Laporan Rayap [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Di alam yang di lingkungan sekitar kita dapat di temui berbagai jenis makhluk



hidup,baik



dari



golongan



hewan,tumbuhan



ataupun



mikroorganisme.Di tanah yang lembab dan gembur sering di temukan berbagai jenis ikan,di rerumputan sering di temukan belalang,di semak belukar sering ditemukan ular. Lebih sering di temukan di tempat-tempat yang tertentu dan tidak sembarang tempat. Masalah kehadiran suatu populasi hewan di suatu tempat dan penyebaran(distribusi) spesies hewan tersebut di muka bumi ini,selalu berkaitan dengan masalah habitat dan relung ekologinya. Habitat secara umum menunjukkan bagaimana corak lingkungan



yang ditempati populasi



hewan,sedang relung ekologinya menunjukkan dimana dan bagaimana kedudukan populasi hewan itu relatif terhadap faktor-faktor abiotik dan biotik lingkungannya itu. Secara sederhana habitat di artikan sebagai tempat hidup dari



makhluk



hidup,atau



diistilahkan



mudahnya,habitat seringkali diibaratkan



juga



dengan



biotop.



Untuk



sebagai”alamat” dari populasi



hewan,sedang relung ekologi dimisalkan sebagai “profesi” di alamat itu. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Serangga mempunyai warna tubuh yang menarik dan bervariasi atau tidak menarik sama sekali. Mereka merupakan hewan berdarah dingin. Beberapa serangga dapat bertahan hidup dengan periode pendek dengan suhu beku. Tetapi ada yang dapat bertahan hidup dalam periode panjang.



2. Rumusan masalah 1. Bagaimana jenis Makroarthropoda tanah , karakteristik habitat dan mikrohabitatnya. 2. Bagaimana fenomena interaksinya terhadap organisma di habitatnya. 3. Bagaimana kondisi faktor fisiko-kimia tanah habitat.



4. Bagaimana pertumbuhan lingkar pohon, jumlah percabangan dan luas tajuk pohon karet



3. Identifikasi masalah  Bagaimana dampak interaksi antara makroarthropoda tanah, utamanya rayap tanah yang membuat sarang berupa gundukan tanah



terhadap



tanaman karet, di lahan yang dikelola tanpa penggunaan pupuk kimia dan pestisida ?  Bagaimana keragaman jenis makroarthropoda permukaan tanah lahan kebun karet tersebut



4. Maksud dan tujuan penulisan  Maksud : Mengetahui dampak keberadaan populasi serangga rayap tanah terhadap tanaman karet dan menginventarisasi jenis-jenis serangga tanah lainnya yang ditemukan.  Tujuan : Mengetahui populasi



serangga permukaan tanah, serangga



bersarang di tanah dan karakteristik habitat dan mikrohabitatnnya di suatu kawasan tertentu, dalam kegiatan ini adalah lahan kebun karet rakyat yang dikelola tanpa penggunaan pupuk kimia dan pestisida



5. Manfaat penulisan Adapun manfaat penulisan ini adalah untuk mengetahui berbagai keanekaragaman rayap salah satu; di sekitar kebun karet Desa Tanjung Lalang, kec. Payaraman, Kab. Ogan Ilir, SumSel.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Habitat berasal dari kata dalam bahasa Latin yang berarti “menempati”. Habitat adalah tempat tumbuh sekelompok organisme dari berbagai spesies yang membentuk suatu komunitas. Mikrohabitat merupakan habitat lokal dengan kondisi lingkungan yang bersifat setempat yang tidak terlalu luas, mikrohabitat penggunaannya tergantung dan merujuk pada skala apa studi yang akan dilakukan terhadap satwa menjadi pertanyaan. Contoh lain mikrohabitat adalah kolam, rawa payau berlumpur lembek dan dangkal, danau, dan sebagainya. Relung (niche) adalah posisi atau status suatu organisme dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu, yang merupakan akibat adaptasi struktural, tanggap fisiologis serta perilaku spesifik organisme itu. Jadi relung suatu organisme bukan hanya ditentukan oleh tempat organisme itu hidup, tetapi juga oleh berbagai fungsi yang dimilikinya. Dapat dikatakan, bahwa secara biologis, relung adalah profesi atau cara hidup organisme dalam lingkungan hidupnya. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi. Tubuh serangga terdiri dari tiga bagian utama yaitu kepala, thoraks dan abdomen.



