Laporan Resmi Sabun Padat - Gol B1 - Kel B1 - 3B Farmasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KEAMANAN OBAT HERBAL DAN KOSMETIK “SABUN PADAT”



Dosen Pembimbing: Apt.Titi Pudji Rahayu. M Farm Disusun Oleh: Kelompok 1/Golongan B1/ Farmasi 3B 1. Melinda Prihatini



(C11800170)



2. Nadea Murpratami



(C11800173)



3. Septin Ainun Khamidah



(C11800189)



PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG 2021



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................i DAFTAR ISI........................................................................................................ii DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iv DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................v BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................1 A. Latar Belakang...................................................................................1 B. Rumusan Masalah..............................................................................2 C. Tujuan Formulasi...............................................................................2 D. Manfaat Formulasi.............................................................................3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................4 A. PRAFORMULASI.........................................................................4 I. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat..............................................4 1. Farmakokinetik......................................................................4 2. Indikasi...................................................................................4 3. Kontraindikasi........................................................................4 4. Efek Samping.........................................................................4 II. Tinjauan Sifat Fisiko-Kimia Bahan Obat....................................4 1. Organoleptis...........................................................................4 2. Struktur Kimia dan Berat Molekul........................................4 3. Ukuran Partikel, Bentuk ataupun Luas Permukaan...............4 4. Kelarutan................................................................................4 5. Stabilitas.................................................................................4 6. Titik Lebur.............................................................................4 7. Higroskopis............................................................................4 8. Inkompatibilitas.....................................................................4 III. Bentuk Sediaan, Dosis dan Cara Pemberian..............................10 B. FORMULASI..................................................................................10 I. Permasalahan..............................................................................10 II. Pengatasan Masalah....................................................................10 III. Macam-macam Formula Standar..............................................11 IV. Formulasi yang Diajukan..........................................................11



ii



C. PELAKSANAAN............................................................................12 I.



Alat-alat yang Digunakan.........................................................12



II. Cara kerja : Formulasi dan Evaluasi Sediaan............................12 III. Kemasan, Brosur dan Etiket.....................................................14 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................22



iii



BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebersihan diri (Personal hygene) merupakan sua tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto, et al, 2006). Seseorang akan memiliki tingkat kepercayaan lebih tinggi bila badannya berbau harum dan menyegarkan (Hasby, 2001). Pemanfaatan sabun sebagai pembersih kulit semakin trend dan beragam.Keragaman sabun yang dijual secara komersial terlihat pada jenis,warna, wangidan manfaatyang ditawarkan. Berdasarkan jenisnya, sabun dibedakan atas dua jenis yaitu sabun padat (batangan) dansabun cair.Sabun terbentuk dari reaksi asam lemak dan alkali. Sifat sabun yangdihasilkan bergantung pada jenis asam lemak yang digunakan dalam formulasisabun tersebut. Sabun berfungsi sebagai pembersih, idealnya sabun merawatstruktur alami kulit. Ukuran normal pH kulit dalam keadaan sehat biasanya berkisar 4,5 - 7, maka untuk mempertahankan keadaan kulit normal pH kulittersebut sebaiknya menggunakan sabun dengan pH yang tidak jauh dengankondisi kulit (Wasitaatmadja, 1997). Metode pembuatan sabun antara lain: 1. Metode Melt and Pour. Melt and pour atau metode leleh-tuang, yaitu melelehkan sabun setengah jadi menjadi bentuk yang diinginkan, ditambah fragrance atau essential oil sesuai keinginan. Membuat sabun metode tuang tidak memerlukan waktu curing yang cukup lama setelah sabun dicetak. Pembuatan sabun leleh tuang ini adalah sebagai berikut siapkan basis sabun leleh-tuang yang diinginkan, basis sabun ini kemudian dipotong kecil agar lekas meleleh. Lelehkan dengan menggunakan



penangas



ganda



(double



boiler)



atau



didalam



microwave. Setelah meleleh sempurna, segera masukkan pewarna, dan pewangi yang diinginkan. Tuang campuran basis tadi kedalam cetakan yang diinginkan. 2. Metode Cold Processed. Sabung dengan metode cold processed ini sedikit lebih sulit dan butuh peralatan yang lebih lengkap. Metode ini



