LIA KHAERUNNISA KTI Sudah Di Edit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

GAMBARAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA PASIEN ANAK INFEKSI SALURAN PERNAFASAN (ISPA) DI PUSKESMAS MARGADANA TEGAL



HALAMAN SAMPUL KARYA TULIS ILMIAH



Oleh: LIA KHAERUNNISA 16080009



PROGRAM STUDI DIII FARMASI POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL 2019



i



GAMBARAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA PASIEN ANAK INFEKSI SALURAN PERNAFASAN (ISPA) DI PUSKESMAS MARGADANA TEGAL



HALAMAN JUDUL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Ahli Madya Program Studi D-III Farmasi Oleh: LIA KHAERUNNISA 16080009



PROGRAM STUDI DIII FARMASI POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL 2019



ii



HALAMAN PERSETUJUAN



GAMBARAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA PASIEN ANAK INFEKSI SALURAN PERNAFASAN (ISPA) DI PUSKESMAS MARGADANA TEGAL



Oleh: LIA KHAERUNNISA 16080009



DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH :



PEMBIMBING I



PEMBIMBING II



INUR TIVANI, S.Si, M.Pd



IROMA MAULIDA, S.KM. M.Epid



NIDN. 0610078502



NIDN. 0624037501



iii



iv



HALAMAN PENGESAHAN Karya tulis ilmiah ini diajukan oleh : NAMA



: LIA KHAERUNNISA



NIM



: 16080009



Jurusan / Program Studi



: DIII FARMASI



Judul Karya Tulis Ilmiah



: Gambaran pemberian antibiotik amoxicillin pada pasien anak infeksi saluran pernafasan (ISPA) dipuskesmas margadana tegal.



Telah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi pada Jurusan / Program Studi DIII Farmasi, Politeknik Harapan Bersama Tegal.



TIM PENGUJI Penguji 1



: SARI PRABANDARI S.Farm, MM., Apt (



)



Penguji 2



: INUR TIVANI, S.Si. M.Pd



(



)



Penguji 3



: IROMA MAULIDA, S.KM. M.Epid



(



)



Tegal, 7 Mei 2019 Program Studi DIII Farmasi Ketua Program Studi,



Heru Nurcahyo, S Farm., M.Sc., Apt NIDN. 09.011.063



HALAMAN PERTANYAAN ORISINALITAS



Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar



NAMA



: LIA KHAERUNNISA



NIM



: 16080009



Tanda Tangan



:



Tanggal



: 7 Mei 2019



v



HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademika Politeknik Harapan Bersama Tegal, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama



: LIA KHAERUNNISA



NIM



: 16080009



Jurusan / Program Studi



: DIII FARMASI



Jenis Karya



: Karya Tulis Ilmiah



Demi pengembangan iilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Politeknik Harapan Bersama Tegal Hak Bebas Noneksklusif (None-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : GAMBARAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA PASIEN ANAK INFEKSI SALURAN PERNAFASAN (ISPA) DI PUSKESMAS MARGADANA TEGAL Berserta perangkat yang ada (jika diperlukan ). Dengan hak bebas Royalti atau Noneksklusif ini Politeknik Harapan Bersama Tegal berhak menyimpan, mengalih media atau formatka, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan karya ilmiah saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta dan pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.



Dibuat di



: Politeknik Harapan Bersama tegal



Pada tanggal : 7 Mei 2019 Yang Menyatakan



( Lia Khaerunnisa )



vi



MOTTO DAN PERSEMBAHAN Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna (Einstein) Kesuksesan itu dapat kita raih dengan segala upaya dan usaha sungguhsungguh dan disertai doa karena nasib tidak akan pernah berubah dengan sendirinya tanpa adanya usaha yang gigih. (Nelson Mandela)



Kupersembahkan buat : •



Kedua orang tuaku tercinta Bapak Nurokhim dan Ibu Rokhani.







Kedua dosen pembimbing KTI, Ibu Inur Tivani dan Ibu Iroma Maulida terimakasih banyak ibu sudah membantu selama ini.







Seluruh teman-teman seperjuangan DIII Farmasi yang selalu berbagi ilmu yang bermanfaat.







Sahabatku seven squad







Dan yang terakhir untuk ALMAMATER kebanggaanku.



vii



PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan nikmat odan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “GAMBARAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA PASIEN ANAK INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI PUSKESMAS MARGADANA TEGAL”, dengan baik. Tujuan karya tulis ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh ujian akhir pendidikan Diploma III Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Khafdilah, MS. S Kom, selaku ketua Yayasan Politeknik Harapan Bersama Tegal. 2. Bapak Ir. MC. Chambali, B.Eng, E,E. M.Kom., selaku Direktur Politeknik Harapan Bersama Tegal. 3. Bapak Heru Nurcahyo, S. Farm.,M.Sc.,Apt., selaku Ketua Prodi DIII Farmasi Politekinik Harapan Bersama Tegal. 4. Ibu Inur Tivani, S.Si.,M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, memberi ilmu dan nasihat dan bimbingan sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan. 5. Ibu Iroma Maulida, S.KM.M,Epid, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan waktu dan tenaga dalam penelitian hingga terselesaikannya penyusunan Tugas Akhir ini.



viii



6. Seluruh dosen pengajar Program Farmasi di Politeknik Harapan Bersama Tegal. 7. Kepala Puskesmas Margadana beserta staf yang telah mengizinkan dalam pengambilan data di Puskesmas Margadana Tegal. 8. Kepada kedua orang tua saya, Bpk Nurokhim dan Ibu Rokhani tercinta yang tak pernah lelah membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan doa yang tidak pernah henti serta dukungannya. 9. Sahabatku yang terbaik adeayu, lisa, rizchi, yulia, aders, yuyun yang selalu bersama saling berbagi dalam suka maupun duka serta canda tawa yang sangat berkesan selama masa perkuliahan dan teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Mengingat bahwa Karya Tulis Ilmiah ini merupakan pengalaman belajar dalam merencanakan, melaksanakan serta menyusun suatu karya ilmiah , maka Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga penelitian ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu kefarmasian khususnya ilmu pengetahuan pada umumnya. Amin yaa rabbal’alamin.



