11 0 228 KB
LAPORAN KASUS TUTORIAL KEPERAWATAN DASAR PROFESI DEFISIT PERAWATAN DIRI
DISUSUN OLEH :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nadya Anggita Sari Viona Pithaloka Maharditha Rizky Renata Amelia Munifayanti Amalia Dwi Yanty Serli Yasima Rahmania Jamaludin Dika Dwi Saputra Arif Yuliansyah
21220044 21220069 21220060 21220040 21220002 21220062 21220027 21220013 21220007
Dosen Pembimbing : Ayu Dekawaty.,Ns.,M.Kep INSTITUTE KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH PALEMBANG PROGRAM PROFESI NERS TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik dan hidayah kepada semua hambaNya. Salawat
dan
salam selalu tercurah kepada
junjungan kita NabiMuhammad saw beserta keluarga, sahabat dan kerabat beliau hingga
akhir
jaman.Alhamdulillah karena berkat Rahmat Allah-lah kami dapat
menyelesaikan penulisan laporan tutorial yang
ditujukan
untuk
memenuhi
tugas
berstruktur keperawatan dasar profesi. Selama penyusunan laporan ini kami selaku penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih tak lupa kami persembahkankepada semua pihak yang telah ikut andil dan
terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
membantu penulisan laporan ini, yang mana tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Penulis menyadari adanya kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh karenaitu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya kami hanya
berharap
semoga
makalah
ini
dapat
memberikan
manfaat danmenambah wawasan bagi kita semua,
Penulis
Palembang,
Oktober 2020
2
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...................................................................................................2 DAFTAR ISI..................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4 A. Latar belakang ...............................................................................................4 B. Rumusan masalah...........................................................................................5 C. Tujuan.............................................................................................................5 BAB II TINJAUAN KASUS........................................................................................6 A. Kasus..............................................................................................................6 B. Tahapan tutorial .............................................................................................7 BAB III PENUTUP ...........................................................................................28 A. Kesimpulan ....................................................................................................28 B. Saran...............................................................................................................28 DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara berkembang. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidak mampuan individu dalam berkarya serta ketidak tepatan individu dalam berperilaku yang dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. Kesehatan jiwa merupakan bagian intergral dari kesehatan, sehat jiwa tidak hanya terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah sikap yang positif terhadap dirisendiri,
tumbuh,
berkembang,
memiliki
aktualisasi
diri,
keutuhan,
kebebasandiri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan (Yosep, 2007). Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa. Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini ternyata terjadi dihampir diseluruh negara di dunia. Hasil survey Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) menyatakan tingkat gangguan kesehatan jiwa orang di Indonesia tinggi dan di atas rata-rata gangguan kesehatan jiwa di dunia. Data yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI dengan rata-rata 40 dari 100.000 orang di Indonesia melakukan bunuh diri, sementara rata-rata dunia menunjukkan 15,1 dari 100.000 orang dan rata-rata orang bunuh diri di Indonesia adalah 136 orang per hari atau 48.000 orang bunuh diri pertahun. Satu dari empat orang di Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa dan penderita gangguan jiwa di Indonesia, hanya 0,5 % sajayang dirawat di RS Jiwa (Depkes, 2005). Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang
4
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri
secara
mandiri.
Pemeliharaan
hygiene
perorangan
diperlukan
untuk
kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien. Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat dengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional klien. Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri. B. Tujuan
1. Tujuan Umum Setelah membuat dan mempresentasikan makalah ini diharapkan mahasiswa mengerti dan mengetahui tentang gangguan halusinasi. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mengetahui dan memahami defisit perawatan diri. b. Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi defisit perawatan diri. c. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis defisit perawatan diri. d. Mahasiswa mengetahui mekanisme koping defisit perawatan diri. e. Mahasiswa mengetahui dan memahami intervensi dari defisit perawatan diri dan dapat mengimplementasikannya.
