Laporan Resmi Dasar Dasar Ilmu Tanah 2017 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Ario
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LEMBAR PENGESAHAN Laporan praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah ini disusun sebagai salah satu sarana pendukung mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah.



Dengan ini menyatakan bahwa: 1.



Retana Atmim N.



(14609)



2.



Ario Praditya P.



(14649)



3.



Binti Lailatul M.



(14720)



4.



Putri Suri P.



(14759)



5.



Nuril Fadzillah



(14609)



6.



Yuniar Mutiara D.



(14885)



Golongan/Kelompok



: A1/5



Asisten



: Faizal Ferdiansyah



Telah menyerahkan Laporan Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah pada: Hari



: Senin



Tanggal



: 27 Maret 2017



Yogyakarta, 27 Maret 2017 Asisten,



Faizal Ferdiansyah



2



LEMBAR PENGESAHAN Laporan Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah telah disetujui dan disahkan pada: Hari



: Senin



Tanggal



: 27 Maret 2017



Tempat



: Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.



Mengetahui, Asisten Praktikum,



Faizal Ferdiansyah



3



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah ini. Penyusunan laporan resmi praktikum ini adalah bentuk pertanggungjawaban telah dilakukannya praktikum percobaan di laboratorium. Laporan ini sebagai pendukung mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah agar dapat lebih memahami dan menganalisis secara langsung sifat fisik dan sifat kimia tanah yang dipelajari pada pertemuan kuliah dan praktikum di lapangan. Dalam penyusunan laporan ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada: 1. Ir. Suci Handayani, M.P selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah dan Koordinator Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. 2. Segenap asisten Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 3. Teman-teman praktikan golongan A1 yang telah membantu pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan praktikum ini. Dalam penyusunan laporan resmi ini tidak lepas dari kesalahan-kesalahan, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhirnya, kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.



Yogyakarta, 27 Maret 2017



Penyusun



4



PENGHARGAAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah ini. Dengan tersusunnya laporan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada: 4. Ir. Suci Handayani, M.P selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah dan Koordinator Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. 5. Segenap asisten Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 6. Teman-teman praktikan golongan A1 yang telah membantu pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan praktikum ini.



Yogyakarta, 27 Maret 2017



Penyusun



5



DAFTAR ISI



Halaman Judul ...................................................................................................... 1 Lembar Pengesahan .............................................................................................. 2 Kata Pengantar ...................................................................................................... 3 Penghargaan .......................................................................................................... 4 Daftar Isi ............................................................................................................... 5 Daftar Tabel .......................................................................................................... 6 Daftar Gambar ...................................................................................................... 7 Daftar Lampiran .................................................................................................... 8 Acara 1. Kadar Lengas Tanah ............................................................................... 9 Acara 2. Nilai Perbandingan Dispersi ................................................................... 15 Acara 3. Tekstur Tanah ......................................................................................... 20 Acara 4. Struktur Tanah ........................................................................................ 27 Acara 5. Konsistensi Tanah .................................................................................. 33 Acara 6. Bahan Organik Tanah ............................................................................. 40 Acara 7. Reaksi Tanah .......................................................................................... 48 Acara 8. Muatan Tanah ......................................................................................... 55 Acara 9. Kapur Tanah ........................................................................................... 63 Lampiran ............................................................................................................... 71



6



DAFTAR TABEL



Tabel 1.1 ............................................................................................................... 11 Tabel 2.1 ............................................................................................................... 17 Tabel 3.1 ............................................................................................................... 22 Tabel 4.1 ............................................................................................................... 29 Tabel 5.1 ............................................................................................................... 35 Tabel 5.2 ............................................................................................................... 35 Tabel 6.1 ............................................................................................................... 42 Tabel 7.1 ............................................................................................................... 50 Tabel 8.1 ............................................................................................................... 57 Tabel 9.1 ............................................................................................................... 66



7



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Acara 1 ................................................................................................. 71 Lampiran Acara 2 ................................................................................................. 72 Lampiran Acara 4 ................................................................................................. 73 Lampiran Acara 6 ................................................................................................. 75 Lampiran Acara 9 ................................................................................................. 76



8



ABSTRAK Praktikum Dasar – dasar Ilmu Tanah Acara 1 “Kadar Lengas Tanah” yang dilakukan di Laboratorium Tanah Umum, Departemen tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada pada 13 Februari 2017. Bertujuan untuk mengetahui kadar lengas tanah kering angin (udara) pada beberapa jenis tanah, serta faktor yang mempengaruhi kadar lengas tanah. Pada praktikum kali ini digunakan 5 jenis tanah yaitu Entisol, Ultisol, Vertisol, Alfisol, dan Rendzina dengan ukuran 2mm, 0,5m, dan bongkah. Adapun tanah yang didapat dari sempel tanah di daerah yogyakarta, Bantul, Gunung Kidul, Kulon Progo, dan Sleman. Alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah enam buah botol timbang, timbangan, oven, dan desikator. Metode yang digunakan untuk mengukur kadar lengas kali ini adalah metode gravimetri, yaitu menghitung selisih berat tanah sebelum dan sesudah di oven. Hasil yang diperoleh yaitu tanah bongkah Entisol 2,395%, Alfisol 11,6%, Vertisol 14,25%, Rendzina 16,5%, dan Ultisol 12,223%. Untuk tanah 2mm, Entisol 2,285%, Alfisol 13,9%, Vertisol 13,7825%, Rendzina 17,7 %, dan Ultisol 11,116%. Untuk tanah 0,5mm, Entisol 2,825%, Alfisol 12,75%, Vertisol 12,35%, Rendzina 18%, dan Ultisol 11,339%. Kata kunci : Kadar lengas, jenis tanah, ukuran tanah.



terdapat



PENGANTAR



dalam



pori-pori



tanah.



proses



Pemahaman tentang kadar lengas ini akan



gabungan anasir alami yaitu bahan induk,



dikontrol pula serapan hara dan pernafasan



iklim, topografi, dan organisme yang



akar-akar tanaman yang selanjutnya akan



bekrja pada waktu tertentu. Pengaruh



berpengaruh



tersebut mengakibatkan kenampakan dan



produksi



sifat-sifat tanah didaerah tertentu berbeda



pengetahuan



dengan



sangatlah penting. Praktikum ini bertujuan



Tanah



dipengaruhi



oleh



daerah lain. Dengan kata lain



pada



pertumbuhan



dan



Olehkarena



itu



tanaman. tentang



kadar



lengas



faktor-faktor



untuk menentukan kadar lengas yang



pembentuk tanah antar daerah satu dengan



terkandung dalam masing-masing jenis



yang lainya berbeda maka tanah yang



tanah serta membandingkannya dengan



terbentuk juga berbeda. Dalam suatu sudut



kandungan kadar lengas suatu tanah



pandang, tanah sebagai medium untuk



dengan tanah yang lain.



olehkarena



intensitas



pertumbuhan tanaman. Lengas tanah yang merupakan



sifat



fisik



tanah



sangan



Tanah trmpat



merupakan



tumbuh



dan



medium



alam



berkembangnya



menjaga



tumbuhan yang tersusun dari bahan-bahan



keseimbangan tanah. Lengas menyusun



padat, cair, dan gas. Bahan penyusun tanah



dua pertiga bagian dari pori-pori tanah



dapat dibedakan atas partikel mineral,



pada suhu kamar dan menjadi satu pertiga



bahan organik, jasad hidup air dan gas. Air



bagian jika suhu meningkat. Kadar lengas



yang terkandung dalam tanah disebut



tanah itu sendiri sering disebut sebagai



kadar



kandungan



dipengaruhi oleh bebrapa faktor yaitu



berperan



penting



uap



air



dalam



(moisture)



yang



anasir



lengas.



iklim,



Kadar



bahan



lengas



organik,



tanah



fraksi 9



lempung tanah, topografi, dan bahan



pemetaan tanah di suatu tempat ( Besson,



penutup tanah. Kadar lengas dalam tanah



2010).



sangat penting untuk dipahami karena akan



Air yang tersimpan dalam lapisan



menetukan proses penyerapan hara dan



tanah dapat dimanfaatkan oleh tanaman



pernafasan



yang



sedangkan bagi yang lainnya akan terus



kemudian berdampak pada kemampuan



bergerak kebawah melalui proses perkolasi,



tanaman untuk tumbuh dan bereproduksi.



mengisi



akar-akar



tanaman



lapisan



tanah,



menambah



Lengas tanah atau kelembapan tanah



cadangan air tanah yang bisa dipanen



adalah air yang terikat secara adsorbtif



dalam watu yang lama. Kandunga lengas



pada



tanah.



tanah dapat dinyatakan dalam prosentase



Penyerapan air oleh perakaran tergantung



berat, volume berat dan tebal air. Terdapat



pada ketersediaan kelembapan air pada



dua asas dalam menentukan kadar lengas



tanah.



tanah



tanah yakni dinyatan dalam fraksi volume



tergantung pada tekstur, kedalaman, dan



lengas relatif terhadap volume tanah yang



struktur tanah. Kletersediaan kadar lengas



dapat dikonversi menjadi tebal air. Asas



tanah



kedua adalah dengan cara menyatakan



permukaan



Kapasitas



tergantung



butir-butir



kesimpanan



pada



potensi



air,



distribusi akar dan suhu (Asmiwati, 2010). Kadar lengas merupakan kandungan



tegangan lengas tanah yang bersangkutan (Mawardi, 2011).



air yang terdapat didalam pori tanah. Sebagian besar air yang diperlukan oleh tanaman berasal dari tanah. Tanah adalah



METODOLOGI Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah



kunci terrestrial ekosistem dimana air



acara



mengalami



dilaksanakan pada hari Senin, 13 Februari



drainase,



proses dan



run off, infiltrasi,



penyimpangan.



Proses-



2017



I



“Kadar



pukul



Lengas



13.30-17.00



Tanah”



WIB



di



proses yang dialami air didalam tanah



Laboratorium Tanah Umum, Departemen



sangat kompleks dan manusia memiliki



Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas



pengaruh yang besar terhadapnya. Untuk



Gadjah



mempelajari



proses-proses



praktikum kali ini alat dan bahan yang



yang terjadi didalam tanah digunakan



digunakan adalah contoh tanah halus 2mm,



model hidrolik tanah, dimana air tanah



0.5mm, dan tanah bongkah. Alat dan



diasumsikan



dengan



bahan yang kedua adalah enam buah botol



komponen tanah yang didapatkan dan



timbang sebagai tempat contoh tanah.



perhitungan



menjadi



satu



Mada



Kemuadian



Yogyakarta.



timbangan,



Dalam



timbangan



ini 10



digunakan



untuk



menimbang



botol



kosong, b adalah berat botol timbang



timbang kosong, botol timbang berisi tanah,



dengan contoh pasir, dan c adalah berat



dan botol timbang setelah dioven. Yang



botol setelah di oven. Metode tersebut



terakhir adalah oven, yang digunakan



merupakan metode gravimetri. Rumus



untuk menguapkan kandungan air dalam



yang digunakan dalam percobaan ini



tanah agar hanya tersisa debu dan lempung.



adalah:



Prinsip analisis yang digunakan dalam praktikum kadar lengas ini dengan cara



HASIL DAN PEMBAHASAN



masing-masing botol kosong diberi label



Tabel 1.1 Nilai kadar lengas pada tanah



yang kemudian ditimbang. Setelah itu, botol timbang diisi contoh tanah 2mm, 0.5mm, dan bongkahan hingga dua per tiga volume botol dengan masing-masing dua ulangan. Kemudian botol timbang diukur beratnya.



Langkah



selanjutnya



botol



Tanah



bongkah



entisol alfisol vertisol Rendzina ultisol



2,395 11,6 14,25 16,5 11,223



0,5 mm 2,825 12,75 12,35 18 11,339



2 mm



asli



2,285 13,9 13,7825 17,7 11,166



33,96 61,25 25,774 18,19 29,748



timbang dimasukkan pada oven dengan kisaran suhu 105◦C-110◦C dengan keadaan tutup



botol



sedikit



terbuka.



Setelah



ditunggu kurang lebih satu malam, botol timbang dikeluarkan dari oven, ditutup rapat dan dimasukkan dalam desikator selama 15 menit. Langkah selanjutnya adalah menimbang botol timbang dalam keadaan tertutup rapat. Setelah seluruh langkah telah terlaksana, semua botol



Parameter sifat fisika yang diamati pada percobaan ini adalah kadar lengas (KL), yaitu dengan menghitung selisih b dan



dibandingkan



c



gram dengan



yang selisih



kemudian c



gram



dengan a gram lalu dikalikan dengan 100% dengan



praktikum



penentuan



kadar



lengas disebut sebagai kandungan air (moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen



volume



Kelengasan



(Ritawati,



tanah



adalah



2015). keadaan



memberikan volume air yang tertahan didalam pori-pori sistem tanah sebagai akibat adanya saling tidak antara massa air



timbang dicuci hingga bersih.



gram



Pada



a adalah berat botol timbang



dengan



berbagai



adhesi



dan



kohesi(Asmiwarti, 2010). Penentuan kadar tanah



memiliki



analisis



tujuan



yaitu



mengetahui kadar lengas setiap jenis tanah. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil yaitu kadar lengas tanah entisol yaitu 2,395(bongkah), 11



2,825(Ø 0,5 mm), dan 2,285(Ø 2 mm).



2 mm). Jika dibandingkan dengan literatur



Dari data tersebut diketahui bahwa kadar



yang ada dari (Perwanto, 2014) bahwa



lengas pada entisol memiliki nilia yang



kadar lengas dari vertisol 4.2 %. Maka



terrendah diantara jenis tanah yang lain.



nilai tersebut tidak sesuai dengan hasil



Hal tersebut sesuai dengan literatur yang



praktikum



ada (Choirina, 2013) yaitu bahwa tanah



Ketidaksesuaian



entisol memeilik kadar lengas 8,19 (%).



dipengaruhi oleh topografi dari setiap



Rendahnya nilai kadar lengas dari entisol



lokasi



dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu



topografi



tekstur tanah yang cenderung dominan



umumnya akan lebih mendapatkan air



pada fraksi pasir yang memiliki butiran



daripada daerah lereng. Selain itu, kondisi



kasar. Tanah yang didominasi oleh fraksi



iklim dari setiap lokasi berbeda serta



pasir mempunyai infiltrasi yang tinggi



adanya



tetapi kemampuan mengikat air yang



organik



rendah. Selain itu, kadungan bahan organik



mempengaruhi kadar lengas.



yang rendah juga ikut serta mempengaruhi kadar lengas tanah.



rendah.



tersebut



sehingga



yang



pada



penutup sisa



lebih



hasil



berbeda



tanah



dapat



umumnya



daerah



datar



seperti



bahan



ikut



serta



tumbuhan



Tanah rendzina pada praktikum ini memilik



Pada praktikum ini kadar lengas dari



atau



kadar



lengas



18



(Ø0,5mm),



(bongkah),



yaitu



16,5



dan



17,7



tanah alfisol 11,6 (bongkah), 12,75 (Ø



(Ø2mm). Kandungan kadar lengas tanah



0,5mm), dan 13,9 (Ø 2mm). Hal tersebut



merupakan tertinggi diantara jenis tanah



sesuai



ada



lainnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh



(Zulkoni,2014) bahwa kadar lengas dari



teksturnya yang didominasi lempung yang



tanah alfisol sebesar 10,35%. Kadar lengas



tinggi



alfisol



membuat



dengan



dinailai



dipengaruhi



oleh



literatur



cukup



yang



tinggi



kandungan



karena mineral



dengan



tersturnya



tanah



permeablelitas



yang



rendzina rendah



halus



memiliki sehingga



primer yang mudah lapuk, mineral liat



kemampuan menahan air tinggi. Selain itu,



kristalin dan unsur haranya yang cukup



kandungan bahan organik yang tinggi



tinggi. Selain itu, teksturnya yang agak



membuat rendzina memiliki kadar lengas



kasar namun masih terdapat lempung ikut



yang tinggi.



mempengaruhinya.



Tanah ultisol pada praktikum ini



Tanah vertisol pada praktikum ini diperoleh



kadar



lengasnya



memiliki



kadar



lengas



sebesar



14,25



11,223(bongkah), 11,339(Ø 0,5mm), dan



(bongkah), 12,35 (Ø 0,5mm), 13,7825 (Ø



11,166(Ø2 mm). Hasil tersebut sesuai 12



dengan literatul yang ada (Sipayung, 2013)



merupakan alat untuk mengukur tekanan



yaitu 1.3-1.5 g/cm3 yang dinilai cukup



potensial terhadap air.



tinggi. Kadar lengas tersebut dipengaruhi oleh terktur dari liat berpasir. Selain itu,



KESIMPULAN



penambahan bahan organik pada tanah



Dari praktikum didapat kadar lengas



mampu memperbaiki struktur tanah yang



Entisol bongkah sebesar 2,395%, Ø 0,5mm



berdampak



yang



sebesar 2,825%, Ø 2mm sebesar 2,285%,



umumnya memiliki bahan organik yang



dan asli 33,96%. Tanah Alfisol bongkah



rendah.



sebesar 11,6%, Ø 0,5mm sebesar 12,75%,



pada



lengas



tanah



Penentuan kadar lengas lengas



Ø 2mm 13,9%, dan asli 61,25%. Tanah



diperlukan dalam dunia pertanian sebab



Vertisol bongkah sebesar 14,25%, Ø



dengan mengetahui kadar lengas maka



0,5mm 12,35%, Ø 2mm 13,7825%, dan



dapat



yang



asli 25,774%. Tanah Rendzina bongkah



berpengaruh pada pertumbuhan komoditas



16,5%, Ø 0,5mm sebesar 18%, Ø 2mm



yang akan ditanam. Selain itu, dengan



17,7%, dan asli 18,19%. Kadar lengas



mengetahui kadar lengas dari setiap jenis



tanah Ultisol bongkah sebesar 11,223%, Ø



tanah maka dapat diketahui seberapa



0,5mm



pengairan yang dibutuhkan untuk lahan



11,116%,



pertanian sesuai dengan jenis tanah serta



besarnya kadar lengas tanah bongkah yaitu



untuk



perbandingan



Entisol < Ultisol < Alfisol < Vertisol
Vertisol > Ultisol > Entisol.



dimana mempunyai prinsip menghitung selisih berat lengas sebelum dan sesudah



DAFTAR PUSTAKA



pengovenan pada suhu tertentu. Selain itu,



Asmiwati. 2010. Analisa kadar lengas tanah dengan metode gips pada pertumbuhan tanaman cabai. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas. Vol 14



penentuan kadar lengas dapat dilakukan dengan metode volumetri yang dilakukan dengan membandingkan volume air dalam tanah dengan volume tanah. Tensiometer



Besson A, I Causin, H. Bourrenae, B. Nicouland, C. Pasquier: G. Richard, A. Dosigny, D. King. 2010. The Spatial and Temporal Organization of Soil 13



Water at the Filed Scale as Described by Dectrical Resistivity Measurement. European Journal of Soil Science 61: 120-132. Choirina, Y., Sudadi dan H. Widiyanto. 20013. Pengaruh pupuk alami bermikrobia (Bio- Natural Fertilize) terhadap serapan fosfor dan pertumbuhan kacang tanah pada tanah Alfisol, entisol, dan Vertisol. Jurnal Ilmu Tanah dan Ageoklimatologi 10(2). Evan Sanjaya Sipayung, Gantar Sitanggang, M. M. B Damanik. 2014. Perbaikan sifat fisik dan kimia tanah ultisol Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu Dengan pemberian pupuk organik supernasa dan rockposhphit serta pengaruhnya terhadap produksi tanaman jagung (Zea mays L.). Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.2 : 393- 403. Mawardi, M. 2011. Tanah, Air, Tanaman Asas Irigasi dan konservasi Air. Bursa Ilmu. Yogyakarta



14



ABSTRAK Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah acara II “Nilai perbandingan dispersi (NPD)” yang dilakukan pada tanggal 13 Februari 2017 di Laboratorium Tanah Umum, Departemen Tanah fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada ini bertujuan untuk mengukur kepekaan suatu jenis tanah terhadap erosi. Bahan yang digunakan paa praktikum ini adalah jenis tanah Entisol, Alfisol, Vertisol, Rendzina, dan Ultisol. Tanah yang digunakan berØ 2mm. Metode untuk mengukur NPD adalah derngan mennetukan debu dan lempung total, serta penyebaran debu dan lempung aktual. NPD sendiri, dapat dihoig dengan berat debu dan lempung aktual, dibagi dengan berat debu dan lempung total dikali seratus persen. Semakin besar nilai NPD maka tanah akan peka engan erosi, begitu pula sebaliknya. Kata kunci : Nilai perbandingan dispersi (NPD), lempung, debu, erosi.



