Laporan Skenario 3 Tutorial 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Skenario 3 (tiga) MAKALAH RESTORASI DIRECT



TUTORIAL 2 Diotama Nuza Hafizh Gunawan Amri Cut Thirza Talitha Siti Arya Morisha Maya Putri Sinda Intan Mastura Mira Munaisarah Novita Putri Ranggaswuni Ayu Anisah Reghina Rizka Maulida Pohan Aula Aqrama Mauliana



(1513101010002) (1513101010009) (1513101010033) (1513101010008) (1513101010047) (1413101010058) (1513101010006) (1513101010013) (1513101010021) (1513101010004) (1513101010017) (1513101010016)



Fasilitator : drg. Kemala Hayati, M.Kes



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SYIAH KUALA Tahun Ajaran 2016/2017 DARUSSALAM BANDA ACEH



1



DAFTAR ISI DAFTAR ISI........................................................................................................................................2 BAB 1 PEMBAHASAN......................................................................................................................3 2.1 Karies..............................................................................................................................................3 2.1.1 Klasifikasi...............................................................................................................................3 2.1.2 Diagnosis Klinis......................................................................................................................4 2.1.3 Gambaran Klinis.....................................................................................................................4 2.1.4 Faktor Resiko..........................................................................................................................5 2.2 Rencana Perawatan.........................................................................................................................6 2.2.1 Perawatan Non-Invasif............................................................................................................6 2.2.2 Perawatan Invasif....................................................................................................................6 2.3Nyeri................................................................................................................................................7 2.3.1Definisi dan Etiologi................................................................................................................7 2.3.2 Mekanisme..............................................................................................................................7 2.4 Reaksi Pulpa Dentinal Kompleks....................................................................................................8 2.5 Bahan Tumpatan..............................................................................................................................9 2.5.1 Sifat.......................................................................................................................................9 2.5.2 Indikasi dan Kontraindikasi.................................................................................................10 2.6 Pertimbangan Oklusi.....................................................................................................................11 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................12



BAB 2 2



TINJAUAN PUSTAKA 2.1Karies 2.1.1 Klasifikasi Klasifikasi karies dari G. V Black, yaitu -



Klas I : Karies yang melibatkan permukaan oklusal, oklusal + 2/3 bukal dan lingual gigi posterior atau pada pit lingual gigi anterior.



-



Klas II : Karies yang melibatkan permukaan proksimal gigi posterior.



-



Klas III : Karies yang melibatkan permukaan proksimal gigi anterior, namun tidak sampai ke tepi insisal.



-



Klas IV : Karies proksimal yang melibatkan tepi insisal pada gigi anterior.



-



Klas V : Karies pada bukal atau labial mendekati dentino-enamel junction atau cemento-enamel junction.



-



Klas VI : Karies pada ujung cusp gigi posterior atau pada tepi insisal gigi anterior.1



Gambar 1. Klasifikasi Karies menurut G. V. Black G. J. Mount Klasifikasi karies dari G.J. Mount, yaitu -



Site 1 : Pada pit, fisur, dan email pada permukaan oklusal gigi posterior atau permukaan halus lainnya.



-



Site 2 : Area proksimal email gigi.



-



Site 3 : Bagian sepertiga servikal email atau jika terjadi resesi, bagian akar yang tampak tersebut. G.J. Mount juga mengklasifikasi ukuran besarnya suatu kavitas karies.



-



Size 0 : Merupakan lesi awal demineralisasi.



-



Size 1 : Kavitas pada permukaan yang minimal, tidak melibatkan dentin.



-



Size 2 : Adanya keterlibatan dentin.



-



Size 3 : Lesi yang lebih besar dimana cusp atau tepi insisal terbelah.



-



Size 4 : Karies yang luas dengan kehilangan struktur gigi yang sangat besar (seperti kehilangan satu cusp).2



3



2.1.2 Diagnosis Klinis Diagnosis klinis adalah sebuah proses yang dilakukan seorang ahli medis (dokter gigi) untuk memeriksa tubuh (rongga mulut) pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. International Caries Detection and Assesment System (ICDAS) membuat klasifikasi karies ICDAS terbaru, yaitu



Gambar 2. Klasifikasi Karies ICDAS -



D 0 = permukaan gigi normal.



