Laprak III Sipp [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI DAN FARMAKOGNOSI PRAKTIKUM III HAKSEL DAN PEMERIKSAAN SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPI



Hari, Tanggal Praktikum



: Kamis, 1 juli 2020



Kelas



: A4A



Nama praktikan



: I Putu Aris Septa Permana



NIM



: 19021020



Nama dosen jaga



: I Komang Adi Alit Sanjaya., S.Si., M.Si



Nama asisten dosen jaga



: Ni Luh Manik Rahayuni



PRAKTIKUM BOTANI DAN FARMAKOGNOSI PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS 2020



HAKSEL DAN PEMERIKSAAN SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPI I.



TUJUAN PERCOBAAN 1. Mahasiswa mampu mengenal dan melakukan mengidentifikasi beberapa macam haksel dari tanaman yang biasanya digunakan sebagai bahan obat. 2. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi fragmen-fragmen simplisia secara mikroskopik dan mengetahui ciri khas masingmasing simplisia tersebut.



II.



DASAR TEORI Simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut bahanbahan obat alam yang berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk. (Gunawan dan Mulyani,2004) Simplisia terbagi atas 3, yaitu : Simplisia Nabati merupakan Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan ketiganya. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya, berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya dengan cara tertentu dipisahkan, diisolasi dari tanamannya. (Gunawan, 2004) Simplisia Hewan berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia mumi (minyak ikan / Oleum iecoris asselli, dan madu / Mel depuratum). (Gunawan, 2004). Simplisia Mineral merupakan Simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni (serbuk seng dan serbuk tembaga). (Gunawan, 2004). Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan tiga konsep untuk



menyusun parameter standar mutu simplisia yaitu sebagai berikut (Dirjen POM, 1989): 1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai tiga parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan



biologis), serta aturan penstabilan



(wadah, penyimpanan dan transportasi). 2.



Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat tetap diupayakan memiliki tiga paradigma seperti produk kefarmasian lainnya, yaitu Quality-Safety-Efficacy (mutu-aman-manfaat).



3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung



jawab



terhadap



respons



biologis



untuk



mempunyai spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan. Untuk mengetahui kebenaran dan mutu obat tradisional termasuk simplisia, maka dilakukan analisis yang meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif terdiri atas pengujian organoleptik, pengujian makroskopik, pengujian dan pengujian mikroskopik. a. Uji Organoleptik, meliputi pemeriksaan warna, baud an rasa dari bahan. b. Uji Makroskopik, meliputi pemeriksaan cirri-ciri bentuk luar yang spesifik dari bahan (morfologi) maupun ciri-ciri spesifik dari bentuk anatominya. c.Uji fisika dan kimiawi, meliputi tetapan fisika (indeks bias, titik lebur, dan kelarutan) serta reaksi-reaksi identifikasi kimiawi seperti reaksi warna dan pengendapan. d.Uji biologi, meliputi penetapan angka kuman, pencemaran, dan percobaan terhadapa binatang.(Gunawan, 2004).



2.) Tahap Pembuatan Simplisia Cara pembuatan simplisia adalah sebagai berikut: 1.Pengumpulan/Panen: a. Pengumpulan/panen dapat dilakukan dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat(mesin). Apabila pengambilan dilakukan secara



langsung



(pemetikan)



maka



harus



memperhatikan



keterampilan si pemetik, misalnya dikendaki daun yang muda, maka daun yang tua jangan dipetik dan jangan merusak bagian tanaman lainnya. b. Waktu pengumpulan atau panen Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia dilakukan oleh waktu panen, umur tanaman, bagian yang diambil dan lingkungan tempat tumbuhnya, sehingga diperlukan satu waktu pengumpulan yang tepat yaitu pada saat kandungan zat aktifnya mencapai jumlah maksimal. Pada umumnya waktu pengumpulan sebagai berikut : 



Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah menjadi masak.







Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.







Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu dipetik sebelum buah masak.







Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna.







Akar, rimpang (rhizoma), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus) dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhannya berhenti. c.Bagian tanaman Adapun cara pengambilan simplisia/bagian



tanaman adalah : 1. Kulit batang/klika (cortex) diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu. * Kadar air simplisia ≤ 10%



2. Batang (caulis) diambil dari cabang utama sampai leher akar, dipotong-potong dengan panjang dan diameter tertentu. * Kadar air simplisia ≤ 10% 3.



Kayu (lignum) diambil dari batang atau cabang, kelupas



kulitnya



dan dipotong-potong kecil.