(NPD)



PENGANTAR Tanah



merupakan



suatu



sistem



dan



menentukan



debu



dan



lempung aktualnya.



komplek yang terjadi dari lima komponen



Tanah adalah bagian dari lahan yang



yaitu batuan-batuan, bahan organik, air,



merupakan kerak atau lapisan teratas



dan



zat-zat



Komposisi



terlarut tanah



serta



udara.



bumi yang mampu menunjang kehidupan



berbeda



akan



tanaman secara permanen dan mengatur



menyebabkan perbedaan sifat tanah, baik



tata



sifat fisik maupun kimianya. Suatu



Berdasarkan definisinya tanah disebut



kejadian hujan dengan ju mlah intensitas



juga sebagai alat produksi pertanian.



tertentu dapat menyebabkan tingkat erosi



Tanah sebagai tubuh alam bebas hasil



yang berbeda jika jatuh pada jenis tanah



kerja gaya pembentukannya, tanah sebgai



yang berbeda. Jadi masing-masing tanah



sistem



memiliki



pengetahuan



ketahanan



yang



berbeda



air



pada



dinamik,



lapisan



dan



alam



tersebut.



sebagai



murni.



ilmu



Menurut



terhadap erosi. Mudah tidaknya suatu



kesepakatan para ahli tanah dunia, tanah



tanah tererosi disebut erodibilitas. Nilai



didefinisikan sebagai tubuh alam bebas



erodibilitas yang tinggi, dengan curah



yang menduduki sebagian besar planet



hujan yang sama, akan lebih mudah



bumi



tererosi daripada tanah dengan tingkat



interaksi kegiatan iklim dan jasad hidup



erodibilitas rendah. Daya tahan tanah



terhadap nbahan induk dalam keadaan



terhadap



relief tertentu selama jamgka wakltu



erosi



bervariasi,



untuk



mengetahui daya taham tamah terhadap



perbandinga



dispersi



(NPD).



memiliki



sifat



sebagai



tertentu pula (Sholahah, 2014).



erosi dapat diketahui dengan menghitung nilai



yang



Tekstur tanah merupakan salah satu sifat



fisik



tanah



yang



termasuk



Tujuan dari praktikum ini adalah untuk



didalamnya erodibilitas tanah harus kita



memnentukan nilai perbandingan dispersi



ketahui agar kita menemukan jenis tanah apa yang cocok untuk tanah tersebut. 15



Salah satu mengetahui cara erodibilitas



dalam



suatu tanah yaitu dengan melakukan



sehingga



perhitungan nilai perbandingan dispersi



organik dapat berperan dalam proses



(NPD) (Bahaerah dkk, 2010).



pembentukan agregat serta distribusi



Tanah dapat mengalami erosi yaitu



proses



pembentukn



lempung



susunan



dan



bersama



ukuran



dapat



agregat, polimer



agregat



pengurangan ju mlah tanah dipermukaan



terbentuk



membentuk



tanah yang dilakukan oleh air maupun



struktur tanah (Mark,2014).



yang



kualitas



angin. NPD meruypakan perbandingan antara partikel lempung dan debu yang



METODOLOGI



mudah terdispersi oleh air dengan kadar



Pada praktikum dasar- dasar ilmu



lempung dan debu keseluruhan dalam



tanah acara VII yaitu “Muatan Tanah”



tanah. Nilai NPD secara tidak langsung



dilaksanakn pada hari senin 13 Februari



menggambarkan



2017 di Laboratorium Tanah Umum,



lempung



dan



persentase debu



yang



kadar mudah



Departemen



Ilmu



Tanah,



Fakultan



dilepaskan atau terlepas dalam agregat



Pertanian, Universitas Gadjah Mada,



tanah (Rafael dkk, 2013).



Yogyakarta. Adapun alat dan bahan yang



Pemahaman akan nilai dispersi



digunakan pada praktikum ini yaitu



sangatlah penting dalam hal mengetahui



contoh tanah kering Ø 2mm sebagai



kadar tanah terutama kaitannya dengan



tanah yang akan diamati,yang kedua



erosi. Dengan adanya perbandingan nilai



yaitu beaker glass 500



dispersi



digunakn untuk memasukan air kedalam



kondisi



dapat



diketahui



tanah



bahaimana



tersebut.



ml yang akan



Nilai



tabung sedimentasi ,selanjutnya tabung



(NPD) adalah



sidementasi 1 liter sebagai tempat untuk



suatu nilai yang menunjukkan suatu nilai



sedimentasi tanag tersebut, lalu ada



agregat oleh ikatan lempung dan debu.



cawan penguap (porselin) 50 ml yang



Nilai perbandingan dispersi yang tinggi



digunakan untuk tempat supensinyang



menimbulkan bahwa sebagian besar debu



selanjutnya akan di oven, serta ada



dan lempung mudah dispersikan oleh air.



termometer untuk mengukur suhu pada



Sebaliknya apabila nilai perbandingan



tabung sedimentasi.



perbandingan dispersi



dispersi



rendah



hal



tersebut



Untuk melakukan percobaan ini



mengidentifikasikan bahwa secara aktual



diperlukan



langkah–langkah



hanya sedikit debu dan lempung yang



berikut: petama ditimbang a gram contoh



didispersikan oleh air. Fraksi lempung



tanah Ø 2 mm (misal 15 gram), lalu



organik diharapkanmampu berperan baik



tabung



sedimentasi



sebagai



dibersihkan



dan 16



dikeringkan .contoh tanah dimasukan



suhu 105ºC - 110ºC sampai kering.



kedalam



Seytelah dingin ditimbang (misal c gram).



tabung



sedimentasi



1000



ml.tabung dimiringkan sehingga contoh



Perhitungan :



tanah melebar sepanjang kira-kira 4-5 cm



[D+L]aktual = (c - b)



didasar tabung.lalu aquades ditambahkan lewat dinding tabung dengan tombol



HASIL DAN PEMBAHASAN



pancar (jangan mengenai tanah langsung)



Tabel 2.1 Nilai NPD tiap jenis tanah



dan



aquades



dibiarkan



merembes



perlahan secara kapilasitas, setelah tanah menjadi basah ditambahkan aquades lewat dinding tabung sampai volume 250 ml. Diamkan selama 15 menit agar dispersi sempurna. Setelah itu aquades



No



Jenis tanah



(D+L) aktual



NPD(%)



1 2 3 4 5



Alfisol Rendzina Ultisol Vertisol Entisol



7,75% 6,28% 6,28% 51581% 31,50%



8,03 6,627 6,6737 5,4838 91,48



ditambahkan dengan beker glass secara perlahn –lahan lewat dinding tabung



Nilai perbandingan dispersi adalah



hingga volume 800 ml, dilanjutkan



perbandingan



dengan botol pancar sehingga volume



partikel debu yang mudah mengalami



1000 ml. Lalu suhu air dalam tabung



terdispersi oleh air dengan nilai debu dan



sedimentasi



tunggu



lempung total (Dian et al., 2013). Tujuan



pemipetan ditetapkan dengan dilihat tabel



dilakukannya analisis nilai perbandingan



hubungan suhu dan waktu penggendapan



dispersi adalah mengetahui nilai NPD



untuk kedalam 20 cm. Disiaapkan cawan



tanah yang sebagai indikator erosi. Pada



penguap kosong berlabel dan ditimbang



tingkatan NPD nilai yang mencapai 19%



dengan bolak balik sebanyak 15 kali



yang berarti peka terhadap erosi (Dian et



dengan kecepatan 2 detik bolak balik,



al., 2013).



diukur.



Waktu



partikel



lempung



dan



tabung diletakkan dan waktu pemipetan



Berdasarkan praktikum percobaan



dimulai. Setelah waktu pemipetan kurang



yang telah dilakukan diperoleh hasil nilai



dari beberapa detik (5-10), pipet volume



NPD tanah Entisol sebesar 91,48%,



dimasukkan



Alfisol



secara



perlahan



sampai



8,03%,



Vertisol



5,4838%,



kedalaman 20 cm, suspensi dipipet



Rendzina 6,627%, dan tanah Ultisol



sebanyak



dituang



6,6737%. Hasil tersebut berarti bahwa



kedalam cawan penguap dan dioven pada



tanah entisol rentan terhadap erosi,



25



ml.



Suspensi



17



sedangkan keempat jenis tanah lainnya



tanah yang memilkiki kandungan pasir



Alfisol, Vertisol, Ultisol, dan Rendzina



lebih besar (Hardjowigeno, 1992).



tahan



terhadap



erosi.



Berdasarkan



Pada bidang pertanian mengetahui



percobaan yang dilakukan Handayani dan



NPD berguna untuk memilih tanah yang



Sunarminto



diketahui



cocok untuk pertanian karena tanah yang



bahwa nilai NPD tanah Entisol 20,71%



peka terhadap erosi cenderung kurang



(peka erosi), Alfisol 9,87% (tahan erosi),



subur sehingga kadungan tanah sering



Vertisol 7,64% (tahan erosi), Rendzina



terkikis air. Sebaliknya tanah tahan erosi



5,42% (tahan erosi), dan tanah Ultisol



adalah tanah yang subur karenan mampu



8,43% (tahan erosi). Percobaan ini sudah



menyimpan unsur hara dan air didalam



sesuai teori sebab tanah muda seperti



tanah



Entisol memang seharusnya sangat peka



pertanian. Sehingga pada hasil percobaan



terhadap



Vertisol



tanah Entisol merupakan tanah yang tidak



sebagai tanah yang paling tahan terhadap



cocok untuk pertanian karena NPD nya



erosi



mempunyai



mencapai 91,48% sehingga yang artinya



kandungan lempung tinngi yang sudah



peka terhadap erosi sedangkan keempat



terdispersi.



tanah lainnya seperti Alfisol, vertisol,



(2002)



erosi,



sebab



Nilai



dapat



sedangkan



vertisol



perbandingan



dispersi



dipengaruhi perbandingan kadar lempung



sehingga



Ultisol,



dan



cocok



untuk



rendzina



cocok



tanah



untuk



pertanian karena NPD < 15%.



dan kadar pasir yang terkandung dalam



Pada



praktikum



ini



digunakan



tanah. Pada tanah dengan kadar lempung



metode sedimentasi (analisis granular



tinggi



cara



akan



sulit



terdispersi



karena



pipet).



Metode



sedimentasi



kurangnya koloid sehingga mempunyai



dilakukan dengan menggunakan tabung



luas permukaan yang besar. Ukuran



sedimentasi sebagai tempat air dan



tersebut membuat lempung mempunyai



tanahnya, setelah digojok air dan tanah



kemampuan menyimpan air yang besar



yang



sehingga semakin



menggunakan



banyak kandungan



sudah



bercampur pipet



volume.



diambil Proses



lempung maka semakin besar pula



selanjutnya yaitu dilakukan waktu tunggu



kapasitas menahan air total maksimal.



yang disesuaikan suhu air dan kedalaman.



Hal tersebut, membuat air tidak turun kebawah



dan



erosi



dapat



dicegah.



Selain dilakukan



itu,



pada



beberapa



praktikum perlakuan



ini yaitu



Sebaliknya dengan pasir yang memiliki



penambahan aquadest kedalam tabung



tekstur halus mudah terbawa air yang



melalui botol pancar yang dilewatkan



menyebabkan erosi mudah terjadi pada



didinding tabung (tidak boleh mengenai 18



tanah langsung karena akan merusak agregat tanah dan komponen yang ada apabila terkena tanah secara langsung. Perlakuan penggojokan dilakukan supaya fraksi membentuk tanah yang berupa debu,



lempung,



dan



pasir



terpisah.



Perlakuan pendiaman tabung selama 15 menit



setalah



selesai



penambahan



aquades berfungsi untuk menurunkan gaya gesek dan kerapatan butiran tanah akan bertambah.



KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan nilai NPD dari setiap jenis



Dian, C., P.M. Panggih., H.W. Andhi., A.F. Putri., K.S. Darmoyo. 2013. Nilai Perbandingan Dispersi. Yogyakarta. Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu tanah Edisi Revisi. Maedyatama perkosa. Jakarta. Mark vincent A., Clutaria., and Carios P.C.D. 2014. Event based soil erosion estimation in atropical watershed. International Journal of forest. Vol 4(2) : 21 – 57. Rafael, W., Euganiust N., Boguslaw padolski., Jerzy Kozyara., and Rafael Pudelko. 2013. Protective role of grassland a gainst soil water erosion caused by extrame rainfall events as compared to black fallow. Journal Agriculture and Environtment. Vol 11(1) : 1069 – 1071.



tanah yaitu 91,48% untuk tanah Entisol (peka terhadap erosi), tanah Alfisol sebesar 7, 7452% (tahan erosi), tanah Vertisol sebesar 5,1581%(tahan erosi), tanah Rendzina sebesar 6,627% (tahan erosi), tanah Ultisol sebesar 6,6737% (tahan erosi). Selain itu didapatkan nilai debu dan lempung aktual dari setiap jenis tanah



yaitu



tanah



entisol



sebesar



31,50378, alfisol sebesar 7,7452, vertisol sebesar 5,1581, rendzina sebesar 6,277, ultisol sebesar 6,225.



DAFTAR PUSTAKA Bahareh A., Ahmad J., and Naser H. 2010. Decline in soil quality as a result of land use chang in ghareh aghaj watershed of semirom, Istaham, Iran. African Journal of Agricultural. Vol 6(4) : 992 – 993. 19



ABSTRAK Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah yang berjudul Tekstur Tanah (Kualitatif) yang dilaksanakan pada Senin, 20 Februari 2017 di Laboratorium Tanah Umum Fakulats Pertanian Universitas Gadjah Mada bertujuan untuk mengetahui tekstur tanah kualitatif pada tanah Entisol, Alfisol, Rendzina, Ultisol dan Verstisol. Tekstur tanah adalah perbandingan antara komposisi fraksi-fraksi penyusun tanah, yang termasuk fraksi-fraksi penyusun tanah yaitu pasir, debu, dan lempung. Pada praktikum ini digunakan metode kuantitatif dikarenakan metode ini dianggap mudah dan tidak membutuhkan terlalu banyak alat dan bahan. Dari praktikum ini diperoleh hasil bahwasanya Entisol mempunyai tekstur pasir geluha, Alfisol dengan tekstur lempung, Rendzina memiliki tekstur lempung pasiran, sedangkan ultisol bertekstur lempung debuan, kemudian vertisol mempunyai tekstur lempung. Kata kunci: tekstur tanah, kualitatif, pasir, debu, lempung



Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu



PENGANTAR Tanah adalah bahan mineral atau



diadakan percobaan untuk menetapkan



organic yang terletak di permukaan bumi



tekstur tanah secara kualitatif. Tujuan



yang telah dan sedang terus mengalami



diadakannya praktikum ini adalah untuk



perubahan yang dipengaruhi oleh factor-



menetapkan tekstur tanah secara kualitatif.



faktor diantaranya bahan induk, iklum,



Tekstur tanah merupakan salah



organisme, topografi, dan waktu (Harahap,



satu sifat fisik tanah. Keadaan sifat fisik



et.al.,



tanah



2014).



Komposisi



tanah



yang



yang baik



dapat



memperbaiki



berbeda akan menyebabkan perbedaan



lingkungan untuk perakaran tanaman dan



sifat tanah, baik sifat fisik maupun



secara



kimianya. Salah satu sifat fisik tanah yaitu



penyerapan hara (Arifin, 2010). Definisi



tekstur tanah. Tekstur tanah menunjukkan



dari tekstur tanah adalah susunan relatif



kasar atau halusnya suatu tanah. Tekstur



dari tiga ukuran zarah tanah, yaitu pasir



tanah juga memberikan presentase relatif



berukuran 2 mm – 50 µm, debu berukuran



ari ketiga unsur batuan, yaitu pasir, debu,



50 – 2 µm, dan liat berukuran Entisol. Kemudian pada kondisi lembab, tanah Vertisol, Ultisol, dan Rendzina memiliki kelekatan paling lekat dengan urutan Vertisol, Ultisol, Rendzina > Entisol > Alfisol. Untuk tingkat plastisitasnya diperoleh hasil bahwa Alfisol, Rendzina, Ultisol, dan Vertisol bersifat plastis, sedangkan untuk Entisol tidak plastis. Kaca kunci : Konsistensi Tanah Kering, Konsistensi Tanah Basah



praktikum



PENGANTAR Konsistensi tanah merupakan sifat fisika



ini



sendiri



adalah



untuk



menetapkan konsistensi tanah pada kondisi



tanah tentang gaya kohesi dan adhesi di



kering dan lembab.



dalam tanah. Gaya kohesi merupakan gaya



Konsistensi



tanah



dapat



dipengaruhi



oleh



tarik menarik antar molekul air, sedangkan



mempengaruhi



gaya adhesi merupakan gaya tarik menarik



beberapa hal, seperti menurut Wardana



antara molekul air dan molekul tanah.