Kutikula



dibangun



oleh



lapisan



epikutikula,



eksokutila



dan



endokutikula. Kepala dibangun oleh cranium di mana terletak mulut ; antena, dan mata. Thoraks terdiri dari tiga segmenprothoraks ; mesothoraks, dan metathoraks. Pasangan struktur organ reproduksi terdapat padabagian abdomen. Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi (Campbell, 2003). Serangga termasuk dalam kelas insekta yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain :  Diptera (misalnya lalat),  Coleoptera (misalnya kumbang),  Hymenoptera (misalnya semut , lebah , dan tabuhan),  Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat),  Orthoptera (misalnya Belalang, jangkrik),



 Hemiptera (Bangsa kepik) (Borror, 2000).



Populasi adalah sekelompok individu dari satu spesies yang sama berada pada tempat dan waktu tertentu (Jarvis, 2000 ). Odum (1998) mendefinisikan populasi sebagai kelompok kolektif organisme-organisme dari sepesies yang sama (kelompok-kelompok lain dimana individu-individu dapat bertukar informasi genetiknya yang menduduki ruang atau tempat tertentu, memiliki atau sifat yang merupakan milik kelompok dan bukan merupakan sifat milik individu di dalam kelompok itu. Smith (2006) menyatakan bahwa definisi populasi mempunyai dua ciri yang spesifik. 1. Pertama, populasi merupakan kumpulan individu-individu yang sama. Definisi tersebut menunjukkan kemampuan untuk melakukan perkawinan antara anggota populasi , 2. kedua, populasi adalah suatu konsep ruang, sehingga memerlukan batas wilayah. Jarvis (2000) menambahkan bahwa perlu dipertimbangkan wilayah tersebut, mungkin luas atau sempit dan jelas atau tidak jelas untuk didefinisikan. Batas populasi lebih mudah didefinisikan dibandingkan kenyataannya di lapangan dan pada spesies yang berpindah-indah, sangat sulit untuk menentukan batas wilayah yang spesifik (Surheyanto,2008). Sekumpulan dari populasi lokal yang berinteraksi dalam wilayah yang luas akan membentuk metapopulasi (Smith dan Smith 2006 ). Metapopulasi adalah kelompok populasi dari suatu populasi, yang akan terbentuk pada saat ada banyak atau sedikit. Populasi terpisah, tetapi masih mempunyai tingkat penyebaran dan perkawinan yang sama. Populasi mempunyai karakteristik biologi dan karakteristik kelompok. Karakteristik biologi merupakan sifat yang dimiliki oleh individu-individu menyusun populasi tersebut. Karakteristik biologi yang terdapat di populasi adalah pertahanan diri (kemampuan keturunan yang ditinggalkan untuk bertahan dalam jangka waktu lama).



