Lika Liku EKG [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



Cara membaca EKG secara baik 1. Perhatikan kalibrasi dan kecepatan EKG Kalibrasi standar: 10mm/ 1mV atau 10 kotak kecil untuk 1mV Gelombang EKG dan kecepatan mesin ekg yang standar adalah 25mm/sec atau 25 kotak kecil untuk 1 detik rekaman ekg



2. Menghitung kecepatan denyut jantung Denyut jantung = 1500 : jumlah kotak kecil (dari R ke R)



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



3. Menentukan irama jantung a. Tentukan heart rate



b. Perhatikan pola regularitas Kompleks QRS



 



Regular  Jarak antara R ke R selalu sama Irregular  Jarak antara R ke R berubah-ubah



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



c. Perhatikan bentuk Kompleks QRS



  



QRS sempit : < 0,08 sec (2 kotak kecil) QRS normal : 0,08 – 0,12 sec (2 – 3 kotak kecil) QRS lebar : > 0,12 sec (3 kotak kecil)



d. Tentukan ada tidaknya gelombang P serta bentuknya



Irama normal (sinus)  Adanya gelombang P yang diikuti oleh Kompleks QRS dan jarak PR interval normal (0,12 – 0,20 sec atau 3 – 5 kotak kecil)  



Jika ditemukan gelombang P tetapi tidak dengan morfologi dan interval PR yang normal. kemungkinan irama berasal dari atrial atau junctional atau konduksi retrograde dari ventrikel. Jika tidak ditemukan gelombang P kemungkinan irama adalah atrial fibrilasi, sinus arrest atau gelombang P berhimpit dengan gelombang QRS.



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



e. Perhatikan hubungan antara Gelombang P dan QRS  



Secara normal gelombang P dan QRS selalu saling berhubungan. Bila terjadi AV (atrioventricular) disosiasi = tidak ada relasi antara irama atrium dan ventrikel. Contoh pada kondisi AV block dan Ventrikula takikardi.



f. Perhatikan onset dan terminasi Aritmia  



Abrupt atau bila onset dan terminasi aritmia terjadi secara tiba-tiba menunjukkan aritmia disebakan oleh mekanisme re-entry. Gradual atau bila onset dan terminasi aritmia terjadi secara bertahap atau perlahan menunjukkan aritmia disebabkan mekanism peningkatan automatisasi.



g. Respon irama terhadap vagal manuver    



Sinus Takikardia ectopic atrial takikardi – terjadi perlambatan heart rate secara bertahap tetapi kecepatan irama kembali bila manuver distop AVNRT atau AVRT – terminasi irama atau tidak ada respon dari manuver Atrial Fibrilasi dan Atrial Flutter – terjadi perlambatan heart rate secara bertahap bila dilakukan manuver VT – Jarang ada respon dari manuver vagal, terkecuali jenis VT tertentu



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



4. Menentukan Aksis Jantung



-



Jika Lead I (+) aVF (+)  axis jantung normal Jika Lead I (+) aVF (-)  axis jantung dikatakan deviasi ke kiri atau dikenal dengan Left Axis Deviation (LAD) Jika Lead I (-) aVF (+)  axis jantung dikatakan deviasi ke kanan atau dikenal dengan Right Axis Deviation (RAD) Jika Lead I (-) aVF (+)  axis jantung dikatakan Extreme deviasi aksis baik kanan maupun kiri atau biasa disebut dengan Northwest Axis atau No Man's Land



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



5. Analisa Gelombang dan Segmen pada EKG



a. Gelombang P Karakterisitik Gelombang P Sinus yang normal : Morfologi : - Positif pada lead I, II, aVF dan V2 - V6 - Negatif pada lead aVR - Biphasic pada lead V1 - Bervariasi pada lead III dan aVL Axis : - Axis gelombang P yang normal berada pada 0° dan +75° - Selalu positif pada lead II dan negatif pada lead aVR Durasi : - < 120 msec ( atau 3 kotak kecil ) Amplitudo : - < 2,5 mV ( atau 2.5 kotak kecil )



b. Interval PR Kriteria Interval PR : -



Interval PR normal berada pada antara 120 ms - 200 ms ( 3-5 kotak kecil) Interval PR dikatakan memanjang bila Interval PR lebih dari 200 ms atau 5 kotak kecil yang kita katakan sebagai AV Block Derajat 1 Interval PR dikatakan memendek bila Interval PR kurang dari 120 ms atau 3 kotak kecil