(2011), bahwa salah satu pemicu terjadinya



Konsistensi tanah dalam pertanian sangat



peristiwa seperti kelongsoran adalah karena



dibutuhkan



hujan



untuk



menentukan



metode



yang



dan



sejatinya



lebat,



sehingga



terjadi



pengolahan tanah yang tepat. Hal ini karena



pembahasan pada tanah. Akibatnya, tanah



tanah akan menjadi tempat tanaman berpijak,



berkurang kekuatan gesernya karena butir-



serta menjadi penyedia air dan nutrisi bagi



butir tanah menyerap air. Penyerapan air ini,



tanaman tersebut. Seperti halnya pada tanah



seiring berjalannya waktu akan terjadi



pasir. Karena konsistensinya yang lepas-



kejenuhan yang menyebabkan tanah tidak



lepas, maka air dan unsur hara mudah



stabil dan terjadi kelongsoran.



terlindi. Oleh karena itu, dibutuhkan cara



Konsistensi



tanah



menunjukkan



seperti pemasangan mulsa dibawah tanah



kekuatan daya adhesi butir tanah dengan



sebagai



benda lain. Menurut Foth (1984), konsistensi



perangkap



air.



Tujuan



dari



33



tanah dapat digambarkan dengan tiga tingkat



atterberg. Menurut Yuliet (2010), untuk



kelembapan yaitu basah, lembap, dan kering.



memprediksi



Tanah akan menjadi lekat saat ia basah, akan



mengembang



menjadi teguh atau friable saat ia lembab,



identifikasi tanah berdasarkan uji klasifikasi



dan keras saat ia kering. Karena sifat tanh



tanah dan uji batas-bats konsistensi atterberg.



yang seperti ini maka akan ada kemungkinan



METODOLOGI



hambatan



dalam



penggunaannya.



Oleh



Pada



dan



menentukan



tanah,



praktikum



perlu



potensi dilakukan



Dasar-Dasar



Ilmu



karena itu sebelum digunakan, tanah lebih



Tanah acara V yaitu Konsistensi Tanah



baik



bahan-bahan



Kualitatif dilaksanakan pada tanggal 27



seperti semen, kapur, zeorit, serta bahan-



Februari 2017 di Laboratorium Tanah



bahan lainnya.



Umum, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas



distabilisasi



dengan



Stabilisasi tanah sendiri merupakan usaha



untuk



memperbaiki



tanah



yang



Pertanian,



Universitas



Yogyakarta.



Adapun



Gadjah alat,



Mada,



bahan



pada



bermasalah, baik dengan cara mekanis, fisis,



percobaan konsistensi kering digunakan



maupun kimiawi. Salah satunya adalah



bahan contoh tanah agregat tidak terusik



dengan penambahan kapur, abu batu bara,



(bongkah).



dan semen pada tanah lempung. Menurut



menggunakan



Bowles (1997), penambahan ketiga bahan



menggunakan indera peraba dari praktikan



tersebut ke dalam tanah lempung dapat



berupa ibu jari dengan telunjuk atau pangkal



menurunkan



telapak tangan kiri dengan ibu jari kanan.



indeks



plastisitas,



Pada



mekanismenya alat



namun



Sedangkan



signifikan. Serta kapur, dapat menurunkan



praktikum ini yaitu diambil contoh tanah



nilai



agregat



cair,



indekas



plastisitas,



cara



hanya



pengembangan, dan penyusutan yang cukup



batas



prosedur



tidak



kerja



pada



tidak terusik, kemudian contoh



kandungan fraksi lempung, dan tekanan



tanah tersebut ditekan diantara ibu jari dan



pengembangan.



telunjuk.



Untuk penentuannya, pada dasarnya



Apabila



penekanan



hancur



contoh maka



tanah



tanpa



konsistensinya



dapat ditentukan dengan metode kualitatif



lepas-lepas, jika sedikit penekanan hancur,



dan kuantitatif. Dimana metode kualitatif



maka



menggunakan



secara



penekanannya kuat maka konsistensinya



langsung, sedangkan metode kuantitatif



agak keras. Jika pada penekanannya belum



menggunakan metode uji batas konsistensi



hancur maka dilanjutkan penekanan dengan



jari



dan



tangan



konsistensinya



lunak.



Apabila



34



pangkal telapak tangan kiri dengan ibu



Ultisol



Agak Keras



jari kanan, jika penekanannya kuat maka konsistensinya keras dan jika penekanannya kuat tetapi tidak hancur maka konsistensinya



Tabel 5.2 Konsistensi Tanah Basah Tanah



Kelekatan Keliatan



Entisol



Lekat



Tidak Plastis



Alfisol



Agak Lekat



Plastis



Vertisol



Sangat Lekat



Plastis



Rendzina



Sangat Lekat



Plastis



Ultisol



Sangat Lekat



Plastis



sangat keras. Konsistensi tanah kering dilakukan



untuk



mengetahui



tingkat



kekerasan pada tanah. Pada



percobaan



konsistensi



basah



digunakan bahan dan alat yaitu contoh tanah kering angin ukuran Ø 2 mm (jenis Entisol, Alfisol, Ultisol, Rendzina, dan Vertisol) dan cawan porselin. Prosedur cara kerja yang digunakan pada praktikum yaitu ditimbang contoh



tanah



kering



angin,



kemudian



masing-masing jenis contoh tanah dibasahi dengan aquadest serta dilanjutkan dengan pengadukan hingga homogen atau menjadi pasta



seperti



dilanjutkan



adonan



pengamatan



kue.



Kemudian



kelekatan



dan



plastisitas pada setiap jenis tanah dengan jari telunjuk dan ibu jari serta dibuat bentuk pipa tanah setebal ± Ø 2,3 mm.



Konsistensi tanah adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antar partikel



dan



air)



dengan



berbagai



kelembapan tanah. Tujuan dari analisis konsistensi tanah adalah untuk menetapkan



HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 5.1 Konsistensi Tanah Kering



konsistensi tanah dalam keadaan kering maupun keadaan basah/lembab. Dari hasil pengamatan diperoleh data



Tanah



Konsistensi Kering



Entisol Alfisol Vertisol Rendzina



Lunak Agak Keras Sangat Keras Sangat Keras



bahwa konsistensi kering tanah Entisol yaitu lunak dan jika dibandingkan dengan literatur, tanah Entisol mempunyai konsistensi lepaslepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kaya akan unsur hara tapi belum 35



tersedia (Putra et al., 2016). Dari data juga



kedudukan lempung dalam tanah aslinya.



diperoleh



hasil



Dimana apabila semakin tinggi kandungan



memiliki



kelekatan



bahwa



tanah



dan



lempung suatu tanah maka kelekatan dan



Menurut



plastisitasnya semakin tinggi pula. Ketika



Wirosoedarmo dkk. (2012), tanah Entisol



tanah Alfisol dibasahi dan dipijit dengan jari



memiliki tekstur lempung berpasir dan



maka banyak tanah yang menempel pada jari



kandungan lempungnya sebesar 12. Menurut



dan jari yang lain sedikit. Hal inilah yang



Tan (1986) yang juga menyimpulkan bahwa



menyebabkan tanah Alfisol memiliki tingkat



konsistensi Entisol daah kelekatan tidak



kelekatan yang lekat dan tingkat plastisitas



lekat, dan plastisitasnya tidak plastis maka



yang plastis. Hal ini juga diperkuat dengan



tanah Entisol tidak dapat dibentuk pipa.



adanya hasil penelitian Soepraptohardjo



Perbedaan hasil ini kemungkinan dapat



(1997),



terjadi karena kondisi bongkahan tanah yang



konsistensi tanah Alfisol dengan keteguhan



merupakan bongkahan sisa dari kelompok



keras, kelekatan yang lekat, dan plastisitas



lain sehingga menyisakan bongkahan tanah



yang plastis. Jika dikaitkan dengan hasil



yang tidak baik untuk dibuat sebagai contoh



percobaan maka dapat dilihat bahwa ada



tanah.



perbedaan



plastisitasnya



tidak



yang



Entisol



plastis.



lekat



yang



di



menyimpulkan



tingkat



keteguhan



bahwa



atau



Dari hasil percobaan diperoleh data



kekerasan yang agak keras dan kelekatan



bahwa tanah Alfisol memiliki keteguhan



yang agak lekat. Hal ini bisa terjadi karena



atau tingkat kekuatan yang agak keras,



air yang diberikan saat mencapurkan tanah



kelekatannya



terlalu sedikit sehingga akan mempengaruhi



adalah



agak



lekat



dan



plastisitasnya adalah plastis. Menurut Ismail



kelekatannya.



dan Gasmelsheed (1998), tanah alfisol



Tanah Vertisol adalah tanah yang



memiliki tekstur geluh lempungan sehingga



memiliki tingkat keteguhan atau kekerasan



memiliki konsistensi dalam keadaan kering



yang sangat keras, kelekatan yang sangat



yang keras dan lekat serta plastis pada



lekat, dan plastisitas yang plastis. Itu



konsistensi basah. Hal ini karena tanah



berdasarkan data hasil pengamatan yang



alfisol pada umumnya mempunyai sifat



diperoleh. Sedangkan hasil yang diperoleh



struktur yang kurang diinginkan karena



oleh Darmawidjaja (1992), tanah Vertisol



memiliki kandungan lempung yang lebih



dan tanah Rendzina memiliki keteguhan



rendah dalam horizon A dan ketidakadaan



yang sangat keras. Kelekatan yang lekat dan 36



plastisitas yang plastis yang sangat plastis.



lekat,



Perbedaannya



praktikum



perbedaan hasil praktikum dengan hasil



terletak pada tingkat plastisitas yang plastis.



menurut Sarief yaitu pada tingkat keteguhan



Hal ini bisa terjadi karena tanah terlalu



dan kelekatan. Perbedaan ini dapat terjadi



didiamkan sehingga tanah menjadi agak



karena contoh bongkah tanah yang tinggal



retak ketika dibentuk seperti O, S, atau



tersisa sedikit dan tidak dalam bongkahan



angka 8.



yang baik untuk dipercobakan. Hal lainnya



Tanah



dengan



Rendzina



hasil



plastisitas



plastis.terdapat



tingkat



karena efek dari analisis yang secara



keteguhan yang sangat keras, kelekatan yang



kualitatif yang tergantung dari praktikan



sangat lekat, dan plastisitasnya yang plastis.



yang mencoba tanahnya.



Berdasarkan



hasil



Darmawidjaja



(1992),



memiliki



dan



yang



Konsistensi



tanah dipengaruhi oleh



Rendzina



beberapa faktor diantarana tekstur tanah,



memiliki keteguhan, kelekatan, dan tingkat



kandungan bahan organik, jenis lempung,



plastisitas yang sama dengan tanah Vertisol



dan



yaitu memiliki keteguhan yang sangat keras,



mempengaruhi konsistensi tanah adalah



kelekatan yang lekat, dan plastisitas yang



tekstur



sangat plastis. Data yang diperoleh juga



menentukan konsistensi tanah. Pada tanah



memiliki



bertekstur kasar, daya plastisitasnya akan



perbedaan



tanah



diperoleh



pada



tingkat



kadar



air.



tanah.



karena



Faktor



pertama



Tekstur



kandungan



tanah



yang



dapat



plastisitasnya yang plastis. Hal ini bisa



rendah



lempungnya



terjadi karena tanah terlalu lama didiamkan



hanya sedikit. Kemudian faktor kedua



sehingga tanah menjadi agak retak ketika



adalah kadar air tanah. Tingginya kadar air



dibentuk seperti “O”, “S”, atau angka 8.



di dalam tanah menjadikan tanah menjadi



Berdasarkan data hasil praktikum yang



lembek. Hal ini berpengaruh pada batas cair



diperoleh, tanah ultisol memiliki tingkat



dan batas plastisitasnya. Sedangkan faktor



keteguhan yang agak keras, kelekatan yang



yang ketiga adalah kandungan bahan organik



sangat lekat, dan tingkat plastisitas yang



tanaj. Kandungan bahan organik menjadi



plastis.



dkk.



sumber energi mikroorganisme tanah dan



(2012), tanah ultisol memiliki kandungan



sumber hara bagi tanaman. Bahan organik



lempung yang tinggi dan debu yang rendah.



juga berfungsi untuk memisahkan gaya



Menurut Sarief (1985), konsistensi ultisol



adhesi dan kohesi.



Menurut



Yulmafatmawita



adalah dengan keteguhan lunak, kelekatan 37



Struktur, tekstur, dan konsistensi saling



konsistensi



tanah,



akan



mempermudah



berkaitan. Hal ini terkait pada kandungan



pengolahan tanah, karena setiap tanah



lempung dan gaya kohesi tanah terhadap



mempunya konsistensi yang berbeda-beda,



benda lain. Pada tanah bertekstur pasir



dengan begitu maka diharapkan mampu



memiliki kandungan lempung yang rendah



membuat konsistensi tanah sesuai dengan



sehingga gaya adhesinya rendah dan sulit



jenis tanaman yang ditanam sehiingga



berikatan dengan partikel-partikel lain dalam



mampu meningkatkan produksi pertanian.



tanah dan menjadikan tanah cenderung berdiri



sendiri



sehingga



Pada



percobaan



ini



metode



yang



konsistensinya



digunakan adalah metode kualitatif dalam



lepas-lepas. Berbeda dengan tanah bertekstur



menentukan konsistensi tanah. Metode ini



lempung yang tentunya memiliki kandungan



berupa metode yang dilakukan dengan cara



lempung



gaya



merasakan tekstur tanah dari masing-masing



adhesinya tinggi dan mudah berikatan



contoh jenis tanah sehingga bisa ditentukan



dengan partikel lain di dalam tanah, maka



konsistensinya. Metode ini digunakan karena



tanah menjadi bertekstur menggumpal dan



penerapannya lebih mudah,murah, dan lebih



memiliki konsistensi agak keras ketika



cepat.



yang



tinggi



sehingga



kering dan plastis ketika dalam kondisi basah. Hal tersebut dikarenakan sifat partikel penyusun tanah (pasir, debu, lempung) yang terdapat



pada



suatu



tanah



akan



KESIMPULAN Dari dilakukan



hasil maka



percobaan



yang



diperoleh



telah



kesimpulan



mempengaruhi gaya yang bekerja pada



bahwa dalam kondisi kering, konsistensi



partikel-partikel



sehingga



tanah entisol adalah lunak, konsistensi tanah



saling



Alfisol dan ultisol adalah agak keras, dan



menghasilkan



tanah sifat



fisik



yang



berkaitan.



konsistensi



pada



tanah



Vertisol



dan



Manfaat konsistensi di bidang pertanian



Rendzina adalah sangat keras. Sementara



sangatlah penting untuk menentukan daya



dalam kondisi basah, konsistensi tanah



guna tanah secara praktis. Konsistensi



entisol adalah lekat dan tidak plastis,



dipakai untuk menggambarkan sifat tanah



konsistensi tanah alfisol adalah agak lekat



yang sangat penting yaitu hubungannya



dan plastis, sedangkan konsistensi tanah



dengan pengolahan tanah dan pemadatan



Vertisol, Rendzina, dan Ultisol memiliki



mesin



pertanian.



Dengan



mengetahui 38



dan



Wirosoedarmo, R., B. Suharto, C. Irawan. 2012. Penerapan Teori Fractal Untuk Menentukan Kurva Retensi Air Pada Entisol Tanpa Olah Tanah. Jurnal Teknologi Pertanian. 10 (3) :192-198.



Bowles, J.E. 1997. Foundation Analys and Design. Mc Graw-Hill. New York City.



Yuliet, Rina. 2010. Identifikasi tanah lempung kota Padang berdasarkan uji klasifikasi teknik dan uji batas-batas konsistensi atterberg. Jurnal Rekayasa Sipil 6 : 19-30.



kelekatan



yang



sangat



lekat



plastisitasnya yang plastis.



DAFTAR PUSTAKA



Darmawidjaja, M.L. 1992. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Fathoni, M. 2014. Tinjauan Kuat Tekan Bebas dan Permeabilitas Terhadap Tanah Lempung yang Distabilisasi dengan Kapur dan Abu Ampas Tebu. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.



Yulnafatmawita, R. A. Naldo, A. Rasyidin. 2012. Analisis Sifat Fisika Ultisol Tiga Tahun Setelah Pemberian Bahan Oraganik Segar di Daerah Tropis Basah Sumbar. J. Solum 9( 2) : 91-97.



Foth, H.D. 1984. Fundamentals of Soil Science. Winey. Minnesoto. Ismail, H. A. E dan K. M. Gasmelseed. 1998. Soil consistency and swell potential using static cone penetration machines. Journal of Ismlamic Academy of Sciens (1): 74-78. Sarief, S. 1985. Ilmu Tanah Umum. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, Bandung. Soeprapto, M. 1997. Jenis Tanah dan Potensinya. Pusat Pendidikan Interpretasi Citra Pengindraan Jauh dan Survey Terpadu, Yogyakarta. Tan, K.H. 1986. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wardana, N. 2011. Pengaruh Perubahan Muka Air Tanah dan Terasering Terhadap Perubahan Kestabilan Lereng. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil 15 :83-92. 39



ABSTRAK Praktikum acara VI Bahan Organik Tanah dilaksanakan pada hari Senin, 27 Februari 2017 di Laboratorium Dasar-Dasar Ilmu Tanah Departemen Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan kadar c-organik dan kadar bahan organic tanah. Bahan organic adalah sekumpulan dari beragam senyawa organic yang sedang maupun telah mengalami dekomposisi, baik berupa humus, senyawa organic, dan mikroorganisme. Contoh tanah yang digunakan adalah vertisol, rendzina, ultisol, alfisol, dan entisol. Metode yang digunakan adalah metode Walkey and Black. Dari hasil praktikum diketahui bahwa setiap jenis tanah memiliki kadar c-organik dan kandungan bahan organic yang berbeda-beda. Semakin tinggi kadar c-organik tanah maka semakin besar pula kadar bahan organiknya. Berdasarkan hasil percobaan, didapat kadar bahan organic tanah vertisol 2,19%, rendzina 3,08%, ultisol, 1,495%, alfisol 1,817%, dan entisol 1,312%. Kata Kunci: Bahan organik, c-organik, nisbah C/N, metode Walkey & Black.



Pengaruh



PENGANTAR



kesuburan



tanah



dapat



Bahan organik merupakan bahan



memperbaiki pertumbuhan tanaman serta



penting dalam menciptakan kesuburan



meningkatkan produksinya. Adapun tujuan



tanah, baik secara fisika, kimia, maupun



dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui



biologi tanah. Bahan organic terdiri dari



kadar c-organik dan kadar bahan organic



humus



pada



dan



nonhumus.



Nonhumus



berperan sebagai sumber energy bagi mikroorganisme dan sumber hara bagi



masing-masing



tanah



rendzina, ultisol, alfisol, dan entisol). Bahan organic adalah sekumpulan



tanaman. Bahan humus mengandung unsur



beragam



senyawa-senyawa



hara yaitu NH4, NO3, SO4, dan H2PO4.



kompleks



yang



Humus



berperas



mengalami



struktur



tanah,



untuk



memperbaiki



meningkatkan



KPK,



(vertisol,



sedang



proses



organik



atau



dekomposisi



telah baik



berupa humus hasil humifikasi maupun



penyangga pH tanah dan meningkatkan



senyawa-senyawa



daya



organic



mineralisasi dan termasuk juga mikrobia



berpengaruh kuat didalam agregasi tanah



heterotrofik organic dan ototrofik yang



dan



simpan



lengas.



pembentukan



Bahan



organic



hasil



agregat.