Struktur organisasi (adanya pembagian kerja dan stratifikasi kasta) dan sejarah hidup (tumbuh dan berkembang). Karakteristik kelompok timbul sebagai akibat dari aktifitas kelompok, yang termasuk karakteristik kelompok adalah densitas (kepadatan ), natalitas (laju kelahiran), mortalitas (laju kematian) dan dispersi. Populasi memliki dua atribut, yaitu atribut biologik dan atribut kelompok. Yang termasuk atribut biologik ialah sejarah hidup, bertumbuh, berdiferensiasi, mempertahankan dirinya dan memiliki organisasi tertentu. Atribut-atribut ini juga dimiliki oleh individu dari populasi itu. Atribut-atribut kelompok adalah kepadatan, pertumbuhan dan daya dukung, natalitas (angka kelahiran), mortalitas (angka kematian), sebaran umur, potensi biotik dan dispersi dan bentuk pertumbuhan, atribut-atribut kelompok ini tidak dimiliki oleh individu-individunya (Oka,2005). Yang lebih penting untuk diketahui dari kepadatan atribut kelompok ialah apakah suatu populasi bertambah atau berkurang jumlahnya, jadi kepadatannya berubah, dalam saat- saat tertentu. Perubahan kepadatan suatu populasi dapat terjadi karena ada angka kelahiran (individu-individunya beranak ), angka kematian (sejumlah individu tua atau sakit, dimangsa musuhnya dan lain-lain), atau terjadi suatu imigrasi (sejumlah populasi dari lain tempat bergabung dengan populasi tersebut), atau dan sejumlah individu yang berimigrasi ke lain tempat. Sehubungan dengan asas tersebut di atas, menurut ” asas koeksistensi’, beberapa spesies yang dapat hidup secara langgeng dalam habitat yang sama ialah spesies-spesies yang relung ekologinya berbeda-beda. Tentang pentingnya perbedaan-perbedaan diantara berbagai spesies telah lama dikemukakan oleh Darwin (1859). Darwin menyatakan bahwa makin besar perbedaan-perbedaan yang diperlihatkan oleh berbagai spesies yang hidup di suatu tempat, makin besar pula jumlah spesies yang dapat hidup di suatu tempat itu. Pernyataan Darwin tersebut dikenal sebagai ” Asas Divergensi”. Dari uraian tersebut di atas tampak bahwa aspek relung ekologi yang menyangkut dimensi sumberdaya, khususnya yang vital untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, dari beberapa spesies harus berbeda (terpisah) agar dapat berkoeksistensi dalam habitat yang sama. Perbedaan atau pemisahan relung itu



juga mencakup aspek waktu aktif. Contoh dari kasus pemisahan relung antara berbagai spesies yang berkohabitasi dapat dilihat dari contoh berikut ini. Serumpun padi dapat menjadi sumberdaya berbagai jenis spesies hewan. Orongorong (Gryllotalpa africana) memakan akarnya, walang sangit (Leptocorisa acuta) memakan buahnya, ulat tentara kelabu (Spodoptera maurita) yang memakan daunnya, ulat penggerek batang (Chilo supressalis) yang menyerang batangnya, hama ganjur (Pachydiplosis oryzae) menyerang pucuknya, wereng coklat (Nilaparvata lugens) dan wereng hijau (Nephotettix apicalis) yang menghisap cairan batangnya. Tiap jenis hama tersebut masing-masing telah teradaptasi khusus untuk memanfaatkan tanaman padi sebagai sumberdaya makanan pada bagian-bagian yang berbeda-beda. Serangga ini berperan penting dalam menggerakkan energi melalui rantai dan jaring makanan. Populasi serangga dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu serangga berguna dan serangga hama. Dalam menghadapi serangga, manusia dituntut untuk bersikap bijaksana sehingga kehidupan menjadi lestari. Oleh karena itu, maka dilakukan praktikum ekologi hewan mengingat peranan penting serangga khususnya rayap dalam ekosistem. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Serangga mempunyai warna tubuh yang menarik dan bervariasi atau tidak menarik sama sekali. Serangga merupakan hewan berdarah dingin (Poikilotermi). Beberapa serangga dapat bertahan hidup dengan periode pendek dengan suhu beku. Tetapi ada yang dapat bertahan hidup dalam periode panjang. Perhitungan populasi serangga digunakan untuk mengetahui penyebarannya, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, serta pengaruh lingkungan ( biotik dan abiotik ) terhadap populasinya. Rayap adalah serangga yang bersifat sosial oleh karena itu berada dalam koloni-koloni yang jelas dengan kondisi yang berdesakan (secara positif bersifat tigmotaksik). Ukuran koloni ini mungkin bervariasi dari beberap individu sampai berjuta-juta rayap. Kebanyakan spesies bersifat kriobiotik. Rayap memerlukan tingkat kelembaban dan karbondioksida yang tinggi, serta menghindari sinar (fototaksik negative), dengan demikian rayap ditemukan secara umum dalam



