Laprak DDPT 5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STRUKTUR TUBUH SERANGGA (Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)



Oleh Garda Alfitra Gumay 2114161027 Kelompok 4



JURUSAN AGRONOMI DAN HOLTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2022



I. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Organisme pengganggu tanaman dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan atas ukuran tubuhnya ialah hama dan penyakit. OPT kelompok hama merupakan binatang dengan ukuran tubuh yang dapat kita lihat dengan mata kepala secara langsung (makroorganisme). Sedangkan OPT yang bentuk dan ukuran tubuhnya tidak dapat kita lihat dengan mata telanjang melainkan dengan pengamatan bantuan mikroskop (mikroorganisme) dikelompokan kedalam golongan penyakit tanaman. Pengertian lain tentang hama merupakan semua serangga maupun binatang yang aktifitasnya menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu dan berdampak pada kerugian secara ekonomis. Serangga terbagi dalam beberapa ordo sesuai dengan ciri khas masing-masing, diantaranya berdasarkan tipe mulut yang terbagi atas tipe mulut menggigit, mengunyah, menjilat, menusuk, mengisap, menggerek (Denis, 2017).



Hama merupakan sebutan bagi semua binatang yang dapat menimbulkan kerusakan dan kerugian pada tanaman serta turunannya, diantaranya yaitu serangga hama. Pada tulisan ini akan diuraikan beberapa jenis hama yang menyebabkan kerusakan pada bagian tanaman yaitu pada daun dan batang. Berdasarkan gejala yang tampak, kerusakan pada daun dan batang lebih mudah diamati dibandingkan kerusakan pada akar dan buah/benih. Hama daun adalah hama yang merusak tanaman dengan cara memakan jaringan daun (defoliator) atau menyebabkan kerusakan pada jaringan daun. Beberapa hama daun pada tanaman kehutanan diamati pada tahap bibit di persemaian maupun tegakan yang ada di areal tanam (Yogi, 2016).



Serangga memegang peranan yang sangat penting bagi ekosistem, peranan tersebut dapat menguntungkan maupun merugikan. Peran yang menguntungkan yaitu serangga dapat bermanfaat sebagai penyerbuk/pollinator, dapat berperan sebagai musuh alami serangga hama, berfungsi sebagai perombak/dekomposer, penyedia bahan makanan/protein hewani, serangga yang diperdagangkan yaitu serangga-serangga yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, serta fungsi potensial lainnya seperti umpan untuk memancing, lebah madu dan semut rangrang. Peran serangga yang merugikan yaitu serangga yang menyebabkan luka pada tanaman sehingga menyebabkan kerusakan/kerugian dan disebut sebagai hama. Pelukaan tanaman oleh serangga dilakukan antara lain dengan cara: menggigit, menghisap, memakan, melukai akar, meletakkan telur/ membuat sarang, mengamati serangga lain, dan pengantar penyakit. Kerusakan pada tanaman bisa keseluruhan misalnya, tanaman menjadi mati atau busuk, dan bisa juga pada sebagian tanaman saja, misalnya merusak daun, batang, buah/ benih, dan akar (Yeni, 2020).



1.2 Tujuan Tujuan dilakukannya praktikum kali ini adalah 1.Untuk memahami morfolgi serangga, sehingga dapat membedakan serangga dengan organisme lain



II. METEDOLOGI PRAKTIKUM



2.1 Waktu dan Tempat Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 5 Oktober 2022. Pada pukul 07.00-09.50 WIB. Terletak di laboratorium hama dan penyakit tanaman fakultas pertanian universitas lampung.



2.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada prakstikum kali ini adalah alast tulis, daun yang telah disiapkan, pestisida yang telah disiapkan, kertas HVS, alat tulis, belalang dan samrtphone.



2.3 Prosedur kerja Cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut : 1.



Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum.



2.



Diberikan spesimen belalang oleh asisten dosen disiapkan



3.