-



D 1 = perubahan awal terjadi pada tampilan enamel. Dalam keadaan basah, tidak terlihat perubahan warna dandalam keadaan kering, enamel terlihat opak.



-



D 2 = terdapat perubahan yang jelas pada enamel, yaitu terlihat opat atau diskolorasi yang tidak konsisten dengan tampilan klinis enamel normal.



-



D 3 = tampaknya kerusakan awal enamel tetapi tidak melibatkan dentin.



-



D 4 = permukaan gigi tidak mengalami kavitasi, namun ada bayangan gelap dibawahnya yang berasal dari dentin.



-



D 5 = kavitas terlihat jelas dengan dentin yang terekspos.



-



D 6 = Kavitas terlihat jelas serta dentin terekspos 3 Pemeriksaan objektif pada gigi dapat ditempuh dengan beberapa cara 1. Inspeksi = mengamati objek (gigi) seperti warna, ukuran, bentuk, permukaan karies, dan lain-lain. 2. Sondasi (menurut tingkat kariesnya) = dengan menggunakan sonde dapat diketahui kedalaman kavitas dan reaksi pasien. 3. Perkusi = mengetukkan jari atau instrument kea rah jaringan untuk mengetahui adanya peradangan pada jaringan periodontal atau tidak. 4



2.1.3 Gambaran Klinis Lesi karies terjadi pada gigi geligi dengan pola dan karakteristik yang sangat beragam. Karies pada gigi terbentuk ketika deposit mikroba membentuk lapisan biofilm dan tidak dibersihkan secara berkala atau dengan gerakan-gerakan mekanis.



4



Mikroorganisme berakumulasi dan membentuk dental plaque sepanjang marginal gingival, pada bagian proksimal, oklusal, pit, dan lain-lain. Area-area ini disebut sebagai stagnation atau retention sites dan dapat dengan mudah dilihat apabila seseorang tidak menyikat giginya beberapa hari. Tanda klinis yang pertama kali terlihat pada gigi yang mengalami karies adalah tampilan berupa white spot atau terbentuknya warna yang opaque pada enamel. Hal ini desebabkan oleh meningkatnya porositas enamel pada bagian dalam yang disebabkan oleh demineralisasi sehingga menyebabkan enamel tampak lebih opaque. Pada tahap ini keadaan enamel masih dapat dikembalikan dengan cara membersihkan gigi secara teratur dan menjaga kesehatan gigi dan mulut. Menyikat gigi dapat membantu mengurangi faktor-faktor kariogen dan plak yang menghasilkan asam yang merupakan faktor yang mendominasi untuk terjadinya karies. Porositas pada bagian yang lebih dalam dari lesi pun berkurang setelah pembersihan plak. Jika produksi asam pada permukaan sudah benar-benar berakhir makan pH pada bagian dalam lesi akan kembali menjadi netral secara bertahap. Berkurangnya porositas enamel pada bagian dalam lesi merupakan hasil dari pengembalian keseimbangan mineral pada tempat demineralisasi.



Gambar 3. White Spot pada Enamel Namun, apabila gigi tidak dibersihkan dari dental plak, maka lesi akan terus berlanjut dan memberikan gambaran klinis berupa brown spot hingga akhirnya terjadi kavitasi atau pembentukan kavitas. Kavitas ini akan terus bertambah dalam dan menyebar hingga mencapai dentin.5 2.1.4 Faktor Resiko Faktor resiko karies dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer adalah faktor yang berpengaruh langsung terhadap biofilm seperti saliva, diet, dan fluoride. Sedangkan faktor sekunder adalah faktor yang mempengaruhi biofilm secara tidak langsung seperti sosioekonomi, gaya hidup, riwayat, dan sikap kooperatif pasien terhadap perawatan gigi.Riwayat medis dan sosial pasien juga harus didata seperti riwayat kesehatan dental. Kondisi rongga mulut pasien seperti aliran saliva dan kontrol plak juga secara langsung pada permukaan gigi dan jaringan lunak merupakan dua hal yang sangat penting untuk mengdiagnosis kondisi mulut.



