Las Asetilin [PDF]

  • Author / Uploaded
  • purna
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengelasan merupakan suatu proses penyambungan 2 atau lebih benda kerja menggunakan nyala api tertentu yang didasarkan pada prinsip difusi sehingga terjadi penyatuan benda kerja yang disambung. Las menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) adalah penyambungan besi dengan cara membakar. Berdasarkan definisi dari Deutsche Industrie Normen (DIN) dalam Harsono dkk(1991:1), mendefinisikan bahwa las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair. Sedangkan menurut maman suratman (2001:1) mengatakan tentang pengertian mengelas yaitu salah satu cara menyambung dua bagian logam secara permanen dengan menggunakan tenaga panas. Sedangkan menurut Sriwidartho las adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan. Las Gas/Karbit adalah proses penyambungan logam dengan logam (pengelasan) yang menggunakan gas asitelin (C2H2) sebagai bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar yang telah dibakar gas dengan oksigen (O2) sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu sekitar 3.500°C yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asitelin, propana atau hidrogen. Ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah gas asitelin, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetelin. Karena tidak menggunakan tenaga listrik, las oksi-asetelin banyak dipakai di lapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur elektrode terbungkus.



B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian pengelasan secara umum ? 2. Apa yang dimaksud dengan las Oxy-acetylene atau las karbit? 3. Bagaimana prinsip kerja dari las Oxy-acetylene? 4. Apa saja kah perlengkapan/peralatan yang ada pada las Oxy-acetylene? 5. Bagaimana cara pengoperasian mesin las Oxy-acetylene dalam bengkel praktek?



6. Apa saja kelebihan dan kerurangan yang dihasilkan dari penggunaan las Oxy-acetylene? 7. Apa kegunaan las Oxy-acetylene untuk membuat hasil kerja pengelasan dari setiap nyala apinya?



C. MANFAAT 1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu pengelasan secara umum dan pengelasan yang menggunakan las jenis Oxy-acetylene. 2. Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian dari las Oxy-acetylene hingga mengetahui prinsip kerja las tersebut. 3. Mahasiswa dapat melakukan praktek kerja las yang meliputi cara pengoperasikan las Oxyacetylene. 4. Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan las Oxy-acetylene sehingga mahasiswa dapat memilih jenis las apa yang akan digunakan dalam praktek pengelasan.



BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN 1. Pengertian Pengelasan Pengelasan merupakan penyambungan dua bahan atau lebih yang didasarkan pada prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan bagian bahan yang disambung. Kelebihan sambungan las adalah konstruksi ringan, dapat menahan kekuatan yang tinggi, mudah pelaksanaannya, serta cukup ekonomis. Namun kelemahan yang paling utama adalah terjadinya perubahan struktur mikro bahan yang dilas, sehingga terjadi perubahan sifat fisik maupun mekanis dari bahan yang dilas. Perkembangan teknologi pengelasan logam memberikan kemudahan umat manusia dalam menjalankan kehidupannya. Saat ini kemajuan ilmu pengethuan di bidang elektronik melalui penelitian yang melihat karakteristik atom, mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap penemuan material baru dan sekaligus bagaimanakah menyambungnya. Jauh sebelumnya, penyambungan logam dilakukan dengan memanasi dua buah logam dan menyatukannya secara bersama. Logam yang menyatu tersebut dikenal dengan istilah fusion. Las listrik merupakan salah satu yang menggunakan prinsip tersebut. Pada zaman sekarang pemanasan logam yang akan disambung berasal dari pembakaran gas atau arus listrik. Beberapa gas dapat digunakan, tetapi yang sangat popular adalah gas Acetylene yang lebih dikenal dengan gas Karbit. Selama pengelasan, gas Acetylene dicampur dengan gas Oksigen murni. Kombinasi campuran gas tersebut memproduksi panas yang paling tinggi diantara campuran gas lain.



2. Pengertian Las Asetilin Las



Oxy-Acetylene (las asitelin) adalah proses penyambungan logam dengan



logam (pengelasan) yang mengunakan gas asitelin (C2H2) sebagai bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar gas dengan O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi serta penyambungan tanpa penekanan. Proses penyambung logam melalui proses pelelehan logam menggunakan



energi panas hasil pembakaran campuran gas asitelin dan gas oksigen tersebut digunakan mesin yang disebut mesin las asitelin.



