14 0 277 KB
LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI 2 “ Sabun Cair“ Tanggal Praktikum Tanggal Penyerahan Disusun Oleh Nama Anggota
: Kamis, 14 Mei 2020 : Kamis, 21 Mei 2020 : Kelompok 3 : Hilda Aziza Pahar (066117033) Hanna N Aqila (066117013) Siti Sarah (066116289) Endah Juwita S (066117003)
Kelas
:A
Dosen
: 1. Asri Wulandari, S. Farm 2. Dra. Dwi Indriati, M. Farm., Apt 3. Marybeth Tri R. H, M. Farm., Apt 4. Mindya Fatmi, M. Farm., Apt 5. Rini Ambarwati, M. Farm., Apt
Asisten Dosen
: 1. Aditya Nurfaqih 2. Ainun Bisa R 3. Annisa Fajriati 4. Asty Wahyuni 5. Fajar Ramadhan
6. Lia Luviana 7. Melyartati P 8. Neneng H 9. Sintia Trias 10. Siti K
LABORATORIUM FARMASI PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2020
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Manfaat dari percobaan ini adalahpraktikandapat mengetahui reaksi dari suatu penyabunan pada proses pembuatan sabun di laboratorium, dan mengetahui bahan-bahan apa saja yang akan digunakan dalam pembuatan sabun tersebut, serta mengetahui sifatsifat dari bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun. Dengan mengetahui sifat-sifat yang di gunakan tersebut kita sebagai praktikan akan lebih berhati-hati saat melakukan praktikum tersebut. Sabun diproduksi dan diklasifikasikan menjadi beberapa grade mutu. Sabun dengan grade mutu A diproduksi oleh bahan baku minyak atau lemak yang terbaik dan mengandung sedikit atau tidak mengandung alkali bebas. Sabun dengan grade B diperoleh dari bahan baku minyak atau lemak dengan kualitas yang lebih rendah dan mengandung sedikit alkali, namun kandungan alkali tersebut tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Sedangkan sabun dengan kualitas C mengandung alkali bebas yang relatif tinggi berasal dari bahan baku lemak atau minyak yang berwarna gelap Sabun adalah garam natrium dan kalium dari asam lemak yang berasal dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang digunakan sebagai pembersih dapat berwujud padat (keras), lunak dan cair. Dewan Standarisasi Nasional menyatakan bahwa sabun adalah bahan yang digunakan untuk tujuan mencuci dan mengemulsi, terdiri dari asam lemak dengan rantai karbon C12-C18 dan sodium atau potassium
1.2 Tujuan praktikum 1. Untuk menunjukkan reaksi penyabunan pada proses pembuatan sabun di laboratorium 2. Untuk
menunjukkan beberapa sifat sabun berdasarkan percobaan yang
dilakukan 3. Untuk mengetahui bahan-bahan apa saja yang digunakan pada proses pembuatan sabun di laboratorium
BAB II TINJUAN PUSTAKA
2.1 Dasar teori Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil.Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH/KOH). Range atom C diatas mempengaruhi sifat-sifat sabun seperti kelarutan, proses emulsi dan pembasahan. Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, gliserin, garam dan kemurnian lainnya.Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat digunakan untuk membuat sabun.Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alkohol dan asam karboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat (Lukman , 2012) Kegunaan sabun ialah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan.Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes sabun minyak, maka minyak
itu
tidak
dapat
saling
bergabung
tetapi
tetap
tersuspensi
(Fessenden,1997) Dalam pembuatan sabun peran zat pembantu dan pengisi sangat besar karena akan sangat menentukan mutu dan penampakan sabun yang akan dijual. Zat-zat yang biasa digunakan adalah: 1. Garam, berfungsi sebagai pengental. Semakin banyak jumlah garam yang digunakan dalam sabun maka sabun yang dihasilkan akan semakin kental. 2. Alkali, pengatur pH larutan sabun dan penambah daya deterjensi. 3. Zat pemberi busa, untuk meningkatkan pencucian yang bersih, sebab tanpa busa kemungkinan besar sabun telah mengendap sebagai sabun kalsium atau sabun tidak larut lainnya. 4. EDTA, sebagai pengikat logam sadah dan pengawet. 5. Pewangi, untuk memberikan aroma tertentu sesuai selera dan meningkatkan daya tarik serta daya jual sabun. 6. Zat warna, memberi warna pada sabun agar mempunyai penampilan menarik. (Wasitaatmadja,
S. M. (1997). )
Sabun merupakan senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, C17H35COO-Na+. Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan dari air. Konsep ini dapat di pahami dengan mengingat kedua sifat dari anion sabun (Achmad, 2004)
2.2 Data preformulasi 1. Glicerin Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, rasa manis hanya boleh berbau lemah (tajam atau tidak enak) Kelarutan : dapat bercampur dengan air dan etanol, tidakarut dalam kloroform, eter, minyak lemak dan minyak menguap OTT : gliserin dapat meledak jika dicampur dengan zat oksidatir kuat seperti kromium trioksida, kalium klorat, atau kalium permanganat. Konsentrasi : 3-5% Khasiat : pelarut, pemanis, antimikroba, dan zat peningkat viskositas Penyimpanan : wadah tertutup kedap, disinpan ditempat sejuk dan kering. 2. Aquadest/Aquadestillata Rumus molekul : H2O Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyairasa. Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar. Bobot molekul : 18,02PH : 5,0 7,0 Kegunaan : Sebagai pelarut OTT : Bereaksi dengan obat dan zat tambahan, bereaksi keras dengan logam alkali. Stabilitas : Secara kimiawi stabil pada semua suasana (es, cair, uap air). Wadah : Dalam wadah tertutup rapat. 3. Kalium Hidroksida Rumus empiris : KOH BM : 56,11 Pemerian : Putih, Kristal, massa yang keras, disediakan sebagai batang, pelet, atau potongan berbentuk tidak teratur, tetapi deliquescent di udara, higroskopis, danmenyrap karbon dioksoda Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam alcohol. Penyimpanan : simpan di kedap udara, wadah non-logam.