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



Penyebab Interval PR memanjang ( > 200 ms ) :  AV Block Derajat 1  AV Block Derajat 2 Mobitz 1  Normal Variant Penyebab Interval PR memendek ( < 120 ms ) :  Normal Variant  Low Atrial atau Upper Junctional Rhytm  Peningkatan Aktivitas Simpatis  Wolf Parkinson White Syndrome  Lown Ganong Levine Syndrome



c. Kompleks QRS   



QRS sempit : < 0,08 sec (2 kotak kecil) QRS normal : 0,08 – 0,12 sec (2 – 3 kotak kecil) QRS lebar : > 0,12 sec (3 kotak kecil)



Berbagai Penyebab Wide QRS complex : - Bundle Branch Block - Irama Ventrikular - Hiperkalemia - Left Ventricular Hyperthrophy - Pre-Excitation Syndrome Kelainan Amplitudo Gelombang QRS : Large Voltage :  Ventricular Hyperthrophy  Thin Chest Wall  Kesalahan Standarisasi dari Voltage Low Voltage ( Amplitudo gelombang QRS < 0.5 mV pada lead ekstremitas dan < 1 mV pada lead Prekordial ) :  Kardiomiopati utamanya kardiomiopati restriktif  Efusi Perikardium  Perikarditis Konstriktif Gelombang Q Normalnya kedalaman gelombang Q tidak lebih dari 0.1 mV atau terkadang ada beberapa sumber yang menyatakan tidak lebih dari 1/3 atau 1/4 gelombang R, serta durasi tidak lebih dari 0.04 sec. Differential dari gelombang Q Patologis : - Old Miokardium Infark - Kardiomiopati ( Hipertrofik dan Infiltrative )



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



-



Rotasi dari jantung (Extreme Clockwise Rotation atau Counter Clockwise Rotation) Pemasangan Lead yang salah ( Lead Arm Displacement )



Gelombang R -



-



Pada Lead Prekordial, normalnya amplitudo gelombang R dari V1 - V6 makin tinggi, sebaliknya amplitudo Gelombang S makin mengecil dan transisinya di lead V3-V4 Apabila transisi dari progresi gelombang R dan S berada pada lead V1-2 dikatakan sebagai Early R/S Transistion Penyebab Early R/S Transition :  Normal Variant  RVH ( Penyebab paling umum )  RBBB  Infark Miokardium Posterior  WPW Syndrome



-



Apabila transisi dari progresi gelombang R dan S berada pada lead v5-6 dikatakan sebagai Poor R-Wave Progression Penyebab Poor R-Wave Progression :  Normal Variant  LVH  LBBB  Left Anterior Fasicular Block  Anterior atau Anteroseptal Myocardial Infarction  Penyakit Paru etc PPOK, Cor Pulmonale  WPW Syndrome



d. Segmen ST -



ST Segmen merupakan Segmen waktu di antara gelombang QRS dan gelombang T. ST Segmen mempresentasikan waktu diantara depolarisasi ventrikel dan repolarisasi ventrikel Segmen ST normalnya Flat, isoelektrik diantara akhir gelombang S ( J Point ) dan awal gelombang T, Penyebab kelainan ST Segmen Utama ( Elevasi atau Depresi ) adalah Iskemia dan Infark Miokardium



Kelainan Segmen ST : -



ST Elevasi : Merupakan Peningkatan Segmen ST di atas Garis Isoelektrik Baseline yang diukur dari J Point ( Akhir kompleks QRS )



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



-



ST Depresi : Merupakan Penurunan Segmen ST di bawah Garis Isoelektrik Baseline yang diukur dari J Point ( Akhir kompleks QRS )



