LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR Semester 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

POTENSI DAN PERMASALAHAN WILAYAH PESISIR KELURAHAN MAAHAS KECAMATAN LUWUK TIMUR KABUPATEN BANGGAI



OLEH KELOMPOK 4



Siti Israwati (19061009) Rini Rahayu Danda (19061008)



PROGRAM STUDI AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir untuk memenuhi tugas praktikum lapangan Pengelolaan Wilayah Pesisir Fakultas Perikanan Universitas Muhammadiyah luwuk. Kami menyampaikan terima kasih kepada Dosen Pembimbing ibu Ir. Sri Sukari Agustina.,S.Pi,M.Si dan teman-teman praktikum Pengelolaan Wilayah Pesisir, yang telah membantu menyiapkan dan memberikan saran dalam penyusunan laporan ini. Akhir kata dengan segala keterbatasan serta pengetahuan, kami menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun sehingga dapat menyempurnakan kekurangan kami dalam menyusun laporan di masa yang akan datang dan semoga laporan ini dapat bermanfaat.



Luwuk, 31 Maret 2021



Penulis



i



DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL........................................................................................



i



KATA PENGANTAR.........................................................................................



ii



DAFTAR ISI........................................................................................................



iii



DAFTAR GAMBAR...........................................................................................



iv



I.



PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang........................................................................................



1



1.2. Tujuan......................................................................................................



3



II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pantai.......................................................................................................



4



2.2. Pesisir......................................................................................................



4



2.3. Wilayah Pesisir........................................................................................



6



III. POTENSI DAN PERMASALAHAN 3.1. Potensi Kelurahan...................................................................................



8



3.2. Permasalahan Kelurahan.........................................................................



8



IV. PEMBAHASAN 4.1. Solusi Dari Permasalahan Wilayah Pesisir Desa ...................................



10



4.2. Kegiatan-Kegiatan Yang Perlu Dilakukan .............................................



11



V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan................................................................................................



12



5.2. Saran..........................................................................................................



13



DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



ii



DAFTAR GAMBAR Gambar



Teks



Halaman



Gambar 1. Lokasi Praktikum dilihat dari Google Maps ................................



15



Gambar 2. Proses wawancara dengan kepala nelayan kelurahan Maahas...



15



Gambar 3. Lokasi praktikum di kelurahan Maahas.......................................



16



iii



I. 1.1.



PENDAHULUAN



Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh prosesproses alami di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Bengen, 2002). Wilayah pesisir yang letak wilayahnya menjadi pertemuan antara darat dan laut ini menjadikan wilayah pesisir sebagai wilayah penghasilkan sumberdaya lautan dan sumberdaya daratan. Sumberdaya pesisir dapat didefinisikan sebagai potensi yang berasal dari lautan ataupun daratan dengan langsung berbatasan pada lautan. Sumberdaya pesisir berupa potensi alam di wilayah pesisir yang mampu dimanfaatkan, dikonsumsi, dan dinikmati oleh masyarakat umum. Keberadaan Sumberdaya pesisir saat ini mulai disadari oleh berbagai kalangan, sebagai sumberdaya yang memiliki potensi menjanjikan, terutama bagi masyarakat nelayan. Ketertarikan lebih akan potensi sumberdaya pesisir ini semakin meningkat, karena sumberdaya pesisir yang berasal dari lautan secara logis menjadi sumberdaya milik bersama (umum) dan sumberdaya pesisir yang berasal dari daratan menjadi sumberdaya penyokongnya. Keberadaan sumberdaya pesisir yang menunjang ini tentunya akan lebih berkembang dan mampu mengangkat taraf perekonomian masyarakat pesisir. Pengelolaan sumberdaya pesisir yang tepat dan baik



1



tentunya sebagai



langkah penunjangnya.



