13 0 522 KB
PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN PERBEDAAN VISKOSITAS PLASMA SEL-SEL YANG SEDANG MEMBENTANG
NAMA
: RADEN ARJUNA SURBAKTI
NIM
: 4162141012
KELAS
: BIOLOGI DIK B 2016
JURUSAN
: BIOLOGI
KELOMPOK
: V (LIMA)
TANGGAL PELAKSANAAN
: RABU, 28 FEBRUARI 2019
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2019
I.
JUDUL PRAKTIKUM
“PERBEDAAN
VISKOSITAS
PLASMA
SEL-SEL
YANG
SEDANG
MEMBENTANG” II. TUJUAN 1.
Mengetahui pengertian dari visikositas plasma sel
2.
Mengetahui faktor apa yang berperan dalam viskositas sel
3.
Mengetahuialasan mengapa menggunakan sel bawang merah dalam percobaan ini
4.
Mengetahui yang terjadi pada myofibril pada saat sel mengalami pembentangan
5.
Mengetahui perbedaan istropik dan anistropik
III. TINJAUAN TEORITIS Sel tanaman pada umumnya dibungkus oleh dinding sel. Struktur dinding sel tersebut berfungsi untuk menjaga stabilitas sel dari berbagai pengaruh internal maupun ekstrenal. Dinding sel tanaman memiliki struktur yang kuat dan fleksibel dengan ketebalan hingga beberapa ratus nanometer. Struktur tersebut memiliki berbagai macam fungsi seperti penyokong, mencegah pembentangan yang berlebihan seperti pengaruh tekanan hidrostatik, dan lainya (Cosgrove, 1997; Cleland, 1971). Tekanan dalam sel tanaman dalam kedaan normal sekitar 0,5 Mpa (5 atm) namun tekanan akan meningkat 10 kali lipat ketika mengalami tekanan hidrostatik seperti adanya sel yang mengalami turgor (Verbelen & Vissenberg, 2007). Setiap sel dalam jaringan tanaman akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang mengakibatkan dinding sel mengalam proses pembentangan. Regulasi pembentangan dinding sel bertujuan untuk adaptasi terhadap kondisi lingkungan seperti cahaya, temperatur, dan kadar air. Pembentangan sel ada dua macam yakni isotropik dan anisotropik. Pembentangan secara isotropik terjadi ketika dinding sel mengalami pembentangan mengikuti sumbu pertumbuhan yang menghasilkan pola pembentangan yang seragam. Sementara pembentangan anisotropik didasarkan atas hipotesis Paul Green yang man proses pembentangan disebabkan oleh adanya tekanan turgor dan viskositas
(viskoelastik) serta adanya pengaruh mikrofibril pada dinding sel seperti pada Gambar 1 (Salisbury, dan Ross. 1992).
Gambar 1. Hipotesis Paul Green: tanda panah putih merupakan tekanan turgor dan viskositas dan tanda biru merupakan orientasi mikrofibril selulosa yang bersifat anisotropik (Lakitan, B. 2007).
Dalam proses pembentangan, dinding sel mengalami reorientasi mikrofibril yang di mediasi oleh protein seperti expansin. Pada sel yang sedang mengalami pertumbuhan, komponen selulosa mikrofibril merupakan bagian dari matriks yang berupa komponen viskositas. Kita sel mengalami pembentangan, maka mikrofibril akan mengalami penguraian sehingga proses pembentangan menjadi lebih maksimal (Marga et al., 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentangan sel selain proses pembelahan juga terdapat faktor-faktor lain seperti pH, kadar air, dan tekanan osmosis (Gambar 2).
Gambar 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentangan sel (Lakitan, B. 2007).
Tekanan osmosis dalam sel juga dapat mempengaruhi kadar air dalam sel yang berpengaruh terhadap proses pembentangan. Dehidrasi akibat perbedaan tekanan osmosis dalam sel akibat juga dapat mempengaruhi viskositas plasma dalam sel (Martı´nez et al., 2007). Viskositas atau disebut juga viskoelastik merupakan perubahan bentuk sel akibat pengaruh viskositas atau tingkat kekentalan suatu matriks dalam plasma sel. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam seperti tekanan osmosis (Heddy, S. 1990).
