LAPORAN PRAKTIKUM2 - Fatchur Rozaq [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Hari,



tanggal



: Rabu, 23 September 2020



Dosen : Ir. Fahrizal Hazra, M.Sc Asisten Praktikum : 1. Silvia Elysaputri (A14170020) 2. Dimas Syahiddin (A14170066) 3. Desty Rahmadhany (A14170067) 4. Kholis Tanuwijaya (A14170084)



Isolasi Mikrob Potensial: Rhizobium, Azospirillum, dan Mikrob Pelarut Phospat



Nama



: Fatchur Rozaq



NIM



: X1004201034



Kelompok



:1



Hari Praktikum



: Rabu



DIVISI BIOTEKNOLOGI TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2020



PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah merupakan media tempat tumbuhnya tanaman. Tanah juga merupakan habitat bagi berbagai mikrob yang hidup di dalamnya. Antara tanaman dengan mikrob dalam tanah terjadi suatu hubungan saling ketergantungan yang sangat erat. Oleh karena itu populasi mikrob tanah ditentukan oleh kualitas vegetasi di atasnya. Sebaliknya, aktivitas mikrob dalam tanah juga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan menentukan produktivitas lahan tempat mereka hidup. Untuk menyeleksi atau memisahkan dari sekian banyak mikrob didalam tanah dibutuhkan pengisolasian mikrob. Isolasi mikrob adalah suatu proses memisahkan suatu mikrob dari habitatnya atau lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan. Mikrob potensial seperti mikrob penambat N2 sangat berpengaruh dalam meningkatkan ketersediaan unsur nitrogen di dalam tanah sehingga dapat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. Mikrob penambat N2 ada yang bersifat simbiotik dengan membentuk bintil akar di perakaran tanaman, misalnya Rhizobium, ataupun non-simbiotik yang hidup bebas di tanah dan sekitar perakaran tanaman, misalnya Azotobacter dan Azospirillum. Fosfat (P) merupakan unsur hara makro yang berperan penting bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Namun, ketersediaan fosfat di dalam tanah rendah, sehingga peran mikrob pelarut fosfat sangat penting untuk ketersediaan P di dalam tanah. Sebagai upaya untuk mengetahui keberadaan Bakteri Rhizobium, Azospirillum, dan Bakteri Pelarut Fosfat (MPF), maka dilakukan inventarisasi dan isolasi bakteri tersebut, dengan harapan akan didapatkan bakteri yang potensial, yang nantinya dapat dikembangkan sebagai pupuk hayati guna meningkatkan kesuburan tanah. Tujuan Praktikum ini bertujuan mengetahui cara mengisolasi Rhizobium dari nodul (bintil akar) dengan menggunakan media YEMA (Yeast Extract Mannitol Agar), Azospirillum dengan menggunakan media NFB (Nitrogen Free Bromtimol blue) semisolid, dan MPF (Mikrob Pelarut Fosfat) dengan menggunakan media pikovskaya.



TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Tanah merupakan media tempat tumbuhnya tanaman. Tanah juga merupakan habitat bagi berbagai mikrob yang hidup di dalamnya. Antara tanaman dengan mikrob dalam tanah terjadi suatu hubungan saling ketergantungan yang sangat erat. Oleh karena itu populasi mikrob tanah ditentukan oleh kualitas vegetasi di atasnya. Sebaliknya, aktivitas mikrob dalam tanah juga akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan menentukan produktivitas lahan tempat mereka hidup. Mikrob penghuni ekosistem tanah diperkirakan sejumlah seperempat dari seluruh organisme di bumi. Diilustrasikan bahwa dalam satu sendok teh tanah kebun yang subur dapat ditemukan ribuan spesies, milyaran individu bakteri dan ratusan meter jaringan hifa jamur. BIS (2010) memperkirakan total biomassa bakteri pada tanah padang rumput di daerah mencapai 1-2 ton/ha yang setara dengan berat 1-2 ekor sapi. Walaupun ukurannya sangat kecil, mikrob tanah bertanggung jawab terhadap sebagian besar proses-proses biologis (60-80%) yang berkaitan dengan siklus unsur hara dan dekomposisi bahan organik (Ekamaida, 2017). B. Bintil Akar atau Nodul Menurut (Sari, 2018) Koleksi bintil akar dilakukan dengan cara mencabut akar tanaman secara hati-hati. Buat lingkaran pada tanaman dengan radius 15 cm dengan menggunakan sendok tanah. Lalu cabut tanaman dengan memasukkan sendok tanah dengan kedalaman 20 cm. Perlahan-lahan angkat akar tanaman, bersihkan tanah dari akar dengan tangan. Lalu pindahkan bintil akar ke dalam plastik dan simpan dalam kotak es sebelum diisolasi. Bintil akar diletakkan di atas saringan lalu dicuci dengan cara mengalirinya dengan air. Bintil akar segar dapat disimpan dalam lemari es semalam. Untuk penyimpanan yang lama, disarankan disimpan dalam tabung gelas kering. Bintil akar yang aktif menambat nitrogen mengandung protein yang disebut leghaemoglobin, berwarna merah muda-merah, atau kecoklatan. Bintil akar yang tidak efektif kurang leghaemoglobin, berwarna putih. C. Isolasi Mikrob Potensial Isolasi bakteri adalah suatu proses memisahkan suatu bakteri dari habitatnya atau lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan. Sebelum isolasi dilakukan perlu diketahui cara-cara menanam dan



menumbuhkan bakteri pada medium biakan tertentu yang sesuai dengan jenisnya serta syarat-syarat lain untuk pertumbuhannya. Memindahkan bakteri dari medium lama kedalam medium yang baru diperlukan ketelitian dan sterilisasi alat-alat yang digunakan agar tidak terjadi kontaminasi. Pada pemindahan bakteri dicawan petri setelah agar baru, maka cawan petri tersebut harus dibalik, hal ini berfungsi untuk menghindari adanya tetesan air yang mungkin melekat pada dinding tutup cawan petri. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan isolasi mikrob, yaitu : 1) Sifat setiap jenis mikroorganisme yang akan di isolasi, 2) Media pertumbuhan yang sesuai, 3) Cara menginokulasi mikroorganisme, 4) Cara menguji mikroorganisme yang telah di isolasi sesuai dengan yang diinginkan, 5) Cara memelihara agar mikroorganisme yang telah di iosolasi tetap merupakan kultur murni. Terdapat beberapa teknik isolasi mikrob, yaitu : a)



Spread plate (agar tabur ulas)



Spread plate adalah teknik menanam dengan menyebarkan suspensi bakteri di permukaan agar, agar diperoleh kultur murni. Prosedur kerjanya adalah suspensi cairan diambil sebanyak 0,1 ml dengan mikropipet kemudian teteskan diatas permukaan agar yang telah memadat. Trigalski kemudian dibakar diatas bunsen dan didinginkan beberapa detik. Kemudian suspensi diratakan dengan menggosokannya pada permukaan agar, penyebaran akan lebih efektif bila cawan ikut diputar. Pada spread plate diteteskannya bakteri sebanyak 0,1 ml karena bertujuan untuk menumbuhkan dipermukaan saja. b) Pour plate (agar tuang) Teknik ini memerlukan agar yang belum padat dan dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri dan dihomogenkan lalu dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebabkan sel-sel bakteri tidak hanya terdapat pada permukaan agar saja tapi juga di dalam atau dasar agar sehingga bisa diketahui sel yang dapat tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan di dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung O2. Prosedur kerjanya adalah penyiapan petridish dan tabung pengenceran, selanjutnya 1 ml suspensi bakteri diteteskan secara aseptis ke dalam cawan kosong. Medium yang masih cair dituang ke dalam petridish lalu petridish di putar membentuk angka 8 agar suspensi bakteri dan media homogen, kemudian diinkubasi. Pada pour plate diteteskan sebanyak 1 ml karena membutuhkan ruang yang lebih luas untuk penyebarannya sehingga diberikan lebih banyak dari pada



spread plate. c)



Teknik Penanaman dengan Goresan (Streak)



Bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium baru. d) Goresan Sinambung Prosedur kerjanya adalah inokulum loop (ose) disentuhkan pada koloni bakteri dan gores secara kontinyu sampai setengah permukaan agar. Lalu petridish diputar 180o dan dilanjutkan goresan sampai habis. Goresan sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru. e)



Goresan T



Prosedur kerjanya adalah petridish dibagi menjadi 3 bagian menggunakan spidol dan daerah tersebut diinokulasi dengan streak zig-zag. Ose dipanaskan dan didinginkan, lalu distreak zig-zag pada daerah berikutnya. f)



Goresan Kuadran (Streak quadrant)



Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda yaitu dibagi empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih mengandung banyak sel mikroorganisma. Goresan selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dari goresan pertama sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni tunggal (Moenir, 2013). D. Mikrob Potensial 1) Bakteri Rhizobium Bakteri Rhizobium atau bintil akar merupakan bakteri rizosfir yang mampu melakukan penambatan nitrogen udara melalui simbiosis dengan tanaman kacangkacangan, dan secara genetik sangat beragam dan secara fisiologi merupakan kelompok mikrob yang heterogen, oleh karena itu diklasifikasikan sesuai kemampuannya membentuk bintil akar pada sekelompok tanaman dari famili Leguminosae. Klasifikasi ini mengacu pada kelompok ”inokulasi silang”, dimana satu spesies Rhizobium dapat membentuk bintil akar pada semua jenis legum dalam satu kelompok legum. Berdasarkan sequen 16S ribosomal RNA, rhizobia dikelompokkan ke dalam tiga genus, yaitu Rhizobium, Bradyrhizobium, dan Azorhizobium (Young et al., 1991; Willems & Collins, 1993; Yanagi & Yamasato, 1993). Selanjutnya Young & Haukka (1996) mengelompokkan rhizobia menjadi lima genus, yaitu Rhizobium, Bradyrhizobium, Azorhizobium, Sinorhizobium dan Mesorhizobium. De Lajudie et al.



(1998) menambah satu genus lagi, yaitu Allorhizobium, sehingga jumlahnya menjadi enam genus. Secara umum Rhizobia dibedakan atas rhizobia tumbuh lambat yakni Bradyrhizobium dan rhizobia tumbuh cepat yakni Sinorhizobium. 2) Bakteri Azozpirillum Bakteri Azozpirillum merupakan bakteri yang hidup bebas dan mempunyai kemampuan menambat nitrogen dari udara, banyak ditemukan hampir di tiap niche ekologi tanah. Bakteri ini biasanya berasosiasi dengan tanaman, sistem perairan, dan sedimen. Konsep aerobik diazotroph adalah bakteri yang berada di sekitar perakaran tanaman yang mampu menggunakan molekul N2 sebagai sumber nitrogen untuk pertumbuhannya. Pada umumnya bakteri ini mempunyai mekanisme untuk melindungi enzim dari pengaruh oksigen meskipun bakteri ini sendiri memerlukan oksigen untuk respirasi dan pembentukan ATP. Mekanisme ini dikenal dengan istilah perlindungan respirasi (respiratory protection). Untuk mengatasi permasalahan oksigen, beberapa bakteri mempunyai ciri khusus seperti Azospirillum yang termasuk aerobik diazotrof, bersifat mikroaerofilik yaitu menambat nitrogen pada kondisi tekanan oksigen sangat rendah (0,007 atm atau 0,7 KPa) dan sistem perlindungan respirasi pada Azotobacter memerlukan banyak substrat karbon untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan pertumbuhannya. Beberapa spesies Azotobacter menghasilkan protein untuk mengikat nitrogenase dan melindunginya dari kerusakan oleh oksigen. Selain itu, beberapa bakteri aerobik diazotrof menghasilkan koloni besar dan gummy (ekstraselular polisakarida) pada media agar bebas nitrogen yang berfungsi sebagai penghalang (barrier), sehingga bagian dalam koloni terbebas dari oksigen. 3) Mikrob Pelarut Fosfat (MPF) Fosfat merupakan salah satu unsur makro esensial, tidak hanya bagi kehidupan tumbuhan tetapi juga bagi biota tanah. Aktivitas mikroba tanah berpengaruh langsung terhadap ketersediaan fosfat di dalam larutan tanah. Sebagian aktivitas mikroba tanah dapat melarutkan fosfat dari ikatan fosfat- tak larut (melalui sekresi asam-asam organik) atau mineralisasi fosfat dari bentuk ikatan fosfat-organik menjadi fosfat-anorganik. Selain tanaman, fosfat anorganik terlarut juga digunakan oleh mikroba untuk aktivitas dan pembentukan sel-sel baru, sehingga terjadi pengikatan (immobilisasi) fosfat. Mikroba tanah seperti bakteri Pseudomonas, Bacillus, Escherichia, dan Xanthomonas, serta fungi Aspergillus, Penicillium, dan Culfularia dan golongan Actinomesetes seperti Streptomyces mempunyai kemampuan melarutkan fosfat-anorganik tak larut dengan mensekresikan asam-asam organik. Setiap mikroba pelarut fosfat (MPF) menghasilkan jenis dan jumlah asam organik yang berbeda dan ada kemungkinan satu jenis MPF menghasilkan lebih dari satu jenis asam organik. Kemampuan asam organik melarutkan fosfat menurun dengan menurunnya konstanta stabilitas (log K) menurut urutan sebagai berikut: asam sitrat >