* Kadar air simplisia ≤ 10% 4. Daun (folium) diambil daun tua daun kelima dari pucuk. Daun muda dipetik satu persatu secara manual. * Kadar air simplisia ≤ 5% 5. Bunga (flos) dapat berupa kuncup atau mahkota bunga atau daun bunga, dapat dipetik langsung dengan tangan. * Kadar air simplisia ≤ 5% 6.Akar (radix) diambil bagian yang berada dibawah permukaan tanah dipotong-potong dengan ukuran tertentu. * Kadar air simplisia ≤ 10% 7.Rimpang (rhizoma). Tanaman dicabut, rimpang diambil dan dibersihkan dari akar, dipotong melintang dengan ketebalan tertentu. * Kadar air simplisia ≤ 8% 8. Buah (fructus) dapat berupa buah yang masak, matang, atau buah muda, dipetik dengan tangan. * Kadar air simplisia ≤ 8% 9. Biji (semen). Buah yang dipetik dikupas kulitnya menggunakan tangan atau alat, biji dikumpulkan dan dicuci. * Kadar air simplisia ≤ 10% 10. Herba atau bagian tanaman yang berada diatas tanah diambil dan dibersihkan. 11. Kulit buah seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan dicuci. * Kadar air simplisia ≤ 8% 12.Bulbus adalah tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan akar dengan memotongnya, kemudia dicuci.



Mutu dari simplisia yang di gunakan dapat diketahui dengan



melakukan



pemeriksaan



aitu



secara



makroskopik



( organoleptis) dan mikroskopik. Pemeriksaan mikorskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari kekhususan bentuk, warna, bau dan rasa simplisia (Soegiharjo, 2013) Pemberian nama simplisia pada umumnya terdiri atas nama marga (genus), atau nama spesies (species) atau petunjuk jenis (specific epithet) dari tanaman asal, dilanjutkan dengan nama bagian tanaman yang digunakan sebagai simplisia. (Adi,p2020). III.



ALAT DAN BAHAN ALAT 1. Mikorskop 2. Lampu spiritus 3. Kaca pembesar 4. Gelas objek dan penutup gelas 5. Tissue/lap 6. Tusuk gigi BAHAN 1. Simplisia 2. Aqua destilata 3. Larutan klorahidrat 4. Spiritus bakar untuk lampu spiritus



IV.



CARA KERJA 4.1 Pemeriksaan haksel (Makroskopis)



Dilakukan pemeriksaan organoleptis atau pemerian serbuk simplisia (rasa, bau, warna). Dilakukan pemeriksaan makroskopis morfologi pada haksel, ukuran, dan warna simplisa 4.2 Pemeriksaan mikroskopis Radix, Rhizoma, Lignum, Cortex, Folium, Herba, Flos, Fructus, Semen Serbuk di atas diambil secukupnya kemudian ditempatkan pada object glass. Ditambahkan beberapa tetes larutan kloralhidrat, kemudian dihangatkan di atas nyala lampu spiritus. Jangan sampai mendidih. Kemudian tutup object glass dengan cover glass. Tunggu hingga dingin, kemudian diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah (apabila diperlukan dapat diamati dengan perbesaran kuat).



VI.



Pembahasan  -



Kulit Kina



Heksel : Bau khas, rasa pahit, dan kelat. Potongan kulit berbentuk pipa, berlekuk atau berupa lempengan, tebal 2-5 mm atau berupa serpihan. Permukaan luar kasar, berkerut. Warna permukaan coklat kehitaman.



-



Mikroskopis : Jaringan gabus, terdiri dari banyak lapisan sel gabus, bentuk persegi empat, memanjang atau agak pipih, berdinding tipis, warna kuning kecoklatan. Korteks makin kearah dalam, dinding sel semakin tipis, berisi butiran pati.



-



Pengamatan : Permukaan agak kasar, rasa pahit, bau aromatic khas, warna coklat. (Depkes RI, 1980). 



-



Buah Kapulaga



Haksel : Bau khas aromatic, rasa agak pedas, buah kotak sejati, bentuk jorong atau bulat panjang, kadang-kadang hampir bulat, mengembung atau agak keriput. Pada permukaan terdapat 3 alur membujur, warna kecoklatan atau kuning muda.



-



Mikroskopis : warna kelabu kekuningan fragmen pengenal adalah fragmen epidermis luar kulit biji yang berdinding tebal berbentuk panjang, fragmen lapisan sel mengandung minyak atsiri. Fragmen sklerenkim palisade yang terlihat tangensial bentuk polygonal, fragmen perisipen yang penuh dengan butiran pati kecil.



