Laporan Suspensi Sulfur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suspensi banyak digunakan karena mudah penggunaannya terhadap anak- anak, bayi, dan juga untuk orang dewasa yang sukar menelan tablet atau kapsul. Suspensi juga dapat diberi zat tambahan untuk menutupi rasa tidak enak dari zat aktifnya. Untuk banyak pasien, bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat yang sama), karena mudahnya menelan cairan dan kemudahan dalam pemberian dosis, aman, mudah diberikan untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak. Suatu suspensi dari mulai diolah sampai menjadi suatu bentuk produk yang pada akhirnya sampai ke pasien membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, sediaan tersebut harus tetap stabil, baik dalam penyimpanan maupun dalam penggunaan. Hal ini dimaksudkan agar obat dalam bentuk, bau, dan rasanya dapat diterima pasien dalam keadaan yang baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi



stabilitas fisik suspensi adalah volume



sedimentasi, sifat alir, dan ukuran partikel. Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak larut tetapi terdispersi dalam fase cair. Suspensi dalam farmasi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum. Partikel yang tidak larut tersebut dimaksudkan kelarutan yang sangat minimum. Partikel yang tidak larut tersebut dimaksudkan secara fisiologi dapat diabsorbsi yang digunakan sebagai obat dalam atau untuk pemakaian luar dengan tujuan penyalutan. Sediaan dalam bentuk suspensi juga ditunjukan untuk pemakaian oral dengan kata lain pemberian yang dilakukan melalui mulut. Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna maupun bentuk wadanya. Pada prinsinya zat yang terdispersi pada suspensi haruslah halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. selain larutan suspensi juga mengandung zat tambahan yang digunakan untuk menjamin stabilitaas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.



1.2 Tujuan  



Mahasiswa dapat memahami pelaksanaan praktikum teknologi Sediaan Semi Solid Mahasiswa dapat memanfaatkan dan melaksanakan pengkajian praformulasi untuk



  



sediaan Mahasiswa dapat mampu melaksanakan desain sediaan suspense Mahasiswa mampu menyusun SOP dan IK pembuatan suspense Mahasiswa mampu menyiapkan dan mengoprasikan alat-alat untuk pelaksanaan







praktikum Mahasiswa mampu menyusun laporan pembuatan suspense oral sulfur



1.3 Manfaat Sebagai nilai Praktikum Sediaan Semi Solid dan Liquid serta menambah wawasan mahasiswa dan pembaca tentang bagaimana proses memformulasi obat sampai menjadi Sediaan obat jadi.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Suspensi 2.1.1 Definisi Suspensi Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase yaitu fase luar dan kontinue umumnya merupakan cairan atau semi padat dan fase terdispersi atau fase dalam terbuat dari partikel – partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut tapi terdispersi seluruhnya pada fase continue. Suspensi secara umum dapat didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap dan bila dikocok perlahan – lahan endapan harus segera terdispersi kembali. Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor anatara lain sifat partikel terdispersi ( derajat pembasahan partikel ), Zat pembasah, Medium pendispersi serta komponen – komponen formulasi seperti pewarna, pengaroma, pemberi rasa dan pengawet yang digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai di atas cairan sehigga dapat dikocok dan mudah dituang. Pada etiket harus tertera “Kocok dahulu dan di simpan dalam wadah tertutup baik dan disimpan di tempat yang sejuk “. 2.1.2



Macam-macam Suspensi 2.1.2.1 Berdasarkan Penggunaan Menurut FI Edisi IV : 1. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. 2. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit. 3. Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar. 4. Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.



2.1.2.2 Suspensi Berdasarkan Sifat  Suspensi Deflokulasi Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya akan lambat. Gaya tolakmenolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-masing partikel menyelip diantara sesamanya pada waktu mengendap. Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan sedimentasi partikel yang halus sangat lambat. Contoh suspensi Obat Maag ( Mylanta ) Keunggulannya : Sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat. Kekurangannya : Apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi karena terbentuk masa yang kompak. Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paruhnya. 