5
BAB II TINJAUAN KASUS
A. KASUS Seorang perempuan bernama Ny. Z usia 42 tahun dibawa keluarganya ke RSJ. M karena marah-marah dan membanting barang. Pasien beragama Islam, Pendidikan terakhir SMP dan tinggal di Jl. MOI No. 7. Pasien adalah seorang janda yang telah ditinggal bercerai oleh suaminya. pasien bercerai dengan suaminya karena sering dipukul dan disakiti dengan kata-kata kasar. Pertengkaran biasanya muncul saat mereka membahas masalah anak. Karena selama 20 tahun pernikahannya, mereka belum juga dikaruniai anak. Pasien belum pernah dirawat di RSJ. M sebelumnya dan tidak ada anggota keluarga dengan penyakit yang sama. pasien adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara dan saat ini tinggal sendiri di rumah. Pasien tidak memiliki pekerjaan yang tetap, biasanya hanya membantu tetangga yang minta dicucikan baju atau menyetrika. pasien merasa malu dengan tetangganya karena merasa dianggap seorang janda. Pasien menyukai semua anggota tubuhnya. Pasien tidak mau diajak berbicara dan menjawab seadanya dengan nada yang tinggi. Pasien tidak mau memakai alas kaki. Saat diajak untuk mandi, pasien mengatakan sudah mandi, namun tubuh pasien berbau busuk. Gigi pasien terlihat kuning, rambut acak-acakan, dan baju tidak sempurna dikancingkan. Saat makan pasien tidak mau mengantri, sesuka hatinya mengambil makanan teman, dan meninggalkan piring bekas makan di mejanya. Saat bangun tidur, tempat tidur pasien berbau pesing. Saat ditanya pasien mengatakan tidak tahu, tetapi tempat tidur pasien sudah basah.
6
B. Step tutorial STEP I Menentukan DO dan DS: DS: 1. Pasien belum pernah masuk RSJ, Pasien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya (Munifayanti) 2. Pasien sering bertengkar dengan mantan suami karena masalah belum mempunyai anak (Viona) 3. Pasien mengatakan anak ke 2 dari 3 bersaudara, pasien tidak memiliki pekerjaan yang tetap (riski renata amelia) 4. Saat ditanya pasien mengatakan tidak tahu tapi tempat tidur sudah basah (dika) 5. Pasien sering dipukul oleh mantan suaminya (Nadia) DO: 1. Badan pasien berbau busuk (arif) 2. Gigi pasien terlihat kuning, rambut acak-acakan, pakaian tidak rapi (Nadia) 3. Tempat tidur pasien berbau pesing, pasien tidak mau beralas kaki, pasien tidak mau di ajak mandi, pasien suka ambil makanan teman sesuka hati (riski renata amelia) 4. Pasien marah dan suka membanting barang (amalia) 5. Pasien seorang janda (jamal)
STEP II Menetukan Hipotesis 1. Riski renata Amelia : DPD (Defisit Perawatan Diri) 2. Jamal : RPK (Resiko Perilaku Kekerasan ) 3. Viona : dari data-data di atas lebih menunjukkan ke arah deficit perawatan diri 4. Dika : Isolasi diri
7
STEP III Mekanisme / Pathway
akibat
masalah
penyebab
Gangguan pemeliharaan kesehatan
DPD
Kehilangan fungsi tubuh kurangnya motivasi
STEP IV Pemeriksaan Lanjutan
8
STEP V Don’t Know No 1.
Pertanyaan Apa faktor predisposisi dari kasus tersebut?
Jawaban berdasarkan sumber Menurut KBBI Pengertian predisposisi adalah kecendrungan
khusus
kearah
keadaanatau
perkembangan
suatu tertentu,
kecendrungan untukmenerima atau menolak berdasarkan pengalaman dan norma yang dimiliki atau keadaan yang mudah terjangkit 2.
Apa faktor prepitasi dari kasus tersebut?
penyakit. Faktor Prepitasi dibedakan menjadi berikut: a. Ancaman Integritas Seseorang meliputi ketidak mampuan pisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidupm sehari-hari b. Ancaman terhadap sistem diri seorang dapat membahayakan identitas harga diri dan fungsi yang terintegrasi seseorang (Sutejo, 2016) Dari penjelasan diatas kemudian dikaitkan dengan kasus factor prepitasinya adalah pasien merasa malu dengan tetangganya karena merasa dianggap seorang janda. Sumber : Buku Keperawatan Jiwa : Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa : Gangguan jiwa dan Psikososial, Sutejo
3.
2016 Apa prioritas utama masalah dari kasus Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi tersebut?
pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan
dalam
melakukan
atau
melengkapi aktivitas perawatan diri secara
9
mandiri
seperti
mandi
(hygiene),
berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toileting) (Fitria,2012). Karena ciri-ciri kasus tersebut menunjukan tanda dan gejaladari pasien Devisit Perawatan diri (Susant 2010). Sumber Jurnal : Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Srategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan(LP dan SP (Fitria,2012). Sumber Jurnal : Susant Herni (2010) Devisite perawatan diri Klien Skizofrenia aplikasi 4.
