Laporan Uji Daya Berkecambah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH (AGH250)



UJI DAYA BERKECAMBAH



Eva Qurniasi X1004202028



Dosen 1. Prof. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, M. S 2. Dr. Maryati Sari, S.P., M.Si 3. Okti Syah Isyani Permatasari, S.P., M.Si



Asisten 1. Adhitya Vishnu Pradana 2. Ni Kadek Ema Sustia Dewi



DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2021



I.



PENDAHULUAN



1.1.Latar Belakang Perkecambahan merupakan serangkaian peristiwa penting sejak benih dorman sampai kebibit yang sedang tumbuh tergantung dari viabilitas benih, lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi. Oleh karena itu perlu dilaksanakan pengujian benih untuk mengetahui viabilitas benih atau kemampuam benih untuk tumbuh menjadi bibit pada kondisi lingkungan yang optimum. Uji perkecambahan itu meliputi uji daya kecambah, yang erat kaitanya dengan viabilitas benih dan uji kecepatan berkecambah yang berhubungan erat dengan vigor benih. Uji viabilitas merupakan salah satu tolak ukur yang sangat penting dalam pengujian mutu fisiologis benih (Agustin dan Lestari, 2016). Pengujian viabilitas benih



selama



ini



umumnya



dilakukan



dengan



menggunakan



media



perkecambahan kertas, pasir, kompos dan tanah. Pemilihan jenis media perkecambahan yang tepat akan mempengaruhi hasil uji viabilitas. Hal ini penting dalam pengembangan prosedur pengujian agar suatu metode dapat terstandarisasi dengan hasil yang tepat. Media perkecambahan harus memiliki sifat fisik yang baik, mempunyai kemampuan menyerap air, oksigen dan bebas dari organisme penyebab penyakit. Persyaratan untuk berkecambah yang berbeda-beda dari bermacam-macam biji adalah penting diketahui untuk pedoman penanaman biji, pedoman penetapan perlakuan tertentu dan pengontrolan pertumbuhan. Setiap benih memiliki kemampuan yang berbeda untuk berkecambah, meskipun kondisi genetis dan fisiologisnya sama. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang dapat menentukan suatu kecambah. Dengan memberikan perlakuan yang berbeda pada satu jenis benih yang sama akan dapat diketahui kemampuan tumbuh dari masing-masing benih tersebut. Kemampuan benih tersebut dinyatakan dengan daya kecambah dan kecepatan kecambah dapat aktifnya. Daya tumbuh atau daya berkecambah ialah jumlah benih yang berkecambah dari sejumlah benih yang di kecambahkan pada media tumbuh optimal ( kondisi laboratorium) pada waktu yang telah ditentukan, dan dinyatakan dalam



persen. Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung persentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu. Pengujian benih dilakukan di labolatorium untuk menentukan baik mutu fisik maupun mutu fisiologik suatu jenis atau kelompok benih. Yang salah satunya adalah pengujian daya berkecambah parameter yang digunakan berupa persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung, Pengujian pada kondisi lapang biasanya tidak memberikan hasil yang memuaskan karena tidak dapat diulang dengan hasil yang akurat. Oleh karena itu, metode penguian dilaboratorium telah dikembangkan dimana kondisi lingkungan dikendalikan sedemikian rupa untuk mendapatkan tingkat perkecambahan yang optimal pada lot benih jenis tanaman tertentu.



1.2.Tujuan Adapun tujuan dari percobaan adalah untuk mengetahui metode pengujian daya berkecambah benih, mendeteksi viabilitas suatu lot benih dengan tolak ukur daya berkecambah benih, mengidentifikasi kecambah normal, kecambah abnormal, benih segar tidak tumbuh, dan benih mati.



II. METODE



2.1 Alat dan Bahan Pada percobaan ini alat yang digunakan adalah alat tulis, dandang, toples. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air, benih kacang hijau, label, dan tisu towel. 2.2 Langkah Kerja 1.



Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, benih yang digunakan adalah benih kacang hijau sebanyak 25 butir dan 4 ulangan.



2.



Siapakan media tanam berupa tisu towel sebanyak 5 lembar setiap gulungan (terdiri dari 2 lembar bagian atas dan 3 lembar bagian bawah), lalu basahi tisu dengan air sampai tisu menjadi lembab.



3.



Benih dikecambahkan berselang selang-seling sebanyak 25 butir per gulungan. Di atas 3 lembar tisu towel yang di alasi plastik, posisi embrio perlu diperhatikan.



4.



Bagian atas benih di tutup dengan 2 lapis lembar tisu towel, kemudian digulung dan diberi label, dengan keterangan komoditas, ulangan dan tanggal semai.



5.



Selanjutnya, gulungan benih yang akan dikecambahkan diletakkan ke dandang yang bagian bawahnya telah terisi air karena dandang yang digunakan berukuran kecil, dandang dimasukkan ke toples plastik dan tutup rapat. Perhatikan posisi atas dan bawah gulungan agar pertumbuhan kecambah tidak terbalik.



6.



Pengamatan kecambah kacang hijau dilakukan pada hari ke 5 dan hari ke 7 untuk menghitung jumlah kecambah normat dari masing-masing ulangan.



III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil



Media tanam yang digunakan adalah Alat dan bahan yang digunkan yaitu biji kacang hijau, plastik dan kertas towel



tisu towel



Benih



dikecambahkan



berselang Bagian atas benih di tutup dengan 2



selang-seling sebanyak 25 butir per lapis tisu towel gulungan. Di atas 3 lembar tisu towel yang di alasi plastik, posisi embrio perlu diperhatikan.



Kertas towel digulung dan diberi label, Dandang dimasukkan ke toples plastik dengan keterangan komoditas, ulangan dan tutup rapat. Perhatikan posisi atas dan tanggal semai. Gulungan benih dan bawah gulungan agar pertumbuhan yang akan dikecambahkan diletakkan kecambah tidak terbalik ke dandang yang bagian bawahnya telah terisi air karena dandang yang digunakan berukuran kecil



Kecambah kacang hijau pada hari ke 5 setelah semai Berikut ini adalah perhitungan uji daya berkecambah Ulangan 1 %DB =







× 100% × 100% :



= = 56% Ulangan 2 %DB =







= = 56%



× 100% × 100%



Ulangan 3 %DB =







× 100% × 100%



= = 60% Ulangan 4 %DB =







=



× 100% × 100%



= 56% Pengamatan Pertama 5 HST (15 Maret 2021) Ulangan Kecambah Kecambah Benih Normal Abnormal mati



1



14



10



0



Benih segar tidak tumbuh 1



Dokumentasi



2



13



12



0



0



3



15



10



0



0



4



13



12



0



0



Pengamatan Kedua 7 HST (17 Maret 2021) Ulangan Kecambah Kecambah Benih Normal Abnormal mati