Suspensi Flokulasi



Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif besar. Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam. Contoh : Suspensi Antibiotik ( serbuk yang dilarutkan dengan penambahan air )



Keunggulannya :



Sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah diredispersi. Kekurangannya : Dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi. Flokulasi dapat dikendalikan dengan : a. Kombinasi ukuran partikel b. Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta. c. Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/ struktur partikel dalam suspensi. Ada pun keuntungan dan kekurangan Sediaan suspensi adalah sebagai berikut : Keuntungan : 1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anakanak. 2. Homogenitas tinggi 3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat). 4. Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya) 5. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air. Kekurangan : 1. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh, degradasi, dll) 2. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali



sehingga



homogenitasnya turun. 3. Alirannya menyebabkan sukar dituang. 4. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan. 5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur. 6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan. Suspensi dalam farmasi digunakan dalam berbagai cara yaitu: 1. 2. 3. 4.



Intramuskular inject Tetes mata Peroral Rektal



2.1.3



Syarat Suspensi 2.1.3.1 FI IV, 1995, hal 18 1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal 2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat antimikroba. 3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan 4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat. 2.1.3.2 Fornas Edisi 2, 1978, hal 333 Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan cendawan, ragi dan jasad renik lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok terutama untuk suspensi yang akan diwadahkan dalam wadah satuan ganda atau wadah dosis ganda. Syarat suspensi optalmik : 



Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak







menimbulkan iritasi dan atau goresan pada kornea. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau penggumpalan



2.1.4



Metode Pembuatan Suspensi 1. Metode dispersi



Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan. 2. Metode praesipitasi Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air. 2.1.5



Komponen Suspensi 2.1.5.1 Bahan Pensuspensi/ Suspending Agent







Fungsi : memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah







penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak. Cara kerja : meningkatkan kekentalan. Kekentalan yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan. Suspensi yang baik mempunyai kekentalan yang sedang dan partikel yang terlindung dari gumpalan/aglomersi. Hal ini



dapat dicapai dengan mencegah muatan partikel, biasanya muatan partikel ada pada 



media air atau sediaan hidrofil. Faktor pemilihan suspending agent : 1) Penggunaan bahan (oral/topikal) 2) Komposisi kimia 3) Stabilitas pembawa dan waktu hidup produk (shelf life) 4) Produk, sumber, inkompatibilitas dari suspending agent 2.1.5.2



Bahan Pembasah (Wetting agent) / Humektan



Dalam pembasahan suspensi penggunaan zat pembasah sangat berguna dalam penurunan tegangan antar muka partikel padat dengan cairan pembawa. Zat pembasah yang sering digunakan dalam pembuatan suspensi adalah air, alkohol, gliserin. Zat-zat hidrofilik (sukar pelarut) dapat dibasahi dengan mudah oleh air atau cairancairan polar lainnya sehingga dapat meningkatkan viskositas suspensi-suspensi air dengan besar. Sedangkan zat-zat hidrofobik (tidak sukar larut) menolak air, tetapi dapat dibasahi oleh cairan-ciran non polar. Zat pada hidrofilik biasanya dapat digabungkan menjadi suspensi tanpa zat pembasah (Patel dkk, 1994).



 



2.1.5.3 Bahan Pemanis Fungsi : untuk memperbaiki rasa dari sediaan Masalah yang perlu diperhatikan pada pebaikan rasa obat adalah : - Usia dari pasien. Anak-anak lebih suka sirup dengan rasa buah-buahan, orang dewasa lebih suka sirup dengan rasa asam, orang tua lebih suka sirup dengan agak -



pahit seperti kopi, dsb. i Keadaan kesehatan pasien, penerimaan orang sakit tidak sama dengan orang sehat. Rasa yang dapat diterima untuk jangka pendek mungkin saja jadi tidak bisa



-



diterima untuk pengobatan jangka panjang. Rasa obat bisa berubah dengan jangka waktu penyimpanan. Pada saat baru dibuat mungkinsediaan berasa enak, akan tetaapi sesudah penyimpanan dalam jangka



-



waktu tertentu kemungkinan dapat berubah. Zat pemanis yang dapat menaikkan kadar gula darah ataupun yang memiliki nilai kalor tinggi tidak dapat digunakan dalam formulasi sediaan untuk pengobatan



penderita diabetes. Catatan : 1. Pemanis yang biasa digunakan : sorbitol, sukrosa 20 – 25 % 2. Sebagai kombinasi dengan pemanis sintetis : siklamat 0,5 % ; sakarin 0,05% 3. Kombinasi sorbitol : sirup simplex = 30% b/v : 10% b/v ad 20 – 25 % b/v total 4. pH > 5 dipakai sorbitol, karena suktrosa pada pH ini akan teruarai dan menyebabkan perubahan volume. 5. Sukrosa dapat menyebabkan kristalisasi.