oksalat > tartat > malat > laktat > glukonat > asetat > format. Fosfat di dalam tanah secara alami terdapat dalam bentuk organik dan anorganik. Kedua macam bentuk tersebut merupakan bentuk fosfat yang tidak larut atau sedikit larut, sehingga ketersediaannya bagi biota tanah sangat terbatas. Mineral fosfat anorganik pada umumnya terikat sebagai AlPO4.2H2O (variscite) dan FePO4.2H22O (strengite) pada tanah masam dan sebagai Ca3(PO44)2 (trikalsium fosfat) pada tanah basa. Asam- asam organik sangat berperan dalam pelarutan fosfat karena asam organik tersebut relatif kaya akan gugus-gugus fungsional karboksil (−COO−¿ ¿) dan hidroksil (−O−¿ ¿) yang bermuatan negatif sehingga memungkinkan untuk membentuk senyawa komplek dengan ion (kation) logam yang biasa disebut chelate. Asam-asam organik mengchelate Al, Fe atau Ca, mengakibatkan fosfat terlepas dari ikatan AlPO 4.2H2O atau FePO4.2H22O atau Ca3(PO44)2 sehingga meningkatkan kadar fosfat-terlarut dalam tanah. Keadaan ini akan meningkatkan ketersediaan fosfat dalam larutan tanah (Saraswati, 2007). D. Media Isolasi Mikrob Potensial Menurut (Prihastuti, 2012 ) isolasi Rhizobium diambil dari nodul (bintil akar) yang diinokulasikan pada permukaan media YEMA (Yeast Extract Mannitol Agar). Pada umumnya koloni Rhizobium pada media YEMA adalah sirkular, berwarna krem, lengket, struktur raised dan translucent. Menurut (Erfin, 2016) isolasi Azospirillum menggunakan media NFB (Nitrogen Free Bromtimol blue) semipadat. Hasil isolasi positif Azospirillum ditunjukkan dengan adanya pelikel di sekitar permukaan medium semipadat tersebut. Menurut (Respati, 2017) isolasi Mikrob Pelarut Fosfat (MPF) menggunakan media pikovskaya. Hasil isolasi MPF pada media ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan koloni yang mempunyai zona bening pada bagian pinggir tubuhnya



METODOLOGI



Alat dan Bahan 1. Isolasi Rhizobium No. Alat 1 Cawan petri 2 Bunsen, pinset 3 Tabung reaksi 4 Erlenmeyer 5 Jarum oose 6 Batang 7 Inkubator 8 Shaker/Pengocok



Bahan Nodul legum (kacang-kacangan) Media YEMA Larutan fisiologis Larutan chlorox Alkohol 70% Aquades    



2. Isolasi Azospirillum



No.



