Letak Geografis Suku Lamalera [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Letak Geografis Suku Lamalera Lamalera, adalah suku yang mendiami daerah Lamalera di pulau Lembata provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara ras, orang Lamalera memiliki postur fisik mirip dengan orang-orang dari Sulawesi Tengah. Beberapa anggapan mereka masih berhubungan sejarah masa lalu dengan suku-suku di Sulawesi Tengah. Sedangkan menurut cerita turun-temurun, bahwa orang-orang Lamalera dahulunya berasal dari daerah yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Luwuk, mereka melakukan perjalanan menyeberangi laut. Melakukan perjalanan laut untuk mencari tempat yang lebih baik. Dalam perjalanan mereka sampai di pulau Lepanbatan. Tapi setelah sekian lama menetap di pulau Lepanbatan ini, ternyata pulau Lepanbatan tenggelam akibat bencana alam, sehingga mereka pun bergegas meninggalkan pulau Lepanbatan dan melanjutkan perjalanan melalui laut dengan menaiki peledang kebakopuka (perahu tradisional), serta membawa kerangka perahu yang bernama Buipuka, yang sampai sekarang masih digunakan di Lamalera. Akhirnya mereka tiba di sebuah pulau yang bernama pulau Lembata. Secara administrasi Kampung Adat Lamalera berada di Desa Lamalera, Kecamatan Lamalera, Kabupaten Lembata, Provinsi NTT. Secara geografis Lamalera diapit oleh dua tanjung, yakni tanjung Vovolatu dan tanjung Nubivutun pada titik koordinat 51 L 0545725, 9051853 UTM, dengan ketinggian 26 Meter Dpl. Lamalera juga adalah daerah yang gersang yang terdidri dari bebatuan besar dan batuan kecil. Kondisi pantai yang ada di Lamalera terjal dan bertebing batu cadas. Hanya terdapat sedikit pantai berpasir yang di tempati masyarakat untuk menambatkan perahunya. Kondisi yang demikian yang membuat nelayan Lamalera menjadi nelayan yang tangguh, pemberani, dan dan pantang menyerah.



Tradisi Menangkap Ikan Paus Suku Lamalera Salah satu desa kecil yang bernaung di sebelah selatan Pulau Lembata, desa Lamalera, dikenal memiliki budaya dan tradisi menangkap ikan paus. Masyarakat desa nelayan berpenduduk 3000 orang ini kerap berburu paus di laut Sawu yang berada di antara Provinsi NTT dan Australia yang merupakan habitat terbesar ikan paus sekaligus jalur migrasi 14 jenis ikan paus, termasuk paus jenis langka, yakni ikan paus biru (Balaenoptera musculus) dan ikan paus sperma (Physeter macrocephalus).



Menurut cerita, tradisi menangkap ikan paus di Lamalera sudah dimulai sejak abad XIV dan masih terus berlangsung hingga sekarang. Sumber makanan (plankton) yang berlimpah menjadikan laut Sawu di selatan Lamalera sering dilalui oleh ikan paus yang datang dari kutub Selatan ke Samudera Pasifik.



Hanya dengan peralatan yang sangat sederhana ikan seberat 15-20 ton bahkan lebih dapat ditangkap oleh sekelompok nelayan dengan 2 atau 3 PELEDANG (perahu tradisional) yang relatif kecil dibandingkan dengan ikan yang mereka tangkap. Keberanian dan pengalaman yang matang dari orang-orang pilihan atau yang sudah mewarisi keahlian dari orang tua merekalah yang bisa melakukan tradisi menangkap ikan raksasa ini. Secara resminya penangkapan ikan paus terjadi pada bulan Mei-November, namun tak jarang juga pada bulan-bulan lainnya nelayan lamalera tetap melakukan penangkapan paus ketika paus tersebut melewati perairan laut Sawu. Musim penngkapan ini disebut LEVA, yang ditangkap tidak saja ikan paus tetapi juga ikan-ikan besar lainnya seperti hiu dan pari.



Masyarakat Lamalera melakukan kegiatan penangkapan ikan paus yang biasa disebut “KOTOKLEMA” (Sperm whale/Physeter macrocephalus) menggunakan perahu layar yang menurut bahasa daerah Lamalera disebut “PELEDANG”. Alat tikam disebut TEMPULING dengan tali panjang (TALI LEO), yang diikatkan pada mata tombak (tempuling), dan ditambah bambu sepanjang 4 meter sebagai alat bantu tikam. Dalam satu Peledang biasanya berisi 7-15 org nelayan. Orang yang khusus memegang peranan dalam menikam paus atau juru tikam disebut BALAFAING (LAMAFA). Peledang akan mendekati ikan paus lalu Lamafa akan melompat sambil menikam ikan sasaran. Saat menikam ini merupakan saat-saat yang berbahaya bagi para awak Peledang karena paus akan berontak dan mengamuk, kadang-kadang Peledang akan dibawa ke dalam laut atau terbalik bahkan dihancurkan oleh ikan paus. Setelah terlihat mati maka paus tersebut ditarik dengan Peledang tersebut sampai ke pantai Lamalera, dan siap untuk dipotong dan dibagi-bagi.



Cara pembagian, siapa saja yang akan dibagikan serta bagian mana termasuk seberapa banyak daging ikan paus dibagikan disudah ditentukan sejak jaman nenek moyang mereka. Semua bagian ikan paus dimanfaatkan (daging, kulit, lemak, darah, dan tulang).



r (Wouden 1968: 14-15).