2.1.5.4 Pewarna dan Pewangi Ada beberapa alasan mengapa farmasi perlu penambahan zat pewarna yaitu menutupi penampilan yang tidak enak dan untuk menambah daya tarik pasien. Zatpewarna harus aman, tidak berbahaya dan tidak memiliki efek farmakologi. Selain itu, tidak bereaksi dengan zat aktif dan dapat larut baik dalam sediaan. Pemilihan warna biasanya dibuat dibuat konsisten dengan rasa misalnya merah untuk strawbedy dan warna kuning untuk rasa jeuk. Beberapa conoh yang bisa digunakan yaitu, Tartazin ( kuning ), amaranth ( merah ), dan patent blue v ( biru ), klorofil ( hijau). 2.1.5.5 Antioksidan Antioksidan jarang digunakan pada sediaan suspensi, kecuali untuk zat aktif yang mudah terurai karena teroksidasi. Antioksidan bekerja efektif pada konsentrasi rendah. Cara kerja dengan memblokir reaksi oksidatif yang berantai pada tahap awal dengan memberikan atom hidrogen. Hal ini akan merusak radikal bebas dan mencegah terbentuknya peroksida. Beberapa antioksidan yang lazim digunakan : 1. Golongan kuinol (ex: hidrokuinon, tokoferol, hidroksikroman, hidroksi kumeran, BHA, BHT). 2. Golongan katekhol (ex : katekhol, pirogalol, NDGA, asam galat) 3. Senyawa mengandung nitrogen (ex: ester alkanolamin turunan amino dan hidroksi dari p-fenilamin diamin, difenilamin, kasein, edestin) 4. Senyawa mengandung belerang (ex: sisteina hidroklorida) 5. Fenol monohidrat (ex: timol) 2.1.5.6 Pendapar Untuk dapat menjaga kelarutan obat, maka suatu sistem harus didapar secara memadai. Pemilihan suatu dapar harus kosisten dengan kriteria sebagai berikut: a. Dapar harus mempunyai kapasitas memadai dalam kisaran pH yang diinginkan. b. Dapar harus aman secara biologis untuk penggunaan yang dimaksud. c. Dapar hanya mempunyai sedikit atau tidak mempunyai efek merusak terhadap stabilitas produk akhir. d. Dapar harus memberika rasa dan warna yang dapat diterima produk. Fungsi dari pendapar : 1. Mengatur pH 2. Membesar potensial pengawet 3. Meningkatan kelarutan 2.1.5.7 Acidifer