Teori Keperawatan Orem Apa intervensi yang tepat pada pasien 1. Melakukan bina hubungan saling percaya tersebut?
kepada pasien 2. Pemberian strategi pelaksanaan Sumber : Buku Keperawatan Jiwa : Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa : Gangguan jiwa dan Psikososial, Sutejo 2016
5.
Apa diagnose pertama dari kasus tersebut?
Diagnosa Utama kasus tersebut ialah Devisit Perawatan Diri karena di dapatkan tanda dan gejala sama seperti materi devisit perawatan diri Sumber Buku: Keperawatan jiwa: Konsep dan praktik asuhan keperawatan Kesehatan Jiwa:
6.
Gangguan Jiwa dan Psikososial, Sutejo 2016 Dalam kasus menjelaskan bahwa pasien tidak Menurut Damaiyanti (2012) pendekan dengan mau menjawab pertanyaan dan berbicara pasien yang tidak mau berbicara dalam kasus dengan nada tinggi, apakah tindakan perawat devisit prawatan diri adalah yang dilakukan selanjutnya ?
Membina
hubungan
saling
percaya,
mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan melatih pasien
10
tentang cara-cara perawatan kebersihan diri. Sember Buku: Asuhan Keperawatan Jiwa. 7.
Apa
yang
membuat
klien
melakukan deficit perawatan diri
tidak
Damaiyanti. (2012). mau Menurut Prabowo (2014) yang membuat klien tidak
mau
melakukan
perawatan
devisit
perawatan diri Karena menarik dirinya muncul klien sering mondar –mandir berbicara sendiri gaduh, gelisah, marah –marah dan kadang klien tidak mau bicara, sedih, tampak cemas. Akibat dari hiperaktivitasnya sehingga klien tampak
lelah,
lesu
keletihan
sehingga
mengalami penurunan minat untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri. Sumber Buku : Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA (Prabowo (2014) 8.
Mengapa bias terjadi koping negatif pada Menurut Yanti (2018) Menambahkan bahwa kasus ini yang menyebabkan pasien gangguan koping berkaitan dengan bentuk-bentuk usaha jiwa?
yang dilakukan individu untuk, melindungi dari
tekanan-tekanan
pisikologis
yang
ditimbulkan pula oleh pengalman sosial, sehingga
secara
pisikologis
koping
memberikan efek pada kekuatan (prasaan tentang konsep diri dan kehidupan) reaksi emosi tingkat depresi atau kecemasan serta keseimbangan antara koping negatif dan positif. Sumber
:
Jurnal
Analisis
faktoryang
berhubumgan dengan strategi koping pada pasie skizofrenia di kota sungai penuh (Yanti
11
Sarni 2018)
STEP VI Learning objective 1.
mahasiswa memahami konsep deficit perawatan diri
2.
mahasiswa memahami asuhan keperawatan deficit perawatan diri
3.
mahasiswa memahami pelaksanaan strategi pelaksanaa DPD
STEP VII Hasil reporting berdasarkan learning objective
12
A. Definition Perawatan diri adalah suatu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya (Depkes, 2000). Perawatan diri mencakup aktivitas yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, yang biasa dikenal dengan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADLs). Kegiatan perawatan diri tidak hanya melibatkan apa yang harus dilakukan seperti kebersihan, mandi, berpakaian, toilet, makan. Tetapi juga berapa, kapan, di mana, dengan siapa dan bagaimana (Miller dalam Carpenito-Moyet, 2009). Keadaan seseorang yang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri disebut dengan defisit perawatan diri, tidak ada keinginan klien untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas dan penampilan tidak rapi (Sutejo, 2016). Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wastorah, 2010). B. Etiology A. Faktor predisposisi 1)
Faktor psikologis Pada faktor ini, keluarga terlalu memanjangkan klien sehingga klien menjadi begitu bergantung dan perkembangan inisiatifnya terganggu. Pasien gangguan jiwa misalnya, mengalami defisit perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang kurang sehingga klien tidak perduli pada diri sendiri dan lingkungan termasukan perawatan diri.
2)
Faktor biologis Pada faktor ini, penyakit kronis berperan sebagai penyebab klien tidak mampu melakukan perawatan diri disebabkan adanya penyakit fisik dan mental yang dimiliki.