Gambar A.1



Gambar A. 1 mesin las asitelin B. PRINSIP KERJA 1. Pembuatan oksigen Pembuatan gas oksigen dilakukan dengan cara distilasi udara cair. Udara yang mengandung 21% oksigen (O2) dan 78% nitrogen (N2) didinginkan hingga suhu -200°C dengan tekanan tinggi sehingga udara mencair. Kemudian, udara cair tersebut secara berangsur-angsur dipanaskan. Pada suhu -183°C, oksigen cair akan menguap sehingga dapat dipisahkan dari gas lainnya. Oksigen (O2) yang diproduksi massal mempunyai tingkat kemurnian 99,5 %. dan kemudian dimanfaatkan dalam tangki-tangki baja dengan tekanan kerja antara



15 - 30 atm. Keuntungan pemakaian oksigen adalah keadaan



oksigen yang cukup cair tersebut, dapat dipertahankan pada tangki penyimpan dan mudah pada saat pengangkutan. Pada saat dibutuhkan dengan menggunakan alat (Gasificator), oksigen cair dijadikan oksigen gas, dengan tekanan yang besar kemudian oksigen gas tersebut disimpan pada botol-botol baja. Tekanan pada botol-botol baja dibagi berdasarkan kelas. Kelas medium tekanannya sampai 15 atm dan kelas tekanan tinggi sampai dengan 165 atm. Untuk mengetahui kemurnian oksigen, dipakai alat Oxygen Purity Test Ap Apparatus, pada



prinsipnya adalah mereaksikan oksigen dengan larutan



(NH4OH) + CU CL2 , sisa yang tidak terlarut adalah nitrogen dan argon.



ammonia



2. Pembuatan asitelin asetilin (C2H2) diperoleh dengan cara mereaksasikan CaC2 (kalsium karbida) dengan air. Karbit atau CaC2 adalah senyawa kimia antara CaCo (kapur) dan C (karbon). Dengan demikian asetilin merupakan gas yang diperoleh dari unsur-unsur kapur, karbon, dan air. Persamaan reaksi pembuatan C2H2: CaO + 3C



CaC2 + CO



CaC2 + H2



C2H2 + Ca(OH) 2



asetilin tidak berwarna dan tidak berbau, kalau asetilin yang sering kita jumpai berbau hal ini disebabkan oleh karena terdapatnya kotoran belerang dan fosfor. Asetilin merupakan gas yang sangat mudah terbakar atau meledak akibat kenaikan tekanan dan temperatur. Terbakar atau meledaknya gas yang sangat mungkin disebabkan oleh faktorfaktor yang misalnya kotoran, katalisator, kelembapan, sumber-sumber penyalaan, kualitas tabung tempat penyimpanan yang tidak baik. (Contoh : pengelasan sambungan tabung yang tidak baik atau bahan tabung yang tidak kuat menahan tekanan kerja.) Karena alasan-alasan tersebut maka tekanan kerja pada pembangkit gas asetlin hanya diijinkan sampai pada tekanan 1,5 kg/𝑐𝑚2 , penyimpanan gas asetilin kedalam tabung-tabungh baja dilakukan dengan tekanan kerja lebih dari 2kg/ 𝑐𝑚2 , temperatur kritis untuk gas asetilin yaitu sebesar 39,5 °C 3. Pembakaran las asetilin Pembakaran adalah persenyawaan secara kimiawi antara zat-zat yang mudah terbakar dengan oksigen. Oksigen di udara atau dapat ditambah secara khusus misalnya dalam tabung-tabung oksigen. Kecepatan nyala tergantung dari tekanan dan komposisi campuran gas oksigen. Kecepatan maksimum tergantung perbandingan gas asitelin dan oksigen berkisar antara 1:25. Proses Pengelasan oksy asitelin dilakukan dengan membakar gas asitelin untuk mendapatkan nyala dengan temperature tinggi guna melelehkan logan induk dan logam pengisi.