Tegal, 7 Mei 2019



( Lia Khaerunnisa)



ix



Intisari Khaerunnisa, Lia., Tivani, Inur., Maulida, Iroma., 2019. Gambaran Pemberian Antibiotik Amoxicillin Pada Pasien Anak Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) Di Puskesmas Margadana Tegal. Infeksi saluran pernafasan merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan pada anak-anak terutama yang berusia dibawah lima tahun adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemberian antibiotik amoxicillin pada pasien anak infeksi saluran pernafasan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif pendekatan kuantitatif melibatkan pengambilan data sekunder peresepan dan rekam medik dilakukan secara retrospektif. Populasi adalah resep antibiotik amoxicillin untuk ISPA anak dibagian rawat jalan puskesmas margadana tegal periode Januari-Maret 2018, meliputi jenis kelamin, usia, dosis penggunaan amoxicillin, frekuensi pemberian. Jumlah sampel 398 rekam medik. Pengambilan sampel menggunakan metode non random sampling secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pasien anak berusia 1 sampai 10 tahun sebanyak 12 pasien yang berusia 5 tahun 15% dan untuk jenis lakilaki sebanyak 41 pasien 51,25%. Jenis antibiotik yang digunakan adalah antibiotik amoxicillin berdasarkan frekuensi pemberian sebanyak 80 pasien 100%. Ditinjau dari ketepatan dosis, tepat 52,50%. Berdasarkan hasil peneltian tentang gambaran pemberian antibiotik amoxicillin pada pasien anak ISPA di puskesmas margadana tegal dapat ditarik kesimpulan pada masing-masing kriteria. Kata Kunci: ISPA Anak, antibiotik amoxicillin, puskesmas



x



Abstract Khaerunnisa, Lia. Tivani, Inur., Maulida, Iroma., 2019. The Overview Of Amoxicillin Antibiotics Administration On Pediatric Patients With Acute Respiratory Infection At Margadana Public Health Center Of Tegal. Respiratory tract infection is one of high mortality and morbidity in children, especially those under the age of five, who have an immune system that is still susceptible to various diseases. The purpose of this study was to determine the overview of amoxicillin antibiotics administration on pediatricwith acute respiratory infection at margadana public health center of tegal. This research uses a descriptive method quantitative approach involves secondary collection prescribing and medical records performed retrospectively. The population is prescription for amoxicillin antibiotics for pediatric paediatricians in outpatient department at margadana public health center of tegal in the January-March 2018 period, including gender, age, dose of amoxicillin use, frequency of administration. Total sample of 398 medical records. Sampling using the non random sampling method by purposive sampling. The results of the study showed that the majority of patients aged 1 to 10 years as many as 12 patients aged 5 years 15% and for the male type as many as 421 patients 51,25%. The type of antibiotics used is antibiotics amoxicillin based on the frequency of administration of 80 patients 100%. In terms of dose accuracy, exactly 52,50%. Based on the results of research on the description of administration of amoxicillin antibiotics in children with ARI at margadana public health center of tegal conclusions can be drawn on each of the criteria. Keywords: ARI, on pediatric patients amoxicillin antibiotics, public health center



xi



DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iv HALAMAN PERTANYAAN ORISINALITAS .................................................... v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii PRAKATA ........................................................................................................... viii INTISARI................................................................................................................ x ABSTRACT ........................................................................................................... xi DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4 1.3 Batasan Masalah .............................................................................................. 4 1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4 1.5 Manfaat penelitian ........................................................................................... 5 1.6 Keaslian Penelitian ........................................................................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 8 2.1 Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 8 2.1.1 Definisi Puskesmas ................................................................................. 8 2.1.2 Tugas dan Fungsi Puskesmas ................................................................. 9 2.1.4 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) .............................................. 10 2.1.4.1 Definisi ISPA ............................................................................ 10 2.1.4.2 Etiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) .................... 11 2.1.4.3 Pengobatan ISPA ...................................................................... 12



xii



xiii



2.1.4.4 Klasifikasi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) .................. 13 2.1.4.5 Patofisologi ............................................................................... 16 2.1.4.6 Faktor- faktor penyakit ISPA.................................................... 16 2.1.4.7 Pencegahan ............................................................................... 17 2.1.5 Anak ..................................................................................................... 18 2.1.6 Antibiotik .............................................................................................. 19 2.1.7 Amoxicillin ........................................................................................... 27 2.1.8 Kriteria Penggunaan Antibiotik ............................................................ 29 2.2 Kerangka Teori .............................................................................................. 31 2.3 Kerangka konsep ............................................................................................ 31 BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 32 3.1 Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................. 32 3.1.1 Ruang Lingkup Ilmu ............................................................................. 32 3.1.2 Ruang Lingkup Tempat ........................................................................ 32 3.1.3 Ruang Lingkup Waktu ......................................................................... 32 3.2 Rancangan dan Jenis Penelitian ..................................................................... 32 3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ....................................................... 33 3.3.1 Populasi penelitian................................................................................ 33 3.3.2 Sampel Penelitian ................................................................................. 33 3.3.3 Teknik Sampling .................................................................................. 34 3.4 Variabel Penelitian ......................................................................................... 35 3.5 Definisi Operasional Variabel ........................................................................ 35 3.6 Jenis dan Pengumpulan Data ......................................................................... 36 3.6.1 Bahan dan Alat ..................................................................................... 36 3.6.2 Tahapan ................................................................................................ 36 3.7 Pengolahan Data ............................................................................................ 39 3.8 Analisis Data .................................................................................................. 40 3.9 Etika Penelitian ............................................................................................. 41