1



dilakukan dengan cara menentukan minyak yang akan digunakan, kemudian dihitung lye/alkali yang akan digunakan. 3. Metode Hot Processed (HP). Metode ini menggunakan panas (dimasak) secara kontinyu pada suhu rendah untuk menyempurnakan proses saponifikasi. Pada Hot Processed, proses penambahan aditif seperti fragrace dilakukan setelah proses memasak sabun selesai. Untuk mendapatkan sifat sabun yang diinginkan maka dilakukan pembuatansabun padat menggunakan minyak kelapa. Kelapa mengandung karoten dan tokoferol sebagai sumber vitamin E (Fauzi et al, 2005). Selain mengandung vitamin E, minyak kelapa juga mudah didapatkan dengan harga yang relative murah. Minyak kelapa mengandung asam palmitat (C16H32O2) yang cukup tinggi, yaitu sebesar 44,3%. Fungsi dari asam palmitat dalam pembuatan sabun adalah untuk kekerasan sabun dan menghasilkan busa yang stabil (Depperin, 2007). Seiring



berkembangnya



teknologi



dan



penggunaan



sabun



menyebabkan pemanfaatan bahan-bahan alami seperti bahan herbal dalam pembuatan sabun semakin bervariasi. Bahan herbal mengandung senyawa bioaktif yang mampumemberi pengaruh positif terhadap tubuh. Senyawa tersebut diantaranya adalah alkaloid, saponin, flavonoid, tannin, polifenol sebagai antioksidan, antibakteri dan zat aditif alami seperti zat warna dan aroma yang diharapkan dapat menambah kualitas dari sabun. Salah satu jenis tanaman herbal yang dapat diaplikasikan pada pembuatansabun yaitu daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius, Roxb). Daun pandan wangi ini memiliki sifat bioaktif yang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami (hijau) dan pemberi aroma (Rostamailis, 2008). Komponen aroma dasar dari daun pandan wangi berasal dari senyawa kimia 2-acetyl-1pyrroline. Daun pandan wangi juga mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, tannin, polifenol, karotenoid dan zat warna (Sugati dan Jhonny, 1991). Beberapa golongan alkaloid yang



ditemukan



pada



norpandamarilactonineA,-B,



ekstrak



daun



pandan



pandamarilactam,



wangi



yaitu



pandamarilacton-



1,pandamarine, pandanamine, pandamarilactonine, serta piperidin (Lopez 2



& Natato, 2005). Flavonoid seperti rutin, katekin, epikatekin, kamferol dan nirigin (Ghasemzadeh & Jaafar, 2013), kuersetin (Miean & Mohamed, 2001), karetonoid,tokoferol, tokotrienol (Lee,Othmer, Scott& Standen., 2004), terpenoid, steroid,saponin, tanin, polifenol, fenil propanoid, glikoisda dan zat warna (Dalimartha, 2000; Sukandar, et al, 2007) pandan wangi juga memiliki glukosa dan fruktosa yang bersifat humektan (Faras,Wadkar & Ghosh., 2014). Pandan wangi merupakan salah satu tanaman yang potensial untuk menghasilkan minyak atsiri (Rohmawati, 1995). Daun pandan wangi selain mengandung senyawa antimikroba yang baikuntuk kulit juga mengandung antioksidan yang dapat mencegah ketengikan pada sabun. Bahan alam lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan aktif dalam sediaan sabun padat adalah adalah serai. Minyak atsiri serai dapat menghambat bakteri dengan zona hambat sebesar 8 mm terhadap pertumbuhan E. coli dan 13 mm terhadap pertumbuhan Staphylococcusaureus pada konsentrasi 25% b/v. Penyelidikan fitokimia menemukanbahwa ekstrak serai mengandung beberapa konstituen seperti minyak



atsiri,



saponin,



tanin,



alkaloid,



dan



flavonoid



yang



mengindikasikan seraimemiliki aktivitas antibakteri (Rahayu & Sari, 2020). 1.2 Rumusan Masalah 2. Bagaimana cara pembuatan sediaan sabun padat ? 3. Bagaimana cara evaluasi sediaan sabun padat ? 1.3 Tujuan Formulasi 1. Agar dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan sediaan sediaan sabun padat



dengan baik dan benar, aman serta nyaman



digunakan 2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara evaluasi sediaan sediaan sabun padat dengan baik dan benar 1.4 Manfaat formulasi Manfaat dalam praktikum ini yaitu memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang kefarmasian dan sebagai pembelajaran mengenai cara



3



membuat sedian kosmetik “sabun padat” dan cara evaluasi yang baik dan benar



4



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. PRAFORMULASI I.