Benih segar tidak tumbuh



Dokumentasi



1



0



11



0



0



2



1



11



0



0



3



1



11



0



0



4



14



11



0



0



Pembahasan Perkecambahan adalah suatu pengaktifan embrio yang mengakibatkan terbukanya kulit benih dan munculnya tumbuhan muda. Perkecambahan benih juga merupakan salah satu indikator yang berkaitan dengan mutu benih (Rohandi & Widyani, 2009 dalam Yuniarti & Megawati, 2017). Pengujian viabilitas benih selama ini umumnya dilakukan dengan menggunakan media perkecambahan kertas, pasir, kompos dan tanah. Pemilihan jenis media perkecambahan yang tepat akan mempengaruhi hasil uji viabilitas. Hal ini penting dalam pengembangan prosedur pengujian agar suatu metode dapat terstandarisasi dengan hasil yang tepat. Menurut Widajati et al. (2012) pengujian daya berkecambah untuk benih yang berukuran kecil dapat menggunakan metode uji di atas kertas (UDK) dan uji antar kertas (UAK). Adapun spesifikasi substrat untuk pengujian daya berkecambah adalah: (1) kertas harus berpori, memungkinkan akar tumbuh (2) bebas dari cendawan, bakteri, dan bahan beracun yang dapat memengaruhi perkecambahan, (3) tetap kuat selama jangka waktu pengujian, (4) mampu menahan air cukup selama pengujian, dan (5) pH 6,0-7,5. Substrat/media perkecambahan diperlukan dalam kegiatan pengujian perkecambahan benih. Secara fisik, media harus mempunyai porositas yang tinggi, drainase dan aerasi yang baik (Hardiwinoto et al., 2011). Dalam menentukan substrat/media dan metode perkecambahan di laboratorium, maka perlu diperhatikan syarat perkecambahan benih adanya air untuk melembapkan benih, suhu yang sesuai, cukup oksigen, dan adanya cahaya.



Apabila substrat/media kertas yang digunakan untuk uji perkecambahan, maka kertas tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: berwarna polos, mampu menyerap dan menyimpan air dengan baik, tidak mudah ditembus akar, mudah didapat, murah, harus dapat disterilkan (bebas dari mikroorganisme) serta mempunyai sifat fisik yang seragam. Beberapa substrat/media yang umum digunakan untuk pengujian perkecambahan benih di laboratorium adalah substrat kertas, misalnya kertas towel, kertas koran, kertas saring, dan kertas merang (ISTA, 2010). Benih yang digunakan pada praktikum untuk uji daya berkecambah adalah biji kacang hijau yang diperoleh dari toko klontong disekitar tempat tinggal. Sebelum benih disemai pada media, benih direndam selama kurang lebih 5 menit, media yang digunakan untuk uji daya berkecambah adalah tisu towel, dengan menggunakan metode uji UKDdp atau uji diantara kertas/ Between Paper (BP). Agustin dan Lestari (2016) menyatakan bahwa pemakaian kain flanel, kertas koran, kertas samson, tisu towel, kapas, rockwool, dan kertas saring memiliki hasil yang sama baik terhadap viabilitas benih yang ditunjukkan pada DB dengan rata-rata 90%. Pada penelitian Agustin dan Lestari (2016) pemakaian tisu towel untuk uji viabilitas benih selada dan bawang merah menjadi media perkecambahan terbaik. Tisu towel menjadi media perkecambahan terbaik pada benih selada yang ditunjukkan pada hasil kecepatan tumbuh tertinggi dibandingkan media lain. Pemakaian tisu towel merupakan media perkecambahan yang mudah didapat dengan harga yang ekonomis. Benih kacang hijau disemai pada tanggal 10 Maret 2021 dengan 2 kali pengamatan yaitu pada hari ke 5 tanggal 15 Maret 2021 dan hari ke 7 tanggal 17 Maret 2021. Pada pengamatan pertama yatu pada hari ke 5, kecambah normal pada ulangan 1 yaitu 14 butir dan benih segar belum tumbuh berjumlah 1 butir, sisanya adalah kecambah abnormal, kecambah normal pada ulangan 2 yakni 13 butir, kecambah normal pada ulangan ke 3 yakni 15 butir, dan kecambah normal pada ulangan ke 4 yakni 13 butir, semua benih yang di uji tumbuh namun beberapa mengalami pertumbuhan abnormal tapi tidak mengalami pembusukan. Pada pengamatan kedua yaitu hari ke 7, kecambah normal pada ulangan 1 tidak ada, kecambah normal pada ulangan 2 yakni 1 butir, kecambah normal pada