xiv



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 42 4.1 Karakterisktik Pasien ISPA Berdasarkan Jenis Kelamin ............................... 42 4.2 Karakteristik Pasien ISPA Berdasarkan Umur .............................................. 45 4.3 Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Frekuensi Pemberian Antibiotik Amoxicilin ..................................................................................................... 47 4.4 Ketepatan Berdasarkan Tepat Dosis Penggunaan Antibiotik Amoxicillin ... 49 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 52 5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 52 5.2 Saran .............................................................................................................. 52 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 53 LAMPIRAN .......................................................................................................... 57 CURRICULUM VITAE ....................................................................................... 69



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori .................................................................................. 31 Gambar 2.2 Kerangka Konsep .............................................................................. 31 Skema 3.1 Alur perizinan penelitian ..................................................................... 37 Skema 3.2 Alur Kerja Pengumpulan Data ............................................................ 38 Gambar 4.1 Diagram Karakteristik Pasien ISPA Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 43 Gambar 4.2 Diagram Karakteristik Pasien ISPA Berdasarkan Umur................... 46 Gambar 4.4 Diagram Berdasarkan Dosis Penggunaan Antibiotik Amoxicillin ... 50



xv



DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.................................................................................. 6 Tabel 2.1 Mekanisme Kerja Amoxicillin .............................................................. 28 Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ............................................................... 35 Tabel 4.1 Karakteristik Pasien ISPA Berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 42 Tabel 4.2 Karakteristik Pasien ISPA Berdasarkan Umur ..................................... 45 Tabel 4.3 Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Frekuensi Pemberian Antibotik amoxicillin ............................................................................................ 47 Tabel 4.4 Ketepatan Berdasarkan tepat Dosis Penggunaan Antibiotik Amoxicillin ........................................................................................... 49



xvi



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Politeknik Harapan Bersama Tegal ................ 58 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian DINKES.......................................................... 59 Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian BAPPEDA dan KESBANGPOL .................... 60 Lampiran 4. Foto Puskesmas Margadana Tegal .................................................. 61 Lampiran 5. Foto Kegiatan dan Dokumen Penelitian .......................................... 62 Lampiran 6. Perhitungan Presentase Karakteristik Pasien Anak ISPA ............... 64 Lampiran 7. Data Peresepan Antibiotik Amoxicillin Pada Pasien Anak ISPA di Puskesmas Margadana Tegal Periode Januari-Maret 2018 ............. 67



xvii



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. ISPA disebabkan oleh virus, jamur dan ISPA akan menyerang tubuh apabila sistem imun menurun. Anak dibawah lima tahun adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Prabowo 2012). Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode penyakit batuk, pilek pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali per tahun. Penyakit ISPA yang paling banyak terjadi yaitu diantaranya adalah influenza, otitis media akut, sinusitis, dan faringitis. Tanda dan dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa batuk, sakit tenggorokan, pilek, kesukaran bernafas dan demam (Kemenkes, 2012). ISPA masih penyebab utama kesakitan dan kematian balita di Indonesia. ISPA selalu menempati urutan balita dan anak. Survei mortalitas yang dilakukan subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan presentase 22,30% dari seluruh kematian balita di Indonesia. Data epidemiologi kasus ISPA non pneumonia berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukan prevelensi nasional ISPA sebesar 25,0%. World Health Organisation (WHO) mencatat kematian akibat ISPA 10%-20% pertahun 1



2



dari seluruh jumlah kematian yang ada bila tidak diberi pengobatan (Kemenkes, 2013). Tingginya prevalensi infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) serta dampak yang ditimbulkannya membawa akibat pada tingginya konsumsi obat bebas seperti (anti influenza, obat batuk, multivitamin) dan antibiotik. Dalam kenyataan antibiotik banyak diresepkan untuk mengatasi infeksi ini. Peresepan antibiotik yang berlebihan tersebut terdapat pada infeksi saluran nafas khususnya infeksi saluran nafas atas akut, meskipun sebagian besar penyebab dari penyakit ini adalah ekspektasi yang berlebihan para klinis terhadap antibiotik terutama untuk mencegah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, yang sebetulnya tidak bisa dicegah. Dampak dari semua ini adalah meningkatnya resistensi bakteri maupun peningkatan efek samping yang tidak diinginkan (Depkes, 2005). Salah satu terapi untuk menangani ISPA yaitu dengan pemberian antibiotik. Antibiotik mampu membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri dan organisme lain (Utami, 2012) Penggunaan antibiotik sebagai terapi dalam mengobati infeksi harus tepat, aman dan rasional. Menurut (WHO, 2002) penggunaan obat dikatakan rasional apabila memenuhi kriteria yang sesuai dengan indikasi penyakit, dosis yang diberikan tepat dan memenuhi kebutuhan individu, cara pemberian dilakukan dengan jangka waktu yang memadai dan biaya yang terjangkau, tepat indikasi, tepat pasien serta obat yang diberikan harus efektif dan aman. Penggunaan antibiotik yang tinggi dapat menimbulkan berbagai masalah baik masalah