keadaan di bawah tanah. Rayap terdapat diseluruh dunia, dan dapat ditemukan di antara garis-garis lintang 500 utara dan 500 selatan. Tetapi karena pengapalan produk kayu, agaknya dapat diterima nalar untuk menyimpulkan penyebaran serangga ini (rayap) akan berlanjut. Rayap yang merupakan serangga berukuran kecil ini hidup berkelompok dengan system kasta yang berkembang biak dengan sempurna. Serangga ini masuk ordo Isoptera (dari bahasa Yunani : iso =sama; ptera = sayap). Rayap memakan tanaman, pohon kayu, serta bahan makanan lain seperti humus, rumput dan jamur. Bahan-bahan tersebut merupakan sumber makanan yang mengandung selulosa. Raya hidup di tempat yang temperaturnya hangat serta karakteristik tanahnya subur. Kisaran temperature yang disukai rayap adalah 21,1 – 26,6 0C dan kelembapan optimal 95-98 %. Tidak mengherankan bila di Indonesia menjadi istana rayap karena temperature udara antara 25,7-28,9



0



C dan



kelembapan 84-98 %.



Rayap termasuk ordo Isoptera. Isoptera adalah serangga yang bersifat social dengan system kasta yang dikembangkan dengan baik. Wakil-wakil kelompok ini dicirikan oleh pemilikan dua pasang sayap mirip membrane berukuran sama (dalam



bentuk



tahap



bersayap),



bagian-bagian



mulut



pengunyah,



dan



metamorphosis sederhana. Mulutnya bersambung secara lebar pada toraks, yang sifat khasnya adalah berperan untuk memisahkan kelompok itu dari semut. Teknik pengumpulan data untuk mengetahui populasi serangga khususnya rayap dapat melalui berbagai cara yaitu sistem banjir, pit fall trap , capture recapture , dan pengambilan sampel tanah Teknik pengumpulan data untuk populasi serangga permukaan tanah antara lain : 1.



Sistem Banjir Teknik ini digunakan untuk serangga permukaan tanah. Teknik ini relatif



lebih mudah dan cepat yaitu dengan membasahi suatu area yang ditentukan dengan air. Beberapa saat kemudian serangga ± serangga yang berada di dalam tanah keluar, kemudian dapat dihitung jumlahnya. 2.



Pitfall Trap Teknik ini digunakan untuk serangga tanah pada daerah vegetasi rendah atau



di lahan kosong, dimana serangga ± serangga tersebut merupakan serangga aktif. 3.



Capture recapture Teknik ini digunakan untuk serangga permukaan tanah yang terbang diatas 1



± 2 m. Serangga ditangkap dengan menggunakan insect net. Serangga yang tertangkap kemudian di tandai dan dilepaskan kembali, dilakukan dengan pengulangan penangkapan serangga. 4.



Light Trap Teknik ini digunakan untuk serangga malam, dengan menggunakan suatu



layar atau suatu wadah yang telah berisi air , sabun, dan formalin, diamkan dibawah cahaya lampu. Serangga tertarik terhadap cahaya lampu yang kemudian akan terjatuh kedalam wadah tersebut.



BAB III METODOLOGI



3.1 Waktu dan tempat 3.1.1



Waktu : pukul 09.00 – 14.00 WIB



3.1.2



Tempat : Kebun karet di Desa Tanjung Lalang, kec. Payaraman, Kab. Ogan Ilir, Sumatera Selatan



3.2 Alat dan bahan 1. Soil tester 2. Termometer tanah 3. Termometer glass 4. Batang besi penusuk tanah ( diameter 1 cm ) 5. Meteran ( minimal 5 meter ) dan meteran pita 6. Tali 7. Ember plastik ( untuk metode banjir ) untuk serangga pada serasah tanah. 8. Botol plastik , Kantung plastik , sendok plastik penampung sampel serangga 9. Alkohol 75% 10. Perangkat alat tulis 11. Kamera



