Laporan Stukel Kel 7 Itik Petelur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM STUDI KELAYAKAN PROPOSAL USAHA : Budidaya Itik Petelur Mojosari Oleh :



RESKY GUSTIANA



200110160125



PRITA TIA PRAMESTI



200110160128



RIZKI FAUZI ISMAIL



200110160131



Kelompok : 7 Produksi B



FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR - SUMEDANG 2019



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang sudah memberikan karuniaNya pada kelompok ini dalam melaksanakan tugas praktikum Studi Kelayakan ini. Sehingga akhirnya tersusunlah materi laporan praktikum yang sistematis. Hal ini penulis lakukan untuk memenuhi tugas praktikum Studi Kelayakan. Walaupun waktunya cukup singkat, tapi kegiatan ini menghasilkan sesuatu yang berharga dalam mengaplikasikan efektifitas dan efisiensi dari perkuliahan yang sedang penulis jalani melalui praktik dalam dunia kerja yang nyata. Dengan selesainya laporan praktikum Studi Kelayakan ini, maka tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua orang yang sudah membantu kelompok, dan terima kasih juga untuk para pihak yang sudah terlibat langsung. khususnya penulis ucapkan kepada Ibu Dr.Ir.Linda Herlina, MP dan juga seluruh anggota kelompok yang sudah saling bahu membahu demi terlaksananya tugas praktikum yang telah dikerjakan ini. Penulis mohonkan saran dan kritiknya apabila terdapat banyak kekurangan pada hasil laporan praktikum Studi Kelayakan yang sudah penulis buat. Semoga laporan ini memberi banyak kegunaan pada semua pihak termasuk kelompok penulis. Terima kasih.



Jatinangor , Mei 2019



Penulis



i



DAFTAR ISI Bab



Halaman KATA PENGANTAR ................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................. DAFTAR TABEL..........................................................................



I



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1.2 Permasalahan............................................................................. 1.3 Model Analisis .........................................................................



II



13 15 16



KELAYAKAN INVESTASI 5.1 Net Present Value (NPV) ......................................................... 5.2 B/C Ratio) ................................................................................. 5.3 Internal Rate of Return )............................................................ 5.4 Profil Rencana Usaha)...............................................................



VI



6 7 8 12



ASPEK KEUANGAN 4.1 Proyeksi Kebutuhan Investasi ................................................... 4.2 Proyeksi Biaya dan Manfaat .................................................... 4.3 Proyeksi Cashflow.....................................................................



V



3 4 5



ASPEK TEKNIS DAN ZOOTEKNIS 3.1 Pemilihan Lokasi....................................................................... 3.2 Pekandangan ............................................................................. 3.3 Asumsi dan Koefisien Teknis ................................................... 3.4 Dinamika Populasi dan Produksi .............................................



IV



1 2 2



PEMBAHASAN 2.1 Permintaan dan Penawaran ....................................................... 2.2 Pangsa Pasar .............................................................................. 2.3 Strategi Pemasaran ....................................................................



III



i ii iii



18 19 21 23



ASPEK LINGKUNGAN 6.1 Pendugaan Dampak Lingkungan .............................................. 6.2 Strategi Mengatasi Dampak Lingkungan ..................................



29 30



VII



KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ............................................................................... 7.2 Saran .........................................................................................



33 33



DAFTAR PUSTAKA ....................................................................



34



ii



DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Produksi Itik di Prov Jabar .....................................................................



5



2. Asumsi Koefisien Teknis dan Zooteknis................................................



10



3. Pembayaran Angsuran dgn Bunga Pinjaman .........................................



16



4. Proyeksi Cash Flow................................................................................



19



5. Internal Rate of Returns (IRR) ...............................................................



23



6. Pay Back Period (PBP) .........................................................................



27



7. Break Even Point (BEP) ........................................................................



29



1



I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat mulai sadar akan



pentingnya kebutuhan pangan mereka yang harus terpenuhi. Salah satu faktor yang paling dilirik oleh masyarakat adalah kebutuhan protein yang dapat dipenuhi oleh protein nabati maupun protein hewani. Salah satu protein hewani yang memiliki kebutuhan gizi lengkap dan daya cerna tinggi yaitu telur. Telur merupakan bahan pangan hewani yang berasal dari terna jenis unggas. Telur juga menjadi sumber protein utama dan murah bagi masyarakat Indonesia. Tingginya tingkat permintaan akan telur memberikan peluang yang sangat besar bagi para peternak untuk mengembangkan usahanya. Telur itik merupakan salah satu produk pangan yang memiliki gizi yang cukup tinggi dan harga yang ekonomis. Upaya pengembangan terhadap suatu usaha tentunya tidak dapat lepas pada masalah kepentingan investasi yang harus diupayakan. Mengupayakan investasi untuk sebuah usaha perlu melakukan perhitungan studi kelayakan. Hal ini dilakukan untuk melihat peluang perusahaan dalam jangka panjang, mengingat bahwa kondisi yang akan datang dipenuhi dengan ketidakpastian. Studi kelayakan adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek baik dari aspek hukum, sosial ekonomi budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek lingkungan, aspek teknis teknologi sampai dengan aspek keuangan dan manjemennya, digunakan sebagai dasar dan hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah usaha atau proyek tersebut dapat dilaksanakan, ditunda atau bahkan tidak dapat dilaksanakan. Kami memaparkan analisis kelayakan usaha itik



2



petelur dengan beberapa pertimbangan mengenai aspek – aspek yang terkait di dalam suatu usaha sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan kerja sama dengan beberapa pihak investor dalam pengembangan usaha itik petelur.