5



Saliva sebagai salah satu faktor primer resiko karies memiliki peranan penting dalam kesehatan rongga mulut, dan memodifikasi fungsi saliva akan menyebabkan efek pada jaringan keras dan jaringan lunak mulut. tingkat kesamaan rongga mulut diperiksa berdasarkan pH saliva tak terstimulasi. PH kritis untuk hydroxyl apatite adalah 5,5 semakin besar kemungkinan terjadi demineralisasi. selain pH saliva, pH plak juga dapat mengindikasikan aktivitaskaries pada rongga mulut. Pada individu dengan karies aktif, tingkat pH plaknya lebih rendah dibandingkan individu bebas karies. 2 2.2 Rencana Perawatan 2.2.1 Perawatan Non-Invasif Perawatan non invasif adalah suatu perawatan yang tidak langsung jaringan tubuh pasien. Perawatn non invasif meliputi :  DHE (Dental Health Education) Pendidikan kesehatan gigi merupakan metode untuk memotivasi pasien agar membersikan mulut mereka dengan efektif, meliputi -



Sikat Gigi = pagi setelah makan dan malam sebelum tidur



-



Kontrol diet = kontrol diet adalah mengganti makanan kariogenik dengan yang tidak.Sehabis makan dianjurkan makan buahan yang berair dan berserat karna memberikan efek self cleansing pada gigi geligi.



-



Penggunaan Flour = flour digunakan untuk membantu remineralisasi dan menghentikan



karies



dini



serta



mengurangi



kerentanan



gigi



terhadap



perkembangan karies. -



Pit dan Fissure Sealent = Pertama, bersihkan permukaan gigi. Kemudian, isolasi dan keringkan gigi. Etsa email dan cuci serta keringkan permukaan email. Berikan resin dan biarkan resin mengalami polimerisasi. Terakhir, pemeriksaan lebih lanjut6



2.2.2 Perawatan Invasif Ketika karies telah meluas dan tidak dapat dilakukan pencegahan lagi, maka dibutuhkan tindakan invasif/operatif untuk menghentukan laju karies. Mount membaggi rencana perawatan berdasarkan site dan size dari karies. 1. Preparasi = Preparasi kavitas dilakukan sebelum tumpatan diletakan pada kavitas. Preparasi kavitas berfungsi untuk mempersiapkan kavitas dengan cara memperlebar kavitas dan mengambil jaringan terinfeksi (infected layer) dan menyisakan jaringan affected layer.



