Laprak 6 (Respirasi Tanaman) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN “RESPIRASI TANAMAN”



Disusun Oleh : Nama



: Bintang Arya Pramana



NIM



: 205040201111197



Kelas



:D



Asisten



: Sindy Sukma Hardiana



PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2021 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak kekayaan alam. Dari kekayaan alam tersebut tentunya terdapat banyak keanekaragaman hayati yang dijumpai. Salah satunya yaitu berbagai tumbuhan yang memiliki jenis yang berbeda-beda. Tumbuhan memiliki ciri yang khas yaitu adanya klorofil atau zat hijau daun yang digunakan untuk proses fotosintesis. Setiap makhluk hidup pasti memiliki ciri adanya kehidupan, salah satunya yaitu bernapas atau respirasi. Sama halnya dengan makhluk hidup yang lain, tumbuhan pun melakukan proses bernapas.



Dalam pengertian sehari-hari, respirasi sekedar diartikan sebagai proses menghirup udara berupa gas O2 dan melepaskan udara berupa gas CO2. Sedangkan tumbuhan bernafas dengan menghirup CO2 dan mengeluarkan O2. Peran tumbuhan inilah yang membuat kita bisa menghirup udara segar setiap paginya, karena tumbuhan telah menyerap semua gas-gas racun yang berterbangan di udara bebas. Secara biologis, pengertian respirasi bukan hanya proses pertukaran gas. Respirasi lebih menunjuk kepada proses pembongkaran atau pembakaran zat sumber energi di dalam sel-sel tubuh untuk memperoleh energy atau tenaga. Zat makanan sumber tenaga yang paling utama adalah karbohidrat. Tumbuhan juga menyerap O2 untuk pernafasannya, umumnya diserap melalui daun (stomata). Pada tumbuhan tingkat tinggi, karbohidrat merupakan zat terpenting dalam proses respirasi. Selain karbohidrat, zat lain yang berperan dalam proses respirasi tumbuhan adalah fruktosa, glukosa, sukrosa dan pati (pati). Fisiologi tumbuhan merupakan cabang biologi yang mempelajari tentang proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh tumbuhan yang menyebabkan tumbuhan tersebut dapat hidup. Laju prosesproses metabolisme ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan mikro di sekitar tumbuhan tersebut. Fotosintesis dan respirasi merupakan proses metabolisme dasar yang terjadi di dalam sel hidup. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum dan pembuatan laporan praktikum ini adalah dimana mahasiswa sebagai praktikan diharapkan mampu: 1. Mengetahui secara meluas pengertian dari respirasi tanaman dari berbagai sumber jurnal 2. Mengetahui macam-macam respirasi yang ada pada tanaman dan mampu membedakannya 3. Memahami tahapan respirasi tanaman dan faktor apa yang dapat mempengaruhi laju respirasi 4. Mengetahui teknik pengukuran laju respirasi 5. Menyimpulkan pengetahuan yang didapatkan dari praktikum ini di akhir laporan sesuai pemahaman sendiri 1.3 Manfaat Manfaat yang didapat dari praktikum mengenai respirasi tanaman ini yaitu dapat lebih mengerti dan memahami mengenai respirasi dan tahapannya, serta pengaruh perendaman dan perkecambahan terhadap respirasi.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Respirasi Tanaman (2 ind, 2 ing) 















Respirasi merupakan proses utama katabolisme dimana glukosa dan bahan organik lainnya dirombak menjadi karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) yang pada hakikatnya merupakan pemanfaatan energi bebas dalam makanan menjadi energi bebas yang ditimbun dalam ATP (Novitasari, 2017). Respirasi merupakan proses pembongkaran atau pembakaran zat sumber energi di dalam sel-sel tubuh tanaman untuk memperoleh energi atau tenaga yang berupa karbohidrat (Al, 2006). Respiration is the process that releases stored chemical energy from dry mass when it is needed to run plant processes. Translate: Respirasi merupakan suatu proses yang melepaskan energi kimia yang tersimpan dari bahan kering saat dibutuhkan oleh tanaman untuk melakukan proses-proses di dalamnya (Grossman, et al., 2011). Cellular respiration is the sequence of enzymatic reactions that oxidise fuel molecules yielding CO2 and energy which is captured as adenosine triphosphate (ATP). Translate: Respirasi seluler merupakan urutan reaksi enzimatis yang mengoksidasi molekul bahan bakar menghasilkan CO2 dan energi yang ditangkap sebagai adenosine triphosphate (ATP) (O’Leary dan Plaxton, 2016).