Tinjauan Farmakologi Bahan Obat 1. Minyak Atsiri Serai Farmakokinetik



ekstrak serai mengandung beberapa konstituen seperti minyak atsiri, saponin, tanin, alkaloid, dan flavonoid yang mengindikasikan serai



Indikasi



memiliki aktivitas antibakteri Antibakteri



Kontraindikasi



Hipersensitif terhadap minyak atsiri serai



Efek samping



penggunaan



serai



secara



topikal



bisa



menyebabkan iritasi kulit pada kulit yang sensitif. Selain itu, penggunaan serai dalam jumlah



tinggi



dapat



menyebabkan



pusing,



kantuk, mulut kering, buang air kecil berlebihan, dan nafsu makan meningkat. Minyak atsiri serai dalam jumlah tinggi juga dapat merusak selaput lendir hati dan lambung. penggunaan serai yang berlebihan dapat mempengaruhi fungsi ginjal 2. Ekstrak pandan wangi Farmakokinetik



Daun pandan wangi ini memiliki sifat bioaktif yang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami (hijau) dan pemberi aroma (Rostamailis, 2008). Komponen aroma dasar dari daun pandan wangi berasal dari senyawa kimia 2-acetyl-1pyrroline. Daun pandan wangi juga mengandung



alkaloid,



saponin,



flavonoid,



tannin, polifenol, karotenoid dan zat warna yang berkhasiat sebagai agen antimikroba yang baik untuk kulit juga mengandung antioksidan yang



5



Indikasi



dapat mencegah ketengikan pada sabun. Antimikroba



Kontraindikasi



Hipersensitif terhadap ekstrak daun pandan



Efek samping



penggunaan daun pandan wangi secara topikal bisa menyebabkan iritasi kulit pada kulit yang sensitif. penggunaan daun pandan wangi yang berlebihan dapat mempengaruhi fungsi ginjal



II.



Tinjauan Sifat Fisiko Kimia Bahan Obat 1. Minyak Atsiri sereh Cairan



kental,



berwarna



hijau



kecokelatan, berbau khas minyak atsiri, Organoleptis



rasa bermacam-macam (ada yang manis, pedas, asam, pahit, ada pula yang



Stuktur



kimia



mempunyai rasa membakar). dan BM: 154,25



berat molekul



Ukuran



partikel, Bentuk cairan



bentuk ataupun luas permukaan Kelarutan



Idak larut dalam air, larut dalam alkohol, eter, kloroform, asam asetat pekat, dan pelarut organik lain; kurang larut dalam alkohol encer yang kadarnya kurang dari 6



70%. 150-300 Higroskopis -



Stabilitas Titik lebur Higroskopis Inkompatibilitas 2. Minyak Kelapa



cairan jernih, tidak berwarna atau kuning



Organoleptis Stuktur



kimia



pucat, bau khas, tidak tengik dan BM: 200,3



berat molekul



Ukuran



partikel, Bentuk cairan



bentuk ataupun luas permukaan Kelarutan



Praktis tidak larut dalam air, sangat larut dalam



dikloromethane



dan



dalam



petroleum, larut dalam eter, karbon disulfide dan kloroform, larut pada suhu 60°C dalam 2 bagian etanol (95%) tapi Stabilitas Titik lebur Higroskopis Inkompatibilitas



kurang larut pada suhu lebih rendah 23-26 Minyak kelapa bereaksi dengan agen oksidasi, asam dan basa



3. NaOH 30% Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, Organoleptis



kering,



keras,



rapuh



dan



menunjukan susunan hablur, putih, mudah meleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida. 7



Stuktur kimia dan



BM : 40,00



berat molekul



Ukuran partikel,



Bentuk batang, butiran



bentuk ataupun luas permukaan Kelarutan



Sangat mudah larut dalam air dan dalam



Stabilitas



etanol (95%) P Stabil dibawah kondisi penggunaan dan



Titik lebur Higroskopis Inkompatibilitas



penyimpanan biasa 318° Higroskopis NaOH adalah basa kuat dan inkompatibel dengan



komponen



terhidrolisis



dan



yang



mudah



teroksidasi.