Diamati dan digambarkan spesimen belalang tersebut.



4.



Dicatat hasil pengamatan



5.



Hasil.



III. HASIL DAN PEMBAHASAN



3.1 Hasil Hasil yang didapatkan dalam praktikum kali ini adalah No 1



2



Gambar Bagian



Keterangan



3



3.2 Pembahasan



3.2.1 Serangga Serangga merupakan komponen keanekaragaman hayati yang paling besar jumlahnya, dan mempunyai fungsi ekologi yang penting sebagai penyeimbang ekosistem serta dapat menjadi indikator rusaknya lingkungan. Dalam ekosistem keanekaragaman serangga tinggi dikatakan lingkungan ekosistem tersebut seimbang atau stabil. Keanekaragaman serangga yang tinggi akan menyebabkan proses jaring-jaring makanan berjalan normal. Didalam ekosistem keanekaragaman, ketika populasi serangga rendah maka, lingkungan ekosistem tersebut tidak seimbang. Serangga merupakan kelompok utama hewan beruas (arthropoda) yang bertungkai dan memiliki enam tiga pasang oleh sebab itu serangga disebut dengan Hexapoda dalam bahasa Yunani yang berarti berkaki enam. Kajian ilmu yang mempelajari peri kehidupan serangga disebut entomologi serangga (Vera, 2019).



3.2.2 Klasifikasi Serangga Belalang adalah serangga herbivor yang termasuk dalam Ordo Orthoptera dengan jumlah spesies 20.000. Belalang dapat ditemukan hampir di semua ekosistem



terestrial. Sebagian besar spesies belalang berada di ekosistem hutan. Mereka makan hampir setiap tanaman yang liar ataupun yang dibudidayakan. Gesonula mundata (Walker) merupakan spesies yang paling banyak di temukan di agroekosistem dengan jumlah individu sebanyak 807. Berbeda dengan Hesperotettix viridis pratensis merupakan spesies yang paling banyak ditemukan di ekosistem hutan tanaman dengan jumlah individu sebanyak 1.199. Sedangkan Oxya hyla intricata (Stal) merupakan spesies yang ditemukan pada kedua ekosistem, sebanyak 9 individu ditemukan di agroekosistem dan 456 individu ditemukan di ekosistem hutan tanaman. H. viridis, H. alba, dan H. speciosus (Scudder) merupakan spesies yang lebih memilih makanan pada kelompok tanaman tertentu. Meskipun H. viridis memakan banyak spesies forb, mereka lebih suka tanaman snakeweed (Gutierrezia spp.). Sedangkan O. hyla merupakan spesies yang lebih menyukai rumput-rumputan yang termasuk Famili Poaceae daripada tanaman padi sehingga O. Hyla lebih banyak ditemukan di ekosistem hutan tanaman. O. hyla merupakan salah satu hama tanaman padi di Bukit Barak, Assam, India bagian tenggara. O. hyla juga merupakan belalang sawah dan hama utama tanaman padi. V. nigricornis pada agroekosistem ditemukan dengan jumlah individu sebanyak 213. V. nigricornis disebut juga belalang kayu, yang mempunyai ciri-ciri antena pendek, sayap depan lurus dan agak keras, sayap belakang berbentuk seperti selaput, memiliki panjang tubuh 6,2 cm. serta mempunyai kaki belakang yang lebih panjang dari kaki depan (Bagas, 2017).



3.2.3 Tipe Alat Mulut Serangga Kepala serangga berbentuk kapsul mempunyai beberapa sklerit dan menjadi keras. Bagian-bagian kepala yaitu Front, Clypeus, Vertex, Occiput, Gena dan post gena, Ocelli, mata majemuk, antena dan Alat mulut. Alat mulut tersebut terdiri dari Labrum, Labium, Maksi1a, Mandibel, Palpus Maksilaris dan Palpus Labialis. Berdasarkan letak alat mulut pada kepala, type kepala serangga dapat dibedakan : Type Hipognatus ; alat mulut terletak di bagian ventral dari kepala, contohnya : belalang (Orthoptera). Type Prognatus ; alat mulut terletak di bagian anterior dari kepala, contohnya : beberapa jenis kumbang (Coleoptera) dan Kepik (Hemiptera).