Menurut



terlibat dan berada didalamnya (Madjid,



bahan



organic



2007). Kandungan bahan organic lapisan



berfungsi suplai nutrisi, kapasitas menahan



atas selalu lebih tinggi daripada lapisan



air, agregasi tanah, dan mencegah erosi.



bawah dengan ratio kedalaman 25 cm dan



Selain



1 m dan tidak memiliki horizon sombric



Funderburg



itu



(2001)



bahan



organic



juga



bisa



memperbaiki drainase, permeabilitas, dan



(Sipahutar dkk, 2014).



penetrasi akar. Praktikum ini penting



Bahan organik dijadikan sebagai salah



dilakukan sebab dengan mengetahui kadar



satu tolak ukur untuk melihat kualitas,



bahan organic maka dapat diketahui pula



kesuburan,



tingkat kesuburan setiap jenis tanah.



Menurut (Lal, 1994), tanah memiliki



atau



produktivitas



tanah.



40



produktivitas yang baik apabila kadar



unsur-unsur



bahan organic berkisar antara 8% sampai



pokok pada tanaman dan diperlukan dalam



16% atau kadar karbon organic 4,56%



jumlah yang banyak (Yamani, 2010).



sampai 9,12%. Rendahnya bahan organik,



Unsur-unsur ini terdiri dari karbon (C),



khususnya fraksi labil karbon organic



hydrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N),



berkolerasi dengan buruknya sifat fisik dan



fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca),



kimia tanah lainnya seperti berat isi (bulk



magnesium (Mg), dan sulfat (S). Hara



density), ruang pori total, pori aerasi, dan



mikro berfungsi sebagai komponen penting



K tersedia (Nurida, 2006).



enzim-enzim



Pengaruh bahan organic terhadap



diperlukan



yang



menjadi



pada dalam



komponen



tanaman jumlah



kecil,



yang bila



tanah dan tanaman tergantung pada laju



tertentu banyak dapat menjadi toksik.



proses



Kemudahan



Menurut (Adelia, P.F., Koesriharti., dan



dekomposisi bahan organic berkaitan erat



Sunaryo, 2013) yang termasuk unsur hara



dengan nisbah kadar hara. Secara umum,



mikro adalah boron (B), klor (Cl), tembaga



makin rendah nisbah antara kadar C dan N



(Cu),



di dalam bahan organic akan semakin



molybdenum (Mo), natrium (Na), seng



rendah dan cepat mengalami dekomposisi.



(Zn), dan vanadium (Va).



dekomposisinya.



besi



(Fe),



mangan



(Mn),



Nisbah C/N merupakan istilah untuk menyatakan hubungan antara karbon dan



METODOLOGI



nitrogen di dalam tanah. Ratio C/N dapat



Praktikum



acara



penentuan



kompetisi antara jasad renik dan tanaman



dilaksanakan pada Senin, 27 Februari 2017



terhadap kebutuhan unsur hara nitrogen.



pukul



Selanjutnya



C/N



Dasar-Dasar



mengetahui



tingkat



untuk



pelapukan



dan



Tanah



organik



yaitu



dipakai untuk mengetahui apakah terjadi



berguna



bahan



VI



13.30-selesai Ilmu



Fakultas



tanah



di



Laboratorium



Tanah



Departemen



Pertanian



Universitas



kecepatan penguraian bahan organik serta



Gadjah Mada. Dalam praktikum ini alat



ketersediaannya unsur hara nitrogen di



dan bahan yang digunakan yaitu contoh



dalam tanah (Bachtiar, 2006).



tanah kering angin Ø



Agar



tanaman



dapat



0,5 mm sebagai



tumbuh



tanah yang akan diuji, labu takar 50 ml



maksimal, dibutuhkan beberapa unsur hara



sebagai tempat atau wadah, gelas ukur 10



untuk tumbuhkembangnya. Unsur hara



ml digunakan untuk menakar aquades, labu



tersebut dibedakan menjadi unsur hara



erlenmeyer 50 dan buret untuk titrasi.



makro dan mikro. Hara makro merupakan



Bahan yang digunakan yaitu K2Cr2O7 0,2 41



N, H2SO4, FeSO4 1N, dan indicator difenilamin.



(100 + 𝐾𝐿)(𝑉𝐴 − 𝑉𝐵)𝑁𝐹𝑒𝑆𝑂4 ∗ 3 50 100 ∗ ∗ ∗ 100% 100 ∗ 1000 ∗ 𝑎 5 77



𝐶=



Kadar BO = [𝐶] ∗



Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode Walkey and Black. Tahapan yang dilakukan dalam metode ini adalah tahapan antara, yang artinya



kandungan



bahan



organic



100 58



%



Ket: VA= Volume titrasi blanko VB = Volume titrasi baku N = Normalitas



ditentukan oleh besar c-organik hasil titrasi dikalikan



dengan



konstanta



tertentu.



Langkah pertama yang dilakukan adalah meninmbang contoh tanah kering angina Ø 0,5 mm seberat a gram lalu dimasukkan ke



HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 6.1 Kandungan C-Organik dan bahan organic pada berbagai jenis tanah Tanah



C-organik



Bahan



(%)



Organik (%)



dalam labu takar 50 ml dan ditambahkan Entisol



0,761



1,312



Alfisol



1,0542



1,817



Ultisol



0,8675



1,495



digojok dengan gerakan memutar dan



Rendzina



1,79



3,08



mendatar. Setelah itu, larutan didiamkan



Vertisol



1,27



2,19



10 ml K2Cr2O7 0,2 N dengan pipet volume 10 ml. selanjutnya 10 ml H2SO4 pekat ditambahkan secara perlahan-lahan lalu



selama 30 menit agar dingin dan setelah Bahan



dingin ditambahkan 2-3 tetes indicator



organik



difenilamin. Lalu, ditambahkan aquades



kumpulan



hingga volume 50 ml dengan botol pancar.



organic kompleks yang sedang atau telah



Labu takar lalu ditutup dan kemudian



mengalami



digojok sampai homogeny dan tanah



berupa humus hasil humifikasi maupun



dibiarkan



senyawa-senyawa



mengendap.



Larutan



jernih



beragam



merupakan



proses



senyawa-senyawa



dekomposisi,



baik



anorganik



hasil



diambil sebanyak 5 ml, lalu dimasukkan ke



mineralisasi (Hanafiah, 2014). Analisis



dalam erlenmeyer 50 ml dan ditambahkan



bahan organic pada tanah diperlukan untuk



aquades 15 ml. setelah itu, larutan dititrasi



mengetahui kandungan bahan organic pada



dengan FeSO4 0,2 N hingga warnanya



jenis



menjadi kehijauan dan dicatat volume



menentukan nilai c-organik terlebih dahulu.



titrasinya. Langkah tersebut diulangi untuk



Dengan



blanko tanpa tanah. Dari hasil titrasi



organic tanah, maka dapat diketahui pula



kemudian dihitung menggunakan rumus:



jenis tanah yang baik untuk pertanian.



tanah



yang



dilakukannya



berbeda



analisis



dengan



bahan



42



Dari



praktikum



yang



telah



dilakukan, didapatkan hasil nilai c-organik



berada pada rentang kadar bahan organik hasil penelitian Sudaryono.



masing-masing tanah. Tanah rendzina



Kadar bahan organic tanah alfisol



memiliki kadar bahan organic paling tinggi



hasil percobaan adalah 1,817%. Menurut



yaitu



Berdasarkan



penelitian yang dilakukan Wijarnarko dkk



penelitian yang dilakukan Krachenko, dkk



(2007) terhadap tanah alfisol di Jawa



(2011) diperoleh kandungan bahan organik



Tengah dan Jawa Timur didapat kadar



rendzina



Besarnya



organiknya sebesar 2,72%. Besarnya kadar



kandungan bahan organik rendzina karena



bahan organic hasil percobaan jauh lebih



tanah ini termasuk tanah mollisol yaitu



kecil



tanah dengan bahan organik yang sangat



dilakukan oleh Andy dkk. Hal ini bisa



tinggi.



disebabkan karena perbedaan factor yang



sebesar



3,08%.



sebesar



5-8%.



Sementara tanah entisol memiliki kadar bahan organic paling sedikit yaitu



daripada



hasil



penelitian



yang



mempengaruhi tanah sehingga kandungan bahan organiknya berbeda.



1,312%. Nilai ini tidak jauh berbeda dari



Menurut penelitian yang dilakukan



penelitian yang dilakukan Nugrohotomo



oleh Harsono dkk (2009) didapat besarnya



(2009) yang menghasilkan kadar c-organik



kandungan bahan organic tanah vertisol



sebesar



bahan



adalah 2,60%. Hal ini tidak jauh berbeda



1,25%.



dari hasil percobaan yaitu sebesar 2,879%.



0,71%



organiknya



dengan



diketahui



kadar



sebesar



Rendahnya kadar bahan organik tanah



Dari



entisol disebabkan karena tanah entisol



diperoleh



merupakan



urutan



percobaan



tanah



dengan



hanya



kandungan bahan organic tertinggi ke



permulaan.



Bahan



terendah adalah rendzina, vertisol, alfisol,



mineral didalamnya belum membentuk



ultisol, dan entisol. Dari penelitian yang



horizon pedonik yang nyata sehingga



dilakukan oleh (Syukur, 2005) dalam



entisol memiliki kadar bahan organik yang



jurnal Pengaruh Pemberian Bahan Organik



sedikit.



Terhadap



horizon



muda



hasil



hasil



dan



memiliki



tanah



tabel



Pada tanah Ultisol kadar bahan



Sifat-Sifat



Tanah



dan



Pertumbuhan Caisim di Tanah Pasir Pantai,



organic yang didapat sebesar 1,495%,



dihasilkan



sedangkan menurut penelitian Sudaryono



organik yang benar adalah Rendzina >



(2009) kadar bahan organic tanah ultisol



Vertisol > Alfisol > Ultisol > Entisol. Jadi



adalah



bisa disimpulkan bahwa percobaan yang



sebesar



1,15-2,70%.



Besarnya



kadar bahan organic hasil percobaan masih



urutan



kandungan



bahan



dilakukan sudah sesuai. 43



Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan



organic



dalam



adalah



atau Cation Exchange Capacity (CEC)



kedalaman tanah, iklim, (curah hujan dan



(Arifin, 2011). Jika nilai KPK atau CEC



suhu), drainase, tekstur tanah, dan vegetasi



tinggi maka unsur hara akan tetap berada



(Hakim dkk, 1986). Kedalaman tanah



dalam tanah. Proses mineralisasi hasil



menentukan kadar bahan organic dan N.



perombakan



kadar bahan organic melimpah ditemukan



menghasilkan unsur hara baik makro



pada lapisan atas setebal 20 cm. Semakin



maupun mikro seperti N, P, K, Ca, Mg, S



ke bawah kadar bahan organic semakin



dan mikro lainnya. Bahan-bahan organik



berkurang. Iklim berpengaruh pada tingkat



dapat mengimobilisasi bahan-bahan kimia



dekomposisi bahan organic. Tanah tropika



buatan



memiliki kandungan bahan organik rendah



merugikan terhadap pertumbuhan tanaman,



karena kondisi lingkungan mendukung



mengkompleks



dekomposisi



bahan



meningkatkan kapasitas sangga (buffer



organic tanah. Pada tanah drainase buruk,



capacity) tanah (Radjagukguk, 1988; Numi,



dimana air berlebih, oksidasi terhambat



2003 CH Arifin, 2011). Kadar bahan



karena kondisi aerasi yang buruk. Hal ini



organic juga akan mempengaruhi pH tanah.



menyebabkan kadar bahan organic dan N



pH tanah akan turun apabila bahan organik



pada tanah drainase buruk lebih tinggi



masih mengalami proses dekomposisi



daripada tanah berdrainase baik. Bahan



dengan melepas asam.



dan



tanah



meningkatkan kapasitas pertukaran kation



mineralisasi



organik akan lebih tinggi pada tanah



yang



bahan



organik



memberikan



logam



akan



dampak



berat,



serta



Peranan bahan organik terhadap



bertekstur liat. Ikatan antara liat dengan



sifat



bahan organik melindungi bahan tersebut



pemeliharaan



dari aksi dekomposisi oleh mikrobia tanah.



stabilitas agregat yang tinggi, memperbaiki



Tingginya kandungan liat juga berpotensi



distribusi ukuran pori dan kapasitas tanah



tinggi untuk formasi agregat. Fungsi



menyimpan air (water holding capability),



vegetasi adalah untuk melindungi lapisan



serta meningkatkan daya retensi air (Arifin,



atas



banyak



2011). Pemeliharaan struktur tanah oleh



mengandung bahan organic) dari tekanan



bahan organic juga dapat meningkatkan



air hujan sehingga bahan organic tidak



populasi



tersapu oleh air.



tanah dengan tekstur halus, saat basah akan



tanah



(lapisan



paling



Pengaruh bahan organic terhadap sifat



kimia



tanah



adalah



dapat



fisika



tanah struktur



mikroorganisme



menyangkut tanah



tanah.



dengan



Pada



memiliki kelekatan dan keliatan tinggi, sehingga saat diberi bahan organik akan 44



lebih mudah diolah dan tidak retak. Selain



Dalam praktikum ini tidak digunakan



itu,



organik



H3PO4, karena H3PO4 bersifat mengurangi



mengurangi kemungkinan terjadinya erosi.



Fe, sedangkan Fe fungsinya mengikat



Terhadap sifat biologi tanah, bahan



oksigen sekaligus mempercepat oksidasi.



organik akan meningkatkan aktivitas dan



Dnegan metode Walkey and Black prinsip



jumlah mikroorganisme tanah sehingga



kerjanya adalah mengetahui bahan organic



respirasi tanah akan meningkat (Arifin,



dengan cara oksidasi. Apabila digunakan



2011).



tinggi



H3PO4 akan memperlambat reaksi itu



menunjukkan tingkat dekomposisi dan



sendiri. Oleh karena itu digunak CrO72-



oksidasi bahan organic yang baik. Selain



dengan FeSO4



itu, bahan organic juga mempengaruhi



dnegan c-organik yang tereduksi ketika



aktivitas



bereaksi dengan tanah.



penambahan



Respirasi



bahan



tanah



biologi



yang



berupa



senyawa



perangsang tumbuh sepert auksin dan vitamin.



yang dianggap setara



Praktikum kali ini menggunakan metode Walkey and Black yang memiliki



Berdasarkan sifat fisika, kimia, dan



tingkat ketelitian tinggi, yaitu 100/77.



biologisnya, kandungan bahan organic



Metode



dalam tanah sangat bermanfaat di bidang



diantaranya pengukuran yang dilakukan



pertanian. Ini disebabkan oleh kandungan



dengan



bahan organic dalam tanah mengandung



menggunakan berbagai jenis bahan kimia.



zat-zat yang dibutuhkan oleh tanaman.



Namun



Ketersediaan



kekurangan, salah satunya yaitu waktu



dibutuhkan



bahan karena



organik



sangat



mengandung



zat



yang



ini



memiliki



perubahan



metode



dibutuhkan



kelebihan,



warna



ini



dan



juga



untuk



dapat



memiliki



mengerjakan



tumbuh dan vitamin yang dapat diserap



metode ini lebih lama sehingga kurang



lansung oleh tanaman.



efisien. Metode ini dirasa lebih akurat



Dalam praktikum ini khemikalia



disbandingkan dengan metode Denn Stedt



yang digunakan antara lain garam K2Cr2O7,



atau



H2SO4, dan FeSO4. Asam sulfat pekat



ketelitian hanya 77%. Namun begitu saat



dapat mempercepat kecepatan reaksi, dan



melakukan metode ini harus berhati-hati



juga sebagai pelepas karbon (C) pada



saat melakukan titrasi.



bahan



organik



dalam



tanah.



metode



keting



yang



memiliki



Dalam



praktikum ini K2Cr2O7 berfungsi sebagai



KESIMPULAN



oksidator bahan organic dimana sisa yang



Kadar c-organik masing-masing tanah



berlebih akan direduksi oleh FeSO4.



adalah entisol 0,761%, alfisol 1,0542%, 45



ultisol 0,867%, rendzina 1,79%, dan vertisol 1,27%. Dari kadar c-organik dapat diketahui kadar bahan organic masing-



Harsono, P., J.S. Tohari., dan D. Shiddieq. 2009. Pengaruh macam mulsa terhadap sifat–sifat tanah vertisol. Vol. No 7 03 Juli 2009.



masing tanah adalah entisol 1,312%, alfisol 1,817%, ultisol 1,495%, rendzina 3,08%, dan vertisol 2,19%.



DAFTAR PUSTAKA



Krachenko, Y., S. Z Xingyi., L. Xiaobing., I. Chunyul., and R.M. Cruse. 2011. Molisol properties and changes in ultraisieand China. Chinese Geographical Science, Vol 3: 257266.



Adelia, P.F., Koesriharti., dan Sunaryo. 2013. Pengaruh penambahan unsur hara mikro dan (Fe dan Cu) dalam media paitan cair dan kotoran sapi cair terhadap pertumbuhan dan hasil bayam merah (Amaranthus tricolor.L) dengan sistem hidroponik rakit apung. Jurnal Produksi Tanaman, 1 (3) : 48 - 58.



Lal, R. 1994. Method and Guidelines for Assessing Sustainable Use for Soil and Water Resources in the Tropics. SMSS Tech. Monograph No. 21, USDA.



Arifin, Z. 2011. Analisis nilai indeks kualitas tanah entisol pada penggunaan lahan yang berbeda. Jurnal Agroteksos, 21 (1).



Nugrohotomo, P. Yudono., dan A. Syukur. 2009. Upaya peningkatan hasil benih padi (Oryza sativa) pada berbagai tail genangan air dan takaran vermikomps di lahan sawah irigasi entisol. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 5 (2).



Bachtiar, E. 2006. Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian USU, Medan. Funderburg, E. 2001. What Does Organic Matter Do In Soil. Diakses tanggal 24 Maret 2017 Hakim, N., M.Y. Nyakpa., S.G. Nugroho., A.M. Lubis., M.R. Saul., M.A. Diha., G.B. Hong., dam H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung. Hanafiah, K. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Press.



Madjid, A. 2007. Bahan Organik Tanah. Universitas Sriwijaya, Palembang.



Nurida, N. 2006. Peningkatan Kualitas Ultisol Terdegradasi dengan Pengolahan Tanah dan Pemberian Bahan Organik. Disertasi Sekolah Pascasarjana, Bogor. Sipahutar, A.H., P. Marbun., dan Fauzi. 2014. Kajian c-organik, N dan P humitropepts pada ketinggian tempat yang berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta. Jurnal Online Agroekoteknologi, 2 (4): 13321338. Sudaryono, S. 2009. Tingkat kesuburan tanah ultisol pada lahan pertambangan batu bara Sangatta 46



Kalimantan Timur. Jurnal Teknik Lingkungan , 10 ( 3): 337-346. Syukur, A. 2005. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan pertumbuhan caisim di tanah pasir pantai. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 5 (1): 3038.



