Laporan Project Hidrologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PROJECT HIDROLOGI PERMASALAHAN DAS CITARUM  



    Disusun oleh : Kelompok 3 1.      Andani Jamilah M       E14190005 2.      Ayu Oktivia S



          E14190044



3.      Albert Hutabarat          E14190046 4.      Dicky Christian S         E14190086 5.        Mochammad Alfian   E14190077   Kelas Praktikum: P2 Hidrologi Rabu Siang     DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR



BAB I PENDAHULUAN Sungai Citarum merupakan sungai utama dan salah satu sungai terbesar di Pulau Jawa dengan panjang ± 300 km, dan luas DAS 6.080 km2. Sungai citarum merupakan sungai utama di DAS Citarum yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti sebagai sumber air baku air minum Kota Jakarta. Sungai Citarum berhulu di Gunung Wayang yang terletak di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung pada ketinggian 2182 m di atas permukaan laut dan bermuara di Laut Jawa (Kurniasih 2002). Sungai Citarum melintasi 7 Kabupaten dan 2 Kota yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bekasi serta kota Bandung dan Kota Camahi. Anak-anak sungai Citarum berjumlah ± 36 anak sungai dengan panjang ± 873 Km1). Berdasarkan Data BPS tahun 2009 Jumlah Penduduk di sekitar Sungai Citarum adalah 15.303.758 jiwa. Jumlah ini semakin bertambah secara tak terkendali dari tahun ke tahun dan menimbulkan berbagai macam permasalahan, terutama di wilayah sungai Citarum (Imansyah 2012). DAS Citarum Hulu dengan luas 175.158,9 ha. Terdapat 7 wilayah administrasi di dalam DAS Citarum Hulu, yaitu Kabupaten Bandung yang meliputi 75,6% dari luas keseluruhan, Kota Bandung 9,5%, Kabupaten Sumedang 7,8%, Kabupaten Bandung Barat 6,2%, Kabupaten Garut 0,69%, Kota Cimahi 0,02%, dan Kabupaten Subang 0,02%.Topografi DAS dikelilingi oleh pegunungan dan punggung bukit membentuk sebuah cekungan dengan elevasi tertinggi 2.600 m dan terendah 640 m. Panjang aliran sungai Citarum dari hulu Situ Cisanti hingga titik SPAS Nanjung adalah 70.2 km. Kelas kemiringan lereng dominan adalah kelas datar mencapai 44% dari luasan total DAS Citarum Hulu. Kelas kemiringan lereng lainnya adalah kelas landai (23,9%), kelas agak curam (22%), kelas curam (9,7%), dan kelas sangat curam (0,4%). Curah hujan wilayah rataan selama 10 tahun terakhir adalah 2.535 mm/tahun dan curah hujan terdistribusi tidak merata mengikuti kondisi topografi permukaan (Fadhil et al. 2021). DAS Citarum berbatasan dengan DAS lain, diantaranya adalah: Sebelah utara : Berbatasan dengan DAS Citarum tengah, DAS Cipunagara Sebelah selatan: Berbatasan dengan DAS Cilaki, Cipandak, dan Cibuni Sebelah barat : Berbatasan dengan Sub DAS Ciminyak Sebelah timur : Berbatasan dengan DAS Cimanuk. Banyaknya wilayah yang dilewati oleh DAS citarum ini tentunya banyaj juga limbah yang dibuang ke DAS ini, terlebih daerah industri seperti di daerah kabupaten bandung seperti yang Dilansir dari citarumharum.jabarprov.go.id Das citarum termasuk kedalam wilayah kritis, Luas lahan kritis di wilayah DAS Citarum mencapai sekitar 29.24% dari total seluruh wilayah DAS Citarum yang terdiri dari kategori sangat kritis dan kritis. Limbah industri pencemaran Sungai Citarum Hulu berada di daerah Malaya, Rancaekek, Cimahi, Banjaran, Cisirung dan Batu Jajar (Kurniasih 2002). Pemanfaatan Sungai Citarum didasari berbagai oleh keperluan masyarakat, dan tidak hanya digunakan oleh 7 kabupaten dan 2 Kota di Jawa Barat namun juga sebagai sumber air baku air minum Kota Jakarta. (Kurniasih 2002). Sayangnya kondisi Sungai Citarum sudah sangat tercemar dengan limbah, sementara air yang berada di sungai merupakan sumber kehidupan. Salah satu indikasi pencemaran terbukti dari penelitian Astuti dan Lismining (2018), yang menunjukkan kondisi oksigen terlarut (DO) yang rendah, sehingga memengaruhi keberadaan,



pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan di Sungai Citarum dan berakibat pada terjadinya pengurangan jenis-jenis ikan yang hidup di dalamnya. Upaya melakukan pembersihan sungai Citarum telah dilakukan mulai pada tahun 2014. Pemerintah Provinsi Jawa Barat meluncurkan program gerakan Citarum BESTARI (Bersih Sehat Indah dan Lestari) dilandasi PERGUB 78 2005 sebagai upaya penanggulangan Sungai Citarum. Perlu adanya kerjasama dari semua pihak dan lapisan masyarakat untuk dapat mewujudkannya, terutama masyarakat yang tinggal disekitar sungai Citarum (Widyasari 2017).