3.3 Cara kerja: 1. Tentukan area di kebun karet sebagai objek untuk analisis 2. Letakkan tali rafia mulai dari tepi area yang akan dianalisis menuju ke tengah sampai batas yang ditentukan/ berdasarkan nomor baris pohon karet



3. Amati semua fenomena interaksi yang ada di area studi. Catatlah dengan menggunakan tabel ada berapa organisma yang ditemukan baik hewan maupun tumbuhan. a. Temukan semua sarang rayap, data ( bentuk dan ukuran sarang ) b. Ukur posisi masing masing sarang terhadap pohon karet terdekat dengan sarang c. Ukur lingkar pohon karet pada ketinggian



125 cm dari



permukaan tanah d. Hitung jumlah percabangan pohon karet tsb. e. Ukur luas tajuk pohon karet tsb. (Metode pada Mata kuliah ekologi tumbuhan) f. Kumpulkan semua data yang diperoleh saat studi dilakukan, seperti, cuaca terang, tertutup rumput, di serasah kayu, tumpukan dedaunan dlsb g. Koleksi semua serangga yang di dapat , masukkan kedalam botol penampung dan identifikasi di lab. Biologi. h. Pertukarkan data ( saling memberi ) masing msing kelompok kerja 4. Lakukan analisis data yang diperoleh ( di kampus ) 5. Dokumentasikan data data penting di lapangan seperti Foto sarang, foto serangga dlsb)



3.4 Kelengkapan lain : 1. Payung 2. Obat anti nyamuk 3. Kelengkapan pribadi 4. Karpet alas 5. Cangkul 6. Ember



3.5 Data pengamatan  Lokasi : Kebun karet di Desa Tanjung Lalang, kec. Payaraman, Kab. Ogan Ilir, SumSel.  Teknik yang digunakan : 1. Sistem Banjir Teknik ini digunakan untuk serangga permukaan tanah. Teknik ini relatif lebih mudah dan cepat yaitu dengan membasahi suatu area yang ditentukan dengan air. Beberapa saat kemudian serangga ± serangga yang berada di dalam tanah keluar, kemudian dapat dihitung jumlahnya.  Keadaan sekitar tumpukan rayap  Cuaca terang (tidak terlalu panas)  Banyak tumpukan serasa kayu  Banyak tumpukan daun yang jatuh dan bertebaran  Lahan karet terlihat luas (tidak semak-semak)  Pohon karet disekitar tumpukan rayap ada yang kecil dan ada yang cukup besar.  Tumpukan berwarna cokelat.  Tekstur tanah pada tumpukan rayap keras dan kering



Gambar keadaan sekitar tumpukan rayap



Pohon F



Pohon D



Pohon A



Pohon E



Pohon C



Pohon B



Serasa daun



Gambar Gundukan rayap



Keseluruhan



Atas cm



Lebar 58 Panjang 62 cm



Tampak dekat



Samping



Tinggi : 38 cm



Data jarak pohon ke sarang



F : 5 cm E : 95 cm



A : 68 cm D : 160 cm C : 186 cm B : 64 cm



Data Pohon karet Nama pohon



Pohon A



Tinggi pohon (cm)



125



lingkaran pohon (cm)



49



Gambar



Pohon B



125



46



Pohon C



125



25



Pohon D



125



47



Pohon E



125



22



Pohon F



125



20



Data jumlah percabangan Nama pohon



A



Jumlah percabangan



2



Gambar



B



2



C



2



D



1



E



2



F



1



Data luas tajuk pohon karet Luas tajuk pohon (cm)



Pohon ke-



A



Gambar



Panjang



Lebar



414



140



B



178



138



C



167



100



D



483



250



E



140



92



F



250



128



Tabel hasil pengamatan Lingkaran Pohon, jumlah percabangan, Luas tajuk dan jarak pohon ke sarang pada masing-masing pohon disekitar gundukan rayap dengan Luas sarang sebesar 3.596 cm2 Pohon