Adanya pengembangan,



pelestarian,



pengelolaan, serta pemanfaatan hasil pesisir dengan baik tentu memerlukan peran dari berbagai pihak, seperti halnya kepedulian masyarakat sekitar, Pemerintah, Dinas terkait, dan stakeholders. Kelurahan maahas yang berada pada kecamatan luwuk selatan memiliki potensi sumberdaya perairan dan sumberdaya laut yang cukup besar, sehingga Maahas merupakan daerah perikanan yang sangat potensial baik. Hasil tangkapan yang biasa diperoleh nelayan pada umumnya adalah ikan-ikan jenis pelagis dan demersal seperti ikan ikan deho, cakalang, tongkol, kadompe dan lainnya. Keberadaan sumberdaya laut dan perairan dikelurahan Maahas menjadi potensi yang seharusnya mampu terus dikembangkan. Berbagai peluang yang berasal dari sumberdaya laut tentu juga menjadi peluang dalam memotifasi peningkatan kualitas ekonomi masyarakat pada lingkungannya. Pengembangan serta pemanfaatan hasil tangkapan nelayan di Kelurahan Maahas menjadi suatu kebutuhan yang harus terus ditingkatkan, baik oleh pemerintah daerah pada umumnya dan masyarakat setempat pada khususnya. Hasil tangkapan nelayan hanya saat ini masih banyak dimanfaatkan menjadi olahan tradisional seperti ikan kadompe langsung dijual dalam keadaan segar. Mengingat ikan memiliki sifat produk pangan yang cepat mengalami kerusakan akibat kontaminasi mikroorganisme, menjadikan perlu adanya diversifikasi produk olahan ikan sebagai langkah menambahkan daya simpan serta nilai tambah pada produk hasil tangkapan ikan oleh nelayan. Persoalan yang dialami



2



oleh masyarakat nelayan saat ini, kurangnya jalan atau alternatif pengembangan hasil tangkapan serta usaha meningatkan nilai tambah pada hasil tangkapannya, sehingga membuat garis ekonomi masyarakat pesisir juga turut berada pada garis masyarakat miskin.



1.2.



Tujuan Untuk mengkaji potensi dan permasalahan wilayah pesisir kelurahan Maahas.



3



II. 2.1.



TINJAUAN PUSTAKA



Pantai Pantai merupakan batas antara wilayah daratan dengan wilayah lautan. Dimana daerah daratan adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pasang tertinggi. Sedangkan daerah lautan adalah daerah yang terletak pada bagian atas dan bawah permukaan laut dan bagian bumi dibawahnya garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi dibawahnya (Triadmojo, 1999).



2.2.



Pesisir Pesisir merupakan salah satu wilayah terluas yang dimiliki oleh Indonesia, sehingga masyarakat Indonesia memanfaatkan sebagai kegiatan ekonomi untuk memenuhi suatu kebutuhan hidup. Menurut Dahuri (2002) dalam Rachmawaty (2011) menyatakan bahwa wilayah pesisir merupakan tempat aktivitas ekonomi yang mencakup perikanan laut dan pesisir, transportasi dan pelabuhan, pertambangan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata serta kawasan pemukiman dan tempat pembuangan limbah. Selain memiliki tingkat ekonomis, wilayah pesisir memiliki nilai ekologis yang cukup tinggi. Berdasarkan pernyataan Astuti (2009) menyatakan wilayah pesisir merupakan pusat interaksi antara darat dengan laut. Wilayah ini berperan sebagai penyangga, pelindung dan penyaring di antara daratan dan lautan, serta merupakan pemusatan terbesar penduduk. Wilayah pesisir merupakan ekosistem



4



alamiah yang produktif, unik, dan mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Selain menghasilkan bahan dasar untuk pemenuhan kebutuhan pangan, keperluan rumah tangga dan industri yang dalam konteks ekonomi bernilai tinggi, wilayah pesisir juga memiliki fungsi-fungsi ekologis penting, antara lain sebagai penyedia nutrien, sebagai tempat pemijahan, tempat budidaya, serta tempat mencari makanan bagi beragam biota laut. Menurut Bengen (2002) dalam Astuti (2009) menyatakan bahwa ekosistem pesisir dan laut berperan pula sebagai pelindung pantai atau penahan abrasi bagi wilayah daratan yang berada di belakang ekosistem ini. Pesisir adalah lingkungan yang terletak di sepanjang garis pantai. Wilayah pesisir pantai merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut, seperti pasang surut dan proses alami yang terjadi di darat seperti aliran air tawar maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat. Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian passang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras (Leksono, 2007). Sebagai wilayah peralihan, ekosistem pesisir memiliki struktur komunitas dan tipologi yang berbeda dengan ekosistem lainya. Ekosistem pesisir dan laut beserta sumberdaya yang dikandungnya sangat dibutuhkan oleh masyarakat pesisir di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Beragam ekosistem yang terdapat di wilayah pesisir secara



5



fungsional saling terkait dan berinteraksi satu sama lain sehingga membentuk suatu sistem ekologi yang unik (Tuwo, 2011).