1.2



Permasalahan Permasalahan yang terdapat dalam usaha itik di Indonesia khususnya Jawa Barat



adalah banyaknya pesaing-pesaing yang bergerak di bidang ini. Selain itu persaingan harga di tiap kota berbeda-beda. Hal ini terjadi akibat ketidakseimbangan permintaan dan penawaran di setiap kota sehingga fruktuasi harga masih sering terjadi. Untuk itu perlunya peranan pemerintah dalam menangani kasus fluktuasi harga di pasar. Masalah lainnya yang timbul yaitu saat ini peternakan itik petelur belum ada yang berskala industri sehingga kami ingin menjadi pelopor untuk pengembangan itik petelur jenis Mojosari sebagai sumber daya genetik lokal dalam skala besar. Permasalahan lain diantaranya 80% peternak itik petelur kebanyakan masih gagal dalam menjalankan usahanya karena sebelum menjalankan usahanya tidak mempertimbangkan studi kelayakan dalam usaha yang direncanakannya.



1.3



Model Analisis Model analisis yang digunakan dalam mendirikan usaha peternakan itik



petelur dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek ekonomi dan keuangan, aspek investasi, aspek manfaat, dan aspek lingkungan. Alat analisis yang digunakan dalam menentukan kelayakan usaha dan analisis kriteria investasi diantaranya Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), B/C Ratio (Gross B/C dan Net B/C), Payback Period (PBP) dan



3



Break Event Point (BEP). Metode analisis akan memberikan hasil akhir dengan memberikan kesimpulan apakah usaha tersebut layak dijalankan atau tidak layak II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 2.1



Permintaan dan Penawaran Dalam pembangunan usaha, aspek pasar harus benar-benar diperhatikan.



Sektor pemasaran sangat memegang peranan penting, termasuk permintaan dan penawaran yang ada di pasar. Tujuan usaha adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, sedangkan besar kecilnya keuntungan akan diraih tergantung kepada keberhasilan dalam sektor pemasaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran pada peternakan itik petelur adalah: 1.



Harga bahan baku (ternak, pakan, dan obat-obatan dan juga biaya produksi lainnya), semakin tinggi harga bahan baku maka akan meningkatkan biaya produksi dan akan mempengaruhi terhadap harga jual produk.



2.



Tingkat kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein, hal ini akan berpengaruh terhadap permintaan produk itik petelur di masyarakat.



3.



Kualitas bibit dari itik petelur tersebut sehingga menghasilkan produk komersil dengan kualitas terbaik. Serta didukung dengan manajemen kandang yang baik pula.



Tabel 1. Produksi Itik di Provinsi Jawa Barat (2006-2018)



Jenis Ternak



Tahun



Populasi



2006



2.430.767



2007



2.464.623



ITIK



4



2008



3.583.010



2009



3.632.813



2010



3.688.275



2011



3.884.269



2012



3.853.128



2013



4.213.379



2014



4.912.393



2015



4.983.776



2016



5.543.814



2017



5.600.971



2018



5.656.684



Sumber : Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan ewan (2018)



Dalam penentuan permintaan dan penawaran dapat dilihat dari perkembangan peternakan itik dan produksi telur itik di wilayah pulau Jawa. Permintaan itik dipulau Jawa cukup besar terutama permintaan pada tahun 2018 yang merupakan tahun dengan permintaan terbesar. Berdasarkan data populasi itik di Pulau Jawa pada tahun 2006-2018 tersebut menunjukkan perkembangan yang cukup besar terutama di Provinsi Jawa Barat. Hal tersebut sesuai dengan permintaan yang semakin meningkat setiap tahunnya.



2.2



Pangsa Pasar Pemasaran hasil produksi berupa DOD dan telur konsumsi akan dipasarkan



ke Pasar Soreang, tempat wisata Gunung Puntang, Situ Cileunca, pasar-pasar besar di Bandung, dan restoran atau rumah makan besar di beberapa kota yang ada di Jawa Barat. Selain itu, pemasaran di luar kota pun dilakukan keseluruh wilayah



5



Jawa Tengah, Jawa Timur dan wilayah Jakarta, sedangkan untuk pupuk organik akan dipasarkan ke petani-petani di daerah Bandung dan sekitarnya. Hasil produk berupa DOD akan dipasarkan langsung kepada peternak-peternak itik.



2.3



Strategi Pemasaran Dalam pemasaran hasil produk kami, perusahaan kami akan melakukan



berbagai cara dalam memasarkan produk untuk memenuhi dan mencapai target pemasaran yang telah ditentukan antara lain dengan cara: 1.



Melakukan promosi produk melalui media maupun dengan menjalin kemitraan dengan peternak-peternak sekitar.



2.



Berusaha meningkatkan kualitas produk dengan memperbaiki manajemen dalam hal pemberian pakan maupun sanitasi kandang.



3.



Memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen agar konsumen merasa puas dan ada kepercayaan konsumen.



4.



Memberikan bonus 2% untuk konsumen yang membeli produk kita dengan jumlah banyak (>setengah populasi penjualan).



5.



Bekerja sama dengan penjual di pasar tradisional maupun supermarket untuk menjual produk kami.



6



III ASPEK TEKNIS DAN ZOOTEKNIS 3.1



Pemilihan Lokasi Kondisi yang ideal untuk itik petelur adalah daerah yang sejuk dan sedikit



panas. Itik tidak tahan hidup di daerah yang sangat panas. Hal itu karena secara fisiologi lemak di bawah kulitnya menyebabkan itik kesulitan melakukan sekresi panas dari dalam tubuhnya. Dari habitat asalnya, itik merupakan ternak air yang ditandai dengan adanya lemak di bawah kulit. Dengan demikian, itik bisa berenang di air. Kondisi lingkungan yang cocok untuk itik adalah daerah sejuk dengan suhu antara 24—31°C dan kelembaban udara 60—65%. Lingkungan yang aman juga menjadi salah satu kunci keberhasilan beternak itik petelur. Lokasi untuk beternak itik petelur tentu harus memenuhi persyaratan. Syarat lokasi kendang itik yang ideal yaitu : 1.



Jauh dari pemukiman penduduk dan tidak rawan penggusuran lokasi peternakan



2.



Jauh dari peternakan ungags lain untuk menghindari wabah penularan penyakit



3.



Jauh dari kebisingan karena itik sangat peka terhadap suara bising



4.