Fungsi : 1. Mengatur pH 2. Meningkatkan kestabilan suspensi 3. Memperbesar potensial pengawet 4. Meningkatkan kelarutan Acidifer yang biasanya digunakan pada suspesnsi adalah asam sitrat. 2.1.5.8 Flocculating agent Flocculating agent adalah bahan yang dapat menyebabkan suatu partikel berhubungan secara bersama membentuk suatu aregat atau floc. Flocculating agent dapat menyebabkan suatu suspensi cepat mengendap tetapi mudah diredispersi kembali. Flocculating agent dibagi menjadi empat kelompok, yaitu : 1. Surfaktan Surfaktan ionik dan nonionik dapat digunakan sebagai floculating agent. Konsentrasi yang digunakan berkisar 0,001 sampai 1% b/v. Surfaktan ionik lebih disukai karena secara kimia lebih kompatibel dengan bahan-bahan dalam formula yang lain. Konsentrasi yang tinggi dan surfaktan dapat menghasilkan rasa yang buruk, busa dan caking. 2. Polimer hidrofilik Senyawa-senyawa ini memiliki bobot molekul tinggi dengan rantai karbon panjang termasuk beberapa bahan yang pada konsentrasi besar berbeperan sebagai suspending agent. Hal ini disebabkan adanya percabangan rantai polimer yang membentuk struktur seperti gel dalam sistem dan dapat teradsorpsi pada permukaan partikel padat serta mempertahankan kedudukan mereka dalam bentuk sistem flokulasi. Polimer baru seperti xantin gumdigunakan sebagai flokulating agent dalam pembuatan sulfaguanidin, bismut sub karbonat, serta obat lain. Polimer hidrofilik yang berperan sebagai koloid hidrofil yang mencegah caking dapat juga berfungsi untuk membentuk flok longgar (floculating agent). Penggunaan tunggal surfaktan atau bersama koloid protektif dapat membentuk suatu sistem flokulasi yang baik. Pada proses pembuatan perlu diperhatikan bahwa pencampuran tidak boleh terlalu berlebihan karena dapat menghambat pengikatan silang antara partikel dan menyebabkan adsoprsi polimer pada permukaan satu partikel saja kemudian akan terbentuk sistem deflokulasi. 3. Elektrolit



Penambahan elektrolit anorganik pada suspensi dapat menurunkan potensial zeta partikel yang terdispersi dan menyebabkan flokulasi. Pernyataan Schulzhardy menunjukkan bahwa kemampuan elektrolit untuk memflokulasi partikel hidrofobik tergantung dari valensi counter ionnya. Meskipun lebih efektif elektrolit dengan valensi tiga lebih jarang digunakan dari mono. Di-valensi disebabkan adanya masalah toksisitas. Penambahan elektrolit berlebihan atau muatan yang berlawanan dapat menimbulkan partikel memisah masing-masing dan terbentuk sistem flokulasi dan menurunkan kebutuhan konsentrasi surfaktan. Penambahan NaCl dapat meningkatkan flokulasi. Misalnya suspensi sulfamerazin diflokulasi dengan natrium dodesil polioksi etilen sulfat, suspensi sulfaguanidin dibasahi oleh surfaktan dan dibentuk sistem flokulasi oleh AlCl3. Elektrolit sebagai flokulating agent jarang digunakan di indusri 4. Clay Clay pada konsentrasi sama dengan atau lebih besar dari 0.1% dilaporkan dapat berperan sebagai floculating agent pada pembuatan obat yang disuspensikan dalam sorbitol atau basis sirup. Bentonitedigunakan sebagai floculating agent pada pembuatan suspensi bismut subnitrat pada konsentrasi 1.7%. 2.1.5.9 Bahan Pembasah Berfungsi untuk membasahi partikel padat yang memiliki afinitas kecil terhadap pembawa sehingga lebih muda untuk didispersikan. Contoh pembasah adalah gliserin, propilenglikol, air 2.1.5.10 Pengawet Berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam sediaan farmasi. Bahan aktif yang ditambahkan tidak boleh mempengaruhi sifat fisika serta farmakologi dari obat. Contoh pengawet adalah metil paraben, Na paraben, asam benzoat



2.1.6



Metode Evaluasi Suspensi 2.1.6.1 Volume Sedimentasi Pengukuran volume sedimen yang dihasilkan oleh formulasi suspensi tertentu telah



digunakan oleh sejumlah pekerja dalam upaya untuk mengevaluasi suspensi. Paling sering Volume sedimentasi V s didefinisikan adalah



Vs=



Dimana H adalah menetap tinggi akhir dan H0 adalah ketinggian asli dari suspensi sebelum mengendap. Misalnya, jika 100 ml formulasi uji ditempatkan dalam silinder dan tinggi akhir dari sedimen adalah di garis 20 ml, dari V s adalah 20. Seperti yang akan ditampilkan dalam diskusi agregasi dikendalikan formulasi, biasanya ditemukan bahwa semakin besar nilai Vs yang diberikan kepada obat, maka produk akan semakin stabil.