2.3.



Wilayah Pesisir Sesuai kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat meliputi daratan baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin. Kearah laut mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan kegiatan manusia seperti pertanian dan pencemaran (Abdullah marlang, 2015). Dalam dahuri (2013) wilayah pesisir diartikan sebagai suatu wilayah perairan antara daratan dan lautan dimana ke arah darat adalah jarak secara arbiter dan rata-rata pasang tertinggi dan batas ke arah laut adalah yurisdiksi wilayah propinsi atau state di suatu Negara. Kawasan pesisir merupakan wilayah peralihan antara daratan dan perairan laut. Secara fisiologi didefinisikan sebagai wilayah antara garis pantai hingga kearah daratan yang masih dipengaruhi pasang surut air laut, dengan lebar yang ditentukan oleh kelandaian pantai dan dasarlaut, serta dibentuk oleh endapan lempeng hingga pasir yang bersifat lepas dan kadang materinya berupa kerikil.



6



Adapun cakupan horizontal wilayah pesisir dibatasi oleh dua garis hipotetik. Pertama, kearah darat wilayah ini mencakup daerah-daerah dimana proses-proses oseanografi (angin laut, pasang-surut, pengaruh air laut dan lainlain) yang masih dapat dirasakan pengaruhnya. Kedua, kearah laut daerahdaerah dimana akibat proses-psoses yang terjadi di darat (sedimentasi, arus sungai, pengaruh air tawar, dan lain-lain), maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Dahuri, 2013). Karakteristik-karakteristik itulah Supriharyono (2010), menyatakan bahwa secara alamiah wilayah ini sering disebut sebagai wilayah jebakan nutrient (nutrient trap). Akan tetapi, jika wilayah ini terjadi perusakan lingkungan secara masif karena pencemaran maka wilayah ini disebut juga sebagai wilayah jebakan cemaran (pollutants trap).



7



III. 3.1.



POTENSI DAN PERMASALAHAN



Potensi Kelurahan Mahaas Adapun beberapa potensi dari kelurahan Maahas yaitu : 



Dapat menjadi kampung nelayan maju sehingga memiliki potensi dan dapat berkelanjutan untuk generasi dimasa depan kelurahan Maahas.







Dikenal menjadi kawasan kuliner dan pariwisata seperti warung makan kadompe yang tersebar di pesisir kelurahan maahas serta pemandangan laut yang masih bersih dan jernih.







Ikan kadompe jumlahnya sangat stabil di kelurahan maahas sehingga banyaknya usaha warung makan kadompe.



3.2.



Permasalahan Kelurahan Adapun beberapa permasalahan dari kelurahan Maahas yaitu : 



BBM untuk mesin perahu harganya masih relatif mahal menjadi kendala bagi nelayan kelurahan Maahas.



8







Belum adanya tempat pembuangan sampah di sekitar kelurahan maahas sehingga sebagian sampah-sampah masih terlihat disekitar wilayah pesisir.







Jika terjadinya ombak besar para masyarakat pesisir seperti nelayan susah untuk turun kelaut dan masyarakat yang mempunyai dagangan akan kesulitan dalam berjualan.







Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain karena disebabkan oleh bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan. Selama ini, nelayan hanya menggunakan cara yang tradisional untuk mengawetkan ikan.







Nelayan masih mandiri belum ada kontribusi dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun pemerintah seperti pembuatan perahu bagi nelayan.



9



IV. 4.1.



PEMBAHASAN



Solusi dari Permasalahan Wilayah Pesisir Kelurahan Adapun solusi dari permasalahan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu : 



Perlu adanya tempat pembuangan sampah yang di sediakan oleh pemerintah daerah setempat untuk mengurangi sampah-sampah yang berada di sekitar kelurahan Maahas.







Jika ada masyarakat yang tidak melaut dikarenakan ombak besar ataupun ada alasan lain sampai waktu 1-3 bulan yaitu bisa disiasati dengan melakukan pekerjaan di darat seperti melakukan pembudidayan tambak.