3



kesehatan maupun masalah pengeluaran yang tinggi. Masalah yang timbul akibat penggunaan antibiotik tidak rasional yaitu terjadinya resistensi bakteri dan menghilangnya sensitivitas bakteri terhadap antibiotik (s, Kamal, dan Hussain 2013). Berdasarkan data rekapitulasi rekam medis peresepan di puskesmas margadana selama Januari-Maret 2018 tercatat bahwa angka kejadian ISPA pada anak paling banyak ditemui pada anak balita umur 1-10 dengan jumlah 398. Sebagian besar pasien ISPA pada anak penanganannya menggunakan antibiotik amoxicillin. Selain itu perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran pemberian antibiotik pada pasien anak ISPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan antibiotik amoxicilin yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam perencanaan. Alasan memilih di puskesmas margadana sebagai tempat penelitian karena berdasarkan data dari puskesmas margadana ini yang paling banyak kunjungan untuk pengobatan anak dengan ISPA, tempatnya strategis mudah dijangkau untuk pasien yang ingin berobat dan pada penelitian ini belum ada yang melakukan di puskesmas sehingga saya ingin meneliti di puskesmas tersebut.



4



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut : Bagaimana gambaran pemberian antibiotik amoxicilin untuk Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) pada anak di bagian rawat jalan Puskesmas Margadana Tegal periode Januari-Maret 2018.



1.3 Batasan Masalah 1. Resep yang diteliti adalah resep pasien anak ISPA yang berumur 1- 10 tahun pada Januari-Maret 2018. 2. Data yang diambil meliputi jenis kelamin, umur, dosis penggunaan antibiotik amoxicillin, frekuensi pemberian antibiotik amoxicillin dari resep dan rekam medik Rawat Jalan Puskesmas Margadana.



1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan permasalahan yang diajukan, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran pemberian antibiotik amoxicillin pada anak Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) di bagian rawat jalan yang ditinjau dari jenis kelamin, umur, dosis penggunaan antibiotik amoxicillin, frekuensi pemberian antibiotik ISPA.



5



1.5 Manfaat penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian yang dilakukan ini diharapkan peneliti akan lebih memahami tentang pengguna antibiotik. 2. Bagi Puskesmas Margadana Diharapkan bisa menjadi masukan para dokter dalam meningkatkan penggunaan antibiotik pada pasien ISPA di puskesmas margadana tegal. 3. Bagi Masyarakat Dapat memberikan informasi tentang adanya peresepan antibiotik tidak rasional yang berdampak resistensi bakteri, sehingga masyarakat lebih berhati-hati dalam penggunaan antibiotik.



6



1.6 Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Pembeda Judul



Sampel



Teknik sampling Tempat Penelitian



(Hermawan dan Sari 2014) Pola pemberian antibiotik pada pasien ISPA bagian atas puskesmas sukasada II pada bulan mei-juni 2014 Semua pasien yang terdiagnosa ISPA bagian atas yang dating ke poli umum puskesmas sukasada II



Nonprobalitas (Tidak acak) Puskesmas sukasada II kec. Pancasari kabupaten buleleng Cara Mencat nomor Pengumpulan rekam medis Data pasien yang terdiagnosis ISPA dibagian atas dari register harian di puskesmas Cara Analisis Cara deskriptif dilakukan analisis univariat dan bivariate



(Enti Rikomah, 2018) Gambaran penggunaan antibiotik pada pasien pediatri infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di klinik SINT Carolus Bengkulu Menghitung jumlah pasien pediatri ISPA yang rawat jalan di klinik Sint Coroulus Bengkulu



Mengambil data sekunder Klinik Sint Coroulus Bengkulu bagian rawat jalan



(Lia Khaerunnisa, 2019) Gambaran pemberian antibiotik amoxicilin pada pasien anak infeksi saluran pernafasan (ISPA) di puskesmas margadana tegal



pasien yang terdiagnosa ISPA dengan melihat kartu kendali atau kartu kontrol kesehatan pasien yang sudah tertulis atau terdata oleh petugas kesehatan dan mendapatkan antibiotika oleh dokter di Puskesmas margadana tegal Pengambilan data sekunder Puskesmas margadana tegal yang berada di sumur panggang



Data rekam medik yang memuat data pasien ISPA



Data yang diambil rekapitulasi resep pasien ISPA pengumpulan sampel meliputi jenis kelamin, umur,lama pemberian antibiotik amoxicillin dan dosis yang diberikan



Analisis deskriptif



Analisis deskriptif dan kuantitatif



7



Hasil penelitian



Hasi penelitian bahwa pemberian antibiotik pada pasien ispa mencapai 93,8% dengan antibiotik terbanyak yang digunakan adalah kotrimoksazol, penoksimetil penisilin, amoksisilin dan siprofloksasin. Pemberian antibiotik berdasarkan diagnosis pasien ispa bagian atas masih ada yang belum sesuai dengan pedoman pengobatan yang ditetapkan.



Hasil penelitian dari penggunaan antibiotik pasien pediantri menunjukan bahwa pasien laki-laki lebih banyak dari pada pasien perempuan, penyakit ISPA banyak menyerang anak usia dibawah lima tahun. Jenis ISPA yang menyerang adalah ISPA non pneumonia yaitu batuk, dan pilek, semua dosis antibiotik yang diresepkan termasuk dalam dosis kisaran aman berdasarkan berat badan pasien.



Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pasien anak berusia 1 sampai 10 tahun sebanyak 12 pasien yang berusia 5 tahun 15% dan untuk jenis laki-laki sebanyak 41 pasien 51,25%. Jenis antibiotik yang digunakan adalah antibiotik amoxicillin berdasarkan frekuensi pemberian sebanyak 80 pasien 100%. Ditinjau dari dosis penggunaan antibiotik amoxicillin sebagian besar tepat dosis 52,50%.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1



Definisi Puskesmas Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yanag amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan disuatu wilayah kerja. Menurut (Harnilawati, 2013) definisi puskesmas ialah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah tertentu. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 75 Tahun 2014, puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama untuk mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya di wilaya kerja.



8



9



2.1.2



Tugas dan Fungsi Puskesmas Berdasarkan Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat, Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut, puskesmas menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1. Penyelenggaraan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) tingkat pertama di wilayah kerjanya. 2. Penyelenggaraan UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan) tingkat pertama di wilayah kerjanya. 3. Sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.



2.1.3



Puskesmas Margadana Tegal Dalam upaya mewujudkan masyarakat yang sehat, pembangunan kesehatan di Kecamatan Margadana tidak dapat dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah yang bertanggung jawab menangani urusan kesehatan, tetapi juga harus dilakukan secara bersama-sama melibatkan peran masyarakat dan pihak swasta. Hal ini sesuai dengan Visi UPTD Pukesmas Margadana Kota Tegal, yaitu “Tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal di wilayah Puskesmas Margadana berbasis pelayanan prima”. Agar proses pembangunan kesehatan berjalan sesuai dengan arah dan tujuan, diperlukan tatanan manajemen yang baik sebagai langkah dasar pengambilan keputusan dan kebijakan di semua tingkat administrasi



10



pelayanan kesehatan. Untuk itu pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi kesehatan.Sistem Informasi Kesehatan (SIK) bertujuan untuk menyediakan data dan informasi kesehatan yang evidence based, akurat, lengkap dan tepat waktu. Untuk itu peran data dan informasi menjadi sangat penting dan makin terasa dibutuhkan dalam manajemen kesehatan. (Puskesmas Magadana, 2016). 2.1.4



Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 2.1.4.1 Definisi ISPA ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Secara umum, ISPA terbagi kedalam dua golongan, yaitu ISPA bagian atas dan ISPA bagian bawah. ISPA bagian atas mencangkup infeksi organ saluran pernapasan mulai dari hidung sampai dengan faring. Istilah akut menandakan infeksi berlangsung selama kurang dari 14 hari. Infeksi saluran pernafasan akut bagian atas terdiri dari influenza, rinitis, sinusitis, faringitis, dan tonsillitis, ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena



11



sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun (Rasmaliah, 2004). 2.1.4.2 Etiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus, micoplasma, jamur, dan lain-lain. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, virus,dan micoplasma. Umumnya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian bawah disebabkan oleh bakteri, keadaan tersebut mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya. Bakteri penyebab Infeksi Saluran Pernafasan



Akut



Staphylococcus,



(ISPA)



antara



Pneumococcus,



lain



genus



Hemofilus



Streptococcus



Bordetella,



dan



Corynebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain golongan Mexovirus, Adenovirus, Coronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus, dan lain-lain (Rahmawati, 2012). Proses Terjadinya infeksi saluran pernafasan, saluran pernafasan dari hidung sampai bronkus dilapisi oleh membrane mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring,dihangatkan dan dilembutkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut



12



yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel rambut yang halus akan terjerat dalam membran mukosa. Gerakan silia mendorong membran mukosa ke rongga hidung dan ke arah menuju faring. Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerkan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritas oleh bahan pencemar, produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembuluh bakteri di saluran pernafasan. Akibatnya dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan (Almatsier, 2011). 2.1.4.3 Pengobatan ISPA 1. Pneumonia berat : diberikan antibiotik parenteral, oksigen dan sebagainya. 2. Pneumonia : diberi obat antibiotik Kotrimosazol oral. Bila penderita tidak mungkin diberikan Kotrimosazol atau mungkin dengan pemberian Kotrimoksazol keadaan penderita menetap, dapat diberikan obat antibiotik pengganti seperti amoxicillin, ampisilin, atau penisilin prokain. 3. Bukan pneumonia : tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk



13



tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstometorfan dan antihistamin. Bila demam diberikan obat penurut panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk, pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah



(eksudat) desertai



pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcus dan harus diberi antibiotic selama 10 hari. Tanda bahaya setiap balita atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya (Alsagaff dan Mukty, 2006). 2.1.4.4 Klasifikasi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) 1. Klasifikasi ISPA menurut derajat keparahannya (WHO, 1986 dalam (Irianto, 2015)) : a) ISPA ringan ditandai dengan gejala batuk, pilek dengan atau tanpa demam. b) ISPA sedang ditandai dengan pernafasan cepat, wheezing (nafas menciut-ciut), sakit atau keluar cairan dari telinga, bercak kemerahan (campak). c) ISPA berat ditandai dengan penarikan sel iga kedalam sewaktu inspirasi, kesadaran menurun, bibir atau kulit pucat kebiruan, Stridor (nafas ngorok) sewaktu istirahat, adanya selaput membrane difteri.