-



Pengamatan : Permukaan bertekstur, rasa sedikit pedas, bau khas aromatik, warna kuning pucat.(Depkes RI, 1979). 



-



Lengkuas



Haksel : Bau aromatik, rasa pedas, potongan panjang 4-6 cm, tebal 1-2 cm, kadang-kadang bercabang, ujung bengkok, warna permukaan coklat kemerahan, parut daun jelas. Bekas pertahanan berserat pendek, berbutir-butir kasar, berwarna coklat.



-



Mikroskopis : Fragmen pengenal adalah jaringan gabus, butiran pati, idioblas berisi minyak dan zat somak, fragmen parenkim, serabut sklerenkim dan pembuluh kayu, tidak terdapat sel hablur.



-



Pengamatan : Permukaan potongan kasar, rasa agak pedas, bau khas aromatik, warna coklat pucat. (Depkes, RI.1978). 



-



Kayu Secang



Haksel : Tidak berbau, rasa agak kelat, berbentuk potongan atau kepingan dengan ukuran yang sangat bervariasi atau berupa serutan keras dan padat, warna merah, merah jingga, atau kuning.



-



Mikroskopis : Warna merah jingga kecoklatan, fragmen pengenal adalah bekas serabut dengan selundang hablur oksalat berbentuk prisma, fragmen pembuluh kayu berpenebula jala, fragmen serabut dan umumnya panjang dan lumen sempit.



-



Pengamatan : permukaan potongan agak kasar, rasa kelat yang asam, tidak berbau, warna merah jingga kecoklatan. (Depkes, RI. 1977). 



-



Daun Kelor



Heksel : Tidak berbau, tidak berasa, helaian anak daun berwarna hijau sampai hijau kecoklatan, berbentuk bulat telur atau bulat telur terbalik, ujung daunnya tumpul, batang daunnya membulat, tepi daun rata.



-



Mikroskopis : Berwarna hijau muda, fragmen pengenal adalah rambut menutup terdiri dari 1-2 sel, jarang ada fragmen epidermis diatas. Fragmen epidermis bawah dengan stomata tipe anomositik, hablur kalsium oksalat berbentuk roset, fragmen bekas pembuluh dengan penebangan tangga dan spiral.



-



Pengamatan : Daun berbentuk tumpul, tidak berasa, tidak berbau, warna hijau kecoklatan. (Depkes, RI. 1989) 



-



Buah Lada Putih



Haksel : Bau khas aromatik, pedas, berbentuk hampir bulat, berukuran kecil, warna putih keabuan, ujungnya terdapat sisa kepala putik.



-



Mikroskopis : Epikarp tersusun dari satu sel epidermis yang selnya berbentuk persegi, membulat, hablur kecil persegi, berbentuk prisma, zat berwarna putih kecoklatan.



-



Pengamatan : bentuk bulat dan kecil, rasanya pedas, bau khas aromatik, warna putih keabuan. (Depkes, RI.1981). 



-



Biji Pala



Haksel : Bau khas aromatik, rasa agak pahit, agak pedas dan agak menimbulkan



rasa tebal dilidah. Bentuk inti biji bulat telur ,



panjang 2-3 cm, lebar 1,5-2 cm, warna permukaan luar coklat muda sampai coklat kelabu dengan bintik dan garis kecil berwarna coklat tua, permukaan luar beralur dangkal yang berupa anyaman jala. -



Mikroskopis : Warnanya coklat muda, bau khas aromatik, fragmen pengenal adalah fragmen perisperm sekunder dengan sel minyak, fragmen endosperm berisi butiran pati, butir akuran atau zat warna coklat fragmen perisperm primer.



-



Pengamatan : Permukaan bertekstur, rasa agak pahit, bau khas aromatik, warna coklat. (Depkes, RI. 1980) 



-



Daun Pepaya



Heksel : Bau aromatik khas, rasa sangat pahit, helai daun rapuh, warna permukaan bawah berwarna lebih muda, bentuk bundar dengan tulang daun menjari, pinggiran daun bercangap sampai berbagi menjari. Cuping daun berletak, tulang cuping menyirip. Ujung daun lancip, pangkal daun jantung, tulang daun sangat menonjol di permukaan bawah.



-



Mikroskopis : Berwarna hijau kecoklatan, fragmen pengenal adalah fragmen epidermis atas, fragmen epidermis bawah dengan stomata tipe anomositik, hablur kalsium oksalat berbentuk roset, lepas atau dalam parenkim, fragmen pembuluh kayu.



-



Pengamatan : Terasa rapuh, rasa sangat pahit, bau khas aromatik, warna hijau kecoklatan. (Depkes, RI. 1989). 