Pemberdayaan ibu-ibu kelurahan Maahas untuk pembuatan suatu produk seperti abon jika kelebihan stok ikan yang didapatkan.







Mengoptimalkan fungsi organisasi nelayan serta koperasi nelayan sebagai pengelola distribusi BBM.







Perlu adanya kebijakan sosial dari pemerintah untuk merespon isu-isu yang bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan masyarakat banyak termasuk masalah nelayan beserta kemiskinannya.



10



4.2.



Kegiatan-kegiatan yang Perlu Dilakukan Adapun



kegiatan-kegiatan



yang



perlu



dilakukan



untuk



mengatasi



permasalahan yang terjadi yaitu : 



Mengadakan sosialisasi dan pelatihan untuk pembuatan suatu produk dari olahan ikan.







Memfasilitasi pengembangan budidaya perikanan, nelayan kecil dan usaha kecil pembudidaya ikan dari dinas perikanan di daerah setempat.







Membangun koperasi nelayan untuk memudahkan masyarakat nelayan maupun pesisir untuk mendistribusikan hasil olahan ikan.



11



V. 5.1.



PENUTUP



Kesimpulan Kelurahan maahas yang berada pada kecamatan luwuk selatan memiliki potensi sumberdaya perairan dan sumberdaya laut yang cukup besar, sehingga Maahas merupakan daerah perikanan yang sangat potensial baik. Hasil tangkapan yang biasa diperoleh nelayan pada umumnya adalah ikan-ikan jenis pelagis dan demersal seperti ikan ikan deho, cakalang, tongkol, kadompe dan lainnya. Keberadaan sumberdaya laut dan perairan dikelurahan Maahas menjadi potensi yang seharusnya mampu terus dikembangkan. Berbagai peluang yang berasal dari sumberdaya laut tentu juga menjadi peluang dalam memotifasi peningkatan kualitas ekonomi masyarakat pada lingkungannya. Pengembangan serta pemanfaatan hasil tangkapan nelayan di Kelurahan Maahas menjadi suatu kebutuhan yang harus terus ditingkatkan, baik oleh pemerintah daerah pada umumnya dan masyarakat setempat pada khususnya. Hasil tangkapan nelayan hanya saat ini masih banyak dimanfaatkan menjadi olahan tradisional seperti ikan kadompe langsung dijual dalam keadaan segar. Mengingat ikan memiliki sifat produk pangan yang cepat mengalami kerusakan akibat kontaminasi mikroorganisme, menjadikan perlu adanya diversifikasi produk olahan ikan sebagai langkah menambahkan daya simpan serta nilai tambah pada produk hasil tangkapan ikan oleh nelayan. Persoalan yang dialami oleh masyarakat nelayan saat ini, kurangnya jalan atau alternatif pengembangan



12



hasil tangkapan serta usaha meningatkan nilai tambah pada hasil tangkapannya, sehingga membuat garis ekonomi masyarakat pesisir juga turut berada pada garis masyarakat miskin. Permasalahan seperti tidak adanya tempat sampah yang disediakan oleh pemerintah setempat membuat kesulitan tersendiri bagi masyarakat pesisir kelurahan Maahas untuk membuang sampah. Adapun permasalahan yang dialami oleh nelayan seperti mahalnya bahan bakar minyak (BBM) dan kurang perhatiannya pemerintah atau dinas terkait nelayan untuk memfasilitasin terkait kebutuhan yang diperlukan oleh nelayan. 5.2.



Saran Perlu adanya kegiatan yang menunjang perekonomian nelayan terutama kegiatan yang melibatkan istri-istri nelayan dan perlu adanya perhatian dari pemerintah setempat melalui kegiatan yang dapat meningkatkan SDM (sumberdaya



manusia)



dan



mental



usaha



nelayan.



13



DAFTAR PUSTAKA Bambang Triatmodjo, 1999. Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta. Bengen, D G. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Pesisir dan Laut Serta Prinsip Pengelolaannya. Cetakan Kedua. Bogor: Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor. Dahuri, R et al.2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Peisisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.



14



LAMPIRAN



Gambar 1. Lokasi Praktikum dilihat dari Google Maps Kelurahan Maahas



Gambar 2. Proses wawancara dengan kepala nelayan kelurahan Maahas



15



Gambar 3. Lokasi praktikum di kelurahan Maahas



16