Penyebab ST Elevasi : -



Infark Miokardium Benign Early Repolarization Myopericarditis Left Bundle Branch Block Left Ventricular Hyperthropy Aneurisma Ventrikel Hiperkalemia Penyebab Lain : Hipotermi, Sindrom Brugada, Perdarahan Intrakranial atau Subarakhnoid



Penyebab ST Depresi : -



Iskemia Miokardium / NSTEMI Reciprocal dari STEMI Gangguan Konduksi ( LBBB, RBBB, Sindrom WPW ) Hipertrofi Ventrikel ( LVH, RVH ) Drugs ( Intoksikasi Digitalis ) Hipokalemia Perdarahan Subarachnoid



e. Gelombang T Karakteristik Gelombang T yang normal : -



Positif di semua lead kecuali aVR dan V1 Amplitudo umumnya tidak melebihi 2/3 gelombang R atau < 5 mm di limb lead dan < 15 mm di prekordial lead Durasi mengacu pada interval QT



Kelainan Gelombang T :  Gelombang T-Tall atau Peaked T Waves : - Hiperkalemia - Hyperacute T waves ( Stadium awal STEMI )  -



Inversi Gelombang T : Normal pada Anak-anak Abnormalitas Sekunder dari Bundle branch block dan hipertrofi ventrikel Iskemia dan Infark Miokardium Myoperikarditis Penggunaan Digoxin Penyakit Sistem Saraf Pusat ( perdarahan subarachnoid )



 Gelombang T Biphasic : - Iskemia Miokardium - Hipokalemia



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



 Gelombang T Camel Hump : - Gelombang U Prominen pada Hipokalemia - Gelombang P Tersembunyi di dalam gelombang T



f. Interval QT -



-



-



Interval QT merupakan waktu yang diukur dari awal gelombang Q sampai akhir gelombang T yang mempresentasikan waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi dan repolarisasi ventrikel Nilai dari Interval QT bervariasi tergantung dari heart rate, semakin tinggi heart rate maka interval QT semakin memendek. sebaliknya semakin rendah heart rate maka interval QT semakin memanjang. oleh karena ada dikenal perhitungan Interval QT koreksi (QTc) yang nilainya konstan berapapun nilai heart rate Interval QT yang memanjang dan abnormal akan meningkatkan resiko aritmia ventrikular yang berpotensi membahayakan keadaan pasien, yang kita kenal sebagai Torsade de Pointes.



Rumus yang digunakan dalam menentukan adalah Formula Bazzet's = QTC = QT / √ RR



interval



QTc



umumnya



yang



dipakai



Nilai Normal Interval QTc : -



Interval QTc dikatakan memanjang jika > 450 msec pada pria dan > 460 msec pada wanita Interval QTc dikatakan memendek jika < 360 msec pada pria dan < 370 msec pada wanita



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



Terdapat Cara cepat dalam menilai apakah interval QT memanjang atau tidak, yaitu dengan metode 1/2 Interval R-R :



-



Apabila Interval QT > 1/2 Interval R-R maka Interval QT dikatakan memanjang Apabila Interval QT < 1/2 Interval R-R maka Interval QT dikatakan normal



Penyebab Interval QT memanjang : -



Elektrolit : Hipokalemia , Hipokalsemia , Hipomagnesemia Drugs ( Psikotropik , Amiodarone ) Kongenital Perdarahan Intrakranial Hipothermi dll



Penyebab Interval QT memendek : - Hiperkalsemia - Hiperkalemia - Intoksikasi Digitalis



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



6. Analisa Pembesaran dari ruang jantung Perhatikan apakah dari setiap ekg yang kita baca memenuhi beberapa kriteria dari pembesaran ruang jantung, baik di atrium kanan atau kiri maupun ventrikel kanan atau kiri.



a. Left Atrial Enlargement / Pembesaran Atrium Kiri Pembesaran atrium kiri atau dalam bahasa inggrisnya Left Atrial Enlargement (LAE) singkatnya merupakan pembesaran ukuran dari rongga atrium kiri jantung akibat adanya tekanan atau volume yang berlebihan pada atrium kiri.