Tanah tempat mendirikan bangunan memiliki drainase yang baik



5.



Mudah mendapatkan pakan dan air bersih



6.



Mudah diakses alat transportasi



7.



Keamanan lingkungan kendang terjamin



8.



Terjangkau aliran listrik



9.



Kondisi cuaca dan iklim yang memiliki udara sejuk, suhu optimal sekitar 24—31°C dengan kelembaban 60-65%



7



3.2



Perkandangan Lokasi usaha ternak itik petelur yaitu berada di Mojosari, Mojokerto, Jawa



Timur. Kandang untuk beternak itik idealnya memiliki sirkulasi udara yang cukup, harus terkena sinar matahari, dan selalu kering dan tidak ada genangan. Kandang itik pun harus diberi alas berupa jerami padi agar itik tidak langsung terkena kelembapan tinggi dan debu yang berasal dari tanah. Karena jika langsung menyentuh tanah, itik dapat terserang penyakit saluran pernapasan yang dapat mengakibatkan kematian. Persyaratan perkandangan itik antara lain : 1.



Persyaratan temperatur kandang ± 39 derajat°C.



2.



Kelembaban kandang berkisar antara 60-65%



3.



Penerangan kandang diberikan untuk memudahkan pengaturan kandang agar tata kandang sesuai dengan fungsi bagian-bagian kandang



4.



Model kandang ada 3 (tiga) jenis yaitu: o



kandang untuk anak itik (DOD) oada masa stater bisa disebut juga kandang box, dengan ukuran 1 m2 mampu menampung 50 ekor DOD.



o



kandang Brower (untuk itik remaja) disebut model kandang Ren/kandang kelompok dengan ukuran 16-100 ekor perkelompok.



o



kandang layar ( untuk itik masa bertelur) modelnya bisa berupa kandang baterei ( satu atau dua ekor dalam satu kotak) bisa juga berupa kandang lokasi ( kelompok) dengan ukuran setiap meter persegi 4-5 ekor itik dewasa ( masa bertelur atau untuk 30 ekor itik dewasa dengan ukuran kandang 3 x 2 meter).



5.



Kondisi kandang dan perlengkapannya Kondisi kandang tidak harus dari bahan yang mahal tetapi cukup



8



sederhana asal tahan lama (kuat). Untuk perlengkapannya berupa tempat makan, tempat minum dan mungkin perelengkapan tambahan lain yang bermaksud positif dalam managemen



3.3



Asumsi dan Koefisien Teknis



Tabel 2. Asumsi, Koefisien Teknis dan Zooteknis NO. ASUMSI 1 Ternak bibit



2



3 4



SATUAN



NILAI



itik jantan



harga/ekor



35.000



itik betina layer/pullet Pakan



harga/ekor



45.000



Pakan starter pakan grower Pakan Layer



Rp/kg/ekor Rp/kg/ekor Rp/kg/ekor



Vaksin/periode



Rp/ekor



1.000



a. Kantor



Rp/m2



1.500.000



b. Ruang Penetasan



Rp/m2



5.000.000



c. Gudang Pakan



Rp/m2



1.500.000



d. Lahan Parkir



Rp/m2



300.000



e. Pos Keamanan



Rp/m2



800.000



h. Pemasangan Pagar



Rp/m2



500.000



i. Kandang



m2



100.000



J. Lahan



m2



300.000



12.000 12.000 15.000



Lahan dan Bangunan



9



5



6



7



k. Cage battere



per unit



150.000



l. kandang dod Upah Pegawai



m2



1.000.000



a. manajer



Rp/orang/hari 300.000



b. anak kandang Sarana dan Prasarana



Rp/orang/hari 80.000



lampu



unit



20.000



round feeder



unit



25.000



drinker



unit



20.000



listrik



bulan



1.000.000



Mesin tetas



unit



400.000



mobil



unit



80.000.000



blower



unit



400.000



timbangan



unit



600.000



bensin



liter



6.500



sekam



kg



10.000



brooder electric



unit



400.000



egg tray Harga Jual



unit



15.000



a. telur konsumsi



butir



2.500



b. dod



ekor



8.000



ekor SATUAN



40.000 NILAI



c. itik afkir NO. KOEFISIEN TEKNIS 1 lahan dan bangunan a. Kantor



m2



30



10



m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 buah/2ekor m2



250 150 40 10 550 500 1800 5000 300



Pakan starter



gr/hari/ekor



pakan grower



gr/hari/ekor



Pakan Layer



gr/hari/ekor ekor



40 80 110 11000



b. Ruang Penetasan c. Gudang Pakan d. Lahan Parkir e. Pos Keamanan h. Pemasangan Pagar



i. Kandang j. lahan k. Cage battery l. kandang dod pakan



2



3



vaksinasi



4



sarana dan prasarana



5



6



7 NO. 1 2 3 4 5



a. egg tray b. tempat minum c. tempat pakan d. mesin tetas e. mobil f. lampu k. blower timbangan bensin brooder upah pegawai a. manajer b. anak kandang listrik ternak bibit jantan betina layer bunga bank KOEFISIEN ZOOTEKNIS umur bertelur prod telur harian persentase fertilitas persentase daya tetas mortalitas



unit/butir unit/2 ekor unit/2 ekor unit unit unit unit unit liter unit



500 1 1 1000 3 1000 50 20 100 500



Rp/orang/hari Rp/orang/hari bulan ekor ekor % SATUAN bulan %/fase persen persen bulan/ekor



11



1 3 12 7000 15000 10 NILAI 4 2 70% 90% 5



6 7 8 9 10 11 12 13 14 15



umur culling/afkir produksi telur sex ratio Fase Starter fase grower fase layer lama pemeliharaan puncak produksi mortalitas telur tetas harapan hidup dod



bulan bulan bulan bulan bulan bulan bulan bulan persen persen



12



60% 60% 50% 1 4 3 26 7 5% 96%



3.4



Dinamika Populasi Produksi Dinamika populasi menggambarkan perkembangan ternak yang tumbuh



selama 5 tahun. Populasi dari tahun ke tahun relatif tidak jauh perbandingannya karena masa afkir itik petelur ada di bulan ke 16 produksi. Apabila itik di afkir maka akan digantikan dengan jumlah populasi yang tidak jauh beda seperti tahun sebelumnya. Tujuan membuat dan menentukan dinamika populasi yaitu : 1.