6



2. Restorasi = Restorasi dapat dilakukan setelah kavitas dipreparasi dengan baik dan benar. Pemilihan bahan restoratif ditentukan setelah dilakukannya pemeriksaan klinis /dan pemeriksaan radiografis. Restorasi yang dilakukan berdasarkan ukuran dan letak dari kavitas tersebut (Tabel 1). Jika restorasi menggunakan amalgam, maka harus dilapisi dengan GIC tipe III sebagai basisnya yang berfungsi sebagai insulator. Jika restorasi menggunakan GIC tipe II, digunakan tipeII.2 untuk gigi yang lebih membutuhkan strength daripada estetik, sedangkan tipe II.1 digunakan untuk kepentingan estetik. Restorasi menggunakan GIC juga akan baik juka dikombinasikan dengan resin komposit sebagai pelapis laminasi karena dapat meningkatkan sifat fisiknya. Restorasi menggunakan resin komposit biasanya digunakan sebagai restorasi estetik, terutama pada gigi anterior. Jika penggunaan resin kepada kavitas yang telah melibatkan dentin, maka dibutuhkan GIC tipe III sebagai ‘pengganti dentin’ agar resin dapat melekat pada gigi. 2 2.3 Nyeri 2.3.1 Definisi dan Etiologi Nyeri gigi merupakan suatu sensasi yang ditimbulkan oleh adanya rangsangan yang diterima melalui struktur gigi yaitu email yang kemudian diteruskan ke dentin hingga sampai pulpa. Rangsangan yang diterima akan diubah menjadi impuls dan dihantarkan menuju sistem saraf pusat.Reseptor nyeri tersebut merupakan reseptor yang berasal dari saraf maksilaris dan mandibularis yang merupakan cabang dari saraf trigeminal.7 Beberapa faktor yang menyebabkan nyeri berupa stimulus,antara lain : a. Mekanisme, menyikat gigi dengan keras b. Termis, berupa panas dan dingin. c. Evaporis, dehidrasi cairan dirongga mulut. d. Osmotis, tekanan osmotik di tubulus dentin karena cairan isotonik gula dan garam. e. Khemis, sifat asam dari makanan,karbohidrat,dan asam lambung. 8 2.3.2 Mekanisme Ada 3 teori yang ditemukan dalam mekanisme nyeri pada gigi, yaitu : 1. Teori Persarafan Langsung = dalam teori ini, rasa nyeri yang timbul pada gigi akibat stimulus langsung disalurkan ke sistem saraf pusat yaitu kornu medulla spinalis anterior oleh saraf sensorik.



7



2. Teori Persarafan Odontoblas = stimulus masuk ke dalam porus email, diteruskan ke dentin, ditangkap oleh saraf tomes. Rangsangan tersebut diteruskan ke saraf pada odontoblas dan menuju pulpa. Sistem saraf pada pulpa dapat menerima rasa nyeri. Stimulus dihantarkan melalui saraf sensorik dan dihantarkan oleh sistem saraf pusat, kornu medulla spinalis anterior. Sistem saraf pusat memerintahkan neuron untuk memunculkan gerak motorik (refleks) dan reaksi pada gigi. 3. Teori Hidrodinamik = stimulus masuk ke dalam porus email lalu diteruskan ke dalam sehingga cairan tubulus dentin bergerak dan rangsangan diteruskan ke sel saraf odontoblas. Proses selanjutnya sama seperti teori persarafan odontoblas.7 2.4 Reaksi Pulpa Dentinal Kompleks Ketika karies terjadi, kompleks dentin-pulpa secara dinamis sebagai suatu unit fungsional yang melindungi jaringan pulpa melawan iritasi : 1. Sklerosis tubuler = suatu proses dimana mineral diletakkan didalam lumen tubulus dentin dan bisa dianggap sebagai ekstensi mekanisme normal dari pembentukan dentin peritubuler. Reaksi jaringan, yang memerlukan pengaruh odontoblas vital, biasanya terlihat pada daerah perifer karies dentin. Sklerosis tubuler mengakibatkan terjadinya daerah yang strukturnya lebih homogen. Sklerosis tubuler merupakan suatu pelindung dalam arti ia menurunkan permeabilitas jaringan, sehingga mencegah penetrasi asam dan toksin-toksin bakteri. 2. Dentin reaksioner = suatu lapisan dentin yang terbentuk diantara dentin dan pulpa, sebagai suatu reaksi terhadap rangsang yang terjadi didaerah perifer. Oleh karena itu, penyebaran dentin reparatif terbatas didaerah dibawah rangsang. Dentin reaksioner terbentuk sebagai atas rangsang yang ringan. Tetapi keparahan yang meningkat akan menimbulkan kerusakan odontoblas yang meningkat pula serta displasia dentin reaksioner yang baru terbentuk. Rangsang yang sangat hebat dapat mengakibatkan kematian odaotoblast dan pada keadaan ini tak akan ada dentin reaksioner yang terbentuk. 3. Peradangan pulpa = peradangan pulpa merupakan reaksi jaringan ikat vaskuler yang sangat penting terhadap cedera. Macam reaksi (respon) pulpa sebagian disebabkan oleh lama atau intensitas rangsangnya. Pada lesi karies dentin yang berkembang lambat, stimulus yang mencapai pulpa adalah toksin bakteri dan