Gambar B.1 pembakaran oksi asetilin



C. BAGIAN-BAGIAN



Gambar C.1 bagian-bagian mesin las asetilin 1. Tabung Oksigen Tabung oksigen berfungsi untuk menampung gas oksigen. Tabung oksigen biasanya berwarna biru atau hitam, mempunyai katub atau pembuka katup berupa roda tangan, baut serta mur pengikatnya menggunakan ulir kanan. Bagian atas ada dudukan untuk memasang regulator.



2. Katup silinder oksigen Katup silinder oksigen terletak diujung atas silinder berguna untuk membuka atau menutup keluarnya oksigen sesuai keperluan. Dalam katup ini terdapat lubang pengaman dimana jika temperatur naik maka tekanan akan naik, tekanan akan dikurangi lewat pengaman ini . 3. Katup silinder asitelin Katup silinder asitelin terletak diujung atas berguna membuka atau menutup keluarnya asitelin juga terdapat pengaman yang akan mencegah terjadinya ledakan karena tekanan panas dari dalam silinder. 4. Torch / Brander Torch / Brander merupakan tempat bercampurnya gas asitelin dan oksigen setelah melalui proses pembukaan katup-katup penyetelan gas acetylene dan oksigen pada brander. Campuran gas asitelin dan oksigen mengalir melalui batang brander menuju saluran keluar pada ujung brander yaang berlubang.



Gambar C.2 brander



5. Selang Oksigen Selang Oksigen merupakan penghubung antara gas oksigen yang keluar dari tekanan kerja regulator dengan brander las. Selang oksigen berwarna hijau/biru dan memiliki ulir kanan. Selang, dibuat spesial mampu manahan tekanan tinggi, dibuat dalam ukuran 3/16”, ¼”,3/8” and ½”.



6. Saluran Asitelin



Selang asitelin merupakan penghubung antara gas asitelin yang keluar dari tekanan kerja regulator dengan brander las. Selang gas asitelin berwarna merah dengan ulir kiri.



7. Tabung asitelin Tabung gas asitelin berfungsi untuk menampung gas gas asitelin. Untuk tabung gas asitelin menggunakan tabung berwarna putih atau kuning. Di dalam tabung asitelin terdapat beberapa alat misalnya bahan berpori seperti kapas sutra tiruan atau asbes yang berfungsi sebagai penyerap aseton, yaitu bahan supaya asitelin dapat larut dengan baik dan aman di bawah pengaruh tekanan. Dibagian bawah tabung diberi sumbat pengaman atau sumbat lebur akan meleleh dan lubang sumbat akan bocor bila sumbat pengaman mencapai suhu 100°C. Pengeluaran gas tidak boleh lebih dari 750 liter/jam. Tabung ini berisi 40 s.d. 60 liter gas asitelin, bentuknya pendek dan gemuk, biasanya berwarna merah. 8. Regulator asitelin Fungsi dari regulator asitelin yaitu untuk mengukur tekanan gas di dalam tabung dan mengatur tekanan kerja pengelasan. Regulator asitelin berwarna merah. Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutup Tekan, dipasang pada katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga mencapai tekana kerja torch. Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan. Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk, katup pengaturan tekan kerja, katup pengaman, alat pengukuran tekanan tabung, alat pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang. Regulator asitelin memiliki jenis ulir kiri dan kemampuan regulator yaitu dibuat sampai 500 psi, dan tekanan kerja 15 psi.



9. Regulator Oksigen



Gambar C.3 regulator



Fungsi dari regulator oksigen ini yaitu untuk mengukur tekanan gas oksigen di dalam botol dan mengatur tekanan kerja pengelasan. Untuk regulator oksigen menggunakan warna hijau. Regulator ini juga berperan untuk mempertahankan besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan. Ulir sambungan regulator oksigen menggunakan ulir kanan. Regulator oksigen, dimana tabung oksigen penuh tekanannya adalah 2200 psi, untuk mengelas tidak memungkinkan dengan tekanan sebesar itu maka perlu regulator. Regulator oksigen mampu menahan tekanan sebesar 3000 psi.