BAB II PEMBAHASAN Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang di batasi oleh gunung dimana air hujan yang jatuh akan ditampung, DAS memegang peranan penting dalam kehidupan manusia baik sebagai konsumsi rumah tangga maupun irigasi pertanian dan air minum. DAS berbentuk seperti sungai yang memiliki bagian hulu dan hilir. Bagian hulu sungai merupakan sumber aliran yang mengalir ke bagian sungai di bawahnya. Hal ini menunjukkan bahwa bagian hulu sungai memegang peran penting dan mempengaruhi kondisi bagian sungai di bawahnya. Bukan berarti bagian lain pada sungai tidak perlu dijaga kelestariannya, tetapi bagian hulu ini perlu menjadi prioritas karena fungsinya yang sangat penting (Imansyah MF 2012). Tercemarnya bagian hulu Sungai Citarum khususnya di Kabupaten Bandung didominasi rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap kelestarian alam yang menimbulkan berbagai permasalahan yang terjadi akibat beralihnya daerah Kawasan lindung (hutan dan non hutan) menjadi Kawasan permukiman,pertanian, peternakan, dan industri. Permasalahan alihguna Kawasan hutan berdampak negative karena dilakukan tanpa perencanaan dan pengawasan. Berkurangya kawasan hutan mengakibatkan siklus hidrologi terganggu yang menyebabkan terjadi masalah/bencana seperti erosi tanah di daerah hulu menyebabkan tingginya tingkat sedimentasi di daerah tengah dan hilir, menyebabkan pendangkalan sungai karena luasan penampang bertambah kecil, yang pada akhirnya menyebabkan air sungai meluap melebihi kapasitas dan mengakibatkan banjir (Imansyah MF 2012) Pencemaran sungai citarum juga terjadi akibat bertambahnya jumlah lahan kritis akibat perencanaan dan pengawasan yang kurang baik. Lahan kritis yang terlalu luas menyebabkan run-off meningkat yang akhirnya menyebabkan banjir, terutama di musim hujan apabila tidak dilakukan penanganan secara menyeluruh. Pemanfaatan yang berlebihan atau pengelolaan lahan yang salah telah menimbulkan kemerosotan produktivitas lahan yang akhirnya menjadi lahan kritis. Lahan kritis adalah lahan yang karena tidak sesuai penggunaan tanah dan kemampuannya, telah mengalami atau dalam proses kerusakan fisik-kimia-biologi, yang akhirnya membahayakan fungsi hidroorologi, produksi pertanian, pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi (Nugroho SP 2000) Terlebih lagi, pencemaran terhadap sungai oleh limbah domestik, yaitu air limbah yang berasal dari permukiman, pertanian, peternakan, dan industri. Kotornya sungai Citarurm bagian hulu ini diakibatkan pencemarah limbah domestic yang tanpa pengolahan terlebih dahulu langsung dibuang ke sungai. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan menimbulkan kurangnya ketersediaan infrastruktur pengelolaan sampah dan limbah yang membuat masyarakat mengambil jalan pintas yaitu membuang limbah ke sungai (Imansyah MF 2012). Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran air dan tanah berasal dari pabrik, manufaktur, industri kecil, dan industri perumahan yang merupakan limbah padatan lumpur, bubur yang berasal dari pengolahan, sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam, dan industri kimia lainnya (Rama et al. 2009). Limbah industri jauh lebih intens dalam hal konsentrasi yang mengandung bahan-bahan berbahaya terutama logam berat. Logam berat



merupakan elemen yang tidak dapat terurai(persisten) dan dapat terakumulasi melalui rantai makanan (bioakumulasi), dengan efek jangka panjang yang merugikan pada makhluk hidup, manusia dan binatang (Terangna 1991). DAS Citarum menjadi salah satu sungai yang mendapatkan perhatian karena kepentingan dan juga kondisinya yang sudah kritis, beberapa solusi telah diimplementasikan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas air DAS. Permasalahan tersebut tidak luput dari peran masyarakat, dimana kurangnya kesadaran yang menimbulkan kondisi DAS menjadi memburuk. Solusi dari permasalahan ini tentunya dengan mengadakan sosialiasi lebih lanjut terhadap masyarakat terkait edukasi pentingnya DAS Citarum bagi kehidupan sehari-hari. Edukasi dimulai dari pengelolaan sampah rumah tangga serta pembuangan sampah yang tidak diperbolehkan untuk membuangnya ke sungai yang akan membuat sungai tersebut tercemar. Selain itu, permasalahn limbah domestic juga menjadi hal yang harus diberi perhatian karena limbah industry menjadi salah satu penyebab utama terjadinya pencemaran di sekitar DAS Citarum. Oleh karena itu, air limbah domestic memerlukan suatu proses pengolahan agar tidak mencemari air sungai. Solusi yang dapat diimplementasikan yaitu berupa bak resapan air limbah yang terdiri dari bak pengendap awal, bak aerasi, dan bak pengendap akhir. Air limbah akan mengalir melalui bak-bak yang telah disediakan, bak penampung tersebut berfungsi untuk pengatur debit air limbah serta sebagai saringan kasar untuk memisahkan kotoran yang besar, lalu diendapkan melalui pompa ke bak pengendap awal. Bak pengeolahan limbah domestic ini akan lebih efisien dengan memanfaatkan lumpur aktif yang mengandung mikroorganisme. Skema bak pengolahan air limbah ditunjukkan oleh gambar berikut.