Alat



Bahan



1



Erlenmeyer 250 ml



Sampel tanah rumput



2



Tabung reaksi 9 ml



Larutan fisiologis (0,85% NaCl)



3



Pipet 1 ml



Media NFB



4



Bunsen



 



5



Shaker/Pengocok



 



3. Isolasi Mikrob Pelarut Fosfat (MPF)



No.



Alat



1



Erlenmeyer 250 ml



Sampel tanah sampah



2



Tabung reaksi



Larutan fisiologis (0,85% NaCl)



3



Pipet 1 ml



Medium Pikovskaya.



4



Bunsen



 



5



Shaker Pengocok



 



Langkah Kerja 1. Isolasi Rhizobium A. Metode Sterilisasi dan Isolasi



Bahan



Memotong Bintil akar



Menggerus Bintil Akar dalam Larutan Fisiologis



Mengambil Bintil yang digerus dengan Jarum Ose



Aquadest +10 detik



Clorox +-10 detik



Aquadest +10 detik



Aquadest +10 detik



Aquadest +10 detik



Aquadest +10 detik



Alkohol +-10 detik



Aquadest +10 detik



Menggosokkan pada media



Menginkubasi selama 7 hari. Amati setelah 2 hari



B. Inokulasi Padaedium YEMA Menggoreskan jarum ose yang terdapat isolat ke permukaan media YEMA



Mengambil Bintil yang digerus dengan Jarum Ose



Hasil penggoresan



2. Isolasi Azospirillum



Mengocok sampel tanah 10 gr dengan LF 90 ml selama 30 menit



Membuat seri pengenceran pada taraf 10-2, 10-3, dan 10-4



Mengamati pembentukan partikel pada hasil inkubasi



Menginokulasikan 1 ml larutan fisiologis tersebut ke dalam medium NFB semi padat



Inkubasi selama 714 hari



Contoh pengenceran (10-1)



(10-2)



(10-3)



(10-4)



9 ml LF



9ml LF



9ml LF



LF + 10 gr Tanah rumput



(A) (B) (C) (10-2)



(A)



(B) (C) (10-3)



(A) (B) (C) (10-4)



3. Isolasi Mikrob Pelarut Fosfat (MPF)



Mengocok sampel tanah 10 gr dengan LF 90 ml selama 30 menit



Membuat seri pengenceran pada taraf 10-2, 10-3, 10-4 10-5.



Menginokulasikan seri pengenceran 10-3, 10-4 10-5. ke media Pikovskaya



Mengamati pembentukan partikel pada hasil inkubasi, bening bagian pinggir berarti ada biakan



Memasukkan dalam inkubator selama 7-14 hari



Contoh pengenceran (10-1)



(10-2)



(A)



(B)



(10-3)



(A)



(10-4)



(B)



(A)



HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan



(10-5)



(B)



(A)



(B)



Tabel 1. Populasi Rhizobium Jenis Tanaman



Ulangan 1 2 1



Arachis Pintoi Mimosa pudica



Jumlah koloni hari ke 3 5 7 59 59 59 27 27 27 44 44 44



2



69



69



CFU 43 57



69



Tabel 2 Populasi Azospirillum Jenis Tanah Tanah Rumput



Ulangan



Pengencera n



1



10-2 10-3 10-4



+ + +



2



Nilai 3



MP



Jumlah



Jumlah sel/ g



Sel



tanah



400



65,041



N + +



+ +



Tabel 3 Populasi Mikrob Pelarut Fosfat (MPF) Jumlah koloni Jenis Pengencer Ulang hari ke Tanah -an -an 3 5 7 1 13 14 14 10-3 2 13 15 15 Tanah 1 14 14 14 10-4 2 12 12 12 Sampah 1 4 10 10 10-5 2 1