10. Silinder Pressure Pengatur tekanan atau lebih sering disebut katup pereduksi tekanan, dihubungkan pada katup gas atau oksigen untuk mendapatkan tekanan kerja yang sesuai dengan torch, pada umumnya terdiri dari kran yang dilengakapi dengan dua manometer, yang berhubungan langsung dengan gas asitelin atau oksigen disebut manometer isi. Sedangkan yang berhubungan dengan torch disebut manometer kerja. Nosel didalam regulator terbuka dan tertutup oleh katup yang ditekan oleh pegas dan dihubungkan dengan membran. Dengan cara mengatur tekanan ulir pada membran, tekanan gas yang masuk ke torch mempunyai harga tertentu dan konstan. 11. Baut Pengunci 12. Pemegang silinder



D. PERLENGKAPAN-PERLENGKAPAN 1. Korek api las Korek api las digunakan untuk menyalakan gas, karena tangan kita posisinya terlalu dekat dengan ujung pembakar sehingga sangat mudah terjilat api. Untuk itu menyalakan gas ini biasanya digunakan korek api las. 2. Sikat kawat (wire brush) Sikat kawat berfungsi untuk membersihkan benda kerja yang akan dilas dan sisasisa terak yang masih ada setelah dibersihkan dengan palu terak. Bahan serabut sikat



terbuat dari kawat-kawat baja yang tahan terhadap panas dan elastis, dengan tangkai dari kayu yang dapat mengisolasi panas dari bagian yang disikat. Gambar D.1 Sikat Kawat 3. Palu las (chipping hammer). Palu las digunakan untuk membersihkan terak yang terjadi akibat proses pemotongan dan pengelasan dengan cara memukul atau menggores teraknya. Pada waktu membersihkan terak, gunakan kacamata terang untuk melindungi mata dari percikan bunga api dan terak. Ujung palu yang runcing digunakan untuk memukul pada bagian sudut rigirigi. Palu las sebaiknya tidak digunakan untuk memukul benda-benda keras, karena akan mengakibatkan kerusakan pada bentuk ujung-ujung palu sehingga palu tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.



Gambar D.2 Palu Las 4. Tang penjepit Tang elektroda digunakan untuk menjepit benda las dalam keadaan yang masih panas. Alat ini terdiri atas mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus penyekat



Gambar D.3 Tang Penjepit 5. Air Air digunakan untuk mendinginkan benda kerja setelah pengelasan.



E. PROSES PENGERJAAN DENGAN MENGGUNAKAN MESIN Dalam las asitelin nyata api yang akan dipakai perlu dihidupkan secara manual yaitu dengan cara memercikkan bunga api ke ujung brander. Berikut merupakan langkah-langkah dalam pengoperasian mesin las asitelin : Cara menghidupkan : 1. Buka katup botol osigen dan asitelin 2. Atur tekanan yang diinginkan sesuai dengan nosel yang dipakai 3. Buka sedikit katup osigen dan brander 4. Buka sedikit katup asitelin pada brander 5. Nyalakan pemercik api dan salatkan pada ujung brander 6. Atur katup oksigen dan asitelin sesuai nyala yang diinginkan Cara mematikan : 1. Tutup katup oksigen pada brander 2. Tutup katup asitelin pada brander 3. Tutup katup pada botol oksigen dan asitelin 4. Buka katup oksigen dan asitelin pada brander untuk pembuangan sisa gas pada selang gas 5. Tutup semua katup Pada posisi pengelasan dengan oksi asitelin arah gerak pengelasan dan posisi kemiringan pembakar dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas las. Dalam teknik pengelasan dikenal beberapa cara yaitu : 1. Pengelasan di bawah tangan Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara 60° dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30° 40° dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar terjadi panas maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus.



2. Pengelasan mendatar (horisontal) Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70° dan miring kira-kira 10° di bawah garis mendatar, sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10° di atas garis mendatar.



Gambar E.1 Pengelasan Mendatar 3. Pengelasan tegak (vertikal) Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atau ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambungan yang bersudut 45°-60° dan sudut brander sebesar 80°



Gambar E.2 Pengelasan Vertikal



4. Pengelasan di atas kepala (over head) Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisi lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10° dari garis vertikal sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut 45°-60°.