Memberikan kemudahan untuk menghitung jumlah kebutuhan pakan yang diberikan sehingga dapat memprediksi kebutuhan pakan dan juga harga dari pakan tersebut.



2.



Dapat menentukan biaya pembangunan peternakan seperti : proyeksi biaya, penyusunan biaya investasi, cashflow dari jumlah total populasi selama usaha berlangsung.



13



IV ASPEK KEUANGAN 4.1



Proyeksi Kebutuhan Investasi Proyeksi keuangan adalah sebuah perencanaan keuangan atau sebuah



anggaran untuk rencana usaha, untuk memperkirakan jumlah biaya yang mungkin timbul dan proyeksi pendapatan yang akan dihasilkan untuk periode tertentu. Proyeksi keuangan meliputi dana pembiayaan proyek, biaya dan manfaat serta proyeksi lainnya. Dana pembiayaan proyek merupakan dana yang dikeluarkan / digunakan untuk membiayai proyek dari masa konstruksi hingga proyek beroperasi. Dana proyek dibedakan menjadi dana untuk modal investasi/modal tetap dan dana untuk modal kerja. Modal investasi adalah dana awal yang dibutuhkan untuk pengadaan sarana dan prasarana seluruh kebutuhan proyek yang meliputi pembelian tanah, pembangunan gedung, pembelian mesin-mesin, alat kantor, furnitur dan lain-lain. Modal kerja adalah dana yang dibutuhkan untuk operasi perusahaan sehari-hari dalam membuat produk yang meliputi kebutuhan dana yang tertanam lancar dalam bentuk piutang usaha, persediaan bahan baku, bahan dalam proses, barang jadi, bahan bakar dan bahan bantu produksi lainnya. Termasuk sejumlah kas minimum untuk kebutuhan tak terduga atau transaksi. Dana modal kerja terbagi atas biaya tetap dan biaya variabel. Dana pembiayaan proyek dapat diukur dengan proyeksi kebutuhan investasi yang dihitung diawal perencanaan usaha/ proyek. Proyeksi kebutuhan investasi merupakan perkiraan kebutuhan dana tunai yang harus tersedia pada tahun awal proyek yaitu untuk kegiatan pembangunan proyek. Jaya Quack Farm mendapatkan sumber dana sepenuhnya berasal dari pinjaman Bank Rakyat Indonesia sebesar Rp 5.657.000.000 dengan angsuran



14



selama 5 tahun dengan suku bunga tetap yang ditawarkan sebesar 10% yaitu dengan biaya Rp 905.120.000/tahun. Perthitungan tersebut dapat dilihat pada tabel 1.



Tabel 3. Pembayaran Angsuran dengan Bunga Pinjaman Tetap 1



2



3



4



5



POKOK



5.657.000.000



4.525.600.000



3.394.200.000



2.262.800.000



1.131.400.000



ANGSURAN



1.131.400.000



1.131.400.000



1.131.400.000



1.131.400.000



1.131.400.000



905.120.000



905.120.000



905.120.000



905.120.000



905.120.000



2.036.520.000



2.036.520.000



2.036.520.000



2.036.520.000



2.036.520.000



TAHUN



BUNGA JUMLAH



TOTAL



10.182.600.000



Dana pinjaman tersebut akan dipergunakan untuk keperluan perusahaan mulai dari pembangunan fisik selama masa konstruksi (sewa lahan, pembuatan bangunan, biaya instalasi, membeli peralatan/ mesin dan biaya perijinan ), kegiatan operasional perusahaan (seperti modal kerja tetap, pembelian pakan, pembelian obat-obatan), serta biaya lainnya. Aset adalah segala sumber daya dan harta yang dimiliki perusahaan untuk digunakan dalam operasinya. Suatu perusahaan pada umumnya memiliki dua jenis aset yaitu aset lancar dan aset tetap. Aset lancar umumnya memiliki umur ataupun tingkat perputaran yang relatif singkat yang biasanya kurang dari satu tahun. Sedangkan, aset tetap mempunyai masa hidup lebih dari satu tahun, sehingga penanaman modal dalam aset tetap adalah investasi jangka panjang. Aset ini dapat berwujud atau tidak berwujud. Aset lancar pada Jaya Quack Farm ini antara lain uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk membiayai operasi



15



perusahaan dan lain sebagainya. Aset tetap pada Jaya Quack Farm antara lain adalah peralatan, alat pengangkut (truk), mesin-mesin, instalasi listrik, dan bangunan perusahaan.



4.2



Proyeksi Biaya dan Manfaat Proyeksi biaya merupakan perkiraan pembiayaan dalam implementasi



usaha, karena waktu merencanakan dan melaksanakan usaha berbeda, serta pelaksanaannya pun membutuhkan rentang waktu tertentu (periode analisis) mengacu pada besaran investasi, jangka waktu pinjaman modal, usia ekonomis bangunan / peralatan, lama kontrak dengan pihak lain, dan lain sebagainya. Proyeksi biaya ini terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap Jaya Quack Farm ini terdiri dari biaya pembelian betina layer, pejantan, pembayaran manajer, anak kandang dan pembelian egg tray. Sedangkan, biaya variabel terdiri dari biaya pakan, bensin, listrik dan vaksin. Proyeksi manfaat (benefit) merupakan perkiraan nilai hasil penerimaan usaha (keuntungan) yang bersumber dari output (produk utama dan produk sampingan) yang telah dinilai dengan harga masing-masing output tersebut. Manfaat proyek dapat bersifat social benefit dan financial benefit. Manfaat social (social benefit) dari usaha/ proyek Jaya Quack Farm ini yaitu menyediakan lapangan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar, meningkatkan sarana dan prasarana yang ada di kawasan peternakan kami, dan mampu menyediakan sumber bahan (produk sampingan) yang dapat digunakan bagi pihak yang membutuhkan.