Pada elektrokardiografi gelombang P merupakan gelombang yang kecil yang muncul ketika atrium mengalami depolarisasi. Oleh karena massa otot atrium kecil maka amplitude gelombang P normalnya tidak melebihi 2.5 mm dan lebarnya tidak melebihi 0.11 sec. Adanya pembesaran dari atrium baik kiri maupun kanan akan memberikan gambaran gelombang P yang abnormal, pada kasus LAE akan memberi gambaran P-Mitral.



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



Beberapa Penyebab LAE :  Klasik ditemukan pada Mitral Stenosis  Hipertensi yang berat  Severe Aorta Stenosis  Severe Mitral regurgitation  Kardiomiopati Hipertrofik  Mitral Valve Prolaps Temuan EKG pada LAE umumnya berupa :  Durasi gelombang P pada standar lead melebihi 0.11 sec ato kurang lebih 2,5 mm  Terdapat notch pada gelombang P, umumnya terlihat pada lead II. Biasa disebut dengan P-Mitral  Durasi komponen negatif dari gelombang P di lead V1 melebih 0.04 sec atau kurang lebih 1mm  Amplitudo komponen negatif dari gelombang P di lead V1 melebihi 1mm



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



b. Right Atrial Enlargement / Pembesaran Atrium Kanan Pembesaran atrium kanan atau dalam bahasa inggrisnya Right Atrial Enlargement ( RAE ) singkatnya merupakan pembesaran ukuran dari rongga atrium kanan jantung akibat adanya tekanan atau volume yang berlebihan pada atrium kanan.



Adanya pembesaran dari atrium baik kiri maupun kanan akan memberikan gambaran gelombang P yang abnormal, untuk RAE sendiri gambaran khasnya berupa gelombang P pulmonal.



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



Beberapa Penyebab RAE :  Penyakit Paru Kronik  Hipertensi Pulmonal  Stenosis Trikuspid  Penyakit Jantung Kongenital Temuan EKG pada RAE umumnya berupa :  Voltase gelombang P pada lead II atau aVF melebihi 2.5 mm atau 0.25 mV (P-Pulmonal)  Voltase gelombang P pada lead V1 atau V2 melebihi 1.5 mm atau 0.15 mV  Durasi gelombang P < 0,12 sec kecuali terdapat juga pembesaran atrium kiri  Biasanya juga ditemukan gambaran RVH



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



c. Left Ventricular Hyperthrophy / Pembesaran Ventrikel Kiri Hipertrofi ventrikel kiri atau dalam bahasa inggrisnya Left Ventricular Hyperthropy (LVH) singkatnya merupakan penebalan atau penambahan massa otot atau miokardium dari ventrikel kiri sebuah jantung.



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



Di dalam EKG, akibat adanya penambahan massa otot ventrikel kiri akan terjadi penambahan kekuatan voltase arus listrik jantung pada bagian ventrikel sebelah kiri sehingga terjadi. 



Peninggian amplitudo dari gelombang R pada lead dada sebelah kiri ( I, aVL, V5, V6 ) dan







Peninggian kedalaman dari gelombang S pada lead dada sebelah kanan ( III, aVR, V1, V2 )







Meningkatnya waktu depolarisasi ventrikel dibandingkan dengan otot yang tidak menebal ( Pelebaran pada kompleks QRS ),







Terganggunya fase repolarisasi ( Abnormalitas dari gelombang ST-T )







Aksis arus listrik akan dominant ke arah ventrikel kiri atau dikenal dengan istilah Left Axis Deviation







Serta pada beberapa kasus bisa saja terdapat pemebsaran atrium kiri atau Left Atrial Enlargement



Temuan EKG pada LVH umumnya berupa : 



Gelombang R yang tinggi pada V5 dan V6







Gelombang S yang dalam pada V1 dan V2







Pelebaran kompleks QRS ( umumnya < 0.12 s kecuali ada gangguan konduksi )