Gambar E.3 Pengelasan Atas Kepala 5. Pengelasan dengan arah ke kiri (maju) Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas. 6. Pengelasan dengan arah ke kanan (mundur) Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas 7. Operasi Branzing ( Flame Branzing ) Yang dimaksud dengan branzing disini ada lah proses penyambungan tanpa mencairkan logam induk yang disambung, hanya logam pengisi saja. Misalnya saja proses penyambungan pelat baja yang menggunakan kawat las dari kuningan. Ingat bahwa titik cair Baja ( ± 1550 °C) lebih tinggi dari kuningan (sekitar 1080°C). dengan



perbedaan titik car itu, proses branzing, akan lebih mudah dilaksanakan daripada proses pengelasan. 8. Operasi Pemotongan Logam ( Flame Cut ) Kasus pemotongan logam sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Proses penggergajian (sewing) dan menggunting (shearing) merupakan contoh dari proses pemotongan logam dan lembaran logam. Proses menggunting hanya cocok diterapkan pada lembaran logam yang ketebalannya tipis. Proses penggergajian dapat diterapkan pada pelat yang lebih tebal tetapi memerlukan waktu pemotongan yang lebih lama. Untuk dapat memotong pelat tebal denngan waktu lebih singkat dari cara gergaji maka digunakan las gas ini dengan peralatan khusus misalnya mengganti torchnya ( dibengkel-bengkel menyebutnya brender ). Pemotongan pelat logam dengan nyala api ini dilakukan dengan memberikan suplai gas Oksigen berlebih. Pemberian gas Oksigen lebih, dapat diatur pada torch yang memang dibuat untuk keperluan memotong.



Gambar E.4 operasi pemotongan logam 9. Operasi Perluasan ( Flame Gauging ) Operasi perluasan dan pencukilan ini biasanya diterapkan pada produk/komponen logam yang terdapat cacat/retak permukaannya. Retak/cacat tadi sebelum ditambal kembali dengan pengelasan, terlebih dahulu dicukil atau diperluas untuk tujuan menghilangkan retak itu. Setelah retak dihilangkan barulah kemudian alur hasil pencungkilan tadi diisi kembali dengan logam las.



Gambar E.5 operasi Perluasan logam 10. Operasi Pelurusan ( Flame Straightening ) Operasi pelurusan dilaksanakan dengan memberikan panas pada komponen dengan bentuk pola pemanasan tertentu. Ilustrasi dibawah ini menunjukkan prinsip dasar pemuaian dan pengkerutan pada suatu logam batang. Batang lurus dipanaskan dengan pola pemanasan segitiga. Logam cenderung memuai pada saat dipanaskan. Daerah pemanasan tersebut menghasilkan pemuaian yang besar. Logam mengkerut pasa saat didinginkan. Daerah pemanasan terbesar.



Gambar E.6 operasi pelurusan



F. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN



1. Kelebihan 1) Efisiensi sambungan yang baik dapat digunakan pada temperatur tinggi dan tidak ada batas ketebalan logam induk. 2) Geometri sambungan yang lebih sederhana dengan kekedapan udara, air dan minyak yang sempurna. 3) Fasilitas produksi lebih murah, meningkatkan nilai ekonomis, produktivitas, berat yang lebih ringan dan batas mulur (yield) yang lebih baik 4) Dapat digunakan untuk mengelas dan memotong logam.



2. Kekurangan a. Kualitas logam las berbeda dengan logam induk, dan kualitas dari logam induk pada daerah yang tidak terpengaruh panas ke bagian logam las berubah secara kontinyu. b. Terjadinya distorsi dan perubahan bentuk (deformasi) oleh pemanasan dan pendinginan cepat. c. Tegangan sisa termal dari pengelasan dapat menyebabkan kerusakan atau retak pada bagian las. d.



Kerentanan terhadap retak rapuh dari sambungan las lebih besar dibandingkan dengan sambungan keling yang disebabkan metode konstruksi.



e.



Kerusakan bagian dalam sambungan las sukar dideteksi, jadi kualitas sambungan las tergaantung pada ketrampilan (skill) yang melakukan.