8



sengatan termis dan osmotis dari daerah sekitarnya. Reaksi terhadap rangsangan yang ringan akan berupa inflamasi kronik. Reaksi peradangan mempunyai komponen vaskuler dan seluler. Komponen seluler, pada peradangan kronik denagan dijumpampainya sel-sel limfosit,sel plasma,monosit dan mokrofag. Suatu waktu mungkin terjadi peningkatan produksi kolagen yang mengakibatkan terjadinya fibrosis.6 2.5 Bahan Tumpatan 2.5.1 Sifat Amalgam Sifat fisik 



Creep = dapat mengalami regangan atau berdeformasi ketika diberiksan beban atau tekanan. (Dapat terjadi ketika thicknessnya tidak mencukupi)







Dimensional = dapat mengalami pruahan dimensi karena sifatnya yang dapat memuai dan mengerut yang sesuai dengan jenis bahan alloy.







Difusi Termal = merupakan material yang memiliki difusi termal yang memiliki adifusi termal yang tinggi karena merupakan bahan restorasi yang bersifat metal. Sifat Kimia







Korosi = merupakan bahan material yang dapat mengalami kerusakan akibat karena terjadinya reaksi elektrokimia antara bahan yang terkandung dengan alamgam (katoda+anoda) dengan saliva yang merupakan elekhtrolit. 9 Resin Komposit Sifat Fisik







Memiliki nilai elastis dan nyaman digunakan pada gigi anterior Sifat – sifat fisik ini berupa: a. Warna = Resisten terhadap warna yang disebabkan oleh oksidafi tetapi sensitif terhadap noda. b. Strength = Tensile dan compresive strength lebih rendah dari amalgam. c. Setting = Dari aspek klinis, terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu yang diperlukan setelah penyinaran. Sifat mekanik



A. Adhesi : terjadi akibat dua substansi yang berbeda. Melekat sewaktu berkontak disebabkan adanya gaya tank mekanik yang timbul antara dua benda. Adhesi diperoleh dengan dua cara:



9







Menciptakan



ikatan



etsa.Pengetsaan



pada



fisik



antara



resin



emailterbentuk



dengan



jaringan



gigi



porositasterbentuknya



melalui resistensi



mekanik yang cukup baik 



Sifat kimia







Polimerisasi dan inti molekul yang terbentuk dapat berupa apapun, tetapi gugus metakrilat ditemukan pada ujung – ujung rantai/percabangan. GIC







Film thickness = Mirip zinc phosfat cement dan cocok untuk cementation.







Setting time = 6-8 menit dari awal pengadukan







Strength = Kekuatan komposif GIC selama 24 jam antara 90-230 Mpa, dan > dari zinc pospat







cement. Nilai tensil strength = zinc phosphate cement.



Band Strength = GIC bond kedentin dengan tensile strength 1-3 Mpa < zinc blyacrilate cement.







Kelarutan (Solubility) = Di tes dalam asam (0,00`1 N acid lactic). Nilainya < zinc phosfat dan zinc polyacrylate cement.GIC bersifat asam  iritasi karies yang sah sampai dentin10



2.5.2 Indikasi dan Kontraindikasi a. Amalgam Indikasi : 



Gigi molar yang menerima beban kunyah lebih besar.







Dapat ditumpatkan pada gigi desidui maupun gigi permanen.