Depresi Segmen ST dan Inversi gelombang T atau dikenal dengan Strain Pattern







Left Axis Deviation







Kadang ditemukan Left Atrial Enlargement



Perlu diingat bahwa EKG tidak sensitif dalam menilai pembesaran jantung, karena banyak hal yang dapat mempengaruhi ketinggian voltase dari kompleks QRS bukan hanya LVH ataupun RVH sendiri. Kadang – kadang ada gambaran EKG yang menunjukkan LVH namun setelah dikonfrimasi dengan echocardiography tidak menunjukkan hal tersebut.



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



Terdapat beberapa kriteria dalam mendiagnosis LVH pada EKG dengan tingkat sensitifitas dan spesifitas yang berbeda antara lain sebagai berikut : 1. Sokolow + Lyon (Am Heart J, 1949;37:161) 



Gelombang S V1/V2 + Gelombang R V5/V6 > 35 mV ( Sen 22 %, Spec 100% )







Gelombang R aVL > 11mV ( Sen 11 %, Spec 100% )







Bila memenuhi salah satu kriteria diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada ekg tersebut terdapat LVH







Terdapat juga ST depresi dan Inversi T di Lead V5,V6,I dan aVL yang dinamakan Strain Pattern pada LVH.



2. Cornell criteria (Circulation, 1987;3: 565-72)  



Gelombang S V3 + R aVL > 28 mm pada Laki-Laki ( Sen 42%, Spec 96%) Gelombang S V3 + R aVL > 20 mm pada Perempuan ( Sen 42%, Spec 96%)



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



3. Romhilt + Estes (Am Heart J, 1986:75:752-58) ECG Criteria Voltage Criteria (any of):  R or S in limb leads ≥ 20 mm  S in V1 or V2 ≥ 30 mm  R in V5 or V6 ≥ 30 mm



Points 3 points



ST-T Abnormalities:  Without digitalis  With digitalis



3 points 1 point



Left Atrial Enlargement in V1 Left axis deviation QRS duration 0.09 sec Delayed intrinsicoid deflection in V5 or V6 (>0.05 sec)



3 points 2 points 1 point 1 point



Kesimpulan :  Point 4 = Kemungkinan LVH ( Sen 54 %, Spec 85% )  Point 5 ke atas = LVH ( Sen 33 %, Spec 94 % )



1 = leads commonly used for voltage criteria. 2 = T wave inversion with ST depression (example in V6), T wave upright with ST elevation (example in V1). 3 = intrinsicoid deflection (time from begin of QRS to peak domminant R or S wave) in V6, and P wave in V1.



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



d. Right Ventricular Hyperthropy / Pembesaran Ventrikel Kanan Hipertrofi ventrikel kanan atau dalam bahasa inggrisnya Right Ventricular Hyperthropy (LVH) singkatnya merupakan penebalan atau penambahan massa otot atau miokardium dari ventrikel kanan sebuah jantung.



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



Di dalam EKG, akibat adanya penambahan massa otot ventrikel kanan akan terjadi penambahan kekuatan voltase arus listrik jantung pada bagian ventrikel sebelah kanan sehingga terjadi:  Peninggian amplitudo dari gelombang R pada lead dada sebelah kanan (V1 dan V2)  Peninggian kedalaman dari gelombang S pada lead dada sebelah Kiri (V5 dan V6)  Meningkatnya waktu depolarisasi ventrikel dibandingkan dengan otot yang tidak menebal (Pelebaran pada kompleks QRS)  Terganggunnya fase repolarisasi (Abnormalitas dari gelombang ST-T)  Aksis arus listrik akan dominant ke arah ventrikel kanan atau dikenal dengan istilah Right Axis Deviation  Serta pada beberapa kasus bisa saja terdapat pembesaran atrium kiri atau Right Atrial Enlargement Beberapa Penyebab RVH :  Hipertensi Pulmonal  Mitral Stenosis  Penyakit Paru – Paru yang kronik  Penyakit Jantung Bawaan ( Tetralogy of Fallot, ASD, dll )  Stenosis Pulmonal  Arrythmogenic Right Ventricular Dysplasia Temuan EKG pada RVH umumnya berupa :  Gelombang R yang Dominan pada V1 dan V2 ( > 7 mm / Rasio gelombang R/S > 1 )  Gelombang S yang dalam pada V5 dan V6  Pelebaran kompleks QRS ( umumnya < 0.12 s kecuali ada gangguan konduksi )  Depresi Segmen ST dan Inversi gelombang T atau biasa dikenal dengan Strain Pattern pada Lead V1, V2 dan II, III, aVF  Right Axis Deviation  Kadang ditemukan Right Atrial Enlargement dan Right Bundle Branch Block yang inkomplit