G. APLIKASI MESIN 1. Nyala karburasi Nyala karburasi merupakan nyala dimana gas asitelin yang dikeluarkan tidak secara sempurna terbakar semuanya akibat konsumsi gas oksigen yang kurang atau dengan kata lain perbandingan gas oksigen lebih sedikit bila dibandingkan



dengan



asitelin. Nyala ini ditandai dengan adanya kerucut tengah diluar kerucut inti dan kerucut luar. Nyala api luar berwarna biru. Kegunaan Nyala karburasi : a.



Untuk memanaskan



b.



Untuk mengelas permukaan yang keras dan logam putih.



Gambar G.1 Nyala Karburasi



2. Nyala netral Nyala netral merupakan nyala dimana gas asitelin yang dikeluarkan secara sempurna terbakar semuanya dengan bantuan gas oksigen yang seimbang. Nyala ini ditandai dengan terbentuknya kerucut inti yang bersinar biru kemilau, hilangnya kerucut tengah, dan terbentuknya kerucut luar yang lebih pendek dari kerucut luar pada nyala karburasi. Nyala api kerucut dalam berwarna putih menyala. Nyala api kerucut antara tidak ada. Nyala api kerucut luar berwarna kuning Kegunaan Nyala Netral : 1) Untuk pengelasan biasa 2) Untuk mengelas baja atau besi tuang.



Gambar G.2 Nyala Netral 3. Nyala oksidasi Nyala oksidasi merupakan nyala dimana gas acetylene yang dikeluarkan tidak sebanding dengan konsumsi gas oksigen. Nyala ini ditandai dengan terbentuknya kerucut inti yang lebih pendek dari nyala netral yang berwarna biru kusam dan tidak kemilau, kerucut luar yang lebih pendek, serta munculnya bunyi desis yang lebih. Kegunaan Nyala Oksidasi: a. Untuk pengelasan logam perunggu dan kuningan.



Gambar G.3 nyala oksidasi



Disamping aplikasi itu dapat juga untuk membuat sambungan pada benda yaitu: 1) Sambungan tumpul Smbungan tumpul ialah bentuk sambungan yang kedua bidang yang akan disambung berhadapan dan diadu satu sama lain. 2) Sambungan pinggir atau sambungan api Sambungan pinggir sering digunakan pada pengelasan bahan-bahan yang tebalnya kurang dari 2 mm. sebelum dilas tepi sambungan ditekuk selebar 1-2 kali tebal plat, kemudian diimpitkan satu sama lain. Pengelasan sambungan pinggir biasanya dilakukan tanpa memakai bahan pengisi atau kawat las. 3) Sambungan tumpang



Sambungan tumpang ini termasuk smabungan sudut. Pengelasan dapat dilakukan pada satu sisi atau 2 sisi, tergantung kekuatan las yang diharapkan. 4) Sambungan T Bentuk sambungan ini juga termasuk sambungan sudut . macam-macam kampuh untuk sambungan T biasanya : kampuh I, ½ V, K ½ U, J. dan bentuk kampuh tergantung pada tebal bahan yang akan dilas. 5) Sambungan sudut luar Sesuai dengan namanya, sambungan ini juga termasuk sambungan sudut.



Gambar G.3 macam-macam jenis dan posisi sambungan



Sedangkan bentuk kampuhnya yaitu :



Gambar G.3 macam-macam bentuk kampuh Sebelum pengelasan, permukaan kampuh dan benda kerja sekitar daerah las harus bersih . celah sepanjang sambungan las harus sama, agar diperoleh hasil sambungan las yang baik.



BAB III PENUTUP



A. KESIMPULAN Pengelasan merupakan salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam tambahan dan menghasilkan sambungan yang kontinyu. Dari definisi tersebut didapatkan beberapa kata kunci dalam arti pengelasan yaitu mencairkan sebagian atau seluruh logam, logam pengisi, tekanan dan sambungan yang kontinyu. Pengelasan menggunakan las Oxy-acetylene merupakan suatu proses pengelasan dengan menggunakan dua campuran oksigen (O2) dan gas aseteline (C2H2) sebagai bahan bakar menggunakan takaran tertentu sehingga dapat menimbulkan nyala api dengan suhu tinggi yang mampu mencairkan logam induk dan logam pengisinya. Oksigen diperoleh dari udara yang dicairkan kemudian dengan cara elektrolisa dapat memisahkan campuran udara cair dan air, sedangkan gas asitelin diperoleh dengan mereaksikan kalsium karbid dengan air.