3)
Faktor sosial
13
Faktor ini berkaitan dengan kurangnya dukungan dan latihan kemampuan perawaran diri lingkungannya. B. Faktor presipitasi Faktor presipitasi defisit perawatan, meliputi kurangnya motivasi, kerusakan kognitif atau perseptual, cemas, dan kelelahan yang dialami klien. Menurut poter dan perry (2009), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene, yaitu : a.
Citra tubuh Perubahan fisik akibat operasi bedah misalnya, dapat memicu individu untuk tidak peduli terhadap kebersihannya.
b.
Status sosial ekonomi Sumber penghasilan atau sumber ekonomu mempengaruhi jenis dan tingkat praktik perawatan diri yang dilakukan, menentukan apakah klien dapat memenuhi perlengkapan perawatan diri yang penting seperti sabun, sampo, sikat gigi, pasta gigi.
c.
Pengetahuan Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya dalam perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan dapat mempengaruhi praktik perawatan diri.
d.
Variabel kebudayaan Kepercayaan akan nilai kebudayaan mempengaruhi perawatan diri misalnya sebagian masyarakat menerapkan mandi setiap hari, tetapi masyarakat dengan lingkup budaya yang berbeda hanya mandi seminggu sekali.
e.
Kondisi fisik Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat dii berkurang dan memerlukan bantuan orang lain. Biasanya jika tidak mampu klien lebih memilih untuk tidak melakukan perawatan diri.
C. Clinical Manifestation Menurut (Sutejo, 2016) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri yaitu: A. Fisik
14
1)
Badan bau, pakaian kotor
2)
Rambut dan kulit kotor
3)
Kuku panjang dan kotor
4)
Gigi kotor disertai mulut bau
5)
Penampilan tidak rapi
B. Psikologi 1)
Malas, tidak ada inisiatif
2)
Menarik diri, isolasi diri
3)
Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
C. Sosial 1)
Interaksi kurang
2)
Kegiatan kurang
3)
Tidak mampu berperilaku sesuai normal
4)
Cara makan tidak teratur
5)
Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) di sembarang tempat
6)
Gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri
D. Complication Menurut Abraham Maslow, manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun psikologi. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang penting, bermanfaat, atau diperlukan untuk menjaga kehidupan itu sendiri. Sekitar tahun 1950, Abraham maslow seorang psikolog dari amerika mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah hierarki kebutuhan dasar manusia maslow. Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar manusia yaitu sebagai berikut : 1) Kebutuhan fisiologi 2) Kebutuhan keselamatan dan keamanan 3) Kebutuhan mencintai dan dicintai 4) Kebutuhan harga diri 5) Kebutuhan aktualisasi diri
15
Pada kasus defisit perawatan diri kebutuhan dasar manusia yang terganggu adalah kebutuhan fisiologi. Kebutuhan ini juga dinamakan kebutuhan dasar (basic needs) yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat ekstrem maka manusia akan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri. Dampak yang ditimbulkan dengan keadaan defisit perawatan diri seperti klien dikucilkan di dalam keluarga dan masyarakat sehingga terjadi isolasi sosial dan bahkan kehilangan kemampuan dan motivasi dalam melakukan perawatan terhadap tubuhnya. Kurangnya perawatan diri juga mengakibat tubuh lebih mudah terserang penyakit yang disebabkan oleh kurang nya menjaga kebersihan tubuh bahkan tubuh sering merasakan gatal-gatal akibat jarang membersihkan diri (Sutejo, 2016). Umunya seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologis nya dibandingkan kebutuhan yang lain. Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup. E. Implementation Respon adaptif
Respon
maladaptif
Pola perawata n diri Sumber koping
Kadang perawata n diri tidak
Tidak melakuk an perawata
a. Kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri secara mandiri b. Berhias dan berdandan sacara baik c. Melakukan makan dengan baik d. Melaksanakan BAK/BAB secara mandiri e. Mengidentifikasi perilaku kebersihan diri yang maladaptive f. Kemampuan klien dalam mengubah perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif
16
F. Pathofisiology and Pathways Effect
Gangguan pemenuhan kebutuhan (mandi,makan,BAK.BAB)
Core problem
Defisit perawatan diri
Causa
Menurunnya motivasi dalam perawatan diri Sumber: Keliat, 2014 Pohon masalah defisit perawatan diri
G. Observation Chart : A. Assessment 1)
Riwayat keperawatan Tanyakan pada klien tentang : a) Pola kebersihan tubuh b) Perlengkapan personal hygine yang dipakai c) Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygine
2)
Alasan masuk rumah sakit
3)
Faktor yang mempengaruhi a) Faktor prediposisi b) Faktor presipitasi
4)
Pemeriksaan fisik a) Rambut Amati kondisi rambut (warna, tekstur, kuantitas), apakah tamapak kusam? Apakah terdapat kerontokan? b) Kepala
17
Amati dengan seksama kebersihan kulit kepala. Perhatikan adanya kebotakan, ketombe, tanda-tanda kemerahan. c) Mata Amati tanda-tanda icterus, konjutivitas pucat, secret pada kelopak mata, kemerahan, gatal-gatal pada mata d) Hidung Amati kebersihan hidun, kaji adanya sinusitis, pendarahan, perubahan penciuman e) Mulut Amati mukosa mulut dan kaji kelembabny. Perhatikan adanya lesi, radang gusi/sariawan, kekeringan, bibir pecah-pecah f) Gigi Amati kondisi dan kebersihan gigi. Perhatikan adanya tanda-tanda karang gigi, karies, tidak lengkap, gigi palsu g) Telinga Amati kebersihan telinga, kaji adanya lesi, pendarahan, infeksi, perubahan daya pendengaran h) Kuku Amati bentuk kebersihan kuku tangan dan kak. Perhatikan apakah adanya kelainan atau luka. i) Kulit Amati kondisi kulit (tekstur, tugor, kelembaban) kebersihannya. Perhatikan adanya lesi, perubahan warna kulit j) Genetalia Amati kondisi dan kebersihan genetalia berikut area perineum. Perhatikan pola pertumbuhan rambut pubis. Pada laki-laki, perhatikan kondisi skrotum dan testi. B. Dx Nursing Batasan karakterisktik
18
NANDA (2016) menjelaskan batasan karakteristik yang terdapat pada lingkup defisit perawatan diri. Batasan karakteristik pada tiap lingkup tersebut meliputi: 1)
Defisit perawatan diri: mandi (Bathing self-care deficit) Batasan karakteristik meliputi: a) Gangguan kemampuan mengeringkan tubuh b) Gangguan kemampuan untuk mengakses kamar mandi c) Gangguan kemampuan mengambil perlengkapan kamar mandi d) Gangguan kemampuan untuk membasuh tubuh e) Gangguan kemampuan untuk mengatur air
2)
Defisit perawatan diri: berhias/berpakaian (Dressing self-care deficit) Batasan karakteristik meliputi: a) Ketidakmampuan memilih pakaian b) Ketidakmampuan mengambil pakaian c) Ketidakmampuan memadupadankan pakaian d) Ketidakmampuan mengenakan pakaian pada bagian bawah tubuh e) Ketidakmampuan mengenakan pakaian pada bagian bawah tubuh f) Ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian
3)
Defisit perawatan diri: makan (feeding self-care deficit) Batasan karakteristik meliputi: a) Ketidakmampuan memasukkan makan ke dalam mulut b) Ketidakmampuan menggunakan alat bantu c) Ketidakmampuan mengunyah makanan d) Ketidakmampuan memegang alat makanan e) Ketidakmampuan menghabiskan makanan secara mandiri
4)
Defisit perawatan diri: toileting Batasan karakteristik meliputi: a) Kemampuan menyiram toilet b) Kemampuan duduk di toilet c) Kemampuan mencapai toilet d) Kemampuan naik ke toilet
19
e) Kemampuan memanipulasi pakaian untuk ke toilet
20
C. Nursing Intervention
DIAGN
PERENCANAAN
OSA Tujuan Pasien dapat Defisit
mandiri
perawatan diri
perawatan diri
Kriteria evaluasi
intervensi
Rasional
dalam
TUK 1 : pasien
dapat
Dalam 2x interaksi
Bina
pasien
saling percaya :
menunjukkan
membina
tanda-tanda
hubungan
percaya
saling
perawat :
percaya
dengan perawat
salam
setiap
kepada Perkenalan nama
cerah,tersenyum Ada kontak mata kehadiran
perawat Menceritakan perasaan
Hubungan saling percaya merupakan dasar kelancaran
interaksi
Wajah
Menerima
Beri
hubungan
hubungan
Tanya nama pasien
interaksi
Tunjukkan
selanjutnya.