16



Manfaat finansial (financial benefit) dari usaha/ proyek Jaya Quack Farm ini berasal dari keuntungan produk utama dan produk sampingan. Produk utama yaitu DOD jantan maupun betina dan telur konsumsi. Sedangkan produk sampingan yaitu itik afkir. Total keuntungan yang didapatkan dari usaha kami selama 5 tahun yaitu sebesar Rp. 146.277.362.100.



4.3



Proyeksi Cashflow Cashflow merupakan laporan keuangan yang berisi pengaruh kas dari



kegiatan



operasi,



kegiatan



transaksi



investasi,



kegiatan



transaksi



pembiayaan/pendanaan, dan kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama periode tertentu. Dengan kata lain, cashflow menggambarkan posisi keuangan perusahaan yang mencatat arus uang masuk (inflow) dan arus uang keluar (outflow), serta mencatat jumlah uang pada akhir tahun. Arus uang masuk ke kas perusahaan umumnya terdiri dari sejumlah dana investasi (saldo awal), nilai jual produk utama dan sampingan, serta nilai sisa (salvage value) asset tetap maupun asset bergerak. Arus uang keluar meliputi pengeluaran uang untuk memenuhi biaya tetap, biaya variabel, angsuran modal pinjaman, dan pajak-pajak. Proyeksi cashflow Jaya Quack Farm menunjukkan usaha/proyek yang sehat, dengan solvabilitas dan likuiditas yang baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan arus inflow dan outflow pada lampiran tabel 2 yang menunjukkan bahwa posisi keuangan perusahaan kami baik dan sehat yang secara finansial mampu memberikan pendapatan.



17



Tabel 4. Proyeksi Cash FLow NO.



CASH FLOW



1



2



3



4



5



INFLOW 1



Saldo Awal tahun



-



12.915.880.500



36.225.030.800



61.092.817.800



86.654.746.100



2



Modal Pinjaman



5.657.000.000



-



-



-



-



3



Modal Sendiri



-



-



-



-



-



4



Nilai Jual Produk



16.316.050.500



30.334.920.300



31.032.157.000



30.324.898.300



38.269.336.000



5



Nilai Jual Produk Sampingan



-



-



-



-



-



TOTAL A



21.973.050.500



43.250.800.800



67.257.187.800



91.417.716.100



124.924.082.100



OUTFLOW 1



Biaya Tetap



1.204.400.000



20.000.000



290.000.000



20.000.000



710.000.000



2



Biaya Tidak Tetap



1.290.650.000



1.575.050.000



1.575.050.000



1.575.050.000



1.575.050.000



3



Kewajiban Bank a. Bunga Pinjaman



905.120.000



905.120.000



905.120.000



905.120.000



905.120.000



b. Pokok Pinjaman



5.657.000.000



4.525.600.000



3.394.200.000



2.262.800.000



1.131.400.000



9.057.170.000



7.025.770.000



6.164.370.000



4.762.970.000



4.321.570.000



TOTAL B SALDO AKHIR TAHUN (A-



12.915.880.500



36.225.030.800



B)



18



61.092.817.800



86.654.746.100



120.602.512.100



V KELAYAKAN INVESTASI Kelayakan investasi dapat diukur dengan kriteria investasi. Kriteria investasi menilai sejauh mana gagasan usaha yang direncanakan dapat memberikan benefit, baik finansial benefit maupun social benefit. Analisis terhadap kriteria investasi bermanfaat bagi penanam modal, perusahaan atau lembaga keuangan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.



5.1



Net Present Value (NPV) NPV adalah arus pendapatan bersih (net benefit) yang dinilai dalam waktu



sekarang/ telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital (SOCC) sebagai discount factor. Net Present Value (NPV) adalah kriteria investasi yang menunjukkan apakah suatu proyek feasible (layak dijalankan) atau tidak. Apabila hasil perhitungan NPV lebih besar dari nol, dikatakan usaha/ proyek tersebut feasible (GO) untuk dilaksanakan, jika lebih kecil dari nol maka tidak layak untuk dilaksanakan, dan jika sama dengan nol maka penerimaan sama dengan biaya (Ibrahim, 2003). Secara sistematis, perhitungan NPV adalah sebagai berikut : 𝑛



∑ 𝑛𝑛 (1 +



𝑛



𝑛)−𝑛







𝑛=1



∑ 𝑛𝑛( 1 + 𝑛 )−𝑛



Bi = Benefit tahun ke i



𝑛=1



Ci = Biaya tahun ke i ( i + i )-n = Discount faktor



19



Nilai NPV di Jaya Quack Farm ini adalah Rp 115.280.911.600. Angka ini menunjukkan bahwa keuntungan bersih yang dihasilkan oleh usaha kami sebesar angka tersebut. Hasil NPV melebihi nol menunjukkan bahwa peternakan kami memiliki pendapatan bersih yang cukup.Hal ini menandakan bahwa usaha kami di Jaya Quack Farm ini feasible (layak dijalankan).



5.2



B/C Ratio [Gross B/C dan Net B/C]



5.2.1



Net B/C Net B/C merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount



positif dengan net benefit yang telah di discount negatif. Apabila nilai net B/C lebih dari 1 maka proyek/ usaha tersebut feasible atau go dan apabila nilai net B/C kurang dari 1 maka proyek/ usaha tersebut tidak feasible atau no go (Ibrahim, 2003). Net B/C menggambarkan kemampuan benefit bersih dalam menutup seluruh kewajiban. Nilai Net B/C Jaya Quack Farm adalah 1,03. Nilai ini menunjukkan bahwa pendapatan bersih yang kami dapatkan mampu menutupi seluruh kewajiban usaha. Hal ini menunjukkan bahwa usaha di Jaya Quack Farm kami adalah layak atau go untuk dikerjakan. Hal ini dikarenakan nilai net B/C tersebut lebih dari 1.