(Said dan Utomo 2007) Gambar 1. Diagram proses pengolahab air limbah dengan proses lumpur aktif standar (Konvensional) Di dalam bak aerasi pada gambar 1 ini air limbah dihembus dengan memanfaatkan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organic dalam air limbah. Energi yang ada dalam air limbah tersebut didapatkan dari hasil penguraian zat organik kemudian dimanfaatkan oleh mikro organisme untuk proses pertumbuhannya. Kemudian dalam bak aerasi tersebut akan tumbuh dan berkembang biomasa dalam jumlah yang besar. Biomasa inilah yang akan menguraikan senyawa pulatn yang ada di dalam air limbah. Dari bak aerasi, air dialirkan ke bakpengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktifyang mengandung massa mikro organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inletbak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Air limpasan (over flow) dari bak pengendap akhirdialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh microorganisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan proses ini air limbah dengan konsentrasi BOD 250 -300 mg/lt dapat di turunkan kadar BOD nya. Surplus lumpur dari bak pengendap awal maupun akhir ditampung ke dalam bak pengering lumpur, sedangkan air resapannya ditampung kembali di bak penampung air limbah. Keunggulan proses lumpur aktif ini adalah dapat mengolah air limbah dengan beban BOD yang besar, sehingga tidak memerlukan tempat yang



besar. Proses ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah dalam jumlah yang besar (Said dan Utomo 2007).



SIMPULAN DAS Citarum merupakan daerah aliran sungai yang menjadi salah satu sumber air yang dimanfaatkan sebagai konsumsi rumah tangga, irigasi, dan air minum oleh masyarakat sekitar. Banyaknya permasalahan di DAS Citarum mebuat air di sungai tersebut menjadi tercemar dan kualitas airnya menurun, permasalahan besar yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran adalah pembuangan limbah industry di sungai. Solusi air limbah industry ini dapat diatasi dengan menerapkan bak pengendapan dengan memanfaatkan lumpur aktif sebagai pengurainya.



DAFTAR PUSTAKA Astuti YSDLP, Lismining P. 2018. Respon Oksigen Terlarut Terhadap Pencemaran dan Pengaruhnya Terhadap Keberadaan Sumber Daya Ikan di Sungai Citarum (Dissolved Oxygen Response Againts Pollution and The Influence of Fish Resources Existence in Citarum River). Jurnal Teknologi Lingkungan. 19(2): 203-212. Fadhil MY, Hidayat Y, Murtilaksono K, Baskoro DPT. 2021. Perubahan Penggunaan Lahan dan Karakteristik Hidrologi DAS Citarum Hulu. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 26 (2): 213220. Imansyah MF. 2012. Studi umum permasalahan dan solusi DAS Citarum serta analisis kebijakan pemerintah . Jurnal Sosioteknologi. 2(2) : 18-33. Imansyah MF. 2012. Studi umum permasalahn dan solusi DAS Citarum serta analisis kebijakan pemerintah. Jurnal Sosioteknologi. 25(11): 18-33. Kurniasih N. 2002. Pengelolaan DAS Citarum berkelanjutan. Jurnal Teknologi Lingkungan. 3 (2) : 82-91. Nugroho SP. 2000. Minimalisasi lahan kritis melalui pengelolaan sumberdaa lahan dan konservasi tanah dan air secara terpadu. Jurnal Teknologi Lingkungan. 1(1): 73-82. Rama, Bahaking, Fatmawati N, Masrianty. 2009. Pengetahuan Lingkungan. Makassar(ID): Alaudin Press. Said NI, Utomo K. 2007. Pengolahan air limbah domestic dengan proses lumpur aktif yang diisi dengan media bioball. JAI. 3(2):160-174. Terangna. 1991. Water Pollution. Sumedang(ID): Institut of Ecology, Padjadjaran University. Widyasari W. 2017. Faktor Determinan Partisipasi Masyarakat Dalam Gerakan Citarum Bestari Terhadap Perilaku Masyarakat Bersih Lingkungan (Study Deskriptif Di Desa Sangkanhurip Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung). Jurnal Pendidikan Luar Sekolah. 13(2). 64-72.