14



2. Klasifikasi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dibedakan atas dua kelompok yaitu (Depkes RI, 2011): a. Untuk kelmpok umur kurang 2 bulan terdiri dari : 1) Pneumonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 60 kali per menit atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah. 2) Bukan pneumonia yaitu penderita balita dengan batuk dan pilek disertai atau tidak dengan gejala lain seperti berdahak atau berlendir dan demam, yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak ada tarikan dinding dada. b. Untuk kelompok umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun terdiri: 1) Pneumonia berat yaitu berdasarkan pada adanya batuk atau kesukaran bernafas disertai sesak atau tarikan dinding dada ke bawah. Dikenal pula diagnosis pneumonia sangat berat yaitu batuk atau kesukaran bernafas yang disertai adanya gejala diagnosis sentral dan anak tidak dapat minum. 2) Pneumonia yaitu berdasarkan pada adanya batuk atau kesukaran bernafas disertai adanya nafas cepat sesuai umur. Batas nafas cepat pada anak usia 2 bulan sampai < 1 tahun adalah 50 kali atau lebih permenir sedangkan



15



untuk usia anak 1 sampai < 5 tahun adalah 40 kali atau lebih permenit. 3) Bukan pneumonia. Mencangkup kelompok penderita balita dengan batuk dan pilek disertai atau tidak dengan gejala lain seperti berdahak atau berlendir dan demam, tidak menunjukan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukan adanya tarikan dinding dada bagian bawah. Klasifikasi bukan pneumonia mencangkup penyakit-penyakit ISPA lain diluar pneumonia seperti batuk pilek biasa (common cold, faringitis, tonsillitis). c. Klasifikasi bedasarkan anatomi (Depkes, 2010), sebagai berikut: 1) Infeksi Saluran Pernafasan Akut Atas, infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek, faringitis, otitis media 2) Infeksi Saluran Pernafasan Akut Bawah, infeksi yang menyerang mulai dari bagian laring sampai dengan alveoli, dinamakan sesuai organ saluran nafas, seperti epiglottitis, laryngitis, bronkhitis, daan pneumonia.



16



2.1.4.5 Patofisologi Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dari interaksi bibit penyakit dengan tubuh pejamu. Inflamasi pada infeksi merupakan hasil mekanisme imun spesifik dan non spesifik pejamu dalam melawan invasi mikroba dan mencegah pertumbuhannya atau selanjutnya menghancurkannya. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran pernafasan bergerak ke atas mendorong virus kearah faring atau reflek oleh laring. Jika reflek tersebut gagal maka akan merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan. Kerusakan tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas kelenjar mucus



sehingga



mengeluarkan



mukosa



yang



berlebihan.



Rangsangan cairan mukosa tersebut yang akhirnya menyebabkan batuk. Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mucus bertambah banyak dan menyumbat saluran pernafasan sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif (Utami, 2012). 2.1.4.6 Faktor- faktor penyakit ISPA Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA menurut (Irianto, 2015) antara lain:



17



1. Usia Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah. 2. Status imunisasi Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap. 3. Lingkungan Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak (Irianto, 2015). 2.1.4.7 Pencegahan Pencegahan penyakit ISPA dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain : 1) Melakukan penyuluhan dan sosialisasi mengenai penyakit ISPA 2) Menjaga kesehatan gizi dengan mengkonsumsi makanan sehat, bila perlu memberikan mikronutrien tambahan seperti zink, zat besi dan sebagainya sehinngga dapat meningkatkan kekebalan tubuh. 3) Memberikan ASI pada bayi selama 6 bulan pertama.



18



4) Mencegah kontak langsung maupun tidak langsung dengan penderita ISPA. Menggunakan alat pelindungan diri (APD) saat berinteraksi dengan orang yang menderita ISPA maupun ketika berada di lingkungan yang berdebu. 5) Melakukan imunisasi lengkap pada anak sehingga tidak mudah terserang penyakit yang disebabkan oleh virus dan penyakit. 6) Menjaga kebersihan lingkungan dan perorangan dengan melakukan pola hidup sehat dan bersih, mencuci tangan dengan sabun dan menciptakan rumah yang sehat. 7) Ventilasi yang baik dirumah dan tidak merokok pada ruangan tertutup. 8) Pengobatan dengan menggunakan antibiotik untuk ISPA yang disebabkan oleh bakteri, pengobatan antiviral untuk influenza (Najmah, 2016). 2.1.5



Anak Menurut (Muaris H, 2006) anak balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. Menurut (Sutomo B dan Anggraini D .Y 2010) balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (balita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Survey yang dilakukan oleh Departemen Kesehatanan Republik Indonesia menunjukan bahwa umur bayi yaitu dibawah satu tahun dan balita berumur satu hingga empat tahun (Depkes, 2010).



19



Anak balita diharapkan tumbuh dan berkembang dalam keadaan sehat jasmani, sosial, dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Masalah kesehatan balita merupakan masalah nasional, mengingat angka kesakitan dan angka kematian pada balita masih cukup tinggi (Depkes, 2009). 2.1.6



Antibiotik 2.1.6.1 Definisi antibiotik Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Akan tetapi, istilah antibiotik sebenarnya mengacu pada zat kimia yang dihasilkan oleh satu macam organisme, terutama fungi, yang menghambat pertumbuhan atau membunuh organisme yang lain (Khairunnisa rizki 2016). Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik. Sifat toksisitas selektif yang belum atau mungkin tidak akan diperoleh (Setiabudy dkk. 2009). 2.1.6.2 Prinsip penggunaan antibiotik Menurut (Kemenkes, 2013) penggunaan antibiotik, antara lain meliputi :