-



Kembang Pulu



Haksel : Bau agak aromatik, rasa agak pahit, bunganya utuh atau patah-patah, daun tajuk bagian bawah berletakan satu dan yang lainnya, berbentuk serupa tabung, panjang kurang lebih 25mm,



daun tajuk bagian atas tidak berletakan dan 1 helai daun tajuk berbentuk pita, warna merah kecoklatan. -



Mikroskopis : Warna coklat kemerahan, fragmen pengenal adalah fragmen kepala putik bagian ujung dengan papilla pendek berujung membulat, fragmen kepala putik dibawah ujung papilla lebih panjang berujung meruncing, fragmen tangkai putik, fragmen tangkai sari, serbuk sari, papilla dari kepala putik, fragmen mahkota bunga.



-



Pengamatan : Mahkota bunga kecil dan panjang, rasanya pahit, bau sedikit aromatik, warna merah kecoklatan dengan sedikit jingga. (Depkes, RI. 1919). 



-



Daun Jati Belanda



Haksel : Bau aromatik lemah, rasa agak kelat, daun tunggal, bentuk bundar telur, sampai lanset, panjang helai daun 4-21,5 cm, lebar 210 cm,pangkal daun berbentuk jantung yang kadang-kadang tidak setangkup, ujung daun meruncing, pinggir daun bergerigi, permukaan daun kasar, warna hijau kecoklatan sampai coklat muda.



-



Mikroskopis : Warna hijau tua kecoklatan, fragmen mengenal adalah rambut menutup berbentuk bintang, rambut kelenjar, hablur kalsium oksalat berbentuk prisma, fragmen epidermis atas dan epidermis bawah pembuluh kayu dengan penebalan tangga.



-



Pengamatan : Permukaan kasar sedikit berbulu, rasa sedikit kelat, bau sedikit aromatik, warna hijau kecoklatan. (Depkes, RI.1978). 



-



Dringo



Haksel : Bau khas aromatik, rasa pahit dan agak pedas, potongan rimpang berbentuk agak silindrik, pipih, agak bengkok, liat, tidak banyak bercabang, pada bagian atas terdapat parut daun yang berbentuk segitiga yang terlentang melintang, pada bagian bawah terdapat parut-parut akar berbentuk bundar, menonjol dan letaknya tidak beraturan dalam garis berkeluk-keluk, warna coklat kekuningan hingga coklat.



-



Mikroskopis : Warna coklat kekuningan, fragmen pengenal adalah parenkim dengan rongga udara besar, parenkim dengan sel minyak dengan zat warna coklat kekuningan, butir pati, fragmen pembuluh kayu, hablur, kalsium oksalat, serbuk hablur.



-



Pengamatan : Permukaan agak kasar, rasa pahit, bau khas aromatik, warna coklat kekuningan. (Depkes, RI. 1978). 



-



Daun Cengkeh



Haksel : Bau aromatik, rasa pedas agak pahit, agak menggigil dan menimbulkan rasa tebal, daun tunggal berwarna hijau kecoklatan, helai daun berbentuk lorset memanjang, tulang daun menyirip, tiap tulang cabang sejajar dengan yang lain, ibu tulang daun menonjol pada permukaan atasberwarna hijau kecoklatan lian dan mengkilat, permukaan bawah berwarna lebih muda.



-



Mikroskopis : Berwarna hijau lumut, fragmen pengenal adalah fragmen epidermis bawah dengan stomata, fragmen epidermis atas, fragmen mesofil dengan kelenjar minyak lisigen, hablur kalsium oksalat, serabut, fragmen berkas pembuluh.



-



Pengamatan ; bentuk agak runcing pada daun, rasa pedas, bau khas aromatik, warna coklat. (Depkes, RI. 1989) 



-



Daun Dadap



Haksel : Tidak berbau, tidak berasa, helai daun agak liat, utuh , berwarna coklat buram, bentuk bundar telur sampai xiong memanjang dengan dengan ujung runcing, pangkal daun runcing, pinggir rata, tulang daun menyirip, agak menonjol pada permukaan bawah.



-



Mikroskopis : Berwarna hijau muda, fragmen pengenal adalah fragmen epidermis bawah dengan stomata tipe parisitik, serabut, hablur kalsium oksalat berbentuk prisma, lepas atau dalam jaringan, fragmen pembuluh kayu dan fragmen misofil.



-



Pengamatan : Tekstur agak rapuh, tidak berasa, tidak berbau, warna coklat. (Depkes, RI. 1989).