Bereaksi



dengan eter, asam dan eter. 4. Asam stearat Organoleptis Kristal putih atau kuning berwarna Strukrur kimia dan Berat molekul :284,478 g/mol berat molekul



Ukuran



partikel, Bentuk kristal



bentuk ataupun luas permukaan Kelarutan



Larut dalam benzene dan larut dalam



Stabilitas



etanol Zat stabil,



Titik lebur



tertutup. 69,6º C 8



harus



disimpan



ditempat



Higroskopis Inkompatibilitas



Higroskopis Inkompatibel dengan hampir semua logam hidroksida dan zat pengemulsi



5. Etanol Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan menyebabkan rasa Organoleptis



terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih



pada suhu 78°. Mudah terbakar. Stuktur kimia dan BM: 46,07 berat molekul



Ukuran



partikel, Bentuk cairan



bentuk ataupun luas permukaan Kelarutan



Bercampur



Stabilitas



bercampur dengan semua pelarut organic. Mudah menguap, terbakar, mudah rusak



Titik lebur Higroskopis Inkompatibilitas



adanya cahaya -114,14 Higroskopis -



dengan



air



dan



praktis



6. Gliserin Organoleptis



Cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbai, manis diikuti rasa hangat, jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah memadat dan membentuk massa hablur



9



tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20o Stuktur kimia dan berat molekul



Ukuran



BM : 92,10 g/mol partikel, Bentuk cairan



bentuk ataupun luas permukaan Kelarutan



Dapat bercampur dengan air, dengan



Stabilitas Titik lebur Higroskopis Inkompatibilitas



etanol 95% P Stabil pada tekanan dan suhu normal. higroskopis Praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan minyak lemak, tidak larut dalam Tidak



larut



dalam



benzen,



karbon



tetraklorida,karbon disulfida



III.



Bentuk Sediaan, Dosis dan Cara Pemberian Bentuk sediaan



: padat



Dosis



: 2 kali sehari setiap mandi



Cara pemberian



: Gunakan sabun keseluruh tubuh, diamkan 3 menit sebelum dibilas, lakukan 2x sehari



B. FORMULASI I. Permasalahan a. Dapat terjadi kerusakan terhadap sediaan sabun padat, selama penyimpanan II. Pengatasan Masalah a. Simpan ditempat sejuk, hindari paparan sinar matahari langsung. III.



Macam-macam Formula Standar (Disertai Literatur) -



10



IV.



Formula yang diajukan Tabel 1. Formula dasar pembuatan sabun padat Bahan



Satuan



Formula 1



Minyak atsiri serai



g



0,5



Ekstrak daun pandan



g



1,0



Minyak Kelapa



g



6,0



Pewarna



g



qs



NaOH 30%



ml



10



Asam stearat



g



23,2



Sukrosa



g



15,0



Etanol



g



26,3



Gliserin



g



18,0



Volume Total



g



100



Perhitungan Bahan : a.



Minyak atsiri serai



¿



0,5 x 100=0,5 g 100



b.



Ekstrak daun pandan



¿



0,1 x 100=1 g 100



c.



Minyak kelapa



¿



0,6 x 100=1 g 100



d.



NaOH 30%



¿



10 x 100=10 g 100



e.



Asam stearat



=



23,2 x 100=23,2 g 100



f.



Sukrosa



=



15,0 x 100=15,0 g 100



g.



Etanol



¿



26,3 x 100=26,3 g 100



h.



Gliserin



¿



18,0 x 100=18,0 g 100



C. PELAKSANAAN I. Alat-alat yang digunakan



11



1. Timbangan analitik 2. Bekker glass 3. Batang pengaduk 4. Magnetic stirrer 5. pH meter 6. Termometer 7. Blender atau mixer 8. Cetakan sabun 9. Pisau pemotong 10. Gelas ukur II. Cara Kerja : Formulasi dan Evaluasi Sediaan a. Formulasi 1. Isolasi minyak atsiri dengan destilasi uap 1. Sebanyak 3 kg serai dapur didestilasi secara bertahap sebanyak 3 kali. 2. Potongan serai dapur kering kemudian dimasukkan ke dalam dandang yang telah berisi air dan dilengkapi dengan kondensor, kemudian dipanaskan dengan api kecil. Hasil destilat kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah, fraksi minyak yang didapat dipisahkan dan dikeringkan dengan ditambahkan natrium klorida anhidrat. 3. Minyak yang diperoleh digunakan sebagai bahan dalam formulasi sediaan sabun padat. 2. Pembuatan Ekstrak Daun Pandan metode Ekstraksi 1.