Wijanarko, Andi, Sudayono, Sutarno. 2007. Karakteristik sifat kimia dan fisika tanah alfisol di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Iptek Tanaman Pangan, 2 (2): 214-266. Yamani, A. 2010. Analisis kadar hara makro dalam tanah pada tanaman. Jurnal Hutan Tropis, 11 (30): 3746.



47



ABSTRAK Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah acara VII “Muatan Tanah” yang dilakukan pada hari senin 6 Maret 2017 pukul 13.30-16.30 WIB, di Laboratorium Tanah Umum, Departemen Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada bertujuan untuk membuktikan muatan pada partikel tanah dengan dua macam zat warna bermuatan yaitu gention violet dan eosin red dan untuk membuktikan pengaruh luas permukaan jenis partikel tanah terhadap kapasitas pertukaran kation (KPK). Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu metode kolorimetri yaitu dengan mengukur warna larutan tanah yang dibandingkan dengan warna standar yang telah diketahui nilai pH-nya. Dalm metode imi digunakan gention violet dan eosin red untuk mengetahui KPK dan KPA tanah. Semakin banyak gention violet maka KPA nya semakin rendah dan semakin banyak eosin red maka KPK semakin rendah. Percobaan ini perlu dilakukan larena sifat pertukaran ion dalam tanah berperan dalam penilaian tingkat kesuburan tanah. Kata kunci : KPK, KPA, gention violet, eosin red, kolorimetri



PENGANTAR Kapasitas pertukaran kation yaitu



kemampuan tanah untuk menyerap dan



kemampuan tanah dalam menyerap dan



menukar



menukar kembali kation dari dan kedalam



kedalam larutan tanah. Didalam tanah,



tanah. Kation merupakan ion bermuatan



komponen



positif dan larut dalam air tanah atau



adalah lempung dan bahan organik tanah



diserap oleh koloid-koloid tanah sehingga



(senyawa organik tanah). Muatan negatif



unsur-unsur hara tersebut tidak mudah



lempung/



hilang tercuci oleh air. Tanah dengan



mengikat kation (ion bermuatan positif)



kapasitas pertukaran kation yang tinggi



yang ada disekitarnya (dalam larurtan



mampu meyerap dan menyediakan unsur



tanah)



hara yang lebih baik daripada tanah dengan



elektronetralitas



KPK



keseimbangan kimia ( Brady et al, 2008).



rendah.



Pada



praktikum



ini



digunakan dua macam zat warna yaitu gention violet membuktikan



dan eosin muatan



red untuk



negatif



partikel



atau



melepaskan



yang



mempunyai



bahan



oraganik



sehingga



kembali



muatan



biasanya



terjadi



yang



reaksi



menghasilkan



Faktor yang mempengaruhi kapasitas pertukaran kation



adalah pH larutan



pengekstrak, sifat komplek pertukaran,



tanah. Gention violet bermuatan positif



konsentrasi



untuk menguji tanah yang bermuatan



kation yang dipakai, pendekatan analitik,



negatif, sedangkan eosin red bermuatan



adanya interaksi yang tidak diinginkan,



negatif



keterbatasan metode analisis. Suatu jenis



sehingga



digunakan



untuk



menunjukkan tanah bermuatan positif. Kapasitas pertukaran kation (KPK) dalam



ilmu



tanah



diartikan



sebagai



larutan



pengekstrak,



sifat



tanah yang mempunyai nilai KPK tertentu dapat diubah (dinaikkan atau ditutunkan) dengan cara mencampur dengan bahan48



bahan lain yang nilai KPK nya berbeda.



tersebut terlarut didalam air tanah atau



Untuk membuktikan muatan negatif zarah-



diserap



zarah tanah diguakan dua macam zat



Banyaknya kation (Millievalen) yang dapat



warna yaitu : (1) gention violet (+) yang



dijerap oleh tanah per satuan berat tanah



bermuatan positif untuk menunjukkan



(biasanya per 100g) dinamakan kapasitas



tanah yg bermuatan negatif (2) eosin red (-)



tukar kation (KPK). Kation-kation yang



yang



untuk



telah dijerap oleh koloid-koloid tersebut



menunjukkan tanah yang bermuatan positif



sukar tercuci oleh air grafitasi, tetapi dapat



(Hartati, 2012).



digantikan kation lin yang terdapat pada



bermuatan



negatif



oleh



koloid-koloid



tanah.



KPK mempunyai hubungan dengan



larutan tanah. Hal tersebut dinamakan



tekstur dan bahan organik. Jika tekstur



pertukaran kation. Jenis-jenis kation yang



semakin halus, maka KPK nya semakin



telah disebutkan diatas merupakan kation-



besar. Tanah pasir dan geluhan pasir,



kation yang umumnya ditemukan dalam



kandungan lempung koloidnya rendah,



komplek jerapan tanah (Rosmarkam dan



juga kurang kandungan humusnya. Tanah



Yuwono, 2002).



yang



lebih



berat,



jelas



merupakan



Pertukaran



kation



merupakan



kebalikan, selalu mengandung dan juga



pertukaran antara satu kation dalam satu



lebih banyak



bahan organiknya. Oleh



larutan dan kation lain dalam permukaan



karena itu, kemampuan mengabsorbsi



dari setiap permukaan bahan yang aktif.



kation lebih besar. Kation valensi dua yang



Semua komponen tanah mendukung untuk



diikat lebih kuat daripada kation bervalensi



perluasan tempat pertukaran kation, tetapi



satu



sama,



pertukaran pada sebagian besar tanah



memberikan sistem koloid kation dengan



dipusatkan pada liat dan bahan organik.



potensi zeta lebih rendah dibandingkan



Reaksi tukar kation dalam tanah terjadi



dengan kation bervalensi satu. Jumlah ion



terutama didekat permukaan liat yang



dengan hidratasi tinggi seperti natrium



berukuran seperti Klorida dan partikel-



memberikan sistem koloid kation dengan



partikel humus yang disebut misel. Setiap



potensi zeta lebih tinggi dengan hidratasi



misel dapat memiliki beribu-ribu muatan



rendah seperti kalium dan rubidium (Brady,



negatif yang dinetralisir oleh kation yang



2008).



diabsorpsi (Soares et al, 2005). Koloid



dengan



ukuran



yang



Kation adalah ion bermuatan positif



mineral dan organik mempengaruhi KPK



seperti Ca++, Mg+, K+, Na+, H+, Al3+, dan



dan total tanah. Muatan yang berubah



sebagainya. Di dalam tanah kation-kation



tergantung pada banyak faktor. Salah satu 49



faktor tersebut adalah pH. Pada KPA,



diambil



sebanyak 2



buah, kemudian



sangat tergantung dengan kandungan jenis



masing-masing diisi tanah berØ 2mm dan



lempung, humus, dan hidroksida.



contoh tanah Ø 0,5mm dengan setinggi ±



pH tanah merupakan parameter tanah



1cm , lalu ditambahkan gention violet pada



yang penting karena berkorelasi positif



masing-masing tabung sampai tingginya



dengan KTK (Tomasic et.al, 2013). Pada



5cm dari dasar tabung atau sekitar 7,5ml



kondisi netral dan basa, tanah mempunyai



gention violet. Langkah selanjutnya yaitu



KTK. Namun pada kondisi asam, tanah



dikocok selama 2 menit, kemudian tanah



mempunyai KTA. Artinya, tanah menjadi



dibiarikan



bermuatan



dan



terpisah antara tanah dengan filtratnya



menahan anion yang bermuatan negatif



(larutan jenis diatas suspensi). Fungsi



seperti sulfat, posfat, nitrat dan klorida



dilakukannya penggojokan ini agar larutan



(College of Tropical Agriculture and



menjadi



Human Resource, 2015).



filtratnya diperhatikan dan dibandingkan



positif



dan



menarik



mengendap



homogen



sehingga



kemudian



akan



warna



dengan warna blanko (warna gention violet tanpa tanah). Lalu langkah 1-2 diulangi



METODOLOGI Pada praktikum Dasar-dasar Ilmu



dengan menggunakan larutan eosin red dan



Tanah acara VII yaitu “Muatan Tanah”



diperhatikan perubahan warna suspensi



dilaksanakn pada hari senin 06 Maret 2017



pada larutan gention violet dan eosin red,



di



Laboratorium



Tanah



Umum,



kemudin dibandingkan intensitas warna



Tanah,



Fakultan



filtratnya antar jenis tanah. Pada gention



Mada,



violet jika larutan atau filtratnya semakin



Yogyakarta. Adapun alat dan bagah yang



bening maka (+) nya semakin bnyak,



digunakan pada praktikum ini yaitu contoh



sedangkan pada penambahan eosin red



tanah Ø 2mm, dan Ø 0,5mm: tanah



semakin bening larutannya maka semakin



mediteran, Grumusol, Regosol, Rendzina,



sediokit (-) nya.



Departemen Pertanian,



Ilmu



Universitas



Gadjah



dan Latosol, kemudian tabung reaksi 10 buah untuk mereaksikan larutan eosin red



HASIL DAN PEMBAHASAN



dan gention violet yang digunakan untuk



Tabel 7.1 Hasil KPK dan KPA



membuktikan



muatan



negatif



partikel



pertama



yang dilakukan



tanah. Langkah



dalam praktikum ini adalah tabung reaksi



Gentian violet Eosin red 0,5 mm 2 mm 0,5mm 2 mm Vertisol ++ +++ -------Rendzina ++++ +++++ ---Tanah



50



Ultisol Alfisol Entisol



+++++ +++ +



++++ ++ +



-----



-------



+++++



-----



menahan



kation-kation



mempertukarkan



kation-kation



untuk dan tersebut



(Oksana et al, 2012). Pengertian laiannya adalah KPK merupakan jumlah muatan positif dari kation yang diserap koloid tanah pada pH tertentu. (Rahmah et al, 2014) sedangkan kapasitas tukar anion (KTA)merupakan kemampuan tanah untuk mengadsorb dan menukar anion (Amsan et al ,2015) Berdasarkan hasil pratikum yang telah dilakukan maka diperoleh data yaitu bahwa tanah Vertisol memiliki KPK yang cukup tinggi karena ditunjukan pada nilai ++ ( Ø 0,5mm) dan Ø 2mm yang bernilai sedangkan



KTA



yang



dimiliki



Vertisol cenderung tinggi yang ditunjukan pada nilai ---- (Ø 0,5mm)dan ---- (Ø tersebut



sesuai



dengan



percobaan (Purwanto, 2014) bahwa nilai KPK pada vertisol



.selain



itu



(tinggi dibanding tanah lainnya).



Kapasitas pertukaran kation (KPK) tanah



KPKnya



sebelumnya BO Vertisol bernilai 2,19%



KPA (- banyak) = tinggi



kemampuan



tinggi



dalam KPKnya yang dimna pada pratikum



= menjauhi (keruh)



2mm).Hal



lempung ,dimana semakin halus tekstur



kandungan BO juga turut berpengaruh



= menjauhi (bening)



KPK(+ banyak) = tinggi



+++.



kandungan tekstur yang dimilikinya yaitu



semkain



Keterangan :



merupakan



yang cenderung tinggi dengan nilai oleh



cenderung tinggi



dengan nilai 16 3(+)/kg. KPK Vertisol



Tanah rendzina memiliki nilai KPK yang sangat tinggi karena ditunjukan dari hasil memiliki nilai + banyak pada uji gention violet. Sedangkan nilai KPA dari rendzina cenderung sedang ditunjukan pada nilai – berkisar 2 hingga 3. Hal tersebut sesuia dengan percobaan yang dilakukan (Pujiyanto,2007) bahwa KPK rendzina bernilai 94,1 me/100 g atau tinggi. Niali KPK yang tinggi dipengaruhi tekstur rendzina yang cenderung lebih banyak lempung. Selain itu, KPK juga dipengaruhi nilai pH dan BO. Pada peningkatan nilai pH



disebabkan



oleh



KPK



yang



dipengaruhi oleh muatan – yang berasal dari bahan organik. Sedangkan senyawa bahan oraganik adalah muatan berubah bergantung pada perubahan pH. Nilai BO rendzina



pada



praktikum



sebelumnya



bernilai 3,08 (paling tinng) hal ni bahwa kandungan BO tinggi yang menyebabkan terjadinya dekomposisi bahan organik (menghasilkan humus) sehingga KPK bernilai tinngi.



51



Pada percobaan (Sujana, 2015) tanah Ultisol



merupakan



tanh



yang



telah dilakukan yang menghasilkan nilai KPK Alfisol cukup tinggi dengan pH



diklasifikasikan sebagai padsolik merah



berkisar



kuning yang umumnya memiliki struktur



Sedangkan nilai KPA tanah Alfisol sedang



sedang hingga kuat, teksturnya terdapat



yang ditunjukkan pada nilai berkisar 2



kasar hingga halus (tergantung bahan



hingga 3. Nilai KPK tanah Alfiso selain



induk), pH nya 5 - 3,10 dan memiliki KPK



dipengaruhi



tergolong rendah yaitu pada granit(2,90 –



dipengaruhi kadar liat yang terkandung.



7,50 cmol/kg), sedimen (6,11 – 13,68



Pada praktikum sebelumnya data diperoleh



cmol/kg), dan tufa (6,10 – 6,80 cmol/kg).



tanah Alfisol bertekstur lempung/ liat,



Namun hasil berbeda ditunjukkan terdapat



fraksi lempung merupakan fraksi dimana



Ultisol berbahan induk Andesitik dan batu



ia memiliki kapasitas pertukaran ion dan



gamping yang KPK nya tinggi (>17



kapasitas



memgang



air



yang



tinggi,



cmol/kg). Pada praktikum yang dilakukan



sehingga



stabilitas



agregatnya



tinggi



telah sesuai dengan literatur yang ada



karena adanya ikatan partikel tanah.



dimana KPK tanah Ultisol sangan tinggi



7,47-7,045



Pada



pH,



percobaan



tergolong



nilai



netral.



KPK



(Choirina,



juga



2013)



dengan nilai + (tinggi) dan KPA nya yang



terhadap tanah Entisol menyatakan bahwa



rendah. Meskipun pada umumnya tanah



nilai KPK dari tanah entisol 8,24 me/100g,



Ultisol KPK rendah karena unsur hara nya



pH 7,4 dan C organik 2%. Nilai KPK



yang rendah. Namun, pada hasil ini KPK



tergolong rendah. Hal tersebut sesuai



Ultisol tinggi dapat dipengaruhi



oleh



praktikum yang telah dilakukan yaitu



bahan induk dari ultisol. Selain itu,



bernilai rendah dengan ditunjukkan nilai +



perlakuan



seperti



pemupukan



dan



(sedikit) dan KPA yang tinggi. Rendahnya



organik



turut



nilai KPK dari Entisol dipengaruhi oleh



mempengaruhi sehingga nili KPK dapat



teksturnya yang lebih dominan pasir



meningkat.



daripada lempung. Selain itu, pH njuga



pemberian



Percobaan



bahan



yang



dilakukan



mempengaruhi dimana semakin masam



(Widyantari, 2015) menyatakan bahwa



tanah,



maka



KPK



KPK tanah memiliki nilai yaitu 30,67



sehingga berdampak pada kesuburan yang



me/100g tang tergolong tinggi. Nilai



unsur haranya sedikit sengga Entisol



tersebut dipengaruhi oleh pH berkisar 6,6–



kurang



7 yang tergolong netral. Jika dibandingkan



menyediakan unsur hara bagi tanaman.



mampu



semakin



rendah



menyerap



dan



hal tersebut sesuai dengan praktikum yang 52



Pada dasarnya mengetahui nilai KPK



lebih



mudah



dan



praktis



dilakukan



sangatlah penting bagi orang-orang yang



sehingga menjadi kelebihan pada metode



berkelut di dunia pertanian karena KPK



ini.



berkaitan langsung sdengan kesuburan tanah yang akan menjadi media tanam dari



KESIMPULAN



komoditas pilihan petani. Selain itu, proses



Dari hasil percobaan



yang telah



KPK berkaitan dengan pengelolaan tanah



dilaksanakan dapat diperoleh data muatan



dalam hubungannya dengan pemupukan



masing jenis tanah yaitu tanah Vertisol



dan pengapuran serta proses serapan unsur



bermuatan



hara oleh akar. Pemupukan yang tepat



bermuatan positif, tanah Ultisol bermuatan



meliputi tepat macam, tepat dosis, tepat



positif, tanah Alfisol bermuatan netral, dan



cara, tepat waktu, dan tepat metode agar



tanah Entisol bermuatan negatif. Selain itu



hasil



luas



pertanian



dapat



mencapai



titik



maksimal (Winarso, 2005).



negatif,



permukaan



tanah



jenis



Rendzina



partikel



tanah



mempunyai pengaruh terhadap nilai KPK



Dari hasil percobaan maka dapat nili



dimana semakin kecil ukuran partikel yang



KPK dari tertinggi ke terendah yaitu



berareti semakin lembut maka semakin



Ultisol, Rendzina, Alfisol, Vertisol, dan



tinggi nilai KPK.



Entisol. Sedangkan untuk KPA Entisol, Vertisol, Rendzina, Alfisol, Ultisol.



DAFTAR PUSTAKA



Praktikum penetapan KPK dan KPA menggunakan metode kolorimetri secra kualitatif yaitu dengan penggunaan eosin red (anion, ion -) dan gention violet (kation,



Amran, M.B., NK.E Sari., D.A Setyarini., Y Wahyu., D.W Wisdiani dan D Irnameria. 2015. Analisis Kualitas Tanah Panten Sewarna Kabupaten Lebak Prov. Banten.ISBN 978-60219665-8-0 hal 650.



ion +). Tanah yang brmuatan negatif dominan mengikat banyak gention violet, sehingga akan semakin pudar/jernih dan pada eosin red akan cenderung tetap atau keruh. Sebaliknya, jika tanah dominan + maka warna gention violet semakin keruh dan eosin red semakin bening. Metode ini memiliki



kelemahan



karena



bersifat



subjektif



dalam



penentuan



tingkat



Brady , N.C and R.R. Weil.2008. The Nature and Properties of Soil 14th ed. New Jersey : Pearson Prentice Hall. Choirina, Y., Sudadi dan H. Widiyanto. 20013. Pengaruh pupuk alami bermikrobia (Bio- Natural Fertilize) terhadap serapan fosfor dan pertumbuhan kacang tanah pada tanah Alfisol, entisol, dan Vertisol. Jurnal Ilmu Tanah dan Ageoklimatologi 10(2).



kekeruhan dari warna. Namun, dinilai 53



College of Tropical Agriculture and Human Resource, “Soil Mineralogy”, Update 2015 URL http://www.ctahr.hawaii.edu. (diakses tanggal 24 Maret 2017)



Rosmarkam dan Yuwomo. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.



Hartutu, S., Minardi dan D.P. Ariyanto. 2012. Muatan titik nol berbagai bahan organik, pengaruhnya terhadap kapasitas tukar kation terdegradasi. Jurnal Pertanian. 3 – 4.