2.1.6.2 Kemudahan Redispers Jelas, jika suspense mengendap dalam penyimpanan, sangat penting untung dapat di disperse ulang sehingga keseragaman dosis terjamin. Jumlah penggentaran yang diperlukan untuk mencapai tujuan ini harus minimal. 2.1.6.3 Pengukuran Ukuran Partikel Pengukuran ukuran partikel akan memungkinkan agregasi atau kristal yang akan dievaluasi. Ukuran partikel spektrum sistem tersebar sering digunakan sebagai standar kontrol kualitas yang mendasar untuk suspensi farmasi. Ukuran partikel sistem dispersi juga mempengaruhi ketersediaan biologis obat yang diberikan parenteral dan dalam evaluasi in vitro. Rudt dan Mueller menunjukkan bahwa total peningkatan serapan partikel ukuran partikel, mengkonfirmasikan lain obeservasi yang serupa. 2.1.6.4 Studi Rheologi Rheologi adalah ilmu tentang perubahan bentuk dan aliran. Jadi, pandangan bahwa rheology adalah ilmu yang hanya mempelajari sifat aliran kurang tepat. Viskositas yang diperlukan bergantung pada kemudahan manufaktur dan stabilitas produk. Beberapa pendekatan dapat dilakukan untuk mengubah sifat reologi dari produk suspense. Oleh karena itu, formulator harus memiliki pengetahuan yang pasti tentang factor-faktor yang dapat mempunyai viskositas. Parameter fisika paling penting yang mempengaruhi sifat reologi meliputi kandungan fasa terdispersi, bentuk partikel, ukuran dan distribusi ukuran partikel, viskositas, sifat reologi dari medium disperse, serta temperature. Di samping factor fisika, terdapat pula beberapa



parameter kimia yang mempengaruhi antaraksi partikel dan efektivitas fraksi fasa terdispersi, yang akan dapat mengubah viskositas produk. Temperature dapat mempengaruhi viskositas suatu suspense dan juga memodifikasi sifat antarmuka dan hal ini akan menginduksi atau menurunkan flokulasi. Flokulasi akan meningkatkan viskositsas. Temperature dapat pula mempengaruhi viskositas suatu system melalui peningkatan gerakan brown. Selain itu, temperature menyebabkan terjadinya ekspansi volume, baik pada medium disperse maupun padatan. Hanya saja ekspansi medium yang lebih besar dari ekspansi padatan menyebabkan terjadinya penurunan viskositas. 2.1.6.5 Kekentalan / Viskositas Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum ” STOKES” 2.1.6.6 Jumlah Partikel / Konsentrasi Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat. 2.1.6.7 Sifat / Muatan Partikel Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengruhi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid). 2.1.6.8 Laju sedimentasi Merupakan kecepatan pengendapan dari partikel-partikel suspense. Adapun factorfaktor yang terlibat dalam laju dari kecepatan mengendap partikel-partikel suspense tercakup



dalam persamaan hokum srokes Kecepatan sedimentasi berdasarkan hukum stokes di atas dipengaruhi :



a.



Kerapatan fase terdispersi dan kerapatan fase pendispersi Sifat yang diinginkan yaitu kerapatn partikel lebih besar daripada kerapatn pembawa, karena bila partikel lebih ringan dari kerapatn pembawa maka partikel akan mengambang dan sulit didistribusikan secara homogeny ke dalam pembawa.



b. Diameter ukuran partikel Laju sedimentasi dapat diperlambat dengan mengurangi ukuran partikel dari fase terdispersi karena semakin kecil ukuran partikel maka kecepatan jatuhnya lebih kecil. c. Viskositas medium pendispersi Laju sedimentasi dapat berkurang dengan cara menaikkan viskositas medium disperse, tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi umumnya tidak diinginkan karena sulit dituang, sebaiknya viskositas suspense dinaikkan sampai viskositas sedang saja.