Pembuatan ekstrak daun pandan adalah mengeringkan daun pandan hijau menggunakan oven dengan suhu sekitar 110° - 135° C selama ± 30menit. Proses pengeringan kedua akan memperbaiki bentuk gulungan daun, suhu yang dipergunakan berkisar antara 70° - 95° C dengan waktu sekitar 60 - 90menit.



2.



Sebanyak



1000 mg serbuk kering diekstraksi menggunakan



pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1:10



12



dengan metode



maserasi selama 3 x 24 jam pada suhu kamar. Maserasi dibiarkan selama 3 hari pada tempat yang terlindung dari cahaya matahari sambil diaduk setiap 24 jam. Pada hari keempat sampel diperas. Filtrat dipindah ke dalam wadah tertutup dan disimpan di tempat sejuk yang terlindung dari cahaya. Remaserasi dilakukan sebanyak 1 kali. Ekstrak yang didapat disaring dan diuapkan dengan rotary vaccum evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. Rendemen ekstrak dihitung terhadap serbuk daun pandan yang telah didapatkan. 3. Proses Pembuatan Sabun 1. Pembuatan sabun dilakukan tahapan sebagai berikut: minyak kelapa dipanaskan dalam panci steenless steel pada suhu 70ºC kemudian ditambahkan asam stearat, diaduk hingga homogen. 2. Setelah itu ditambahkan gliserol, dan gula pasir halus, NaOH dan KOH, diaduk lagi sampai homogen. Kemudian ditambahkan pewarna, minyak atsiri daun sereh, etanol, ektrak daun pandan dan dicetak memakai cetakan plastik. 3. Suhu pembuatan sabun sereh dari awal pencampuran bahan baku sampai dicetak adalah 70ºC yang diukur memakai termometer. Sabun sereh yang sudah dicetak dikemas memakai platik wrap kemudian dianalisis. b. Evaluasi sediaan sabun padat 1. Organoleptis Identifikasi awal sediaan shampoo dengan menggunakan panca indera seperti melihat wujud, warna, aroma. 2. Pengujian Homogenitas Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara meletakkan sediaan diantara dua kaca objek dan diamati ada atau tidaknya partikel kasar yang terdapat dalam sediaan (Kuncari, 2014). 3. Uji Kadar Air Cawan porselin dipanaskan pada suhu 105ºC selama setengah jam dan didinginkan dalam desikator selama 15 menit. Kemudian



13



ditimbang cawan porselin kosong yang beratnya telah konstan. Sampel sebanyak 5 gram yang sudah ditimbang dimasukkan kedalam cawan porselin. Kemudian dipanaskan kembali selama 1 jam dengan suhu 105ºC. Bila timbul gelembung maka dihancurkan dengan batang pengaduk lalu dipanaskan lagi dan ditimbang hingga bobot tetap.



Keterangan: kekurangan bobot = berat sampel-berat akhir sabun



4. Uji Kadar Asam Lemak Bebas Diambil 100 ml etanol dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml kemudian dipanaskan sampai mendidih. Kemudian ditambahkan 0,5 ml phenopthalein dan dinginkan sampai suhu 70ºC kemudian dinetralkan dengan NaOH-etanol 0,1 N. Sampel ditimbang sebanyak 5 gram kemudian dimasukkan kedalam alkohol netral yang diatas lalu dipanaskan selama 30 menit sampai mendidih. Larutan berwarna merah (bersifat alkalis) didinginkan sampai suhu 70ºC dan dititrasi dengan NaOH etanol 0,1 N sampai timbul warna yang tahan selama 15 detik.