2.2 Macam-macam Respirasi Tanaman (2 sitasi) Terdapat macam-macam respirasi yang terjadi pada suatu tanaman. Menurut Paembonan (2020) yang menyatakan bahwa respirasi pada tanaman terdiri atas dua macam yaitu respirasi aerob yaitu respirasi yang membutuhkan oksigen dan menghasilkan karbondioksida, air dan energi. Kemudian yang kedua adalah respirasi anaerob yaitu respirasi yang tidak memerlukan oksigen. Selain senyawa CO2, proses reaksi ini juga menghasilkan senyawa lain seperti alcohol, asetaldehida atau asam asetat dan terdapat sedikit energi. Kemudian menurut Wiraatmaja (2016) juga menyatakan bahwa respirasi tanaman terdiri dari dua macam respirasi yaitu aerob dan anaerob. Pada penjelasannya dapat diketahui bahwa respirasi aerob merupakan respirasi yang dapat terjadi dalam udara bebas dengan menggunakan oksigen dalam udara yang mana nantinya respirasi ini akan menghasilkan 36 ATP dari 1 molekul glukosa. Sementara itu respirasi anaerob merupakan respirasi yang dapat terjadi di dalam udara bebas tetapi prosesnya tidak menggunakan oksigen dalam udara. Respirasi anaerob ini akan menghasilkan produksi akhir berupa etanol atau asam laktat.



2.3 Tahapan Respirasi Tanaman (serta reaksi 2 sitasi) Respirasi yang terjadi pada suatu tanaman memiliki beberapa tahapan dalam prosesnya. Menurut Khairuna (2019) proses aerob berlangsung melalui beberapa tahap seperti: 



Glikolisis yang merupakan proses penguraian glukosa menjadi dua molekul asam piruvat, dua ATP dan dua NADH 2 yang mana proses ini terjadi pada sitoplasma  Siklus krebs merupakan proses membentuk senyawa untuk menyintesis senyawa lain, 2 ATP, 2 FADH2, 10 NADH2, 2 FADH2 dan 10 NADH2 yang kemudian dioksidasi pada rantai respiratoris untuk dikonversi menjadi energi dalam bentuk ATP. Proses ini terjadi pada lumen mitokondria  Dekarboksilasi oksidatif yang berperan dalam penguraian dua molekul asam piruvat menjadi dua molekul asetil KoA, 2 CO2 dan 2 NADH2. Proses ini terjadi pada membrane luar mitokondria  Oksidasi NADH2 dan FADH2 yang dihasilkan dari tiga reaksi sebelumnya untuk menghasilkan energi ATP melalui rangkaian enzim dalam membrane. Reaksi rantai respitatoris ini berlangsung pada membran mitokondria Proses pernapasan (respirasi) terletak pada mitokondria tumbuhan. Menurut pernyataan Advinda (2018) bahwa Glucose + 6 O2 6 CO2 + 6 H2O + 36 ATP merupakan reaksi yang terjadi selama proses respirasi tumbuhan sedang berlangsung. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:  Glikolosis, merupakan proses yang melinatkan kelompok enzim pada sitosol dan plastida yang terdiri dari dua tahap yaitu tahap I yang merupakan tahap dimana tidak terjadi reaksi oksidasi dan reduksi, juga tidak menghasilkan ATP namum membutuhkan ATP yang diawali dengan mengkatalisis pemecahan molekul senyawa 6C menjadi PGAL senayawa 3C. Kemudian adalah tahap II yang merupakan tahap oksidasi PGASL menjadi asam piruvat yang mana tahap ini terjadi pembentukan ATP  Dekarboksilasi Oksidatif yang merupakan tahapan persiapan sebelum masuk pada siklus krebs dan memerlukan beberapa kofaktor dan suatu kompleks enzim dengan tahap yang akan mengubah asam piruvat (3C) menjadi asetil KoA  Siklus krebs yang merupakan hasil dari derkaboksilasi oksidatif dimana disebut juga sebagai reaksi antara asetil KoA dengan asam oksaloasetat yang kemudian akan membentuk asam sitrat  Transpor electron merupakan tahap terakhir yang terjadi dalam proses respirasi dan berlangsung pada mitokondria dengan adanya molekul yang berperan penting dalam reaksi ini yaitu NADH2 dan FADH2 yang merupakan hasil senyawa dari siklus krebs 2.4 Faktor yang Mempengaruhi Respirasi Tanaman (2 sitasi) Respirasi pada tanaman berlangsung melalui beberapa tahapan dan pada tahap-tahap respirasi pada suatu tumbuhan dapat juga dipengaruhi oleh beberapa