Sel
yang mengalami dehidrasi tersebut
disebut juga sel
yang
terplasmolisis. Dalam keadan tersebut, tingkat viskositas plasma sel mengalami penurunan yang dapat menyebabkan membran plasma sel terpisah dari dinding sel dan volume protoplasma mengalami penurunan (Gambar 3). Plasmolisis terjadi pada saat sel mengalami kontak dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah daripada di dalam sel (Guritno dan Sitompul, 1995).
Gambar 3. Diagram sel yang mengalami plasmolisis (Guritno dan Sitompul, 1995).
IV. ALAT DAN BAHAN 4.1 ALAT NO NAMA ALAT
JUMLAH
1
Mikroskop dan perlengkapannya
1 buah
2
Pisau/silet
1 buah
3
Pipet tetes
2 buah
4
Tissue
Secukupnya
4.2 BAHAN NO NAMA BAHAN
JUMLAH
1
Allium cepa
secukupnya
2
Larutan gula/larutan KNO3 (0,1 M., 0,3 Secukupnya M., dan 0,5 M )
3
V.
H2 O
Secukupnya
PROSEDUR KERJA 1. Pisahkan lapisan-lapisan yang menyusun umbi bawang, kemudian buat sayatan epidermis sebelah dalam dari setiap lapisan, masing-masing direndam dalam air dan Larutan gula/larutan KNO3 dengan berbagai konsentrasi selama 30 menit 2. Setelah perendaman selesai, diamati dengan menggunakan mikroskop 3. Gambar dan bandingkan plasmolysis yang terjadi pada lapisan yang berbeda dengan rendaman konsentrasi yang sama
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tabel Hasil Pengamatan N Jenis
Lapisan 1
o larutan
Lapisan 2
Lapisan 3
1 H2O .
Sel besar, rapat dan
Sel lebih kecil, tidak
Sel kecil dan
tidak ada ruang antar
beraturandan sedikit
tidak beraturan
sel
ruang antar sel
dan
Dinding sel tipis
Dinding
sel
lebih
tebal
terdapat
ruang antar sel. Dinding
sel
lebih tebal lagi 2 KNO3 . 0,1 M
Sel berukuran paling
Sel berukuran kecil
Sel
berukuran
kecil dan tidak ada
dan terdapat sedikit
kecil
ruang antar sel.
ruang antar sel.
terdapat sedikit
Dinding sel tebal
Dinding sel tebal
ruang antar sel. Dinding
dan
sel
tebal
3 KNO3 . 0,3 M
Sel berukuran paling
Sel berukuran kecil Sel berukuran kecil
kecil dan tidak ada
dan terdapat sedikit dan terdapat sedikit
ruang antar sel.
ruang antar sel.
Dinding sel tipis
Dinding sel tebal
Sel berukuran paling
Sel berukuran kecil Sel berukuran kecil
kecil dan tidak ada
dan terdapat sedikit dan terdapat sedikit
ruang antar sel.
ruang antar sel.
Dinding sel tipis
Dinding sel tebal
ruang antar sel. Dinding sel tebal
4 KNO30 . ,5 M
ruang antar sel. Dinding sel tebal
B. Hasil Pembahasan Pada bulbus bawang merah, sel bawang merah memang tampak sangat sederhana, namun sebenarnya sel bawang merah sangatlah kompleks. Dinding sel bawang merah dan sel-sel tumbuhan yang lain, sangatlah rapat. Tersusun dari lapisan lipid (lemak) dan lipoprotein yang sangat teratur. Hanya zat tertentu saja yang bisa keluar masuk sel dengan mudah, seperti air dan ion-ion mineral (K, Cldan Ca) sedangkan zat-zat lain harus melewati screening dinding sel yang sangat ketat.
Dinding Sel Dinding sel berfungsi sebagai pelindung sel. Batang tumbuhan pada
umumnya lebih keras dibandingkan dengan tubuh manusia maupun hewan. Khal ini disebabkan karena bagian luarsel tumbuhan tersusun dari dinding sel yang amat
keras.
