19 0 625 KB
Karakteristik & Analisis Lereng
Definisi Lereng
Lereng adalah relief
permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu
dengan bidang horisontal. Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses geologi atau karena dibuat oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara alamiah misalnya lereng bukit dan tebing sungai, sedangkan lereng buatan manusia antara lain yaitu galian dan timbunan untuk membuat jalan raya dan jalan kereta api,bendungan,tanggul sungai dan kanal serta tambang terbuka. Sedangkan yang dimaksud dengan relief adalah perbedaan tinggi rendahnya suatu tempat dengan tempat lain pada suatu daerah, dan juga curam landainya lereng – lereng yang ada. Untuk mengetahui karakteristik relief dan lereng, ada beberapa faktor yang harus diketahui, yaitu : 1. Ketinggian ( h ) 2. Beda Tinggi ( ∆ h ) 3. Kemiringan ( slope ) 1. Ketinggian ( h ) Yang dimaksud dengan ketinggian di sini adalah ketinggian topografi suatu tempat, yang diukur dari ketinggian muka air laut rata – rata. Dalam hal ini, ketinggian muka air laut rata – rata merupakan suatu bidang datum dengan ketinggian 0 ( nol ) meter. Untuk mengetahui ketinggian topografi suatu tempat, dapat dengan menggunakan alat berupa Altimeter & GPS. 2. Beda Tinggi ( ∆ h ) Yang dimaksud dengan beda tinggi adalah perbedaan ketinggian topografi dari suatu tempat dengan tempat lain. Beda tinggi merupakan faktor yang cukup penting dalam geomorfologi karena dengan melihat besarnya beda tinggi, maka banyak kondsi geologi yang dapat diinterpretasikan dari keadaan tersebut. 3. Kemiringan ( slope ) Geomorfologi Kuantitatif Terapan M Adimas Amri
Page 1
Yang dimaksud dengan kemiringan ( slope ) adalah besarnya kemiringan dari suatu tempat ke tempat lain, baik yang mempunyai perbedaan ketinggian maupun tidak. Jadi sebenarnya kemiringan ini merupakan fungsi dari ketinggian dan beda tinggi, yang dapat dinyatakan dengan besaran yang berupa derajat atau persentase.
Gambar A : Ketinggian Topografi
Gambar B : Beda Tinggi
Geomorfologi Kuantitatif Terapan M Adimas Amri
Page 2
Gambar C : Kemiringan / slope
1.
Jenis – Jenis Lereng Lereng Alam (Natural Slopes)
Lereng alam terbentuk karena proses alam. Gangguan terhadap kestabilan terjadi bilamana tahanan geser tanah tidak dapat mengimbangi gaya-gaya yang menyebabkan gelincir pada bidang longsor. Lereng alam yang telah stabil selama bertahun-tahun dapat saja mengalami longsor akibat hal-hal berikut : 1)
Gangguan luar akibat Patahan atau timbunan baru.
2)
Gempa.
3)
Kenaikan tekanan air pori (akibat naiknya muka air tanah) karena hujan
yang berkepanjangan, pembangunan dan pengisian waduk, gangguan pada sistem drainase dan lain-lain. 4)
Penurunan kuat geser tanah secara progresif akibat deformasi sepanjang
bidang yang berpotensi longsor. 5)
Proses pelapukan./ weathering
Geomorfologi Kuantitatif Terapan M Adimas Amri
Page 3
Pada lereng alam, aspek kritis yang perlu dipelajari adalah kondisi geologi dan topografi, kemiringan lereng, jenis lapisan tanah, kuat geser, aliran air bawah tanah dan kecepatan pelapukan. 2.
Lereng Buatan (Man Made Slopes)
Lereng buatan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : Lereng buatan tanah asli / lereng galian (Cut Slope) Lereng ini dibuat dari tanah asli dengan memotong dengan kemiringan tertentu. Untuk pembuatan jalan atau saliran air untuk irigasi. Kestabilan pemotongan ditentukan oleh kondisi geologi, sifat teknis tanah, tekanan air akibat rembesan, dan cara pemotongan. Lereng Buatan Tanah yang Dipadatkan/lereng timbunan (Embankment) Tanah dipadatkan untuk tanggul-tanggul jalan raya, bendungan, badan jalan kereta api. Sifat teknis tanah timbunan dipengaruhi oleh cara penimbunan dan derajat kepadatan tanah.
Klasifikasi Lereng KLASIFIKASI RELIEF MENURUT VAN ZUIDAM, 1983
SATUAN RELIEF
SUDUT LERENG (%)
BEDA TINGGI (M)
Datar/ hampir datar
0–2
140
Page 4
> 1000
KLASIFIKASI BENTANG ALAM BERDASARKAN PERSENTASE KEMIRINGAN LERENG DAN BEDA TINGGI (SAMPURNO, 1984)
Datar/ hampir datar
SUDUT LERENG (%) 0–2
BEDA TINGGI (M) 140
> 1000
RELIEF
Tabel klasifikasi kemiringan lereng yang dibagi kedalam 5 kelompok satuan morfologi menurut Dessaunettes, 1977.
Kemiringan (%)
Kondisi Daerah
Warna