DAFTAR PUSTAKA



Soedjono. 1986. LAS Karbit. Bandung: Remadja Karya CV http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/LAS%20OXY-acetylen.pdf



PERTANYAAN DAN JAWABAN Bawono Widyo Gumelar 1. Untuk pencampuran oksigen dan asitelin itu, sebelumnya apa langsung dibuka pada tabung tersebut terus baru mengatur dibrander atau ditabung diatur dulu keluarnya seberapa? 2. Untuk nyala karburasi, netral dan oksidasi itu aturan pencampuran dibrander apakah ada perbandingan-perbandingan baku tertentu? jawab: 1. Gas asetilen berasal dari campuran karbid dan air yang ditempatkan dalam tabung kedap sehingga menghasilkan tekanan dalam tabung akibat asetilen. Oksigen terpisah dalam tabung sendiri. Namun pencampuran terjadi pada saat kedua katup (tabung asetilen dan oksigen) dibuka kemudian mengalir melalui selang dan diteruskan ke breder. Di breder juga terdapat katup untuk mengatur seberapa besar gas asetilen/ oksigen yang keluar. 2. Ada 3 jenis nyala. 1.) Karburasi: asetilin lebih banyak dari pada oksigen. 2.) Netral: oksigen asetilin 1:1. 3.) Oksidasi: oksigen lebih banyak dari asetilin Fajar F Alat untuk membuat gas asetilin? Peralatan las asetilen berupa generator acetylen yaitu alat yang digunakan untuk memproduksi acetylene melalui proses reaksi kalsium karbida dengan air. Proses reaksi kimia ini sangat sederhana, yaitu dengan mempertemukan kalsium karbida (batu karbit/C2H2) dengan air secara proporsional yang selanjutnya diikuti terjadinya reaksi sehingga menghasilkan gas asetilen. Generator acetylene dibedakan berdasarkan kapasitas, pelayanan, cara kerja dan tekanan. Berdasar kapasitas dapat digolongkan dalam beberapa tingkat, seperti 0,8; 1,25; 2; 3,2; 5; 10; 20; 40 dan 80m3/jam Berdasar pelayanan dibedakan atas: Generator portable (dapat dipindah-pindah) biasanya berukuran kecil dan berkapasitas antara 30 sd 60 Cu.ft/jam (1 Cu.ft = 0,028 m3)



Generator stasioner (tetap) yaitu generator untuk industri-industri besar dan penempatannya tetap tidak dipindah-pindah. Berdasarkan proses kerjanya / cara kerja Yang dimaksud cara kerja di sini adalah sistem pembentukan asetilen di dalam generator. Berdasarkan cara kerja generator ini dibedakan atas dua jenis, yaitu : Pesawat pencampur yang menggunakan - sistem tetes (air ke karbit) - sistem lempar (karbit ke air) Pesawat kontak, di mana karbit dan air dibuat bereaksi pada waktu tertentu. Sistem ini dikenal dengan sistem celup atau sistem desak. Penggunaan generator ini dapat digantikan oleh tabung gas acetylen yang diproduksi oleh perusahaan. Heri Juwantono Bahan dari brander apakah ada kemungkinan brander leleh akibat flame yang dikasihkan? Bahan brander terbuat dari tembaga yg bertitik leleh tinggi, jadi kemungkinan untuk ikut leleh bersama flame sangat tidak mungkin. Ayub Setyaji Pertanyaan Bagaimana penanganan yang tepat bila terjadi masalah pada asitelin /gas bocor, terbakar? Jawab Jika kebocoran gas terjadi ketika sebelum pengelasan dilakukan, maka langkah atau penanganan yang harus dilakukan petama adalah mencari sumber kebocoran, apakah dari tabung atau dari selang. Kemudian setelah mengetahui sumber kebocoran tersebut, jika yang terjadi kebocoran adalah pada selang, maka langkah selanjutnya adalah mencabut selang dari tabung gas. Jika yang terjadi kebocoran adalah pada tabung, maka langkah selanjutnya adalah membawa tabung keluar. Ketika kebocoran terjadi pada saat pengelasan dilaksanakan, maka langkah yang harus dilakukan adalah mencabut selang dari tabung dengan segera dan membawa tabung keluar jika yang terjadi kebocoran adalah pada tabungnya.