5.2.2



Gross B/C Gross B/C menggambarkan kemampuan benefit menutup seluruh pengeluaran



Gross B/C adalah rasio antara total present value benefit (PVB) dengan total present value cost (PVC). Gross B/C menggambarkan kemampuan benefit menutup seluruh



20



pengeluaran selama umur proyek. Apabila nilai gross B/C lebih dari 1 maka proyek/ usaha tersebut feasible atau go, nilai gross B/C kurang dari 1 maka proyek/ usaha tersebut tidak feasible atau no go, dan apabila nilai gross B/C kurang sama dengan 1 maka proyek/ usaha tersebut berada dalam keadaan BEP (Ibrahim, 2003). Nilai Gross B/C Jaya Quack Farm adalah 8,21. Nilai ini menunjukkan bahwa pendapatan yang kami dapatkan mampu menutupi seluruh pengeluaran usaha. Hal ini menunjukkan bahwa usaha di Jaya Quack Farm kami adalah layak dijalankan. Hal ini dikarenakan nilai gross B/C tersebut lebih dari 1. Data perhitungan NPV, Net B/C dan Gross B/C terlampir pada tabel 3.



21



5.3



Internal Rate of Return (IRR)



TAHUN I



TAHUN II



TAHUN III



TAHUN IV



TAHUN V



Total Biaya



Rp 7.112.050.000,00



Rp 1.595.050.000,00



Rp 1.865.050.000,00



Rp1.595.050.000,00



Rp 2.285.050.000,00



Total Benefit



Rp 9.204.000.500,00



Rp28.739.870.300,00



Rp 29.167.107.000,00



Rp 28.729.747.300,00



Rp 35.984.286.000,00



Net Benefit



Rp 2.091.950.500,00



Rp27.144.820.300,00



Rp 27.302.057.000,00



Rp 17.134.798.300,00



Rp 33.699.236.000,00



0,91



0,83



0,75



0,68



0,62



NPVi



Rp 1.901.773.181,82



Rp22.433.735.785,12



Rp 20.512.439.519,16



Rp 18.533.432.347,52



Rp 20.924.574.203,20



Total NPVi



Rp80.502.408.673,18



Rp82.404.181.855,00



PvC



Rp 6.465.500.000,00



Rp 1.318.223.140,50



Rp 1.401.239.669,42



Rp1.089.440.611,98



Rp 1.418.836.269,26



PvB



Rp 8.367.273.181,82



Rp23.751.958.925,62



Rp 21.913.679.188,58



Rp 19.622.872.959,50



Rp 22.343.410.472,46



Total PvC



Rp11.693.239.691,15



Total PvB



Rp95.999.194.727,97



DF 10%



NPV



Rp 115.280.911.600,00



Net B/C



1,03



Gross B/C



8,21



GO/LAYAK (>1)



Tabel 5. Kriteria Investasi Ukuran kedua dari perhitungan kriteria investasi adalah Internal Rate of Return (IRR). IRR adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Apabila hasil perhitungan IRR lebih besar dari Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) atau discount factor maka dikatakan proyek/ usaha tersebut feasible atau go, dan sebaliknya bila nilai IRR kurang dari nilai SOCC maka proyek/ usaha tersebut tidak feasible atau no go (Ibrahim, 2003). IRR menggambarkan kemampuan suatu



22



usaha dalam menanggung nilai bunga yang di bebankan pada usaha tersebut. Semakin tinggi nilai IRR menunjukkan bahwa usaha tersebut memiliki prospek yang baik. Secara sistematis, perhitungan IRR adalah sebagai berikut :



𝑛𝑛𝑛 =



i1



+ NPV1



NPV1 − NPV2



. (i1 − i2)



I1 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1 I2 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2 NPV1 = NPV bernilai positif mendekati nilai 0 (nol) NPV2 = NPV bernilai negatif mendekati nilai 0 (nol) Hasil dari perhitungan IRR dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 6. IRR TAHUN



Net Benefit



10%



PvNB



11%



PvNB



1



Rp



2.091.950.500,00



0,893



Rp



1.867.812.946,43



0,885



Rp



2



Rp



27.144.820.300,00



0,797



Rp 21.639.684.550,38



0,783



Rp 21.258.375.988,72



3



Rp



27.302.057.000,00



0,712



Rp 19.433.064.897,28



0,693



Rp 18.921.695.034,36



4



Rp



27.134.798.300,00



0,636



Rp 17.244.654.873,52



0,613



Rp 16.642.279.969,19



5



Rp



33.699.236.000,00



0,567



Rp 19.121.851.523,60



0,543



Rp 18.290.595.174,59



TOTAL



Rp 79.307.068.791,20



TOTAL



Rp 76.964.229.795,19



(POSITIF)



IRR 23,85%



23



1.851.283.628,32



(NEGATIF)



Hasil perhitungan IRR pada usaha di Jaya Quack Farm ini adalah sebesar 23,85%. Angka ini menunjukkan bahwa usaha masih dapat berjalan dengan beban bunga sebesar IRR tersebut. Hasil IRR tersebut lebih besar namun dari Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) naun tidak terlalu jauuh rentang nya. Hal ini menunjukan bahwa Jaya Quack Farm layak dijalankan (go) untuk dilaksanakan atau dilanjutkan.



5.4



Profil Rencana Usaha (PBP dan BEP)



5.4.1



Pay Back Period (PBP) Pay Back Period (PBP) adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan



terjadinya arus penerimaan (cash in flows) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis PBP juga digunakan untuk mengetahui berapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Semakin cepat dalam pengembalian biaya investasi sebuah proyek, maka semakin baik proyek tersebut karena semakin cepat perputaran modal (Ibrahim, 2003). PBP dengan kata lain merupakan taksiran kisaran waktu usaha dalam mengembalikan investasi. Secara sistematis, perhitungan PBP adalah sebagai berikut : PBP = TP-1 + ∑𝑛𝑛=1 𝑛𝑛 𝑛 𝑛𝑛 − ∑ 𝑛 𝑛 =1 𝑛𝑛 − 1 𝑛 𝑛𝑛 Bp x DF PBP



= Pay Back Period



Tp-1



= Tahun Sebelum Mendapat PBP



I1



= Jumlah investasi



Bi-1



= Jumlah Benefit Sebelum Tahun PBP



24



Bp



= Jumlah Benefit Tahun PBP



DF



= Discount Factor



25



TAHUN NO.