ulangan ke 3 tidak ada, dan kecambah normal pada ulangan ke 4 yakni 1 butir, sisa benih pada pengamatan ke 1 lalu diamati pada pengamatan ke 2 rata-rata mengalami pembusukan dengan ciri-ciri berlendir dan berbau busuk akibat infeksi cendawan sehingga dikategorikan benih dengan pertumbuhan abnormal. Kecambah abnormal memiliki ciri-ciri kecambah dengan pertumbuhan lain dari biasanya, mengalami kerusakan dan terjadi pembusukan pada bagian penting kecambah. Benih abnormal pada pengujian ini rata-rata terletak pada susunan bagian bawah ketika gulungan tisu towel ditegakkan. Hal ini diduga tejadi akumulasi air pada bagian bawah tisu towel dan kurangnya terkena cahaya matahari sehingga memicu perkembangan bakteri pada kondisi yang lembab, kecambah yang tumbuh normal umumnya terletak pada tiga baris teratas saat gulungan tisu ditegakkan di toples. Kecambah normal sendiri memiliki ciri-ciri bagian-bagian kecambah berkembang dengan baik. Dalam hal ini perkecambahan benih dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perkecambahan, seperti air, suhu, cahaya, dan media (Suhartati, 2007 dalam Agustin dan Lestari, 2016) Praktikan pada pengamatan pertama mengakui lalai dan lupa karena tidak membuang benih yang telah dinyatakan normal, namun praktikan dapat mengingat dan membedakannya berdasarkan posisi benih di dokumentasi pada pengamatan ke 1. Pada pengamatan ke 1 dan pengamatan ke 2 diperoleh hasil bahwa % daya kecambah pada ulangan ke 1 adalah 56%, ulangan ke 2 adalah 56%, ulangan ke 3 adalah 60%, dan ulangan ke 4 adalah 56%. Hal ini menunjukkan bahwa antar ulangan tidak berbeda nyata.



IV. KESIMPULAN



Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah: 1. Daya tumbuh atau daya berkecambah ialah jumlah benih yang berkecambah dari sejumlah benih yang di kecambahkan pada media tumbuh pada waktu yang telah ditentukan, dan dinyatakan dalam persen 2. Benih yang digunakan pada praktikum untuk uji daya berkecambah adalah biji kacang hijau dan media yang digunakan untuk uji daya berkecambah adalah tisu towel, dengan menggunakan metode uji UKDdp atau uji diantara kertas/ Between Paper (BP). 3. Beberapa benih mengalami pertumbuhan abnormal diduga tejadi akumulasi air pada bagian bawah tisu towel dan kurangnya terkena cahaya matahari sehingga memicu terjadinya infeksi cendawan pada kondisi yang lembab. 4. Tisu towel menjadi media perkecambahan terbaik dan merupakan media perkecambahan yang mudah didapat dengan harga yang ekonomis. 5. % Daya Kecambah pada ulangan ke 1 adalah 56%, ulangan ke 2 adalah 56%, ulangan ke 3 adalah 60%, dan ulangan ke 4 adalah 56%.



DAFTAR PUSTAKA Agustin, H., & Lestari, D. I. (2016). Optimalisasi Media Perkecambahan Dalam Uji Viabilitas Benih Selada Dan Bawang Merah. Jurnal Agrin. Vol. 20 No. 2: 107-114. Hardiwinoto, S., Nurjanto, H.H., Nugroho, A.W., & Widiyatno. 2011. Pengaruh Komposisi dan Bahan Media Terhadap Pertumbuhan Semai Pinus (Pinus merkusii). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol. 8 No. 1: 9-18. ISTA. 2010. International Rules for Seed Testing Edition 2010. Switzerland: International Seed Testing Association. Widajati, E., E. Murniati, E. Palupi, T. Kartika, M.R. Suhartanto, & A. Qadir. (2012). Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor: IPB Press. Yuniarti, N., & Megawati, L. 2017. Pengaruh Metode Perkecambahan dan Substrat Kertas terhadap Viabilitas Benih Eucalyptus pelita F. Mull (The effect of Method and Germination Paper Substrate on Viability Eucalyptus pelita F. Mull). Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. Vol. 6 No. 1: 13-19.