BAB III PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini, dibuat suspensi dengan bahan aktif Sulfur Praecipitatum. Pembuatan Suspensi ini ditunjukkan sebagai antiskabies. Sediaan suspensi sulfur ini mengandung beberapa eksipien, antara lain Gliserol ssebagai pembasah, CMC Na sebagai Suspending agent dan Oleum Rosae sebagai bahan pewangi. 3.1 Pembuatan Suspensi Formula Suspensi Sufur disajikan pada tabel di bawah ini Formula F1 Sulfur Praecipitatum 5 g Gliserol 30 g CMC Na 1g Ol. Rosae q.s Aquadest (mL) ad 100 ml Tahapan awal, dikalibrasi botol yang akan digunakan. Kemudian Buat mucilago, Bahan



CMC Naa dicampur dengan aqua untuk CMC Na, digerus ad mucilago (I). Sulfur PP dimasukkan ke dalam mortir ditambahkan gliserol digerus ad terdispersi merata, di tambahkan mucilago (I) digerus ad homogeny ditambahkan sebagian aqua digerus ad homogen.Dimasukkan kedalam botol dan ditambahkan sisa aqua ke dalam botol ad 100 ml di kocok ad homogen dan sampai terdispersi merata. Oleum rosae ditambahkan ke dalam botol, di kocok ad terdispersi merata.



3.2 Hasil dan Pembahasan 3.2.1. Pengamatan Organoleptis Berdasarkan hasil pengamatan organoleptis meliputi warna, bau dan rasa yang diamati formula suspensi sulfur menghasilkan warna suspensi kuning lemah dan beraroma bunga mawar.



3.2.2 Pengukuran Viskositas Viskositas suspensi sulfur bertambah seiring bertambahnya konsentrasi bahan pensuspensi yang digunakan. Viskositas sediaan cair yang adalah 15-25 poise. Hasil yang di dapat dari menggunakan alat Viskometer Brookfield adalah sebagai berikut : RPM



Skala



Faktor



0,5 1 2 2,5



2 3 4 5



1600 800 400 320



Viskositas (skala x faktor) 3200 2400 1600 1600



3.2.3 Pengukuran Volume Sedimentasi Lama sedimentasi bergantung pada ukuran partikel zat yang terdispersi. Semakin besar ukuran partikel suatu zat maka akan semakin cepat proses pengendapan pada suspensi tersebut. Hasil sedimentasi yang didapat setelah 7 hari : Hari



Volume awal Suspensi 96 ml



7



Volume endapam 40 ml



3.2.4 Volume Terpindahkan Berdasarkan hasil pengujian, volume dalam wadah dengan volume yang tertera di etiket tidak lebih dari 100 ml, jika dipindahkan dari wadah asli akan memberikan volume sediaan seperti tertera di etiket. Volume Sediaan



Hasil Pengamatan



100 ml



98 ml



3.2.5 Pengukuran pH Berdasarkan hasil pengukuran, pH formulasi suspensi sulfur memenuhi syarat uji pH yaitu berada pada rentang 5-7 yang lebih tepatnya yaitu pada pH 5. 3.2.6 Penetapan Bobot Jenis



BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 1. Karakteristik Sediaan suspensi yang baik secara umum yaitu mudah dikeluarkan dari botol, cukup keras sehingga dapat mempertahankan bentuk suspensi, kemampuan mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri, penampilan dan rasa suspensi yang menarik, stabilitas dan keamanan yang memadai untuk jangka waktu tertentu. 2. Komponen umum pembentuk sediaan suspense terdiri dari zat aktif, basis dan komponen tambahan. Bahan yang biasa dipakai adalah bahan utama (zat aktif), Air, humektan, pewarna, perasa, pengawet dan pharmaceutical agent (analgesik). Metode pembuatan pasta gigi dilakukan dengan metode penggabungan karena cocok dengan pembawa liquid (Basis air) dimana zat yang tidak larut dicampur dengan basis yang akan dipakai atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian dilanjutkan dengan penambahan sisa basis. 3. pH yang dihasilkan adalah 5. pH yang baik untuk semua sediaan semi solid topical adalah yang mendekati pH kulit. 4. Uji organoleptis yang di hasilkan sediaan berwarna kuning lemah beraroma bunga mawar.



DAFTAR PUSTAKA   



Depkes, RI,1995, Farmakope Indonesia, ed. 4, Depkes RI, Jakarta. Depkes, RI,1979, Farmakope Indonesia, ed. 3, Depkes RI, Jakarta. Agnes Desy, 2011, Praktikum Farmasetik Sediaan Semi Solid & Liquid, ISTN, Jakarta.