URAIAN



JUMLAH 1



1



Investasi



2



3



4



5



4.617.000.000



20.000.000



290.000.000



20.000.000



710.000.000



5.657.000.000



2.495.050.000



1.575.050.000



1.575.050.000



1.575.050.000



1.575.050.000



8.795.250.000



16.316.050.500



30.334.920.300



31.032.157.000



30.324.898.300



38.269.336.000



146.277.362.100



4.197.272.727



16.528.926



217.881.292



13.660.269



440.854.139



4.886.197.354



Biaya 2



Operasional



3



Benefit



4



PV Investasi PV Biaya



5



Operasional



2.268.227.273



1.301.694.215



1.183.358.377



1.075.780.343



977.982.130



6.807.042.338



6



PV Benefit



14.832.773.182



25.070.182.066



23.314.918.858



20.712.313.571



23.762.246.742



107.692.434.419



7



Cum. PVB



14.832.773.182



39.902.955.248



63.217.874.106



83.930.187.677



107.692.434.419



309.576.224.632



8



DF 10%



0,909



0,826



0,751



0,683



0,621



PBP



1,603



TAHUN



2



BULAN



1,39



HARI



Pembulatan :2



12



Tabel 7. Pay Back Period (PBP)



26



Nilai PBP Jaya Quack Farm yaitu Jaya Quack Farm adalah sebesar 1,603 . Hal ini menandakan bahwa dalam waktu 2 tahun 2 bulan 12 hari usaha kami dapat mengembalikan biaya tetap dan biaya variabel.. Waktu tersebut dapat dikatakan sangat cepat, sehingga usaha/ proyek Jaya Quack Farm dapat dikatakan sangat baik. Selain itu, perputaran modal di Jaya Quack Farm ini akan semakin lancar dengan waktu PBP yang relatif singkat.



5.4.2



Break Even Point (BEP) Break Even Point atau BEP adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan



antara biaya tetap, biaya variabel dan keuntungan, serta volume aktivitas. Konsep BEP dapat dilakukan bila biaya perusahaan dibedakan atas biaya tetap dan biaya variable. Analisis BEP bertujuan untuk menentukan berapa lama waktu yang diperlukan proyek investasi untuk dapat menutup seluruh biaya.



27



TAHUN NO.



1



URAIAN



Investasi



JUMLAH 1



2



3



4



5



4.617.000.000



20.000.000



290.000.000



20.000.000



710.000.000



5.657.000.000



1.575.050.000



1.575.050.000



Biaya 2



Operasional



2.495.050.000



1.575.050.000



1.575.050.000



8.795.250.000



3



Benefit



16.316.050.500 30.334.920.300 31.032.157.000 30.324.898.300



38.269.336.000



146.277.362.100



PV 4



Investasi



4.197.272.727



16.528.926



217.881.292



13.660.269



440.854.139



4.886.197.354



2.268.227.273



1.301.694.215



1.183.358.377



1.075.780.343



977.982.130



6.807.042.338



1.318.223.140



1.401.239.669



PV Biaya 5



Operasional Jumlah



6



Biaya



6.465.500.000



1.089.440.612



1.418.836.269



11.693.239.691



7



PV Benefit



14.832.773.182 25.070.182.066 23.314.918.858 20.712.313.571



23.762.246.742



107.692.434.419



8



Cum. PVB



14.832.773.182 39.902.955.248 63.217.874.106 83.930.187.677 107.692.434.419



309.576.224.632



9



DF 10%



0,909



0,826



0,751



Tabel 8. Break Even Point (BEP) BEP



0,790



TAHUN



2



BULAN



2



HARI



14



pembulatan (3 bulan)



28



0,683



0,621



Nilai BEP Jaya Quack Farm adalah sebesar 0,79. Hal ini menandakan bahwa dalam waktu 2 tahun 3 bulan 14 hari usaha kami dapat mengembalikan biaya tetap dan biaya variabel. Waktu tersebut dapat dikatakan standar, sehingga usaha/ proyek Jaya Quack Farm dapat dikatakan sangat baik. Selain itu, perputaran modal di Jaya Quack Farm ini akan semakin lancar dengan waktu PBP yang relatif singkat.



29



VI ASPEK LINGKUNGAN 6.1



Pendugaan Dampak Lingkungan Banyaknya usaha peternakan itik yang berada di lingkungan masyarakat



dirasakan mulai mengganggu warga, terutama peternakan itik yang lokasinya dekat dengan pemukiman penduduk. Masyarakat banyak mengeluhkan dampak buruk dari kegiatan usaha peternakan itik petelur karena masih banyak peternak yang mengabaikan penanganan limbah dari usahanya. Limbah peternakan itik petelur berupa feses, sisa pakan, air dari pembersihan ternak menimbulkan pencemaran lingkungan masyarakat di sekitar lokasi peternakan tersebut. Setiap kegiatan pembangunan peternakan, dimanapun dan kapanpun pasti akan menimbulkan dampak. Dampak tersebut dapat bernilai positif yang berarti memberi manfaat bagi kehidupan manusia dan dapat bernilai negatif yaitu timbulnya resiko yang merugikan masyarakat. Dampak positif yang memberi manfaat bagi kehidupan manusia: 



Penyerapan tenaga kerja, sehingga tejadinya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat disekitar wilayah peternakan.







Ketahanan pangan, tersedianya pangan khususnya telur bagi masyarakat sekitar, tercukupinya protein hewani.