Type Episthognatus ; alat mulut terletak di bagian ventral kepala tetapi mengarah ke belakang, contohnya : wereng, kutu daun dan tonggeret (Homoptera) (Pujiantoro, 2017).



3.2.4 Fungsi Bagian Serangga Kepala pada serangga terdiri dari satu rentetan ruas-ruas metamer tubuh. kepala serangga berfungsi untuk mengumpulkan makanan, manipulasi, penerima sensoris dan perpaduan saraf. Pada kepala serangga terdapat alat mulut,antena, mata majemuk, dan mata tunggal. toraks merupakan tagma (segmen) lokomotor tubuh dan toraks mangandung tungkai-tungkai dan sayap-sayap. Toraks terdiri atas tiga ruas, bagian anterior protoraks, mesotoraks, dan bagian posterior metatoraks. Spirakel yang satu berkaitan dengan mesotoraks dan yang lain berkaitan dengan metatoraks. Meso dan metahoraks mengalami beberapa perubahan yang berkaitan dengan penerbangan. Abdomen merupakan tempat organ dalam yang mana fungsi-fungsi fisiologis tubuh berada di sana. Pada umumnya abdomen serangga terdiri dari 11 segmen metameri (berulang). Tiap segmen metamer memiliki satu sklereit dorsal tergum (jamak: terga), satu sklereitventral sternum (jamak: sterna) dan satu selaput daerah lateral pleuron (jamak: pleura) Bagaimana pun sistem itu mulanya berasal dari saluran yang dimulai dari bagian kepala, melewati thoraks dan salurannya sampai sejauh mana pada abdomen. Alat kelamin serangga biasanya terletak pada atau kira-kira pada ruas abdomen 8 dan 9. Ruas-ruas ini memiliki kekhususan yang berkaitan dengan kopulasi dan peletakan telur (Syahrin, 2019).



IV. KESIMPULAN



Kesimpulan yang didapat pada praktikum kali ini adalah 1. Serangga seperti artropoda lain, tidak mempunyai kerangka bagian dalam, serangga justru mempunyai eksoskeleton, lapisan luar keras yang sebagian besar dibuat dari kitin untuk melindungi serta menopang badan. Tidak seperti halnya vertebrata, maka hal itulah yang membedakan serangga dengan organisme lain.



DAFTAR PUSTAKA



Yeni,N. 2020. Keanekaragaman Serangga Yang Berpotensi Hama Pada Tanaman Kehutanan. Jurnal Biodervisitas. Vol.2. (2): 117-124 Denis, H. 2017. Ilmu Hama Dan Penyakit Tanaman. Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur. Surabaya. Yogi, N. 2016. Hama Tanaman Hortikultura, Perkebunan dan Pangan. Yayasan Menulis. Tasikmalaya. Syahrin. 2019. Keanekaragaman Serangga Pada Tanaman. Universitas Padjadjaran. Bandung. Vera, V. 2019. Identifikasi Serangga Pada Tanaman Cabai (Capsicum Annum L.) Dikawasan Hortipark Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Lampung Selatan. Universitas Islam Indonesia Raden Intan. Bandar Lampung. Bagas, P. 2017. Biodiversitas Belalang (Acrididae: Ordo Orthoptera) Pada Agroekosistem (Zea Mays L.) Dan Ekosistem Hutan Tanaman Di Kebun Raya Baturaden, Banyumas. Jurnal Biosvera. Vol 34, No 2: 80-88. Pujiantoro. 2017. Entomologi. Universitas Pembangunan Nasional "Veteran". Surabaya.



LAMPIRAN