sikap
empati Tanyakan perasaan
Diskusikan dengan pasien: Penyebab
TUK 2 : Pasien
Dalam
mengetahui
intervensi
pentingnya
mengatakan :
perawatan diri
Penyebab
2x
menjaga
tidak Tanda
tanda
perawatan diri baik menjaga Penyakit gangguan
Tanda-tanda bersih dan rapi
yang
bias
Pasien memiliki kesadaran
akan
pentingnya
perawatan diri
perawatan diri
Gangguan
tidak merawat diri
pasien Manfaat
merawat diri Manfaat
pasien
memelihara kesehatan.
atau kesehatan dialami
oleh pasien bila tidak yang
dialami jika perawatan
melakukan perawatan diri.
diri tidak diperhatikan .
22
Diskusikan frekuensi menjaga TUK 3 :
perawatan diri :
Pasien
Dalam 2x interaksi
mandi,
mengetahui
pasien
gigi,
cara-cara
menyebutkan
berpakaian,
melalui
melakukan
frekuensi menjaga
berhias,
yang
perawatan diri
perawatan diri :
mengguntung
membuat pasien
mandi, gosok gigi,
kuku.
terbiasa
mampu
keramas,
ganti
pakaian,
berhias
dan
keramas,
Kebiasaan yang baik
terbentuk jadwal akan
menggunting
kuku.
Diskusikan cara
TUK 4 : Pasien
gosok
praktik dapat
melaksanakan
Dalam 2x interaksi
perawatan
pasien
diri
perawatan yang
Bantuan perawat
baik dan benar
sangat
penting,
pujian
akan
mampu Bantu
dengan bantuan
mempraktekan
perawat
perawatan
diri
pasien
saat
melakukan perawatan
meningkatkan
mandiri
harga diri pasien
23
dengan
dibantu Beri
perawat
pujian
respon
setiap
pasien
yang
pasien
saat
positif.
Pantau TUK 5 : Pasien
melakukan perawatan dapat
diri : mandi, gosok
Pemantauan
gigi, keramas, berhias,
perlu
Dalam 2x interaksi
berganti
terutama
pasien
gunting kuku.
melaksanakan perawatan
diri
secara mandiri
melaksanakan
Beri
pujian
pakaian,
dengan
kepada
cidera
atau
setelah
trauma
pasien
diri secara mandiri
melaksanakan
:
perawatan diri secara
Gosok
gigi
pada
pasien
praktik perawatan
Mandi 2x sehari
dilakukan
mandiri sehabis
makan Keramas 2x seminggu Ganti pakaian 1x sehari
24
Berhias sehabis mandi Gunting kuku setelah kuku panjang
25
STRATEGI PELAKSAAN Defisit Perawatan Diri S P 1
Pasien
Keluarga
1) Identifikasi masalah perawatan 1) Diskusikan masalah yang diri:
Mandi,
berdandan,
makan/minum, BAK/BAB
dirasakan dalam merawat pasien 2) Jelaskan pengertian, tanda dan
2) Jelaskan pentingnya kebersihan diri
gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan diri
3) Jelaskan
cara
dan
alat 3) Jelaskan cara merawat defisit
kebersihan diri
perawatan diri
4) Latih cara menjaga kebersihan 4) Latih dua cara merawat: diri;
Mandi,
berdandan,
makan/minum, BAK/BAB
kebersihan diri dan berdandan 5) Anjurkan membantu pasien
5) Masukan pada jadwal kegiatan
sesuai jadwal dan beri pujian
untuk latihan Mandi, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku 2
1) Evaluasi kegiatan kebersihan 1) Evaluasi kegiatan keluarga diri. Berikan pujian 2) Jelaskan
cara
dalam merawat/ melatih pasien dan
alat
kebersihan diri
kebersihan diri. Berikan pujian 2) Latih dua (yang lain) cara
3) Latih cara berdandan; Menyisir rambut, rias muka
merawat : makan dan minum, BAB dan BAK
4) Masukan pada jadwal kegiatan 3) Anjurkan membantu pasien untuk
kebersihan
diri
dan
sesuai jadwal
berdandan 3
1) Evaluasi kegiatan kebersihan 1) Evaluasi kegiatan keluarga diri dan berdandan. Berikan
dalam merawat/ melatih pasien
pujian
kebersihan diri. Berikan pujian
2) Jelaskan cara dan alat makan , 2) Bimbing keluarga merawat minum 3) Latih cara makan dan minum
kebersihan diri dan berdandan, makan dan minum pasien
dengan baik
3) Anjurkan membantu pasien
4) Masukan pada jadwal kegiatan untuk
kebersihan
sesuai jadwal yang diberikan
diri,
berdandan, makan dan minum yang baik 4
1) Evaluasi kegiatan kebersihan 1) Evaluasi kegiatan keluarga diri, berdandan, makan dan
dalam merawat/ melatih pasien
minum. Berikan pujian
kebersihan diri, berdandan,
2) Jelaskan cara BAK dan BAB yang baik dan benar
pujian
3) Latih cara BAK dan BAB
2) Bimbing keluarga merawat