Khasiat : Untuk mengatur pH solusi dalam formulasi farmasi. 4. Minyak kelapa Nama lain
: Coconut Oil
Rumus molekul: Campuran dari Trigliserida Kelarutan
: tidak larut dalam air
Bahaya
: Tidak memberikan bahaya pada pengontakan secara langsung
Penanganan
: Bilas dengan Air
Fungsi
: Bahan baku
BAB III METODE KERJA 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1.Cawan
5. Sendok tanduk
2.Gelas ukur
6.Stamfer
3.Kertas perkamen
7. Timbangan Analitik
4.Mortir
8. Wadah sabun
3.1.2 Bahan 1. Asam sitrat 2. Gliserol 3. Natrium chlorid 4. Parfum 5. Tea 3.2 Cara kerja Bagan
Ditimbang Nacl 100 mg dan asam sitrat 5 mg Dimasukkan NaCl + gliserol 25 ml (Aduk ad homogen) + Tea 10 ml + asam sitrat 5 mg aduk ad homogen + pewangi secukupnya Dimasukkan kedalam wadah sabun dan di uji Organoleptik
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Formulasi No
Bahan
Jumlah
1
Asam Sitrat
5 mg
2
NaCl
100 mg
3
TEA
10 ml
4
Gliserin
25 ml
5
Parfum
qs
4.2 Data Pengamatan No
Evaluasi
Hasil
1
Warna
Kekuningan, keruh
2
Wujud
Cair
4.3 Pembahasan Praktikum kali ini membahas tentang sabun cair yang berfungsi sebagai pembersih tubuh dari bakteri yang bisa membahayakan kesehatan. Bahan – bahan yang digunakan antaranya asam sitrat, NaCl, TEA, gliserin, dan parfum. Setiap bahan mempunyai fungsi seperti asam sitrat yang berfungsi sebagai agen pengelat (chelating agent) yaitu pengikat ion-ion logam pemicu oksidasi, sehingga mampu mencegah terjadinya oksidasi pada minyak akibat pemanasan. Asam sitrat juga dapat dimanfaatkan sebagai pengawet dan pengatur pH. NaCl berfungsi untuk pembusaan sabun, juga untuk meningkatkan konsentrasi elektrolit agar sesuai dengan penurunan jumlah alkali pada akhir reaksi sehingga bahan-bahan pembuat sabun tetap seimbang selama proses pemanasan. Trietanolamin membantu untuk pembuatan emulsi dengan mengurangi tegangan permukaan zat dan berfungsi juga sebagai penyeimbang pH kulit. Gliserin sebagai humektan sehingga dapat berfungsi sebagai pelembab pada kulit. Pada kondisi atmosfir sedang ataupun pada kondisi kelembaban tinggi, gliserin dapat melembabkan kulit dan mudah dibilas. Pewangi ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk memberikan efek wangi pada produk sabun.
Hasil
pengamatan
berdasarkan
video
yang
kami
review
(https://youtu.be/Eh9BTzwsPlo) hanya ditampilkan uji organoleptiknya saja. Warna dari sabun cair tersebut kekuningan dan keruh serta wujud yang cair. Menurut SNI mempersyaratkan pH sabun cair adalah 8- 11. Syarat bobot jenis sabun cair menurut SNI adalah 1,01 – 1,11.
BAB V KESIMPULAN
Dalam praktikum ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Sabun cair tidak boleh mempengaruhi pH kulit. 2. Pengamatan sabun cair yang didapat adalah sabun yang berwarna kekuningan dan keruh. 3. Syarat sabun cair menurut SNI adalah memiliki pH 8 – 11 dan bobot jenis 1,01 – 1,11.
Daftar Pustaka Achmad 2004. Martindale The Complete Drug Reference Thirty Edition. Departemen Kesehatan RI : Jakarta Fessenden.1997.”KIMIA ORGANIK EDISI KETIGA”.Jakarta:Erlangga Lukman.2012. “Safonikfikasi”.(http://lukmanarifin.blogspot.com/2012/02/ Safonifikasi.html )Dikutip pada 2 Desember pukul 22.40 WIB Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: PenerbitUI Press. Hal. 28, 59-60, 182-188