Panji Ardiansyah Pertanyaan Berapa besar tekanan kerja yang digunakan pada masing-masing oksigen dan asitelin? Jawab Pada pengelasan OAW nyala api dibagi menjadi 3 jenis. Oleh karena itu, setiap nyala api memiliki komposisi campuran gas asitelin dan gas oksigen yang berbeda-beda. Berikut merupakan table penggunaan perbandingan antara gas asitelin dan gas oksigen berdasarkan tebal plat yang akan dikerjakan:



Rasyid Sidik Pertanyaan Lebih kuat mana antara las listrik dan las asetilin Menurut kelompok kami bahwa las listrik digunakan benda-benda yang tebal dan las karbit biasa digunakan untuk benda-benda tipis. Las asetilin bisa juga digunakan untuk memotong benda. 1. SMAW = Shielled Metal Arc Welding. Ini oleh orang umum disebut Las Listrik elektroda. Las ini kurang cocok untuk ngelas besi atau plat dengan ketebalan kurang dari 3mm. Baik untuk ngelas besi baja ringan, baja keras dan stainless stell. Elektroda (kawat lasnya) menyesuaikan dgn bahan yg dilas.



2. MIG = Metal Iner Gas, las ini menggunakan gas sebagai pelindung proses pencairan benda kerja (benda yg dilas), ini ada dua jenis gas yg dipakai yaitu CO2 dan Argon. Las ini punya kemampuan mengelas besi atau plat tipis 1mm sampai dengan ketebalan tak terbatas, tapi idealnya untuk besi / plat tipis. Bisa ngelas besi baja sedang, baja keras, aluminium, stainless stell sesuai dgn kawat (bahan tambah) yg digunakan. Panas akibat pengelasan juga tidak melebar, cocok untuk ngelas body mobil, motor, kabinet dll.



3. Las asetilyn, biasa menggunakan gas asetilyne atau karbid. Cocok untuk ngelas bahan tipis. Bisa ngelas baja ringan, sedang, aluminium, kuningan. Dampak panasnya lebih luas daripada kedua las listrik tersebut diatas.



4. TIG = Tingsten Iner Gas, lebih dikenal las Argon karna menggunakan gas Argon sebagai pelindungnya. Bisa ngelas baja ringan, sedang, keras, bahan aluminium, stainless stell, kuningan. Untuk keperluan Anda memodifikasi motor misalnya, pilih las listrik (SMAW) untuk rangka (chasis), akan lebih baik jika ada tukang las MIG, hasil lebih kuat dan rapi. Untuk pengerjaan knalpot karena bahannya tipis dan perlu proses pembengkokan, pilih tukang las karbid. Mahdiyah al muti’ah Pertanyaan Tadi disebutkan bahwa kelebihan las asitelin salah satunya adalah geometri sambungan yang lebih sederhana dengan kekedapan udara, air, dan minyak yang sempurna. Jelaskan maksud dari kelebihan tersebut! Jawab Maksudnya adalah dalam pengelasan las asitelin terdapat gas pelindung yang melindungi dari udara-udara lain di sekitar pengelasan. Penyambungan dengan pengelasan asitelin strukturnya lebih rapi karena logam yang dicairkan langsung dipanaskan dan mencair di bagian yang ingin disambungkan atau logam pengisinya tidak di bungkus dengan pembungkus seperti yang terdapat pada elektroda ketika menggunakan pengelasan listrik sehingga sedikit terdapat ronggarongga atau bahkan ketika pengelasan las asitelin dilakukan dengan benar tidak terdapat ronggarongga untuk udara, air, dan minyak masuk kedalam sambungan las.