Soares, M.R., R.F.A. Luis., P/V. Torrado., M. Cooper. 2005. Mineralogy ion exchangee. Properties of the partide size fraction of same Brazilian soil in tropical humid area. Goderma. 125 : 355 – 367.



Oksana., M. Irfan., dan M.U huda. Pengaruh alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit terhadap sifat kimia. Jurnal Agroteknologi. Vol 2 no 1 : 29 – 34.



Sujana, I.P., dan I.N.L.S. Pura. Pengelolaan tanah Ultisol dengan pemberian pembenahorganik Biochar menuju pertanian yang berkelanjutan. Agrimets. Vol 05 no 09 : 01-69.



Pujiyanto. 2007. Pemanfaatan kulit buah kopi dan bahan mineral sebagai amelioran tanah alam. Pelita Perkebunan : 23(2).



Tomasic et.al. “Cation Exchange Capacity of Dominant Soil Types in the Republic of Croatia”. Journal of Central European Agriculture 14 (3), 937-951 (2013).



Purwanto., S. Hartati ., S. Istiqomah. 2014. Pengaruh kualitas dan doris seresah terhadap potensial nutrifikasi tanah dan hasil jagung manis. Jurnal Ilmu Tanah dan Agroteknologi. 11(1) : 12 – 13.



Widyantari, O.A.G. 2015. Evaluasi status kesuburan tanah untuklahan pertanian. DenpasarTimur. E-Journal Agroteknologi trapika. Vol 4 no 4.



Rohmah, S., Yusran., H. Umar. 2014. Sifat kimia tanah pada berbagai tipe penggunaan lahan di Desa Babu Kecamatan Palolo Kabupaten sigi. Warta Rimba. Vol 2 n o 1 : 8 - 95.



Winarto, S. 2005. Kesuburan Tanah dan Kesehatan dan kualitas tanah. Gama Media. Yogyakarta.



54



ABSTRAK Pratikum dasar-dasar ilmu tanah acara VIII yaitu Reaksi Tanah (pH tanah) dilaksanakan di Laboratorium Tanah Umum, Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada Senin, 5 Maret 2017. Percobaan ini dilakukan untuk menentukan pH tanah dari berbagai jenis tanah, yaitu versitol, rendzina, ultisol, alfisol, dan entisol. Praktikum ini menggunakan metode elektrometri dengan menggunakan pH meter. Pada pengukuran pH aktual tanah dicampur dengan akuades, sementara untuk pH potensial tanah dicampur dengan larutan KCl . Akuades dan KCL adalah sebagai bahan pendesak. Reaksi tanah penting untuk diamati karena berpengaruh terhadap proses kimiawi yang terjadi pada tanah. Nilai pH setiap jenis tanah berbeda-beda. Dan hasil praktikum didapat nilai pH aktual vertisol 7,265 ; rendzina 6,665 ; ultisol 5,70 ; alfisol 7,47 ; entisol 6,17. Nilai pH potensial yang didapat adalah vertisol 5,655 ; rendzina 5,625 ; ultisol 4,43 ; alfisol 7,045, entisol 5,135. Kata kunci : pH tanah, metode elektrometri, asam-basa



akan memperngaruhi produktivitas dari



PENGANTAR Tanah merupakan komponen yang sangat diperlukan dalam dunia pertanian.



tanaman yang ditanam di lahan tersebut. Reaksi



tanah



merupakan



sifat



Tanah sebagai media tanam bagi tanaman



kemasaman atau alkalinitas tanah yang



sangat dibutuhkan. Namun, tanaman hanya



dinyatakan dengan nilai pH (Kumalasari et



akan tumbuh dengan baik pada kondisi



al., 2011). Reaksi tanah (pH tanah) tidak



tanah yang sesuai dengan kebutuhan



hanya menunjukkan sifat kemasaman atau



tanaman. Salah satu yang mempengaruhi



kebasaan



pertumbuhan tanaman yaitu reaksi tanah.



berkaitan dengan sifat kimia tanah lainnya,



Reaksi tanah atau pH tanah ini sangat



misalnya ketersediaan unsur hara fosfat,



penting untuk diamati karena tingkat



tahana kation-kation basa dan lain-lain



kesuburan tanaman bergantung pada pH



(Arifin, 2011). Reaksi tanah (pH tanah)



tanah. PH tanah juga akan berdampak pada



terbagi menjadi dua, yaitu pH aktual dan



produktivitas



Dalam



pH potensial. H2O atau air digunakan



pengoptimalan hasil tanam tentu saja



sebagai bahan pendesak pada pengukuran



membutuhkan proses perawatan termasuk



pH aktual, sedangkan pada pengukuran pH



kontrol pH tanah, oleh karena itu pH



potensial bahan pendesak yang digunakan



dibutuhkan



penanaman.



adalah larutan KCl . Nilai pH tanah



Jarang sekali dijumpai pH tanah yang



penting untuk diketahui, sebab tingkat



sesuai dengan keperluan tanaman yang



kemasaman



akan ditanam oleh karena itu diperlukan



mempengaruhi status ketersediaan hara



perlakuan untuk mengolah pH tanah



bagi tanaman. Nilai pH tanah dapat



sebelum dapat ditanami. Karena hal ini



digunakan sebagai indikator kesuburan



dari



dalam



tanaman.



proses



suatu



tanah,melainkan



(pH)



tanah



juga



sangat



kimia tanah, karena dapat mencerminkan 55



ketersediaan hara dalam tanah. Pengaruh



sedankan pengarunya sangat besar pada



utama pH di dalam tanah adalah pada



tanaman, sehingga kemasaman tanah harus



ketersediaan dan sifat meracun unsur



diperhatikan karena merupakan sifat tanah



seperi Fe, Al, Mn, B, Cu, Cd, dan lain-lain



yang sangat penting ( hakim et al., 1986).



terhadap



tanaman



atau



organisme



(Choirina et al.,2013). Menurut hakim et al. (1986), reaksi tanah (pH tanah) yang



METODOLOGI Pratikum Dasar-dasar Ilmu Tanah ini



berada diluar kisaran dapat mengakibatkan



dilaksanakan



berkurangnya jumlah ketersediaan unsur



Umum,



hara



malah



Pertanian, Universitas Gadjah Mada pada



menyebabkan kelebihan ketersediaan unsur



hari Senin, 6 Maret 2017 pukul 13.30 -



hara lainnya. Hal ini dapat berakibat



16.30 WIB. Alat yang digunakan pada



terganggunya serapan hara oleh tanaman



pratikum



sehingga menghambat pertumbuhan dan



mengukur pH tanah, 4 buah cepuk pH



menurunkan produktivitas tanaman.



yang nantinya dibagi dua sebagai tempat



tertentu



dan



kadang



pH tanah dapat diubah diantaranya dengan sehingga



penambahan nilai



pH



bahan dapat



di



Laboratorium



Departemen



ini



Tanah,



Tanah Fakultas



yaitu pH meter untuk



untuk mencampur tanah dengan aquadest



organik,



(H2O) dan larutan KCl , gelas ukur untuk



disesuaikan



mengukur air dan larutan KCl yang akan



dengan keperluan tanah. Perubahan pH ini



dicampurkan.



mungkin menaikkan atau menurunkan pH.



menimbang



Namun pada kenyataanya pH tanah tidak



Adapun bahan yang digunakan meliputi



dapat diubah dengan mudah. Hambatannya



tanah kering angin (enstisol) Ø 2mm.



adalah buffer yang merupakan sifat umum



Aquadest (H2O). Dan larutan KCl . Fungsi



dari campuran asam basa dengan garamnya



memakai H2O adalah untuk mengetahui



(Jirna, 2000).



keasaman aktif (pH aktual) mengingat H2O



Kesamaan tanah dapat dipengaruhi



Dan



timbangan



contoh



tanah



untuk



(enstisol).



merupakan bahan pendesaknya sedangkan



oleh kandungan bahan organik dan tipe



memakai larutan KCL



berfungsi untuk



vegetasi. Menurut soepardi (1983), proses



mengetahui



potensual



dekomposisi



potensial).



bahan



organik



akan



menghasilkan asam-asam organik maupun



Langkah



keasaman



pertama



(pH



yang dilakukan



asam anorganik, sehingga menimbulkan



untuk percobaan ini yaitu menyiapkan 4



suasana asam. Kemasaman tanah terdapat



cepuk pH dan menimbang contoh tanah



pada daerah dengan curah hujan tingi



kering angin entisol Ø 2mm sebesar 10 56



gram dengan timbangan sebanyak 4 kali,



tanah. Setelahnya tekan tombol CAL dan



setelah itu dimasukkan ke cepuk pH.



ditunggu sampai angka yang tertera pada



Kemudian



(H2O)



layar display tidak bergerak atau berubah



dengan gelas ukur sebanyak 25 ml, lalu



angka lagi. Angka yang muncul dicatat dan



dimasukkan kedalam cepuk pH yang telah



dicari rata-ratanya ketika menggunakan



berisi tanah. Pengulangan dilakukan 2



H2O dan larutan KCl .



mengukur



aquadest



ulangan untuk mencari nilai rata-rata.



Dari percobaan tersebut diperoleh pH



Selain aquadest (H2O),pengukuran juga



sebesar 6,13 pada pengulangan pertama



dilakukan dengan menggunakan larutan



dengan H2O dan 6,3 pada pengulangan



KCl



kedua. Rata rata yang diperoleh sebesar



sejumlah 25 ml juga. Pengukuran



juga dilakukan dua ulangan. Langkah



6,17.



selanjutnya adalah dengan memasukkan



larutan KCl didapat pH sebesar 5,11 pada



larutan KCl



pengulangan pertama



ke dalam masing-masing



Pada



percobaan



menggunakan



dan 5,16 pada



cepuk pH berisi tanah. Kemudian cepuk-



pengulangan kedua. Rata-rata yang didapat



cepuk tersebut yang telah berisi tanah dan



adalah 5,135. Dari hasil tersebut dapat



aquadest ataupun larutan KCl



diketahui bahwa pH potensial tanah entisol



dicampur



hingga homogen. Setelahnya didiamkan



lebih rendah daripada pH aktualnya.



selama 30 menit agar mengendap. Fungsi



Untuk tarah jenis vertisol pH H2O



pengadukan adalah agar ion-ion H+ yang



yang didapat adalah 7,265 dengan pH KCl



ada pada tanah bisa terlepas dan bercampur



sebesar 5,655. Kemudian tanah rendzina



dengan aquades ataupun KCl . Ion H+ yang



diperoleh rata-rata pH H20 6,665 dan pH



ada di dalam larutan tanah diukur sebagai



KCl



pH aktual, sedangkan pH potensial adalah



H20 diperoleh sebesar 5,70 dan pH KCl



ion H+ yang terukur selain di dalam larutan



4,43 pada tanah alfisol diperoleh rata-rata



tanah dan kompleks jerapan tanah. Setelah



pH H20 7,47 dan rata-rata PH KCl 7,045.



5,625. Lalu pada tanah ultisol pH



didiamkan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan



ialah



mengukur



nilai



pH



HASIL DAN PEMBAHASAN



menggunakan pH meter. Penggunaan alat



Tabel 8.1 Nilai PH Aktual (H2O) dan PH



ini sangat mudah. Pertama bersihkan



Potensial (KCl)



elektroda dengan air deionisasi (air tanpa ion) dan keringkan dengan tisu, kemudian masukkan kedalam cepuk pH namun ujungnya tidak boleh sampai mengenai



Jenis Tanah Vertisol Rendzina Ultisol



pH awal pH potensial (H2O) (KCl) 7,625 5,665 6,665 5,625 5,7 4,45 57



Alfisol Entisol



7,47 6,17



tanah dapat melindikan zat hara tanah



7,045 5,135



seperti Mg 2+ dan Ca 2+, sehingga menyisakan ion H+ dan logam beracun



Reaksi tanah merupakan sifat kimia tanah yang berkaitan dengan aktivitas organisme, ataupun pelapukan batuanbatuan disekitar tanah tersebut. Reaksi tanah secara umum dinyatakan dengan nilai pH (Power of Hydrogen) yang menunjukkan



tingkat



keasaman



dan



kebasaan tana. Namun, nilai pH ini tidak hanya menunjukkan sifat keasaman dan kebasaan suatu tanah. Seperti menurut Hanudin (2000), informasi yang didapat dari nilai pH tanah juga menunjukkan sifat kimia tanah lainnya, seperti kadar hara, fosfat, zat atau logam beracun, serta tahanan-tahanan kation basa.



berbeda dengan jenis tanah yang lain. Ini karena nilai pH tanah dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti bahan induk, iklim, drainase, jenis vegetasi dan bahan organi, serta aktivitas dan perlakuan manusia. Bahan induk memiliki derajat pelapukan dengan nilai pH yang bervariasi, sehingga dapat mempengaruhi keasaman dan kebasaan suatu tanah. Seperti bahan batuan



beku



(vulkanik)



Co yang dapat mengikat zat hara seperti S, P, K, Mg, dan Ca. Air hujan akan terlarut dengan CO2 di dalam tanah yang akan menghasilkan ion H+ yang merupakan penyebab penurunan pH. Berikut reaksi air hujan dengan CO2 : H2O+CO2 H2CO3 H++HCO3 2H++CO3 Lalu jenis vegetasi dan bahan organik. Respirasi akar dari suatu vegetasi akan menghasilkan CO2 yang dapat menaikkan pH karena menghasilkan H+ dengan air. Sementara,



bahan



mengasamkan



tanah



humifikasinya.



Nilai pH suatu jenis tanah dapat



induk



(unsur mikro) seperti Fe, Mn, Cu, Zn, dan



yang



menurunkan pH karena bersifat basa, serta bahan induk batuan zeolit yang menaikkan pH karena bersifat asam, kemudian iklim dan drainase. Air hujan yang masuk ke



organik



dapat



dari



proses



Dekomposisi



bahan



organikk untuk menjadi mineral atau unsur hara, dalam prosesnya akan menghasilkan juga zat sisa berupa asam organik yang dapat menurunkan H+ tanah. Juga pada proses



dekomposisi



bahan



organik,



dekomposer akan menggunakan basa-basa di dalam tanah (calcium dan magnesium) yang



juga



dibutuhkan



oleh



tanaman



sebagai unsur hara. Sehingga bila di suatu area dengan kadar bahan organik dan curah hujan yang tinggi, seperti hutan hujan tropis tanah jenis gambut, maka dapat dipastikan bahwa area tersebut memiliki pH yang rendah. Faktor terakhir adalah aktivitas



dan



perlakuan



manusia. 58



Penambahan pupuk (amelioran) kimia



larutan tanah dan kompleks jerapan tanah.



dalam tanah dapat berdampak buruk pada



Oleh karena itu, ion KCl digunakan dalam



tanah. Seperti pada pupuk ammonia yang



pengukuran pH potensial, karena ion K+



dihunakan sebagai sumber nitrogen, namun



akan mendesak H+ pada kompleks jerapan



juga menghasilkan ion hidrogen yang



tanah untuk pindah ke larutan tanah.



dapat mengasamkan tanah. Berikut reaksi



Penambahan bahan pendesak pada tanah



oksidasi ammonia di dalam tanah :



(KCl) karena kita menggunakan metode



NH4+ + 2O2  NO3- + 2H+ + H2O



elektrometri dengan alat pH meter atau



pH dalam bidang pertanian sangatlah



glass elektrode. pH meter mengukur H+ di



penting, karena berpengaruh pada tingkat



dalam larutan tanah, sehingga ion H+ pada



kesuburan tanah terhadap produktivitas



jerapan tanah perlu dipindahkan ke dalam



tanaman.



larutan tanah dengan didesak oleh H+.



pH



tanah



seperti



menurut



Puspitasari dkk (2012), pH tanah dapat



Dari praktikum yang telah dilakukan,



dikatakan netral dikisaran 6,5-7,5. Di titik



diperoleh



ini pula, biasanya merupakan pH optimal



nilainya lebih kecil jika dibandingkan



untuk pertumbuhan tanaman. pH tanah



dengan pH aktual. Ini dapat disebabkan



pada dasarnya nilainya dapat dikendalikan



karena pH aktual hanya mengukur H+ dari



atau dinaik-turunkan. untuk menaikkan pH



larutan tanah, sedangkan pH potensial



tanah yang bersifat masam dapat dilakukan



mengukur H+ dari larutan tanah dan



penambahan kapur atau batuan zeolit yang



kompleks jerapan tanah.



telah



dihaluskan.



Sedangkan



hasil



bahwa



pH



potensial



untuk



Berdasarkan tabel percobaan pH tanah,



menurunkan pH tanah dapat digunakan



diperoleh hasil bahwa Entisol memiliki pH



bahan organik yang telah di dekomposisi



aktual sebesar 6,17 dan pH potensial



sebelumnya.



sebesar 5,135. Hal ini sesuai dengan pH



Pada percobaan reaksi tanah kali ini,



entisol milik Firmansyah dan Sumarni



dihitung pH aktual dan pH potensialnya



(2013) yaitu sebesar 6,1. Besar kecilnya



pada lima jenis tanah yang digunakan yaitu



nilai pH suatu tanah dapat disebabkan



Vertisol, Ultisol, Alfisol, Rendzina, dan



karena adanya perbedaan kadar bahan



Entisol.



pH



aktual,



organik, anasir iklim, serta perbedaan jenis



pendesak



H2O.



bahan induk. Bahan induk yang berasal



Sedangkan pada penetapan pH potensial



dari gunung, akan cenderung memiliki pH



digunakan bahan pendesak KCl . pH aktual



yang lebih rendah dibandingkan dengan



merupakan ion H+ yang terukur pada



yang dipantai. Ini karena bahan induk



digunakan



Pada



penetapan



bahan



59



entisol dari gunung, biasanya berasal dari



dengan nilai pH untuk pH aktual sebesar



abu vulkanik, sedangkan dari pantai



7,265 dan pH potensial sebesar 5,665.



biasanya berasal dari sedimen marin.