 -



Kulit Kayu Manis



Haksel : Bau khas aromatik, rasa agak manis, agak pedas dan kelat, potongan kulit berbentuk gelendang, agak menggulung membujur, agak pipih atau berupa berkas yang terdiri dari tumpukan beberapa potongan kulit yang tergulung, permukaan luar yang tidak bergabus berwarna coklat kekuningan atau coklat kemerahan.



-



Mikroskopis : Warna coklat kekuningan, fragmen pengenal adalah sklereida dengan penebalan dinding tidak rata, serabut persikel dan serabut floem, butir pati dan hablur kalsium oksalat, bentuk prisma lepas atau dalam parenkim. Jaringan parenkim dengan sel lendir atau sel minyak, sel gabus dan serabut sklerenkim.



-



Pengamatan : Bentuk gulungan, rasa sedikit manis, bau khas aromatik, warna coklat kemerahan. (Depkes, RI. 1977) 



-



Ketumbar



Haksel : Bau yang diremas bau aromatik khas, rasa khas, lamalama agak pedas, buah kemokarp, merikarp saling berletakan pada tepi sehingga buah berbentuk bulat, warna kuning kecoklatan atau coklat keunguan, pada ujung buah terdapat 5 sisa daun kelopak kecil.



-



Mikroskopis : warna coklat muda kekuningan atau coklat kemerahan , fragmen pengenal adalah serabut sklerenkim mesokarp, fragmen endocarp berikut parenkim mesokarp, fragmen endokarp dengan hablur kalsium oksalat berbentuk prisma, fragmen epikarp dari bagian ujung buah, fragmen mesokarp berikut endokarp, spemoderm, dan endospem, fragmen pembuluh kayu, hablur kalsium oksalat berbentuk prisma dan roset, tidak terdapat rambut penutup atau butir pati.



-



Pengamatan : Bentuk bulat kecil-kecil, rasa khas, bau khas aromatik, warna kuning kecoklatan. (Depkes, RI.1980).



VII.



Kesimpulan Simplisia merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut bahanbahan obat alam yang berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk. Bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan Mutu dari simplisia yang di gunakan dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan aitu secara makroskopik ( organoleptis) dan mikroskopik. Simplisia terbagi atas 3, yaitu : Simplisia Nabati merupakan Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan ketiganya. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya, berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya dengan cara tertentu dipisahkan, diisolasi dari tanamannya. Simplisia Hewan berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia mumi (minyak ikan / Oleum iecoris asselli, dan madu / Mel depuratum). Simplisia Mineral merupakan Simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni (serbuk seng dan serbuk tembaga). Mutu dari simplisia yang di gunakan dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan aitu secara makroskopik ( organoleptis) dan mikroskopik.



Pemeriksaan



mikorskopik



dilakukan



dengan



menggunakan kaca pembesar atau tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari kekhususan bentuk, warna, bau dan rasa simplisia.



DAFTAR PUSTAKA



Purwita, Adi.2020. Modul botani dan farmakognosi praktek ke III. Di baca 30 juni 2020 Depkes RI. 1980. Materia Medika Indonesia, jilid IV. Jakarta : Depkes RI Depkes RI. 1979. Materia Medika Indonesia, jilid III. Jakarta : Depkes RI Depkes RI. 1978. Materia Medika Indonesia, jilid II. Jakarta : Depkes RI Depkes RI. 1977. Materia Medika Indonesia, jilid I. Jakarta : Depkes RI Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia, jilid V. Jakarta : Depkes RI Depkes RI. 1981. Materia Medika Indonesia, jilid I-IV. Jakarta : Depkes RI Depkes RI. 1980. Materia Medika Indonesia, jilid IV. Jakarta : Depkes RI Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia, jilid V. Jakarta : Depkes RI Depkes RI. 1919. Materia Medika Indonesia, jilid III. Jakarta : Depkes RI Depkes RI. 1978. Materia Medika Indonesia, jilid II. Jakarta : Depkes RI Depkes RI. 1978. Materia Medika Indonesia, jilid II. Jakarta : Depkes RI Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia, jilid V. Jakarta : Depkes RI Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia, jilid V. Jakarta : Depkes RI Depkes RI. 1977. Materia Medika Indonesia, jilid I. Jakarta : Depkes RI Depkes RI. 1980. Materia Medika Indonesia, jilid IV. Jakarta : Depkes RI



Dirjen POM. (1989). Materia Medika Indonesia, jilid V. Jakarta : Depkes RI. Hal 228-229 Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Surabaya : Kartika Gunawan & Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam. Bogor : Penebar Swadaya Soegiharjo, C, J. 2013. Farmakognosi. Klaten : Intan Sejati