faktor. Adapun menurut Darmawan (2020) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengarhui respirasi pada tanaman adalah sebagai berikut: 



















Suhu, dimana seluruh reaksi yang terjadi pada respirasi merupakan reaksi biokimia yang akan menjadikan suhu sebagai salah satu faktor penting yang mempengaruhi respirasi. Dijelaskan juga bahwa suhu yang meningkat akan meningkatkan laju reaksi 2-3 kali lipat Ketersediaan oksigen dan karbondioksida merupakan faktor penting dalam respirasi aerob. Jika tidak ada oksigen, maka oksidasi terminal juga tidak akan belangsung dengan baik. Seluruh proses respirasi akan terhenti dan baha-bahan racun tertimbun sehingga akan menyebabkan kematian pada tanaman. Tetapi apabila kadar karbondioksida di udara mencapai 10% akan menghambat berjalannya laju respirasi maka semakin tinggi kadar karbondioksida yang adal di udara akan membuat laju respirasi semakin rendah pula Penambahan air juga dapat mempengaruhi laju respirasi dimana biji yang kering mempunyai tingkat respirasi rendah. Namun dengan ditambahkannya air akan mengaktifkan enzim dan meningkatkan laju respirasi Cahaya secara tidak langsung dapat meningkatkan respirasi. Dengan adanya pengaruh cahaya terhadap fotosintesis. Laju fotosintesis yang meningkat akan meningkatkan persediaan makanan juga, dimana kemudian hal itu akan meningkatkan respirasi pada tanaman Pengaruh zat kimia, dimana zat kimia mengandung bahan-bahan atau senyawa-senyawa kimia yang akan bersifat racun dan dapat membunuh tanaman karena senyawa kimia tersebut akan menghambat aktivitas enzim pada proses respirasi



2.5 Pengukuran Laju Respirasi (1 sitasi) Dalam proses respirasi, senyawa penting yang dapat digunakan dalam mengukur laju respirasi adalah perubahan kandungan glukosa, jumlah ATP, CO 2 yang diproduksi dan O2 yang dikonsumsi. Pengukuran yang dilakukan dengan menghitung produksi CO2 dan konsumsi O2 dari keempat cara tersebut lebih praktis dan sederhana. Pengukuran laju respirasi memerlukan sampel gas sebagai hasil dari kegiatan respirasi. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel gas dapat dilakukan secara internal ataupun eksternal. Pengambilan secara eksternal ternyata lebih sederhana dan tidak merusak buah jika dibandingkan dengan pengambilan secara internal. Metode pengambilan secara eksternal yaitu metode statis (sistem tertutup) dan metode dinamis (sistem terbuka). Metode sistem tertutup lebih cepat dalam persiapannya karena hanya membiarkan bahan pada wadah tertutup sampai terjadi perubahan konsentrasi gas yang terjadi dalam waktu relative singkat. Namun metode ini tidak dapat digunakan dalam menentukan respirasi pada kondisi atmosfer terkendali (CA) untuk periode penyimpanan yang lama. Laju respirasi dihitung dengan mengetahui berat bahan, volume bebas wadah dan perbedaan konsentrasi setelah waktu tertentu (Rokhani, 2007). BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan



Alat dan bahan yang diperlukan dan akan digunakan dalam praktikum respirasi tanaman adalah sebagai berikut: Alat dan Bahan



Gambar



Fungsi



Botol kecil



Sebagai wadah peletakan KOH



Pemanas dan buret



Memanaskan larutan dan sebagai alat titrasi KOH



Labu erlenmeyer



Sebagai wadah perkecambahan



Timbangan analitik



Untuk menimbang biji jagung dengan akurat



Pinset, cawan petri dan tisu



Sebagai alat untuk mengambil biji jagung (pinset), wadah meletakkan biji jagung (petidrish) dan alat mengeringkan (tisu)



Alumunium foil



Menutup labu Erlenmeyer



Benang jahit steril



Mengikat botol kecil



KOH



Mengikat CO2



HCl



Menetralkan KOH



BaCl2



Mengendapkan hasil respirasi



Aquades



Untuk membasahi tiu dalam labu erlenmeyer



phenolphtalen



Indicator warna



Biji jagung



Spesimen



3.2 Cara Kerja   







      



Mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu Memberikan tanda pada Erlenmeyer dan cawan petri dengan kode seperti A, B, C, D dan E Setiap perlakuan berisi 10 biji jagung. Kemudian timbang biji jagung dan catat berat yang diperoleh dari hasil timbangan dan letakkan biji jagung pada cawan petri Pada perlakuan A, masukkan biji ke dalam oven kemudian keringkan biji dengan oven 2 x 24 jam dengan suhu 800C. Setelah itu timbang berat kering biji jagung Pada perlakuan B, C, D, dan E, biji jagung direndam dengan air untuk kode C, D, E selama 10 menit dan biji jagung B tidak direndam Masukkan tissue ke dalam labu Erlenmeyer dan basahi tisu dengan aquades Masukkan biji jagung ke dalam masing-masing labu Erlenmeyer sesuai dengan kode yang telah diberikan Masukkan KOH 25 ml ke dalam botol kecil dan ikat menngunakan tali ke mulut labu Erlenmeyer Tutup labu Erlenmeyer dengan alumunium foil Biarkan masing-masing perlakuan pada Erlenmeyer Perlakuan A (dikecambah 2 hari), B (tanpa direndam dan dikecambah 2 hari), C (direndam dan dikecambah 2 hari), D (direndam dan dikecambah 4 hari) dan E (direndam dan dikecambah 6 hari)



    



Proses Titrasi Masukkan HCL 1N ke dalam buret Ambil KOH pada masing-masing perlakuan dan masukkan KOH ke dalam labu Erlenmeyer Teteskan BaCl2 dan phenolphtalin sebanyak 2 tetes Tetesi KOH dengan HCN 1N secara perlahan untuk proses titrasi. Lakukan sampai warna berubah menjadi bening Lakukan perlakuan tersebut pada Erlenmeyer lainnya dan dokumentasikan lalu catat hasilnya.



