jurnal Agrikultura 19(3): 173-179.



LAMPIRAN