Menurut Purwanto (2014), berdasarkan



Alfisol diperoleh nilai pH potensial sebesar



pengamatannya



7,045 dan pH aktual sebesar 7,47. Bila



masam kenetralan dengan kisaran 5,9-7,2



dibandingkan dengan hasil pengukuran



yang dapat disebabkan karena adanya



milik Syarif dkk. (2013) yang nilai pH nya



penambahan bahan organik. Sehingga



sebesar 5,79 maka Alfisol hasil dari



nisbah C/N-nya bertambah.



pengukuran kami dapat dikatakan lebih



Vertisol



memiliki



pH



Kesuburan tanah merupakan salah satu



normal atau agak basa. Keasaman tanah



faktor



milik pengamatan Syarif dkk (2013), bisa



pertanian



jadi karena pelindihan unsur hara yang



kemampuan tanah untuk memasok hara



sangat tingi serta dekomposisi bahan



pada



organik yang kurang, karena kandungan



seimbang.



bahan organik yang dimiliki hanya sebesar



mempengaruhi kesuburan tanah adalah



1,303%.



adanya bahan racun maupun bahan yang



Kemudian



untuk



Ultisol,



terpenting



di



dalam



bidang



.Kesuburan



tanah



adalah



tanaman Salah



dalam



jumlah



yang



satu



faktor



yang



diperoleh nilai pH aktual sebesar 5,70 dan



menghambat



pH potensial sebesar 4,43. pH yang kami



tanaman (Sutanto ,2002) .Dikatakan bahan



peroleh tidak jauh berbeda dengan pH



racun apabila suatu unsur maupun senyawa



Ultisol yang dimiliki oleh Nariatin dkk.



di dalam tanah memiliki kadar yang



(2013), yaitu sebesar 5,5. Lalu untuk



berlebihan dari yang dibutuhkan oleh



Rendzina, diperoleh nilai pH untuk pH



tanaman .Salah satu indikator yang dapat



aktual sebesar 6,665 dan nilai pH potensial



digunakan adalah pH tanah . pH tanah



sebesar 5,625. Berdasarkan teori, tanah



merupakan sifat kimia tanah yang penting



Rendzina atau jenis Mollisol memiliki nilai



karena akan menentukan



pH sebesar 7,05 hal ini karena bahan induk



yang terdiri dari ketersediaan unsur hara



Rendzina yang pada dasarnnya adalah



serta muatan baik positif maupun negatif



kapur.



pH



(Supriyadi, 2007). Adapun faktor-faktor



Rendzina berubah menurun, bisa jadi



yang mempengaruhi keragaman pH tanah



disebabkan



bahan



yaitu dari bahan induk, iklim, bahan



organik (C dan N, C/N) dan pelindian hara



organik dan pelapukan manusia. Bahan



oleh aliran air (Joshi el al, 2011).



induk



Selanjutnya untuk Vertisol diperleh hasil



terbentuknya tanah bereaksi masam, dan



Sehingga



karena



bila



ditemukan



kandungan



masam



penyerapan



hara



oleh



kualitas tanah



umumnya



mendorong



60



sebaliknya



akan



sebesar 7,47, dan Entisol sebesar 6,17.



membentuk tanah basis. Pengaruh iklim



Sementara nilai pH potensial Vertisol



basah



mendorong



sebesar 5,665, Rendzina sebesar 5,625,



berkembangnya tanah masam, sedangkan



Ultisol sebesar 4,43, Alfisol sebesar 7,045,



di daerah iklim kering banyak dijumpai



dan Entisol sebesar 5,135.



tanah



bahan



induk



umumnya



bereaksi



mempunyai



akan



basis.



pH



basis



Tanah



yang



organik



rendah



oleh



akibatnya banyaknya asam-asam organik hasil



proses



pengaruh



humifikasi.



manusia



Sedangkan



memang



dapat



mendorong perubahan pH tanah. Pengaruh nyata akibat perlakuan manusia umumnya berupa penggunaan pupuk ataupun bahan amelioran



lainnya.



Bila



pupuk



yang



digunakan dalam kurun waktu yang lama mempunyai sifat fisiologis masam maka akan cenderung menurunkan pH tanah dan sebaliknya bila sering menggunakan bahan amelioran yang bersifat basis (kapur) maka akan terjadi proses peningkatan pH tanah. Oleh karena itu, pH tanah sangat penting



untuk



kesuburan



tanah



DAFTAR PUSTAKA Arifin, Z. 2011. Analisis nilai indeks kualitas tanah entisol pada penggunaan lahan yang berbeda. Jurnal Agroteksos, 21(1). Choirina ,Y., Sudadi and H. Widijanto .2013 .Pengaruh pupuk alami bermikroba (bio-natural fertilizer) terhadap serapan fosfor dan pertumbuhan kacang tanah pada Alfisol ,Entisol dan Vertisol .Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 10(2) :113-121. Firmansyah, I., dan N. Sumarmini. 2013. Pengaruh Dosis pupuk N dan Varietas terhadap pH Tanah, N-total Tanah, Serapan N dan Hasil Umbi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada Tanah Entisols-Brebes Jawa Tengah. Jurnal Holtikultura, 23(4) : 358-364.



dan



produktivitas tanaman. Karena, pH tanah memberikan pengaruh langsung seperti kadar ion hidrogen dan pengaruh lain



Hakim, N., M.Y. Ngyakpa., A.M. Lubis.,S.G. Nugraha., G.B. Hong., H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Lampung.



seperti kadar unsur hara dan kadar ion logam beracun.



KESIMPULAN Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan bahwa nilai pH aktual Vertisol sebesar 7,265, Rendzina sebesar 6,665, Ultisol sebesar 5,70, Alfisol



Hanudin, E. 2000. Pedoman Analisis Kimia Tanah. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Jirna, I. W. 2000. Penggunaan batas-batas Atterberg sebagai dasar untuk memprediksikan kualitas tanah. http://www.malang.ac.id/jurnal/ft/bang unan. diakses pada tanggal 25 Maret 2017. 61



Joshi, D., P.C. Srivasta., and P. Srivasta. 2011. Toxicity Treshold Limits of Cadmium for Leafy Vegetables Raised on Mollisol Amended With Varying Levels of Farmyard Manure. Pedologist Pages 249-256.



Syarif, R.G., H. Widjianto., dan Sumarno. 2013. Pengaruh Dosis Inakulum Azolla dan Pupuk Kalium Organik Terhadap Ketersediaan K dan Hasil Padi pada Alfisol. Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi, 10(2).



Kumalasari, S.W., J. Syamsiyah., dan Sumarno. 2011. Studi Beberapa Sifat Fisika dan Kimia Tanah pada Berbagai Komposisi Tegakan Tanaman di Sub Das Solo Hulu. Sains Tanah- Jurnal Ilmiah Ilmu Tanah dan Agroklimatologi, 8(2). Nariatin, I., M.M.B. Damanik., dan G. Sitanggang. 2013. Ketersediaan Nitrogen pada Tiga Jenis Tanah Akibat Pemberian Tiga Bahan Organik dan Serapannya pada Tanaman Jagung. Jurnal Online Agroteknologi, 1(3) : 479-488. Purwanto., S. Hartati., S. Istiqomah. 2014. Pengaruh Kualitas dan Dosis Seresah terhadap Potensial Nitrifikasi Tanah dan Hasil Jagung Manis. Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi, 11(1) : 11-20. Puspitasari, D., I.K. Purwani., dan A. Muhibuddin. 2012. Eksplorasi Vesicular Arbuscular Mycorrhiza (VAM) Indigenous pada Laman Jagung di Desa Torjun Sampang Madura. Jurnal Sains dan Seni ITS, 1 : 19-22. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB. Bogor. Supriyadi, S. 2007. Kesuburan tanah di lahan kering Madura. Jurnal Embryo 4(2):124-131. Sutanto, R. 2002. Penerapan pertanian organic: pemasyarakatan dan pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta 62



ABSTRAK Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah acara IX yaitu “Kadar Kapur Setara Tanah” dilaksanakan pada hari Senin, 13 Maret 2017 di Laboratorium Tanah Umum, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar kapur pada beberapa jenis tanah dengan menggunakan metode calsimetri dan titrasi. Pada metode calsimetri digunakan alat calsimeter dengan khemikalia HCl 0,1 N, sedangkan pada metode titrasi digunakan khemikalia H 2SO4, NaOH, dan indikator PP. kapur tanah ini berhubungan erat dengan sifat kejenuhan basa dalam tanah, karena kapur tanah keberadaannya sering ditemukan berasosiasi dengan kerbonat. Jumlah gram ekuivalen CaCO3 diperoleh dari selisih gram ekuivalen H2SO4 awal dengan gram ekuivalen H 2SO4 sisa. Dari praktikum ini diperoleh nilai kadar kapur setara tanah dengan metode calsimetri pada tanah rendzina 12%; vertisol 10,1035%; alfisol 6,154%; ultisol 5,54%; dan entisol 1,52%. Sementara dengan metode titrasi (cottenie) kadar kapur setara tanah yang diperoleh adalah rendzina 2,12%; vertisol 2,528%; alfisol 2,368%; ultisol 1,4194%; dan entisol 1,0025%. Kata kunci: kapur tanah, calsimetri, titrasi, CaCO 3 dalam tanah



unsur N, P, dan S, serta unsur mikro bagi



PENGANTAR Kandungan kapur dalam tanah sangat



tanaman. Kapur yang banyak digunakan di



dipengaruhi oleh adanya batuan induk yang



Indonesia adalah dalam bentuk karst (CaCO3)



ada di lokasi tersebut. Jika batuan induk



dan dolomit (CaMg(CO3)2) (Soepardi, 1983).



mengandung bahan kapur, maka tanahnya



Penambahan



kapur



menimbulkan



akan bersifat basis. Keberadaan kapur



muatan positif (kation) dalam air pori.



sendiri berkaitan erat dengan unsur calcium



Penambahan



dan



yang



terjadinya proses tarik menarik antara ion



sering



dan partikel dengan kation dari partikel



magnesium,sehingga



mengandung



unsur



tanah



tersebut



ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Kapur memiliki sifat sebagai bahan ikat



kation



ini



memungkinkan



kapur serta kation dari partikel kapur dengan anion



dari



partikel



air.



Proses



ini



antara lain sifat plastis yang naik (tidak



mengganggu proses tarik menarik antara ion



getas), mudah dan cepat mengeras serta



dari partikel tanah dengan kation dari



mempunyai daya ikat penentuan jumlah



partikel



yang diperlukan untuk koreksi keasaman



kehilangan daya tarik antar partikelnya.



(Kuswandi,



tanah



Berkurangnya daya tarik antar partikel tanah



senyawa-senyawa



dapat menurunkan kohesi tanah. Penurunan



beracun dan menekan penyakit tanaman.



kohesi ini menyebabkan mudah terlepasnya



Aminasi, amonifikasi, dan oksidasi belerang



partikel tanah dari ikatannya. Penambahan



nyata dipercepat oleh meningkatnya pH



kapur



tanah, maka akan menjadikan terjadinya



menyebabkan semakin turunnya nilai kohesi.



mampu



1993).



menetralkan



Pengapuran



air,



yang



sehingga



emakin



partikel



banyak



tanah



akan



63



Dnegan



turunnya



nilai



kohesi



akan



terbentuklah suatu gel kalsium silica yang



menyebabkan turunnya nilai batas cair pada



tidak akan teruraikan dengan air sehingga



tanah (Wiqoyah, 2006). Namun apabila



terjadilah proses penggumpalan (Polat et al.,



berlebihan, pengapuran dapat berdampak



2013).



negatif berupa penurunan ketersediaan Zn,



Pemberian kapur CaCO3 pada media



Mn, Cu, B yang dapat menyebabkan tanah



budidaya diharapkan mampu meningkatkan



menjadi devisiensi keempat unsur ini, serta



pH tanah dan mengefektifkan unsur-unsur



dapat mengalami keracunan Mo (Hanafiah,



hara



2005).



pertumbuhan (Arini, 2011). Tujuan dari



agar



dapat



dimanfaatkan



untuk



Tanah merupakan produk sampingan



pengapuran yaitu agar dapat mempengaruhi



deposit akibat pelapukan kerak bumi dan



sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan



batuan yang tersingkap dalam tanah. Metode



jasad



stabilisasi



kemasaman tanah dan ketersediaan unsur



tanah



dasar



yang



banyak



renik



stabilisasi kimiawi. Stabilisasi mekanis yaitu



menitikberatkan pada peniadaan pengaruh



menambah kekuatan dan daya dukung tanah



meracuni dari Al dan menyediakan hara Ca



dengan



bagi tanaman (Sanchez, 2010).



perbaikan



sifat-sifat



Sedangkan



struktur



mekanis



stabilisasi



dan



tropik,



nilai



hara.



perbaikan



daerah



menetapkan



digunakan adalah stabilisasi mekanis dan



cara



Di



tanah,



pengapuran



tanah.



kimiawi



yaitu



METODOLOGI



menambah kekuatan dan daya dukung tanah



Pada praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah



atau



Acara IX ini yang berjudul “Kadar Kapur



menghilangkan sifat-sifat fisis tanah yang



Setara Tanah”, ada dua metode yang



kurang



cara



digunakan yaitu metode calsimetri dan



mencampur tanah dengan bahan kimia



metode titrasi (cottenie). Pada metode



sebagai bahan stabilisasi yaitu kapur. Kapur



calsimetri adapun alat dan bahan yang



bereaksi dengan mineral tanah terutama dari



digunakan adalah contoh tanah kering angin



kelompok montmorilonite. Reaksi kapur



ukuran Ø 0,5 mm yang akan diamati dalam



tanah yang terjadi mencakup terjadinya



percobaan ini, kemudian timbangan analitik



kontak antara mineral lempung drngan



atau



komponen pozzolan dengan bahan kapur,



menimbang tanah, selanjutnya ada pipet 5



terjadi



ml dan 50 ml yang digunakan untuk



dengan



jalan



mengurangi



menguntungkan



pertukaran



ion



dengan



dan



kemudian



elektronik



yang



dgunakan



untuk



64



mengambil larutan dengan volume tertentu,



gram. Reaksi yang terjadi pada proses ini



lalu ada buret dan statif yang digunakan



yaitu: CaCO3 + 2HCl  Ca2+ + 2Cl- + H2O +



untuk titrasi, kemudian Erlenmeyer 250 ml dan juga ada pemanas untuk memanaskan



CO2



larutan dan dan alat untuk analisis kadar



Pada metode titrasi atau cottenie, alat



kapur setara tanah metode calsimetri yaitu



dan bahan yang digunakan adalah contoh



digunakann calsimeter.



tanah kering angin ukuran Ø 0,5 mm,



Langkah pertama yang dilakukan yaitu calsimeter



kosong,



bersih



dan



kering



ditimbang dan di misalkan menjadi a gram. Kemudian



contoh



Ø



untuk



menimbang



tanah,



kemudian pipet volume 5 ml dan 50 ml untuk mengambil larutan. Buret dan statif



ditimbang seberat 5 gram dan dimasukkan



digunakan untuk titrasi, labu ukur 50 ml dna



ke



Erlenmeyer 50 ml untuk mereaksikan larutan



calsimeter,



0,5



digunakan



mm



dalam



tanah



timbangan analitik atau elektronik yang



lalu



ditimbang



calsimeter beserta tanah dan dimisalkan



dan



menjadi



pada



memanaskan larutan. Kemudian khemikalia



calsimeter diisi dengan HCl 2N sampai



yang digunakan yaitu H2SO4, NaOH, dan



hampir penuh, dan harus dijaga agar kran



indikator PP.



b



gram.



Tempat



HCl



pemanas



yang



digunakan



untuk



disebelah bawah tempat HCl tertutup rapat



Langkah pertama pada metode titrasi



sehingga HCl tidak menetes kemudian



atau cottenie adalah diambil 2 labu ukur 50



ditimbang dan dimisalkan menjadi c gram.



ml, 1 untuk analisi blanko dan 1 untuk baku.



Langkah selanjutnya kran HCl dibuka



Pada labu ukur baku, dimasukkan contoh



perlahan-lahan



menetes



tanah Ø 0,5 mm sebanyak 5 gram. Lalu pada



setetes demi setetes sambil digoyangkan



masuing-masing tabung dimasukkan 20 ml



mendatar agar reaksinya sempurna. Setelah



H2SO4 dengan pipet volume. Kemudian labu



HCl habis, calsimeter dihangatkan sebentar



ukur digoyangkan secara mendatar dan



kurang lebih 1 menit di atas api kecil dan



memutar agar reaksinya merata. Setelah itu



hati-hati terhadap penguapan air, cukup



dipanaskan di atas api kecil selama kurang



dihangatkan saja jadi jangan terlalu lama.



lebih 3 menit. Lalu didinginkan, dan setelah



Kemudian calsimter diangkat dari api kecil



dingin ditambahkan aquadest sampai tanda



dan dibiarkan selama kurang lebih setengah



batas. Kemudian disumbat dan digojok



jam lalu ditimbang dan dimisalkan sebagai d



dengan cara dibolak-balik sampai larutannya



sehingga



HCl



65



homogen, lalu dibiarkan sampai mengendap.



Alfisol



6,154%



2,368%



Ultisol



5,54%



1,4194%



Entisol



1,52%



1,0025%



Dari masing-masing labu ukur, diambil larutan jernih sebanyak 10 ml dengan menggunakan pipet volume dan msaingmasing dimasukkan ke dalam erlenmeyer 50 ml, lalu ditambahkan 15 ml aquadest pada masing-masing



labu



ukur.



Setelah



Keterangan: Blanko= 4,3 ml



itu



ditambahkan indikator PP beberapa tetes



Kandungan



kapur



merupakan



misalnya 2 tetes, kemudian digoyang-



kandungan yang berupa Ca (kalsium) atau



goyangkan agar larutan tercampur merata.



Mg (magnesium). Keberadaan kapur tanah



Untuk



(Ca



blanko



ditritasi



terlebih



dahulu



dan



Mg)



yang



tinggi



akan



dengan 0,3 N NaOH dan titrasi dihentikan



mempengaruhi proses perkembangan tanah



katika larutan berubah menjadi kemerahan,



yaitu lengas tanah, bentuk dari lapisan-



setelah itu warna dari hasil titrasi baku



lapisan tanah dan tipe vegetasi. Sehingga



disamakan dengan warna blanko. Adapun



tujuan analisis kadar kapur setar atanah yaitu



reaksi yang terjadi pada proses ini adalah:



mengetahui kadar kapur dari setiap jenis



CaCO3 + H2SO4  CaSO4 + H2O + CO2 +



tanah yang berkaitan erat lapisan tanah



sisa H2SO4



(karena



Untuk mengetahui sisa H2SO4 dititrasi



berpengaruh terhadap vegetasi yang mampu



dengan basa NaOH. Selisih gram ekuivalen



ditanam pada tanah tersebut.