3.3 Analisa Kerja Praktikan terlebih dahulu mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama kegiatan praktikum berlangsung. Setelah alat dan bahan selesai disiapkan, berilah tanda pada masing-masing Erlenmeyer berupa kode A,B,C,D dan E. pada tiap perlakuan diisi 10 biji jagung lalu biji jagung ditimbang dan dicatat berat yang diperoleh dari penimbangan tersebut. Kemudian biji jagung ditempatkan di cawan petri. Setelah itu pada perlakuan A, biji jagung dimasukkan ke dalam oven dan dikeringkan dengan oven selama 2 x 24 jam dengan suhu mencapai 800C. Setelah itu biji kering jagung ditimbang. Kemudian pada perlaukan B,C,D dan E, biji jagung direndam dengan air untuk kode C,D,E selama 10 menit sementara itu perlakuan B tidak direndam. Setelah melakukan perendaman, masukkan tisu ke dalam Erlenmeyer dan basahi tisu tersebut dengan aquades dan masukkan biji jagung ke masing-masing labu Erlenmeyer sesuai dengan kode yang telah dibuat sebelumnya. Masukkan KOH sebanyak 25 ml ke dalam botol kecil lalu ikat menggunakan tali ke mulut labu erlmenyer. Setelah diikat, tutup labu Erlenmeyer menggunakan alumunium foil dan dibiarkan. Kemudian setelah dibiarkan, pada proses titrasi masukkan HCL 1 N ke dalam buret dan ambil KOH pada masing- masing perlakuan dan memasukkan KOH ke dalam labu Erlenmeyer kemudian teteslan BaCl2 dan phenolphtalin sebanyak 2 tetes. Proses titrasi dilakukan dengan meneteskan KOH dengan HCN 1 N secara perlahan sampai terjadi perubahan warna menjadi bening. Lakukan hal yang sama pada labu Erlenmeyer lainnya dan tidak lupa untuk mendokumentasikan hasil yang diperoleh dan mencatat hasil titrasi yang didapatkan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil No



Sampel



Volume titrasi (ml)



Evolusi CO2 [mg/(g.t)]



1.



Blanko



19



0,000



2.



B



18



0,203



3.



C



17



0,406



4.



D



14,5



0,456



5.



E



12



0,473



Tabel di atas merupakan tabel perolehan hasil praktiku. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui ada 5 sampel yang digunakan dalam praktikum yaitu sampel blanko dengan volume titrasi 19 ml dan evolusi CO2 0,000. Pada sampel



B diperoleh volume titrasi 18 ml dengan evolusi CO2 0,203. Pada sampel C diperoleh volume titrasi 17 ml dengan evolusi CO2 0,406. Pada sampel D diperoleh volume titrasi 14,5 ml dengan evolusi CO2 0,456 dan pada sampel terakhir yaitu sampel E diperoleh volume titrasi 12 ml dengan evolusi 0,473. Dari perolehan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin sedikit volume titrasi yang diperoleh maka akan berdampak pada semakin besarnya evolusi CO2 yang dihasilkan. Pada tabel tersebut volume titrasi terkecil adalah pada sampel E yaitu 12 ml yang kemudian menghasilkan evolusi CO2 tertinggi yaitu 0,473. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Perbandingan antara Perendaman terhadap Laju Respirasi Dalam praktikum ini, salah satu sampel yang tidak direndam adalah sampel B dan sampel lainnya seperti C,D dan E perlakuan bijinya direndam. Sehingga diperoleh dari hasil perhitungan bahwa sampel B memiliki evolusi CO2 yang paling rendah diantara sampel lainnya yang memiliki perlakuan direndam. Sehingga dari hasil yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bawha laju respirasi akan melambat jika tidak diberikan perlakuan perendaman pada biji. Perendaman biji juga bertujuan untuk menyediakan air bagi biji sehingga dapat terbantu dalam melakukan proses perkecambahan dalam waktu singkat dan laju respirasi juga akan meningkat. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Sahroni et al., (2018) bahwa perendaman merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mempercepat atau meningkatkan proses perkecambahan pada biji. Perendaman dengan estimasi waktu 24 jam dapat mengoptimalkan perkecambahan biji. Adapun faktor lain yang juga dapat berpengaruh diantaranya seperti kondisi fisiologis dan viabilitas biji tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan respirasi dipengaruhi oleh laju perkecambahan biji, dimana semakin cepat biji berkecambah maka akan semakin cepat juga respirasi yang dapat dilakukan oleh biji tersebut.