Keterangan: V



= Volume NaOH-etanol 0,1 N yang digunakan (ml)



N



= Normalitas NaOH-etanol 0,1 N yang digunakan



W



= Bobot sampel



0,205 = Bobot setara NaOH 3. Uji Nilai pH



14



Sebelum dilakukan pengukuran dengan pH meter maka terlebih dahulu pH meter dikalibrasi dengan larutan buffer pH 4 dan 10. Selanjutnya elektroda dibersihkan menggunakan aquades. Sampel ditimbang sebanyak 1 gram kedalam beaker glass. Kemudia aquades sebanyak 9 ml dimasukkan kedalam beaker glass, lalu dipanaskan dan dikocok. Elektroda yang telah bersih kemudian dicelupkan kedalam sampel sabun. Kemudian dicatat nilai pH yang didapat setelah angka pada pH meter stabil.



III.



Kemasan, Brosur dan Etiket 1. Kemasan



15



Netto: 100g



SELINASOAP



Diproduksi Oleh: PT. INDO-FARMA GOMBONG-INDONESIA



Komposisi: Minyak atsiri serai, ekstrak daun pandan, minyal kelapa, NaOH30%, asam stearat, sukrosa, etanol, gliserin



Netto: 100g



Cara pengguaaan: Membantu kulit terlihat bersih dan Gunakan sabun keseluruh tubuh,yang diperkaya bebas dari kuman, diamkan 3 menit sebelum dibilas, dengan minyak atsiri serai yang lakukan 2x sehari



SELINASOAP



membantu melawan kuman



Diproduksi Oleh: PT. INDO-FARMA GOMBONG-INDONESIA



Gambar. 1. Kemasan



16



2. Brosur dan Etiket



SELINA



Apotek Ainun Farma Jl. Yos sudarso Gombong No. 31 Apoteker : Apt.Septin Ainun K, S.Pharm. SIA : C11800189



SOAP 2. Browsur dan Etiket Membantu kulit terlihat bersih dan bebas dari kuman, yang diperkaya dengan minyak atsiri serai yang membantu melawan kuman PEMAKAIAN Gunakan sabun keseluruh tubuh, diamkan 3 menit sebelum dibilas, lakukan 2x sehari



No



: ..........



Nama



: .........



Tanggal :........



OBAT LUAR



KOMPOSISI: Minyak atsiri serai, ekstrak daun pandan, minyal kelapa, NaOH30%, asam stearat, sukrosa, etanol, gliserin



NETTO: 100 g



PT INDO FARMA GOMBONG-INDONESIA



Gambar. 2 Brosur dan etiket



17



DAFTAR PUSTAKA



Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Rowe, Raymond, et all., 2009. Handbook of Pharmaceutical Exipien Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press Hasby,E. Keringat dan Bau Badan. 2001 Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun ilmu kosmetik medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 3, 58-59. Fauzi, Yan. Widyastuti, Yustina. Satyawibawa, Imam. Rudi, Heru. 2014.Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Minyak Kelapa Sawit. Jakarta Rostamailis. 2005. Penggunaan Kosmetik, Dasar Kecantikan dan Berbusanayang Serasi. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta Sugati, S. dan Johnny, R.H., (1991),lnventaris Tanaman Obat Indonesia. Badan Penelitian & PengembanganDepartemen Kesehatan RI, Jakarta Ghasemzadeh, A., & Jaafar, H. Z. (2013). Profiling of phenolic compounds and their antioxidant and anticancer activities in pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb.) extracts from different locations of Malaysia. BMC complementary and alternative medicine, 13(1), 1-9. Dalimarta, Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan ObatIndonesia. Penerbit Trubus. Agriwidya :Bogor Sukandar, D., Hermanto, S., & Al Mabrur, I. (2010). Aktivitas Antidiabetes Ektrak Etil Asetat Daun Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifolius Roxb.). Jurnal Kimia Terapan Indonesia (Indonesian Journal of Applied Chemistry), 12(2). Faras, A. F., Wadkar, S. S., & Ghosh, J. S. (2014). Effect of leaf extract of Pandanus amaryllifolius (Roxb.) on growth of Escherichia coli and Micrococcus (Staphylococcus) aureus. International Food Research Journal, 21(1), 421.



18



Rohmawati. 1995. Uji Fitokimia Ekstrak Daun Pandan Wangi. Medan: FMIPA. USU Rahayu, T. P., & Sari, T. R. K. (2020). Formulasi Formulasi Dan Uji Stabilitas Sediaan Sabun Padat Minyak Atsiri Daun Serai (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf) Kombinasi Ektrak Daun Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius). CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, 11(2), 1-9.



19