Bahan
utama
penyusun
dinding
sel berupa zat kayu yaitu selulosa yang tersusun dari glukosa. Selain selulosa, din ding sel juga
mengandung zat
lain,
misalnya pektin,
hemiselulosa,
dan glikoprotein.
Nukleus ( Inti Sel ) Fungsi Inti sel adalah sebagai berikut :
a. Mengendalikan proses berlangsungnya metabolisme dalam sel a. Menyimpan informasi genetik ( gen ) dalam bentuk DNA b. Mengatur kapan dan di mana ekspresi gen- gen harus dimulai, dijalankan dan diakhiri. c. Tempat terjadinya replika ( perbanyakan DNA ) dan trankripsi ( pengutipan DNA )
Tekanan osmosis dalam sel juga dapat mempengaruhi kadar air dalam sel yang berpengaruh terhadap proses pembentangan. Dehidrasi akibat perbedaan tekanan osmosis dalam sel akibat juga dapat mempengaruhi viskositas plasma dalam sel. Viskositas atau disebut juga viskoelastik merupakan perubahan bentuk
sel akibat pengaruh viskositas atau tingkat kekentalan suatu matriks dalam plasma sel. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam seperti tekanan osmosis. Sel
yang mengalami dehidrasi tersebut
disebut juga sel
yang
terplasmolisis. Dalam keadan tersebut, tingkat viskositas plasma sel mengalami penurunan yang dapat menyebabkan membran plasma sel terpisah dari dinding sel dan volume protoplasma mengalami penurunan. Plasmolisis terjadi pada saat sel mengalami kontak dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah daripada di dalam sel. Pengaruh letak sel dari umbi bawang merah terhadap hasil plasmolisis. Letak sel pada bawang merah ini dipengaruhi oleh vikositas atau tingkat kekentalan plasma sel yang sedang membentang. Pembentang sel tersebut juga dipengaruhi oleh komposisi dinding sel pada masing-masing sel. Sel yang berada di dalam umbi bawang merah tentunya akan memiliki tingkat pembentangan sel yang berbeda dengan sel yang ada di bagian luar dari bawang merah.
VII. KESIMPULAN 1. Viskositas atau disebut juga viskoelastik merupakan perubahan bentuk sel 2. akibat pengaruh viskositas atau tingkat kekentalan suatu matriks dalam plasma sel. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentangan sel selain proses pembelahan juga terdapat faktor-faktor lain seperti pH, kadar air, dan tekanan osmosis. Tekanan osmosis dalam sel juga dapat mempengaruhi kadar air dalam sel yang berpengaruh terhadap proses pembentangan. Dehidrasi akibat perbedaan tekanan osmosis dalam sel akibat juga dapat mempengaruhi viskositas plasma dalam sel. 4. Allium cepadi gunakansebagai objek karena sel bawang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat di amati dengan jelas perubahan yang terjadi pada tiap-tiap sel yang di berikan perlakuan yang berbeda 5. Pada sel yang sedang mengalami pertumbuhan, komponen selulosa mikrofibril merupakan bagian dari matriks yang berupa komponen viskositas. Kita sel mengalami pembentangan, maka mikrofibril akan mengalami penguraian sehingga proses pembentangan menjadi lebih
maksimal Pembentangan sel ada dua macam yakni isotropik dan anisotropik. Pembentangan secara isotropik terjadi ketika dinding sel mengalami
pembentangan
menghasilkan
pola
mengikuti
pembentangan
sumbu yang
pertumbuhan seragam.
yang
Sementara
pembentangan anisotropik didasarkan atas hipotesis Paul Green yang man proses pembentangan disebabkan oleh adanya tekanan turgor dan viskositas (viskoelastik) serta adanya pengaruh mikrofibril pada dinding sel
DAFTAR PUSTAKA Guritno, B. dan Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.UGM Press. Yogyakarta. Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta. Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung. Vissenberg, Feijo JA, Weisenseel MH, Verbelen JP. 2001. Ion fluxes, auxin and the induction of elongation growth in Nicotiana tabacum cells. JXB. 52 : (2161-2167). .