4



CFU



CFU/ g tanah



14500



2089,337



130000



18731,9885



550000



79250,7205



Rata-rata CFU/ g tanah



33357,348



Pembahasan Berdasarkan tabel 1 diperoleh koloni mikrob Rhizobium terbanyak (CFU) yakni pada jenis tanaman putri malu (Mimosa pudica) sebesar 57. Sedangkan koloni terendah (CFU) yakni pada jenis tanaman kacang hias (Arachis Pintoi) sebesar 43. Adanya perbedaan jumlah koloni tersebut bisa disebabkan karena jumlah bintil akar yang berbeda sangat mempengaruhi jumlah koloni bakteri. Dapat juga disebabkan karena faktor kondisi media lapang tanah (tempat bintil akar sebelum di isolasi ke media YEMA) dan tingkat adaptasi bakteri pada media YEMA. Kondisi yang sangat mempengaruhi populasi bakteri di lapang diantaranya adalah tekstur tanah dan pH



tanah. pH yang diinginkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri Rhizobium yaitu sebesar 6,68. Selain itu dalam percobaan tersebut terdapat ketidaksamaan jumlah koloni antara ulangan 1 dan 2 meskipun menggunakan jenis bintil akar yang sama. Hal ini bisa dikarenakan karena kurang tepatnya pemberian nutrisi didalam suatu media isolasi. Karena apabila terdapat ketidakseimbangan jumlah mikrob dengan nutrisi maka akan menyebabkan sebagian koloni atau mikrob tersebut mati atau tidak dapat tumbuh karena nutrisi tersebut digunakan mikrob untuk bertahan hidup. Berdasarkan tabel 2 diperoleh jumlah sel mikrob Azospirillum sebanyak 400. Pada penentuan populasi mikrob Azospirillum ini menggunakan kondisi pengenceran yang berbeda. Pada pengenceran 10-2 tidak terdapat mikrob pada ulangan ke-3. Pada pengenceran 10-3 tidak terdapat mikrob pada ulangan ke-2. Pada pengenceran 10-4 terdapat mikrob disetiap ulangan. Menurut teori, semakin banyak dilakukannya pengenceran maka hasil yang diharapkan akan semakin kecil dan bisa untuk dihitung dan dilihat dengan mata telanjang. Pada praktikum ini terdapat beberapa ulangan yang tidak terdeteksi adanya mikrob yakni pada pengenceran 10 -2 dan 10-3. Hal ini bisa disebabkan karena terlalu sering membuka cawan petri sehingga akan dapat menimbulkan adanya kontaminasi oleh bakteri dari udara. Berdasarkan tabel 3 diperoleh koloni MPF terbanyak (CFU) yakni pada pengenceran 10-5 sebesar 550000. Pada pengenceran 10-4 diperoleh CFU sebesar 130000. Pada pengenceran 10-3 diperoleh CFU sebesar 14500. Pada praktikum ini juga didapat rata – rata jumlah koloni terbanyak pada kondisi pengenceran terendah yakni 10-3, karena semakin banyak dilakukannya pengenceran maka hasil yang diharapkan akan semakin kecil dan bisa untuk dihitung dan dilihat dengan mata telanjang. Selain itu dalam percobaan tersebut terdapat ketidaksamaan jumlah koloni antara ulangan 1 dan 2 meskipun menggunakan kondisi pengenceran yang sama. Hal ini bisa disebabkan karena terlalu sering membuka cawan petri sehingga akan dapat menimbulkan adanya kontaminasi oleh bakteri dari udara.



PENUTUP Kesimpulan 1. Populasi mikrob Rhizobium diperoleh jumlah koloni (CFU) pada jenis tanaman putri malu (Mimosa pudica) sebesar 57, sedangkan jumlah koloni (CFU) pada jenis tanaman kacang hias (Arachis Pintoi) sebesar 43 2. Pada populasi mikrob Azospirillum diperoleh jumlah sel mikrob Azospirillum



sebanyak 400, sehingga diperoleh jumlah sel per gram tanah sebesar 65.041 3. Pada populasi mikrob pelarut fosfat (MPF) diperoleh jumlah koloni (CFU) pada kondisi pengenceran 10-3 sebesar 14500 dan CFU per gram tanah sebesar 2089.337, sedangkan jumlah koloni (CFU) pada kondisi pengenceran 10 -4 sebesar 130000 dan CFU per gram tanah sebesar 18731.9885, sedangkan jumlah koloni (CFU) pada kondisi pengenceran 10-5 sebesar 550000 dan CFU per gram tanah sebesar 79250.7205, sehingga diperoleh rata – rata CFU per gram tanah sebesar 33357.348 4. Faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah koloni mikrob adalah kondisi tanah, inkubasi, tekstur tanah, iklim, topografi, nutrisi dalam media isolasi, dan kesterilan suatu alat. Saran 1. Praktikan sebaiknya harus lebih teliti saat menghitung perhitungan. Seharusnya sebelumnya harus dipelajari terlebih dahulu kalau belum paham ditanyakan ke aslabnya sampai paham 2. Praktikan seharusnya melakukan praktikum dengan teliti untuk menghindari kontaminasi sehingga berakibat ketidaksesuaian data