Kontraindikasi : 



Gigi yang memerlukan estetik yg baik (anterior)







Kavitas yang kecil



b. Resin Komposit Indikasi : 



Restorasi pada tempat-tempat yang memerlukan estetika







Restorasi pada pasien yang alergi atau sensitivitas terhadap logam







Periodontal splinting



Kontraindikasi : 



Tekanan oklusal yang besar







Tempat atau area yang diisolasi







Pasien dengan alergi atau sensitivitas terhadap material komposit 11



10



c. GIC Indikasi : 



Lesi erosi servikal







Luting dan base atau liner







Untuk meletakkan orthodontic bracket







Fissure sealent







Restorasi pada gigi desidui



Kontraindikasi : 



Kavitas yang ketebalannya kurang







Kavitas yang terletak pada daerah yang menerima tekanan tinggi







Lesi karies kelas IV atau fraktur insisal







Lesi pada daerah labial12



2.6 Pertimbangan Oklusi Oklusi merupakan kontak antar gigi rahang atas dan rahang bawah pada setiap posisi mandibula. Oklusi normal adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi pada rahang yang sama dan rahang yang berlawanan. 1. Sebelum melakukan restorasi = Periksa terlebih dahulu hubungan statis gigi didalam posisi antar cusp bertemu dengan posisi yang paling rapat. Tujuannya adalah untuk menemukan ada atau tidaknya persimpangannya, baik vertical maupun horizontal dari gigi posterior.Periksa hubungan antara gigi posterior dan periksa fungsi gigi antara yang satu dengan yang lainnya melalui gerakan depanbelakang. 2. Setelah restorasi = Lakukan pengecekan dengan menggunakan articulating paper.Pada saat pasien sudah menggigit atau menempatkan dengan benar, pasien diminta untuk memberitahu apabila ada sesuatu yang mengganjal atau tidak sesuai dengan struktur gigi yang sebenarnya.Apabila ada bagian restorasi yang berlebihan, akan terlihat bercak-bercak merah pada kertas artikulasi.Restorasi yang tidak rata tersebut dapat dihilangkan dengan menggunakan bur intan bulat dan kecil dengan kecepatan rendah.Untuk pengungkapan prematuritas pada posisi interkuspal, alat pendeteksi diletakkan pada daerah yang hendak diperiksa.Alat pendeteksi bisa berupa kertas artikulasi (articulating paper), atau lilin indikator oklusal (occlusal indikator wax).Setelah alat pendeteksi ditempatkan pada posisinya, kepada pasien di informasikan untuk menggigit gigi belakang kiri dan kanan secara bersamaan, pelan-pelan dan sekuat-kuatnya. Bila menggunakan 11



kertas artikulasi, daerah prematuritas ditandai dari ketebalan warna kertas yang melekat ke permukaan gigi.13



DAFTAR PUSTAKA



1



Mayur Chaudhary, Shweta Dixit Chaudhary. 2011. Essentials of Pedriatic Oral



Pathology. New Delhi. Jaypee Brothers Medical Publisher. P.70-1 2



G.J. Mount, W. R. Hume. 2005. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 2 nd



Edition. Australia. Knowledge Books and Software. 3



Pitts N. 2004. “ICDAS”-An International System for Caries Detection and Assesment



being Developed to Facilitate Caries Epidemiology, Research, and Appropriate Clinical Management. Community Dental Health. 4



Balaji SM. 2007. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. New Delhi: Elsevier.



5



Hangini Yundali, Siti, dan Aditiawarman, S.H.Hum. 2012. Kesehatan Gigi dan Mulut



Buku Lanjutan Dental Terminologi. Bandung. 6



Kidd, EAM. Bechal sj. 1992. Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya.



Cetakan ke 2. Jakarta: EGC. 7



Walton, Torabinesad. 2008. Prinsip dan Praktik dalam Ilmu Endodontik. Jakarta: EGC.



8



Wilkins, Esther M. 2006. Clinical Proses of the Dental Hygienist, 10 th Ed. Philadelphia:



Lippincoff. 9



AECU Siahan. Dental Amalgam. Universitas Sumatera Utara.



10



Syafiar L, Rusfian, dkk. 2011. Bahan Ajar Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran



Gigi. Medan: USU Press. 11



Philips, dkk. 2003. Science of Dental Material 11 th ed. USA: Annusavice.



12



Cabe FJ. 1984. Applied Dental Material 9th ed.USA: BSP.



13



Fejerskovv O dan Edwina AM.Kidd. 2003. Dental Caries.The disease and Its clinical



Management. Blackwell Muhle.



12