4.2.2 Pengaruh Waktu Lama Perkecambahan terhadap Laju Reaksi Berdasarkan hasil dari pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa lama waktu perkecambahan dapat memiliki pengaruh pada laju respirasi. Seperti pada penjelasan hasil pada tabel yang telah diperoleh bahwa pada perlakuan sampel B dimana biji jagung tidak direndam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan merendam akan mempercepat proses perkecambahan. Dan semakin lama waktu perkecambahan akan meningkatkan nilai evolusi CO2. Hal itu dapat dilihat pada hasil tabel pada sampel E yang merupakan sampel dengan hasil evolusi CO2 tertinggi yaitu 0,473 dimana biji jagung direndam dan dikecambahkan selama 4 hari. Dengan demikian hal tersebut juga didukung dengan pernyataan Advinda (2018) yang menyatakan bahwa bagian tumbuhan yang aktif akan melakukan respirasi seperti bagian yang sedang tumbuh seperti pada biji yang berkecambah. Dimana semakin tinggi oksigen yang diserap makan akan meningkatkan laju respirasi. Tanaman muda memiliki laju respirasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tumbuhan dewasa yang sudah menua. Semakin lama waktu perkecambahan akan semakin lembab benihnya yang mana kelembaban tersebut merupakan salah satu faktor eksternal yang akan berpengaruh pada laju respirasi (Giri, 2003). BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pada praktikum respirasi tanaman dapat disimpulkan bahwa pengertian dari respirasi tanaman adalah proses penyerapan molekul oksigen yang terdapat di udara bebas untuk menghasilkan air, karbondioksida, dan energi yang sangat dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Respirasi memiliki empat tahapan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Berdasarkan data hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa kadar air yang tinggi didapat dari perendaman dapat meningkatkan laju respirasi dan pengeringan membuat kadar air biji rendah sehingga menurunkan laju respirasi. Oleh karena itu, untuk mempercepat laju respirasi yang juga mempercepat proses perkecambahan maka biji direndam terlebih dahulu. 5.2 Saran Praktikum kali ini berjalan dengan lancar, penulisan laporan tidak memiliki kendala. Semoga praktikum minggu depan dapat berjalan dengan lancar dan asisten praktikum dapat memaparkan materi dengan baik.



DAFTAR PUSTAKA Advinda, L. (2018). Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta. Al, S. (2006). Respirasi pada Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Giri, GH, S. And William F. Schilinger. 2003. Seed Priming Winter Wheat for Germination, Emergence, and Yield. Dep. Of Crop and Soil Sciences, Washington State Univ., Dryland A 2 yr experiment was conducted at Washington State UniResearch Station. Crop Sci. 43:2135-2141. Grossman, Y. L., Berdanier, A. B., Custic, M. L, Freeley, L. R., Peake, S. F., Saenz, A. J., Sitton, K. S. 2011. Integrating Photosynthesis, Respiration, Biomass Partitioning, and Plant Growth: Developing a Microsoft Excel R -based Simulation Model of Wisconsin Fast Plant (Brassica rapa, Brassicaceae) Growth with Undergraduate Students. Math. Model Nat. Phenom 6(6): 295- 313. H. Rokhani. 2007. Teknik Pengukuran Laju Respirasi Produk Hortikultura pada Kondisi Amosfir Terkendali. Jurnal Keteknikan Pertanian. Vol. 21 No. 4. Khairuna. (2019). Diktat Fisiologi Tumbuhan. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Medan. Novitasari, R. (2017). Proses Respirasi Seluler pada Tumbuhan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi . Yogyakarta: FKIP Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. O’Leary, B. M., & Plaxton, W. C. (2016). Plant Respiration. ELS, April, 1–11. https://doi.org/10.1002/9780470015902.a0001301.pub3. Paembonan, S.A. (2020). Silvika: Ekofisiologi dan Pertumbuhan Pohon. Makassar: Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin. Sahroni, M.., T. Tundjung., Handayani., Yulianti dan Zulkifli. 2018. Pengaruh Perendaman dan Letak Posisi Biji dalam Buah Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Kecambah Biji Kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati 5(1): 27-36. Wiraatmaja, I. W. 2016. Respirasi dan Fotoresiparasi. Fakultas Pertanian Universitas Udayana.



LAMPIRAN