Kestabilan harga, menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang sehat dan dinamis dalam rangka memperkokoh ketahanan pangan nasional.



30







Terjaganya lingkungan, peternak ayam ras petelur yang mengelola limbah dengan baik akan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman sehingga tidak ada terjadi konflik antara pemilik peternak dengan msyarakat sekitar.



Dampak negatif yang terjadi bagi lingkungan: 



Masalah pencemaran, limbah dari kotoran peternakan ayam ras petelur jika tidak dikelola dan ditangani dengan baik akan menimbulkan bau dari feses ayam tersebut.







Lingkungan, udara, tanah dan air menjadi tercemar akibat adanya peternakan yang kurang memperhatikan tentang pengolahan limbah.







Konflik, terjadinya konflik/gesekan terhadap masyarakat yang kurang setuju adanya bangunan peternakan disekitar pemukiman warga, sehingga peternakan yang harus mundur dan mengalah bahkan gulung tikar.



6.2



Strategi Mengatasi Dampak Lingkungan Pemulihan (recovery) potensi limbah peternakan yang dimaksud dengan



pemulihan sumberdaya limbah peternakan disini adalah bagaimana cara mengkonversi kembali limbah peternakan menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi limbah peternakan dapat dikonversi menjadi pupuk organik, bahan bakar dan biomassa protein sel tunggal atau etanol. Dari ketiga produk tersebut, konversi limbah menjadi pupuk organik paling sering dilakukan. Dengan dilakukannya konversi limbah peternakan menjadi produk



31



yang bermanfaat, maka selain pencemaran lingkungan hidup dapat diatasi, juga diperoleh nilai tambah pendapatan bagi pengusaha peternakan. Selain itu, konversi limbah menjadi pupuk organik akan sangat berperan dalam pemulihan daya dukung lingkungan, terutama di bidang pertanian. Apalagi dewasa ini sedang gencar-gencarnya dilakukan upaya pengembangan pertanian organik yang mensyaratkan penggunaan pupuk organik alami untuk meningkatkan produksi pertanian. Apabila penggunaan pupuk organik ini berhasil dikembangkan, maka usaha peternakan sangat potensial sebagai penghasil pupuk organik dan sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah pendapatan yang tidak sedikit. Pengelolaan limbah peternakan yang ramah lingkungan adalah pengelolaan yang tidak berakibat terhadap menurunnya daya dukung lingkungan. Dalam pengelolaannya harus diperhatikan halhal sebagai berikut: 1.



Cara pengelolaannya berkesinambungan



2.



Hasil yang diperoleh dari pengelolaan limbah dapat menjamin proses berikutnya



3.



Teknologi yang digunakan dapat meningkatkan nilai sumber daya limbah yang dikelola



4.



Dampak negatif akibat pengelolaan limbah dapat dihindari Sesuai dengan potensi yang dimiliki limbah peternakan, pengelolaan yang



ramah lingkungan akan berpengaruh sangat besar terhadap berbagai aktivitas yang dapat memberi kontribusi keuntungan usaha di bidang pertanian. Selain itu, kualitas Lingkungan pun akan selalu dapat terjaga, bahkan dimungkinkan dapat meningkat. Dengan kualitas lingkungan yang baik, kualitas hidup manusiapun menjadi lebih baik



32



sehingga upaya pembangunan di bidang pertanian dapat ditingkatkan. Apabila hal ini terwujud maka tujuan program Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dengan mudah dapat dicapai. Ketahanan pangan bagi masyarakat Indonesia dapat meningkat, sejalan meningkatnya efektifitas, efisiensi dan produktivitas usaha pertanian. Pemasaran hasil produksi berupa DOD dan telur konsumsi akan dipasarkan ke Pasar Soreang, tempat wisata Gunung Puntang, Situ Cileunca, pasar-pasar besar di Bandung, dan restoran atau rumah makan sekitar lokasi peternakan. Selain itu, pemasaran di luar kota pun dilakukan keseluruh wilayah Jawa Barat dan wilayah Jakarta, sedangkan untuk pupuk organik akan dipasarkan ke petani-petani di daerah Bandung dan sekitarnya. Hasil produk berupa DOD akan dipasarkan langsung kepada peternak-peternak itik.



33



VII KESIMPULAN 7.1



Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan secara finansial dari usaha itik



petelur pada PT. Jaya Quack Farm maka diperoleh skala usaha layer yang kami gagas adalah industri skala besar. Dengan rata-rata produksi telur 427.207 butir per tahun. Usaha ini dikatakan sangat layak secara finansial, apabila nilai NPV positif atau nilai IRR lebih tinggi dari suku bunga kredit. Hal tersebut dibuktikan dengan perhitungan yang sudah dibuat dan membuktikan bahwa usaha yang akan kami jalankan ini layak dimana nilai NPV > 0 yaitu Rp 1115.280.911.600,-, IRR > SOCC yaitu 23,85% dan Net B/C > 1 yaitu 1,03 dan Gross B/C sebesar 8,21 dan Saldo awal tahun yang dimiliki tidak bersifat minus yang menandakan bahwa usaha yang akan kami jalankan sehat.



7.2



Saran Diperlukan adanya dukungan pihak pemerintah baik dalam bentuk materil



ataupun non materil serta peningkatan sumber daya yang ada sehingga dapat bersamasama membangun dan memajukan industri peternakan di Indonesia yang lebih baik lagi.



34



DAFTAR PUSTAKA 



Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT Rineka Cipta, Jakarta.







Ciptaan, G. 2001. Penilaian Kualitas Ransum Itik yang Mengandung Kulit Pisang Batu Fermentasi. Jurnal Peternakan dan Lingkungan. Vol.07. No. 3. Hal. 5.







Nurzaman. 2002. Perencanaan Wilayah di Indonesia pada Masa Sekitar Krisis. Penerbit ITB, Bandung.







Inounu, I. , A. Priyanti, E. Martindah, I.S. Nurhayati dan R. A. Saptati. 2006. Restrukturisasi Sistem Produksi Perunggasan di Indonesia . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.



35