Lingkaran



Jumlah



Luas tajuk



Jarak pohon



pohon



percabangan



pohon



ke sarang



A



49 cm



2



57.960 cm2



68 cm



B



46 cm



2



24.564 cm2



64 cm



C



25 cm



1



16.700 cm2



186 cm



D



47 cm



2



120.750 cm2



160 cm



E



22 cm



2



12.880 cm2



95 cm



F



20 cm



1



32.000 cm2



5 cm



Jenis serangga lain yang dapat ditemukan Adapun jenis serangga lain yang dapat ditemukan selain rayap yaitu : Letak



Jenis-jenis serangga



Permukaan tanah karet dan



Ordo Diptera (lalat, nyamuk), ordo Hymenoptera



sekitar kebun karet



(semut), ordo Lepidoptera (kupu-kupu) Ordo Diptera (lalat, nyamuk), ordo Hymenoptera



Sekitar tumpukan rayap



(semut)



Data hasil pengamatan semua kelompok (sekelas) Kelompok Luas sarang



1



28800 cm2



2



50250 cm2



3



4675 cm2



4



391 cm2 525 cm2



5



1073 cm2



6



3.596 cm2



Luas tajuk pohon



Lingkar batang



Jumlah percabangan



1. 63.000 cm2 2. 43.014 cm2 3. 8.556 cm2 4. 58.830 cm2 5. 128.330 cm2 1. 48.057 cm2 2. 50.700 cm2 3. 56.337 cm2 4. 51.600 cm2 5. 48.443 cm2 1. 47.080 cm2 2. 43.470 cm2 3. 52.650 cm2 4. 54.276 cm2 5. 45.342 cm2 780 675



Jarak pohon ke sarang 1. 193 cm 2. 297 cm 3. 211 cm 4. 300 cm 5. 158 cm 1. 240 cm 2. 271 cm 3. 423 cm 4. 419 cm 5. 440 cm 1. 280 cm 2. 417 cm 3. 250 cm 4. 387 cm 5. 310 cm 77 cm 165 cm



1. 32 2. 48 3. 37 4. 43 5. 76 1. 30 2. 29 3. 32 4. 31 5. 32 1. 45 2. 52 3. 27 4. 39 5. 62 53 138



1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 7 13



5 2 2 3 4 2 3 4 4 3 4 5 4 4 6



42.228 cm2 47.765 cm2 51.493 cm2 51.410 cm2 48.216 cm2 57.960 cm2 24.564 cm2 16.700 cm2 120.750 cm2



1. 217 cm 2. 274 cm 3. 310 cm 4. 386 cm 5. 452 cm 1. 68 cm 2. 64 cm 3. 186 cm 4. 160 cm



1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4.



1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4.



4 5 4 4 2 3 2 1 2



1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4.



32 32 49 39 32 49 46 25 47



7



6.960 cm2



8



37625 cm2



5. 6. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5.



12.880 cm2 32.000 cm2 14.250 cm2 110.000 cm2 78.750 cm2 135.000 cm2 9700 cm2 116370 cm2 131.750 cm2 84.630 cm2 51.625 cm2



5. 95 cm 6. 5 cm 1. 80 cm 2. 110 cm 3. 125 cm 4. 89 cm 1. 73 cm 2. 475 cm 3. 612 cm 4. 562 cm 5. 190 cm



5. 6. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5.



22 20 25 30 32 35 20 29,5 34 35,5 34



5. 6. 1. 2. 3. 5. 1. 2. 3. 4. 5.