4) Masukan pada jadwal kegiatan untuk
makan dan minum. Berikan
kebersihan
diri,
berdandan, makan dan minum,
kebersihan diri dan berdandan, makan dan minum, BAK dan BAB pasien
BAK dan BAB yang baik dan 3) Anjurkan membantu pasien benar 5
sesuai jadwal yang diberikan
1) Evaluasi kegiatan kebersihan 1) Evaluasi
kegiatan
keluarga
diri, berdandan, makan dan
dalam merawat kebersihan diri,
minum,
berdandan, makan dan minum,
BAK
dan
BAB
.
Berikan pujian
BAK dan BAB. Berikan pujian
2) Latih kegiatan harian
2) Nilai
3) Nilai kemampuan yang telah
kemampuan
keluarga
merawat pasien
mandiri 4) Nilai apakah perawatan diri telah baik
BAB III PENUTUP
27
A. Kesimpulan Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri hendaknya di berikan perhatian yang lebih dalam perawatan diri sehingga peningkatan kebersihan klien dapat lebih meningkatkan lebih baik. Klien yang sering menyendiri merupakan resiko menjadi isolasi sosial maka komunikasi terapeutik yang digunakan sebagai landasan untuk membina saling percaya sehingga dapat menggali semua permasalahan. Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri harus selalu di libatakan dalam kegiatan dan di temani setiap melakukan tindakan yang lebih. Identifikasi diri mengenai penyebab awal terjadinya gangguan tersebut menjadi fokus perhatian pemberian pelayanan kesehatan. Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri membutuhkan dukungan dari keluarga sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan klien. Berdasarkan studi kasus asuhan keperawatan pada Ny.Z dengan Gangguan Defisit Perawatan Diri : Kebersihan Diri / Mandi, Berhias, Makan , Toileting yang telah penulis lakukan, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada kasus ini di temukan diagnosa yaitu defisit perawatan diri : kebersihan diri / mandi, berhias, makan, dan toileting 2. Setelah di berikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam klien mampu membina hubungan saling percaya, mengenal pentingnya kebersihan diri, dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat, dapat melakukan kebersihan secara mandiri dan dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri. B. Saran Klien diharapkan dalam mengikuti ptogram penyembuhan yang direncanakan oleh dokter dan perawat mau dan mampu mengikuti guna kesembuhan klien. Keluarga nantsinya mampu memberikan motivasi dan semangat kepada klien untuk mengembalikan keperawatan diri baik di rumah mau pun di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
28
Carpenito, L.J. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta Fitria Nita.2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Srategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan(LP dan SP).Jakarta:Salemba Medika. Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic Course). Jakarta: EGC Kemenkes RI, Kasiati, Wayan. 2016. Modul bahan ajar cetak keperawatan : kebutuhan dasar manusia I. Jakarta selatan: Pusdik SDM kesehatan Diakses tanggal 13 oktober 2020 http://bppsdmk.kemenkes.go.id/ Manurung, N. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Konsep, Mind Mapping dan NANDA NIC NOC. Jakarta: TIM. Mukhripah Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka Aditama Ovari, I., & Ikhwan, M. (2018). Faktor Predisposisi Dan Presipitasi Berhubungan Dengan Kekambuhan Pasien Gangguan Jiwa Di Puskesmas Pegang Panti Pasaman Tahun 2017. JURNAL KESEHATAN PERINTIS (Perintis’s Health Journal), 5(1), 87–90. https://doi.org/10.33653/jkp.v5i1.100 Prabowo, Eko. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta: Nuha Medika. Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier Sutejo. 2016. Keperawatan Jiwa : Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa : Gangguan jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka Baru Press Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
29