20



1) Penggunaan dengan spectrum sempit pada indikasi yang ketat dengan dosis yang adekuat, interval dan lama pemberian yang tepat. 2) Kebijakan



penggunaan



penggunaan



antibiotik



antibiotik dan



dengan



pembatasan



mengutamakan



penggunaan



antibiotik. 3) Indikasi ketat penggunaan antibiotik dimulai dengan penegakan diagnosis penyakit infeksi. 2.1.6.3 Klasifikasi Antibiotik Penggolongan antibiotik menurut (Febiana , T 2012) dapat diklasifikasikan sebagai berikut 1. Berdasarkan struktur kimia antibiotik a. Golongan Aminoglikosida contohnya gentamisin, neomisin, streptomisin b. Golongan beta-Laktam antara lain, golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, cefadroxil), golongan penisilin (amoksisilin, penisilin) c. Golongan poliketida antara lain, golongan makrolida (eritromisin, azitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan



tertrasiklin



(doksisiklin,



oksitetrasiklin,



antara



kotrimiksazol,



klortetrasiklin) d. Golongan



sulfonamida



trimethoprim



lain,



21



e. Golongan quinolon contohnya : ciprofloxacin, levofloxacin f. Antibiotik lain yang penting seperti, kloramfenikol, klindamisin, asam fusidat. 2. Berdasarkan mekanisme kerja antibiotik Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotik di kelompokan sebagai berikut : a. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri Memiliki efek nalterisida dengan cara memecahkan enzim dinding sel dan menghambat enzim dalam sibtesis dingding sel.contohnya golongan beta-Laktam seperti (penisilin, sefalosporin, karbapenem), dan inhibitor sintesis dinding sel lainnya seperti basitrasin, fosfomisin. b. Inhibitor sintesis protein bakteri Memiliki efek bakterisida atau bakteriostatik dengan cara mengganggu sintesis protein tanpa mengganggu sel-sel normal dan menghambat tahap-tahap sintesis protein. Obatobat yang aktifitasnya menghibitor sintesis protein bakteri seperti (aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin, klindamisin, kloramfenikol). c. Menghambat sintesa folat Mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti (sulfonamida, dan trimethoprim). d. Mengubah prrmeabilitas membrane sel



22



Memiliki



efek



bakteriostatik



dengan



menghilangkan



permeabilitas membrane dan oleh karena hilangnya substansi seluler menyebabkan sel menjadi lisis. Obat-obat yang memiliki aktivitas ini antara lain polimiskin, nistatin dan kolistin. 3. Berdasarkan aktivitas antibiotik a. Antibiotik spectrum luas (broad spectrum) Antibiotik spektrum luas sering kali dipakai untuk mengobati penyakit infeksi yang menyerang belum diidentifikasi dengan pembiakan dan sensitifitas hnya seperti tetrasiklin dan sefalosporin efektif terhadap organisme baik gram positif maupun gram negatif. b. Antibiotik spectrum sempit (narrow spectrum) Golongan ini terutama efektif untuk melawan satu jenis organisme. Contohnya penisilin, dan eritromisin dipakai untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif. Karena antibiotik berspektrum sempit bersifat selektif, maka obat-obat ini lebih aktif dalam melawan organisme tunggal tersebut dari pada antibiotik berspektrum luas.



23



2.1.6.4 Penggolongan antibiotik Menurut (Stephens, 2011) terdapat lebih dari 100 antibiotik, mayoritasnya terdiri dari beberapa jenis.Jenis-jenis tersebut adalah seperti berikut: 1. Penisilin Penisilin pertama kali diisolasi dari jamur Penicillium pada tahun 1949. Obat ini efektif melawan beragam bakteri termasuk sebagian besar organisme gram positif. Penggunaan penisilin yang berlebihan menyebabkan timbulnya resistensi bakteri (pembentukan penisilinase), membuat obat ini tidak berguna untuk banyak strain bakteri. Meskipun demikian, penisilin tetap merupakan obat terpilih yangtidak mahal dan ditoleransi baik untuk beberapa infeksi (Olson, 1995) Menurut (National Health Service 2012) penisilin merupakan antara antibiotik yang pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun, 1928 dan paling sering digunakan untuk mengobati infeksi tertentu seperti infeksi kulit, infeksi dada dan infeksi saluran kemih. Antara antibiotik, penisilin merupakan antibiotik yang penting karena kurang toksik, perkembangan bakteri terhadap resistensinya sedikit (Mutschler, 1999). Menurut (Katzung, et.., all 2012) penisilin dapat diklasifikasikan kepada beberapa kelompok yaitu:



24



a.



Penisilin misalnya (penisilin G), mempunyai aktivitas terbesar terhadap organisme gram positif, kokus gram negatif, bakteri anaerob yang tidak memproduksi betalaktamase, dan mempunyai sedikit aktivitas terhadap gram negatif batang. Kelompok ini rentan terhadap hidrolisis oleh betalaktamase.



b. Penisilin antistafilokokus (misalnya, nafcilin) ini resisten terhadap betalaktamase dari stafilokokus dan aktif terhadap stafilokokus dan streptokokus, tetapi tidak aktif terhadap enterokokus, bakteri anaerob, gram negatif batang dan kokus. c. Penisilin dengan perluasan spektrum (ampisilin, penisilin anti



pseudomonas),



mempunyai



spectrum



antibakteri



penisilin dan memiliki aktivitas yang tinggi terhadap organisma gram negatif, tetapi kelompok ini sering rentan terhadap beta- laktamase. 2. Sefalosporin Sefalosporin serupa dengan penisilin, tetapi lebih stabil terhadap banyak bakteria beta-laktam sehingga mempunyai spektrum aktivitas yang lebih luas. Sefalosporin tidak aktif terhadap enterokokus dan Listeria monocytogenes. Menurut (Katzung dkk, 2012) Sefalosporin diklasifikasikan ke dalam empat generasi yaitu :