H2SO4 awal dengan gram ekuivalen H2SO4



proses



Berdasarkan



pelindian)



percobaan



yang



yang



akan



telah



sisa merupakan jumlah gram ekuivalen



dilakukan oleh praktikan maka diperoleh



CaCO3 tanah.



data kadar kapur setara tamah rendzina 12% dengan metode calsimetri dan 2,12% dengan



HASIL DAN PEMBAHASAN



metode cottenie. Jika dibandingkan dengan



Tabel 9.1 Hasil kadar kapur setara tanah



literatur yang ada (Nurcholis et al., 2003),



Tanah



Calsimetri



Cottenie



Rendzina



12%



2,12%



Vertisol



10,1035%



2,528%



rendzina



memiliki



kadar



sebesar



7,73% ,kandungan kapur yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis tanah lainnya. Hal ini sudah sesuai dengan praktikum yang ada yang dinilai tertinggi diantara jenis tanah 66



yang lainnya. Kadar rendzina yang tinggi



cukup stabil tinggi karena pH-nya yang



dipengaruhi pH pada praktikum sebelumnya



netral pada praktikum sebelumnya sehinggaa



tergolong netral karena pada sam biasanya



nilai KB-nya juga tinggi.



tanah



memiliki



menunjukan



nilai



kejenuhan pertukaran



Berdasarkan



percobaan



yang



telah



ion



dilakukan (Sujana, 2015) nilai kadar kapur



didominasi oleh kation-kation basa, jerapan



ultisol adalah 5-8% pada lapisan atas dan 37-



kation yang ada sekaligus memberikan



38% pada lapisan bawah dan kadar kapur



informasi unsur hara cukup efektif yang



pada bagian bawah tergolong tinggi. Hal



dapat menimbulkan pH netral dan stabil. pH



tersebut sesuai dengan praktikum yang telah



netral atau stabil umumnya cocok untuk



dilakukan dimana diperoleh hasil yaitu



bercocok tanam dalam dunia pertanian.



dengan metode calsimetri 5,54% dan dengan



Pada



kompleks



basa



percobaan



dilakukan



metode cottenie 1,4194% dan tanah ultisol



(Widyantari et al., 2015) bahwa tanah alfisol



cenderung lebih memiliki kation asam (Al+



memiliki kejenuhan basa 97,81% (sangat



dan H+) dibandingan kation basa (Ca2+,



tinggi), K2O 45,0% (tinggi) dan KTK 30,67%



Mg2+, Na2+, dan K+) yang diketahui bahwa



(tinggi). Pada percobaan yang dilakukan



jerapan tanah yang didominasi kation asam



bahwa alfisol memiliki kadar kapur 6,154%



akan



pada metode calsimetri dan 2,368% dengan



pertumbuhan



metode cottenie. Pada literature dinilai



kelebihan Al+ akan meracuni tanaman. Hal



alfisol meiliki kadar kapur yang tinggi,



tersebutlah



namun jika dibandingkan niai kadar kapur



kejenuhan basa rendah, pH rendah, dan



pada



kadar



praktikum



yang



lebih



rendah



namun



tergolong cukup tinggi diantara jenis tanah lain.



Hal



tanaman,



yang



kapurnya



bahkan



menjadi



pun



bagi apabila



faktor



tergolong



nilai



rendah



dibanding yang lain. Pada percobaan yang dilakukan oleh



literature



(Purba et al., 2013) bahwa tanah entisol



disebutkan bahwa kandungan K yang tinggi



memiliki nilai kejenuhan basa 10,16% dan



di tanah alfisol disebabkan oleh jerami pad



nilai KTK 16,62%. Hal tersebut sesuai



(sebagai sumber hara utama K dan Si),



dengan hasil praktikum yaitu kadar kapur



sehingga hampir 80% K dapat diserap jerami



tanah



yang akan memperlambat meiskinan K dan



calsimetri dan 1,0025% dengan metode



Si. Namun, nilai kadar kapur dianggap



cottenie yang dinilai sama rendahnya. Hal



kaliumnya.



dipengaruhi



menguntungkan



oleh



kandungan



tersebut



tidak



Pada



entisol



1,052%



dengn



metode



67



tersebut dipengaruhi oleh nilai KTK tanah



bervariasi,



karena



entisol yang rendah (kurang bisa menyerap



kelarutan dan mobilitas tersebut maka



dan menyimpan hara yang dibutuhkan)



terendapkan terlebih dahulu adalah akrbonat



sehingga entisol memiliki KB yang rendah



sehingga terbentuk karak kapur dipermukaan



yang menyebabkan kadar kapur bernilai



tanah



rendah.



(Edmeades, 2012).



berbeda



di



terdapat



setiap



perbedaan



jenis



tanah



Pada praktikum yang telah dilakukan



Manfaat kapur dalam dunia pertanian



diperoleh data kadar kapur vertisol yaitu



yaitu berkaitan dengan kejenuhan basa yang



dengan metoe calsimetri 10,1035% dan



dalam penggunaannya untuk pertimbangan-



dengan



Jika



pertimbangan pemupukan dan memprediksi



literature



kemudahan unsur hara yang tersedia bagi



metode



cottenie



dibandingkan (Arianti,2010)



2,528%.



dengan bahwa



kandungan



Ca



tanaman. Selain itu, bermanfaat untuk



mencapai 9,89% yang tergolong tinggi



mengetahui pengolahan lahan dan vegetasi



dengan KB 90,9% (sangat tinggi). Hal



yang akan ditanami pada lahan karena pada



tersebut sesuai dengan praktikum yang



dasarnya nilai kejenuhan basa menunjukkan



dilakukan bahwa vertisol memiliki nilai



pH yang berbanding lurus (Winarso, 2005).



akdar kapur yang relative tinggi yang



Selain itu, penambahan kapur dapat



dipengaruhi oleh kation basanya yang tinggi



menaikkan pH tanah dari masam menjadi



dan Kb-nya tinggi.



netral karena akan mengkilat Al dan H yang



Pada umumnya batuan kapur lebih tahan



tersedia,mmemuat agregat tanah lebih stabil



terhadap perkembangan tanah. Pelarutan dan



dan perombakan bahan organik lancer.



kehilangan karbonat diperlukan sebagai



Namun, penambahan nilai pH pada tanah



pendorong dalam pembentukan tanah pada



dengan menggunakan kapur tidak selalu



batuan berkapur. Garam yang mudah larut



menimbulkan positif hal tersebut karena



seperti Na, K, Ca, Mg-klorida sulfat, NaCO3



pemberian kapur yang terlalu banyak dapat



dan agak mudah larut seperti Ca, Mg



menimbulkan zat hara seperti P yang sulit



memiliki karbonat yang akan berpindah



diserap tanaman karena Ca2+ mengikat P.



bersama air, bergantung besarnya air yang



seperti menurut Brady (1974), pengapuran



dapat mencapai kedalaman tanah tertentu.



yang



Hal ini menyebabkan terjadinya pengayaan



menimbulkan berkurangnya ketersediaan Fe,



garam dan kapur pada horizon tertentu dan



Mn, Ca, Cu, dan Zn. Ketersediaan fosfat



berlebih



menyebabkan



dapat



68



menjadi



kerburang,



pemanfaatan



penyerapan



boron



akan



dan



keasaman atau kebasaan suatu tanah atau



terhalangi,



cara perlakuan pada lahan tersebut. Tanah



perubahan pH secara drastis akan merusak. Pada



praktikum



ini,



yang terlalu masam dapat ditambah kapur



digunakan



untuk menaikan pH, memperbaiki sifat



khemikalia HCl untuk calsimetri. Serta



kimia, sifat fisika, dan biologi tanah. Selain



digunakan H2SO4, NaOH dan indikator PP



itu bermanfaat untuk mengetahui komoditas



untuk metode cottenie. Penggunaan HCl



yang cocok dan jenis bahan induk yang



sebagai pelarut CaCO3 sehingga dihasilkan



terkandung dalam tanah.



CO2 yang menjadi sebanding dengan kadar



Pada



praktikum



ini



metode



yang



kapur dalam tanah. Berikut reaksi CaCO3



digunakan adalah metode calsimetri dan



dengan HCl yang dipanaskan:



cottenie. Kelebihan dari kedua metode



HCl + CaCO3  CaCl + CO2 + H2O Sedangkan



penggunaan



yaitu



mudah didapat dan bisa dilakukan di



melarutkan CaCO3. Hal tersebut karena



laboratorium, serta tingkat ketelitiannya pun



CaCO3



cukup



merupakan



H2SO4



tersebut adalah akrena alat yang dipakai



senyawa



insoluble



tinggi.



Pada



metode



calsimetri



sehingga harus dilarutkan dengan asam.



praktiknya lebih mudah dan dapat mengukur



Fungsi NaOH sebagai titrasi alkalimetri



CO2



untuk mengukur jumlah H2SO4 sisa setelah



kekurangan yaitu membutuhkan waktu lama



titrasi, karena jumlahnya sebanding dengan



dan perbedaan hasil tmbangan akan sangat



kadar kapur dalam tanah. Berikut reaksi



mempengaruhi



yang terjadi:



membutuhkan kesabaran yang tinggi. Pada



CaCO3 + 2HCl  Ca2+ + 2Cl- + H2O +



yag



menguap.



hasil



Namun



akhir,



memiliki



sehingga



metode cottenie memiliki kelebihan yaitu



CO2



mudah dan cepat serta tidak membutuhkan



Pada praktikum ini idnikator PP digunakan



waktu



unutk menentukan titik akhir titrasi yang



kekurangan yaitu bersifat subjektif dalam



akan



pembentukan titik akhir titrasi melalui



merubah



larutan



menjadi



warna



kemerahan saat dititrasi dengan NaOH.



yang



lama.



Namun



memiliki



perubahan warna.



Kapur tanah sangat penting dipelajari karena berkaitan dengan kesuburan tanah.



KESIMPULAN



Menentukan kadar kapur berkaitan dengan



Berdasarkan



penggunaan atau fungsi lahan dan mengatasi



hasil



percobaan



maka



dapat disimpulkan bahwa praktikum ini nilai 69



kadar kapur setara tanah dengan metode calsimetri pada tanah rendzina 12%; vertisol



hubungannya dengan reklamasi lahan bekas tambang. Fakultas Geografi UGM. Prosiding Lokakarya Nasional.



10,1035%; alfisol 6,154%; ultisol 5,54%; dan



entisol



1,52%.



Sementara



dengan



metode titrasi (cottenie) kadar kapur setara tanah yang diperoleh adalah rendzina 2,12%;



Palar, Hariman, S. Monintja, Turangan, A.N Sarajar. 2013. Pengaruh pencampuran trans dan kapur pada lempung ekspansif terhadap nilai daya dukung. Jurnal Sipil Statik. 1(6):390.



vertisol 2,528%; alfisol 2,368%; ultisol 1,4194%; dan entisol 1,0025%.



DAFTAR PUSTAKA Arianti, E., Sutepo dan Suswanto. 2010. Kegiatan status makro Ca, Mg, dan S tanah sawah kawasan industri daerah Kab. Karanganyar. Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 7(1). Arini, Endang. 2011. Pemberian Kapur (CaCO3) untuk perbaikan kualitas tanah tambak dan pertumbuhan rumput laut Gracillaria sp.. Jurnal Saintek Perikanan. VI(2):23-30. Brady, N. 1974. The Nature and Properties of Soils. Maemillan Publishing. New York. Edmeades. D. C., D. M. Wheeler and J.E. Weller. 2012. Comparison of methods for determining line requirement of New Zealand Soils. New Zealand Journal of Agriculture Research 28: 93-100. Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kuswandi. 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Nurcholis, E. R. Sasmita, S. G. Sutoto. 2003. Kualitas tanah di topografi karst di Bedoyo Gunung Kidul dan



Purba, A. H. R., P. Marbun., A. S. Hanafiah. 2013. Evaluasi kesesuaian lahan pada lahan entisol di Kec. Lintung Nihuta Kab. Hanibung Hasundtudan untuk tanaman kopi arabika. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol. 2 No. 1-12. Sanchez, A. R. 2010. Sifat dan Pengolahan Tanah. ITB. Bandung. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Saduran The Nature and Properties of Soils by Brady. IPB. Bogor. Sujan, I. P., I. N. L. S. Pura. 2015. Pengelolaan tanah ultisol dengan pemberian pembenah organic biochar menuju pertanian berkelanjutan. Agrimeta Vol. 5 No. 9: 1-69. Widyamentari D. A. G., K. D. Susila., dan T. kusmawati. 2015. Evaluasi status kesuburan tanah untuk lahan pertanian di Kec. Denpasar Timur. E Journal Agroeldek Tropika Vol. 4 No. 4. Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah (Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah). Gauamedia. Yogyakarta. Wiqoyah, Q. 2006. Pengaruh kadar kapur, waktu perawatan dan perendaman terhadap kuat dukung tanah lempung. Dinamika Teknik Sipil (6): 16-24.



70



LAMPIRAN ACARA 1 (b − c) KL = 100% (c − a) 1. CT Ø 0,5 mm a. Ulangan 1 (32,22 − 31,95) KL = 100% (31,95 − 22,3) KL = 2,7979%



3. Tanah asli a. Ulangan 1 (43,31 − 40,73) KL = 100% (40,73 − 33,3) KL = 34,72% b. Ulangan 2 (30,93 − 28,43) KL = 100% (28,43 − 20,9) KL = 33,2%



b. Ulangan 2 (41,23 − 40,95) KL = 100% (40,95 − 31,2) KL = 2,8717% 2,7979+ 2,8717



Rata-rata = 2 = 2,825%



%



2. CT Ø 2 mm a. Ulangan 1 (43,52 − 43,29) KL = 100% (43,29 − 33,5) KL = 2,2244%



34,72+33,2



Rata-rata = % 2 = 33,96% 4. CT bongkah a. Ulangan 1 (34,84 − 34,61) KL = 100% (34,61 − 24,8) KL = 2,344% b. Ulangan 2 (36,03 − 35,79) KL = 100% (35,79 − 26,06) KL = 2,467%



b. Ulangan 2 (40,61 − 39,79) KL = 100% (39,79 − 29,9) KL = 2,3493%



Rata-rata =



2,2244+ 2,3493 2



2,344+2,467



Rata-rata = % 2 = 2,395%



%



= 2,285%



71



ACARA 2 1. [D+L]aktual c. Ulangan 1 (46,458−46,26) [D + L] = 40 x (100 + 2,825)% (15) [D + L] = 54,00648% d. Ulangan 2 [D + L] =



(38,745−38,712) (15)



40 x (100 + 2,825)%



[D + L] = 9,00108% 54,00648+9,00108



Rata-rata = 2 = 31,50378% 2. NPD =



31,50378 34,4378



%



100%



= 91,48%



72



ACARA 4 Perhitungan BV: (87)a BV = [100+KL] [ 0,87(q−p−r)−(b−a)] g/cm3 1. Ulangan 1 (87)(3,617) BV = [100+2,395] [ 0,87(38−35)−(3,844−3,617)] g/cm3 314,679



BV



= [102,395] [ 0,87(3)−(0,227)] g/cm3



BV



= [102,395] [2,61−0,227] g/cm3



BV



= [102,395] [2,383] g/cm3



BV BV



= 244,007285 g/cm3 = 1,289 g/cm3



314,679



314,679



314,679



2. Ulangan 2 (87)(2,704) BV = [100+2,395] [ 0,87(37−35)−(2,194−2,074)] g/cm3 180,438



BV



= [102,395] [ 0,87(2)−(0,12)] g/cm3



BV



= [102,395] [1,74−0,12] g/cm3



BV



= [102,395] [1,62] g/cm3



BV



= 165,8799 g/cm3



BV



= 1,087 g/cm3



180,438



180,438



180,438



1,289 + 1,087



BV rata-rata = 2 = 2,376 g/cm3 Perhitungan BJ: 100(b−a) BJ1 BJ2 BJ = [100+KL] [ BJ1(d−a)−BJ2(c−b)] g/cm3 1. Ulangan 1 100(47,662−25,490) (0,995)(0,997) BJ = [100+2,285] [0,995(71,954−25,490)−0,997(85,600−47,662)] g/cm3 100(22,172) (0,992015)



BJ



= [102,285] [0,995(46,464)−0,997(37,938)] g/cm3



BJ



= [102,285] [46,23168−37,824186] g/cm3



BJ



= [102,285] [8,407494] g/cm3



BJ



= 859,96052379 g/cm3



BJ



= 2,558 g/cm3



2199,495658



2199,495658



2199,495658



2. Ulangan 2 100(445,197−20,320) (0,996)(0,997) BJ = [100+2,285] [0,,996(66,304−20,320)−0,997(81,622−45,197)] g/cm3 BJ



100(24,877)(0,993012)



= [102,285] [0,996(45,984)−0,997(36,425)] g/cm3



73



2470,3159524



BJ



= [102,285] [45,800064−36,315725] g/cm3



BJ



= [102,285] [9,484339] g/cm3



BJ BJ



= 970,10561462 g/cm3 = 2,546 g/cm3



2470,3159524



2470,3159524



2,558+2,546



BJ rata-rata = 2 = 2,552 g/cm3 Perhitungan porositas tanah: BV n = [1 − BJ ] 100% n n n



1,087



= [1 − 2,552] 100% = [1 − 0,4259494389]100% = 57,4%



74



ACARA 6 𝐶=



(100 + 𝐾𝐿)(𝑉𝐴 − 𝑉𝐵)𝑁𝐹𝑒𝑆𝑂4 × 3



×



50 100 × × 100% 5 77



100 × 1000 × 𝑎 100 Kadar Bahan Organik = [𝐶] ∗ 58 % Dengan VA = Volume titrasi blanko = 3,4 ml VB = Volume titrasi baku = 2,3 ml (ulangan 1) dan 2,6 ml (ulangan 2) N = Normalitas = 0,2 KL = Kadar Lengas acara 1 = 2,825 1. Ulangan 1 𝐶=



(100 + 2,825)(3,4 − 2,3)0,2 × 3 50 100 × × × 100% 100 × 1000 × 1 5 77



67,8645 % = 8,813571429 × 10−1 % 77 100 𝐵𝑂 = 0,8813571429 × 58 % = 1,519581281% =



2. Ulangan 2 𝐶=



(100 + 2,825)(3,4 − 2,6)0,2 × 3 50 100 × × × 100% 100 × 1000 × 1 5 77



49,356 % = 6,40987013 × 10−1 % 77 100 𝐵𝑂 = 0,640987013 × 58 % = 1,105150022% =



 𝐶=



C-Organik rata-rata



0,8813571429 + 0,640987013 = 0,761172078% 2



 𝐵𝑂 =



Kadar Bahan Organik 1,519581281 + 1,105150022 = 1,312365652% 2



75



ACARA 9 Perhitungan calsimetri: 1. CaCO3 = = =



(c−d)(100+KL)



100%



44 (b−a) (148,440−148,316)(100+2,825) 44 (114,745−109,7) (0,024)(102,825)



100%



100%



44 (5,045) 2,4678



= 221,98 100% = 1,111721777% 2. CaCO3 = = = =



(c−d)(100+KL)



100%



44 (b−a) (165,990−165,949)(100+2,825) 44 (128,03−123,038) (0,041)(102,825) 44 (4,992) 4,215825 219,648



100%



100%



100%



= 1,919355059% 1,111721777 + 1,919355059



CaCO3 (rata-rata) = 2 = 1,515538434%



%



Perhitungan metode titrasi 1. Ulangan 1 CaCO3 = CaCO3 =



(Va−Vb)N NaOH(5) V1 a x 100 V2 (4,3−3,9)(0,3)(5) 50 5 x 100 (0,4)(1,5)



CaCO3 = 500 CaCO3 = 0,6%



10



(100 + KL)%



(100 + 2,825)%



5 (102, 825)%



2. Ulangan 2 (Va−Vb)N NaOH(5) V1 (100 + KL)% CaCO3 = a x 100 V2 CaCO3 =



(4,3−3,65)(0,3)(5) 50 5 x 100 (0,65)(1,5)



10



(100 + 2,825)%



CaCO3 = 500 5 (102, 825)% CaCO3 = 1,0025%



76