3.6 Pembahasan  Karakteristik Habitat di Perkebunan karet 



Banyak tumpukan serasa kayu dan daun-daun kering







Cuaca terang dengan suhu 320C







Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm







Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air







Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas







Tekstur tanah pada tumpukan rayap keras dan kering



 Fenomena interaksi rayap terhadap organisme di habitatnya Beberapa perilaku yang dimiliki oleh rayap antara lain: 



Cryptobiotik yaitu sifat rayap yang tidak tahan terhadap cahaya







Trofalaksis yaitu saling menjilati dan tukar menukar makanan antar sesama individu







Kanibalistik yaitu memakan individu lain yang sakit atau lemas







Neurophagy yaitu memakan bangkai individu lainnya



1 6 3 2 4 3 2 4 6 3 3



 Dampak keberadaan populasi serangga rayap tanah terhadap tanaman karet Pada penelitian ini, gundukan yang merupakan tempat dimana rayap berhabitat sangat mempengaruhi pertumbuhan pohon karet. Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa pohon karet E dan F merupakan pohon karet yang jaraknya jauh lebih dekat dibandingakan dengan pohon karet A,B,C dan D. Pada pohon karet E dan F memiliki lingkaran pohon terkecil dan luas tajuk pohon agak lebih kecil dibandingkan dengan pohon lainnya berarti jarak pohon ke sarang sangat berpengaruh terhadap tanaman karet. Hal ini disebabkan karena unsur hara di dalam tanah yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman karet sudah menjadi lebih sedikit karena tanah tersebut sudah digunakan rayap untuk membuat gundukan sebagai tempat melindungi cadangan makanan mereka yang sudah dikumpulkan.Sehingga tanaman karet yang berada di dekat rayap akan lebih kerdil dibandingakan dengan pohon karet yang jaraknya jauh dari gundukan.



BAB 1V PENUTUP



4.1 Kesimpulan  Selain rayap dari ordo isoptera atau rayap tanah juga dapat ditemukan jenis serangga lainya seperti Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera (misalnya semut , lebah , dan tabuhan), Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat), Orthoptera (misalnya Belalang, jangkrik) dan Hemiptera (Bangsa kepik)  Rayap tanah akan melalukan ativitas dihabitatnya dimana rayap akan berinteraksi dengan organisme lainya yang saling ketergantungan satu sama lain.  Secara alamiah rayap dapat melakukan aktivitasnya dengan baik di sekitar pohon karet yang tidak terkontaminasi dengan bahan kimia organik seperti pestisida dll sehingga mudah bagi rayap untuk membuat gundukan sebesar mungkin untuk melindungi diri dan menjadi tempat penyimpanan bahan makanan bagi mereka  Keberadaan gundukan rayap tersebut sangat berpengaruh terhadap tanaman karet, hal ini bisa dilihat pada pohon karet yang jaraknya paling dekat dengan gundukan rayap, pohon karet yang terdekat tersebut bentuk pohonya lebih kerdil dan lingkaran pohon lebih kecil serta luas tajuk pohon tidak begitu besar dibandingkan dengan pohon karet lainya yang jaraknya lebih jauh dari gundukan rayap.



DAFTAR PUSTAKA



Http://berantashama.wordpress.com/tag/rayap/ Lisafitri, Yuni. 2012. Keanekaragaman Raya pordo Isoptera. Skripsi. Bogor : Pascasarjana Institut Pertanian Bogor http://anugrahjuni.wordpress.com/ekologi/relung-ekologi/ http://karetalam.com/article/plantationl Ahmad, Intan. 2011. Adaptasi Serangga dan Dampaknya terhadap Kehidupan Manusia. Pidatodisampaikan dalam Majelis Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung, pada tanggal 21 Oktober 2011. Lisafitri, Yuni. 2012. Keanekaragaman Rayap Ordo Isoptera. Makalah. Bogor: Fakultas Bioteknologi Tanah dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. http://www.rudyct.com/biologi_dan_perilaku_rayap.htm Ariani, Desi. 2009. Komposisi Komunitas Makrofauna Tanah Untuk Memantau Kualitas Tanah Secara Biologis Pada Areal Perkebunan PPTN II Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan. Skripsi. Medan: Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara. Sutedjo, M.M. A. G. Kartasapoetra dan RD. S. Sastroadmodjo. 1996. Mikrobiologi Tanah. Jakarta: PT. Rineka Cipta. hal. 447