25



a. Generasi pertama sangat aktif terhadap organisme gram positif,



termasuk



pneumokokus,



stafilokokus,



dan



streptokokus. b. Generasi kedua memiliki paparan gram negatif yang lebih luas termasuk sefaklor, sefamandol, sefoksitin, sefotetan. Kelompok ini merupakan golongan heterogeneous yang mempunyai perbedaan-perbedaan individual dalam aktivitas, farmakokinetika, dan toksisitas. c. Generasi ketiga adalah sangat aktif terhadap gram negatif dan obat-obat ini mampu melintasi blood-brain barrier. Generasi ini aktif terhadap citrobacter, Seratia marcescens, dan providencia. Misalnya, sefoperazon, sefotaksim, seftazidim. d. Generasi keempat adalah cefexime. Obat ini lebih kebal terhadap hidrolisis oleh beta- laktamase kromosomal dan mempunyai aktivitas yang baik terhadap P aeruginosa, Enterobacteriaceae, S aureus, dan S pneumonia.Obat ini sangat aktif terhadap haemophilus dan Neisseria. 3. Makrolida Makrolida biasanya diberikan secara oral, dan memiliki spectrum antimikroba yang sama dengan benzilpenisilin (yaitu spektrum sempit,terutama aktif melawan organisme gram positif) serta dapat digunakan sebagai obat alternatif pada pasien yang sensitif penisilin, terutama pada infeksi yang disebabkan oleh



26



streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, dan klosridium. Makrolida tidak efektif pada meningitis karena tidak menembus sistem saraf pusat dengan adekuat. Yang termasuk kelompok antibiotik



makrolida



adalah



erythromycin,



claritromycin,



azithromycin dan troleandomycin. Yang paling sering diresepkan agen antimikroba makrolida adalah eritromisin (Kemenkes, 2011). 4.



Flurokuinolon Golongan ini dapat digunakan untuk infeksi sistemik. Daya antibakteri fluorokuinolon jauh lebih kuat dibandingkan kelompok kuinolon lama. Selain itu, kelompok obat ini diserap dengan baik pada pemberian oral, dan beberapa derivatnya tersedia juga dalam bentuk parenteral sehingga dapat digunakan untuk penanggulangan infeksi berat. Golongan ini aktif terhadap kuman gram negatif tetapi dalam beberapa tahun terakhir ini telah dipasarkan fluorokuinolon baru yang mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman gram positif. Yang termasuk golongan ini ialah siprofloksasin, pefloksasin, dan lainlain (Setiabudy dkk, 2009).



5.



Aminoglikosida Aminoglikosida merupakan salah satu antibiotik yang tertua. Sejak tahun 1944, antibiotik streptomisin merupakan produk dari bakterium Streptomyces griseus. Selain itu, terdapat



27



juga antibiotik seperti neomisin, gentamisin, tobramisin, dan amikasin. Seperti penisilin, golongan ini aktif terhadap kedua bakteri gram negatif dan gram positif. Aminoglikosida merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat ikatan glikosidik pada inti heksosa (Hauser, 2007). 6.



Tetrasiklin Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya, tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi obat ini. Tetrasiklin memperlihatkan spectrum antibakteri luas yang meliputi kuman gram positif dan negatif, aerobik dan anaerobik. Tetrasiklin merupakan obat yang sangat efektif untuk infeksi Mycoplasma pneumonia, Chlamydis trachomatis, dan berbagai riketsia (Setiabudy dkk, 2009).



2.1.7



Amoxicillin 2.1.7.1 Definisi Amoxicillin Amoxicillin merupakan antibiotik dari penisilin semisintetik yang stabil dalam suasana asam. Kerja bakterisida, atau pembunuh bakterinya seperti ampisilin. Amoxicillin dapat rusak oleh βlaktamase sehingga amoxicillin tidak efektif untuk melawan bakteri yang memproduksi β-laktamase. Kombinasi dengan asam klavulanat (inhibitor kuat bagi β-laktamase bacterial) membuat antibiotik ini



28



efektif terhadap kuman yang memproduksi penisilinase. Terutama digunakan terhadap infeksi saluran nafas dan kemih yang resisten terhadap amoxicillin (Rahardja, 2007). 2.1.7.2 Mekanisme Kerja Amoxicillin Tabel 2.1 Mekanisme Kerja Amoxicillin Farmakodinamik Fakmakokinetik Indikasi



Kontra indikasi



Efek Samping



Interaksi Obat



Menghambat



Serum dengan



Untuk



Hati-hati



Gangguan Dapat



pertumbuhan



kosentrasi antara



mengobati



pada



lambung



bakteri dengan



4-8 mcg/ml,



infeksi



pasien



usus, sakit dengan



tahap spesifik



dosis 500 mg



saluran



alergi



kepala,



dalam sintesis



untuk sediaan



kemih,



golongan mual, dan glikosida



sinutis,



penicillin radang



dinding sel bakteri oral



dikombinasi



amino



sebagai



otitis, dan



kulit lebih terapi yang



infeksi



jarang



disebabkan



saluran



terjadi



oleh listeria



pernafasan



monocy togenes



(Sumber : (Sari, Windrianita DM 2015) 2.1.7.3 Pemberian dosis Infeksi saluran nafas berat atau berulang : Anak kurang dari 10 tahun dosis 125-250 mg tiap 8 jam. Anak-anak