DAFTAR PUSTAKA Ekamaida. 2017. Menghitung Total Bakteri Pada Tanah Organik Limbah Rumah Tangga Dan Tanah Anorganik Dengan Metoda Total Plate Count (Tpc). Jurnal Penelitian. 4(2):87–91. Erfin. 2016. Identifikasi Bakteri Azospirillum dan Azotobacter pada Rhizosfer Asal Komba-Komba (Chromolaena odorata). Jitro. 3(2):30–38.



Moenir, M. 2013. Isolasi Bakteri Heterotrofik Anaerobik Pada Pengolahan Air Limbah Industri Tekstil. Jurnal Kemenperin. 1 – 12. Prihastuti. 2012. Kemunduran Kualitas Pupuk Hayati Rhizobium. Jurnal Sains dan Matematika. 1(1):1–5. Respati, NY. 2017. Kemampuan Pelarutan Fosfat Oleh Bakteri Termofilik Pada Variasi Suhu dan pH. Jurnal Biologi. 1–10. Saraswati, R. 2007. Metode Analisis Biologi Tanah. Bogor : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Sari, E. 2018. Isolasi Dan Karakterisasi Rhizobium Dari Glycine Max L. Dan Mimosa Pudica Linn. Jurnal Penelitian Biologi Botani Zoologi dan Mikrobiologi. 03(2):55–62.



LAMPIRAN Rumus perhitungan : Cawan Hitung 1 CFU = x Ʃ Koloni fP Keterangan : CFU : Jumlah koloni mikroorganisme dari sejumlah contoh tanah di hari terakhir pengamatan



Fp



: Faktor pengenceran



Rumus perhitungan : Metode MPN 1 Ʃ sel = x Nilai MPN fP Keterangan : ∑ sel : Jumlah sel mikroorganisme dari sejumlah contoh tanah Fp : Faktor pengenceran terendah Nilai MPN : Nilai MPN yang dapat dilihat pada tabel 1. Perhitungan Jumlah Koloni Rhizobium pada Jenis Tanaman Arachis Pintoi 1 x Ʃ Koloni fP 1 59+27 ¿ CFU = x ( 1 2 CFU = 43 CFU =



2. Perhitungan Jumlah Sel Azospirillum pada Jenis Tanah Rumput 1 x Nilai MPN fP 1 Ʃ sel = −2 x 4 10 Ʃ sel = 400 Ʃ sel =



∑ sel gr tanah



=



400 = 65.041 6.150



3. Perhitungan Jumlah Koloni Mikrob Pelarut Foafat (MPF) pada Jenis Tanah Sampah untuk Pengenceran 10−3



CFU =



1 x Ʃ Koloni fP



CFU =



1 x 14.5 10−3



CFU = 14500 CFU 14500 = = 2089.37 gr tanah 6.94



Rata – rata



∑ sel gr tanah



=



(2089.37+18731,9885+79250,7205) = 33357,348 3



LAMPIRAN



Gambar 1 Isolasi Rhizobium sp. Gambar Azospirillum :



Gambar 1. Isolasi 10-2 hari 3



Gambar 4. Isolasi 102 hari 5



Gambar 7. Isolasi 10-2 hari 7



Gambar 2. Isolasi 10-3 hari 3



Gambar 5. Isolasi 10-3 hari 5



Gambar 8. Isolasi 10-3 hari 7



Gambar 3. Isolasi 10-4 hari 3



Gambar 6. Isolasi 10-4 hari 5



Gambar 9. Isolasi 10-4 hari 7



Gambar 3 Isolasi Mikrob Pelarut Fosfat