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



e. Biventricular Hyperthrophy Biventricular Hyperthrophy ialah pembesaran kedua ventrikel jantung, baik ventrikel kiri maupun ventrikel kanan. EKG kurang sensitif dalam menilai BVH, karena arus listrik jantung yang saling menutupi karena LVH dan RVH. Kriteria EKG BVH : Pada EKG yang memenuhi LVH, tanda lain terdapat RVH adalah : 



Right Atrial Enlargement







Right Axis Deviation







Gelombang S yang dalam di V5 - V6



Pada EKG yang memenuhi RVH, tanda lain terdapat LVH adalah : 



Amplitudo QRS > 50 mm







Gelombang S yang dalam di V1 - V2







Fenomena Katz-Wachtel (Gelombang Bifasik yang besar (R tinggi + S dalam) di V2 - V5)



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



7. Analisa apakah adanya Iskemik atau Infark



Perhatikan Segmen ST di setiap lead di EKG, apakah ada yang memenuhi kriteria ST Depresi ataupun ST Elevasi yang khas untuk gambaran iskemia maupun infark miokard akut. Bila terdapat iskemia atau infark tentukan lokalisasinya, apakah terdapat di miokardium daerah anterior, lateral atau inferior.



a. Iskemia Miokardium ( Subendokardial ) Iskemia Miokardium merupakan keadaan berkurangnya aliran darah ke otot jantung sehingga mengakibatkan damage pada otot jantung yang berakibat berkurangnya kemampuan pompa dari jantung. Iskemia Miokardium dapat terlihat dengan adanya berbagai perubahan pada ekg sesuai anatomis dari regio otot jantung yang iskemik. Iskemia Miokardium berbeda dengan Infark Miokardium, pada keadaan iskemia otot jantung tidak mati berbeda dengan infark miokard Terdapat 2 perubahan EKG utama pada Iskemia Miokardium yaitu : 1. Depresi Segmen ST / ST Depression 



ST depresi Horizontal dan Downslopping > 0.5 mm pada 2 atau lebih Lead yang berpasangan mengindikasikan Iskemia Miokardium







Upslopping ST depresi tidak spesifik untuk iskemia miokardium



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



Banyak keadaan yang dapat menyebabkan ST depresi selain iskemik, tetapi perubahan dinamik segmen ST ( Segment ST berubah selama selang waktu ) sangat mengindikasikan Iskemia miokardium.



2. Inversi Gelombang T / T-Inverted  T-inverted yang mengindikasikan iskemia miokardium bila kedalamannya setidaknya kurang lebih 1mm  Muncul pada sekurang-kurangnya 2 lead yang berpasangan  Terdapat perubahan dinamik gelombang T dalam selang waktu



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



b. Infark Miokardium Akut dan Evolusinya Infark miokardium akut merupakan bentuk dari sindrom koroner akut dimana telah terjadi kematian atau nekrosis dari otot jantung atau miokardium. Hal ini diakibatkan adanya oklusi dari pembuluh darah koroner, atau adanya imbalans antara suplai darah dan demand oksigen dari otot jantung. Infark miokardium terbagi atas dua, yakni ST Eleveation Myocardial Infarction ( STEMI ) dan Non ST Elevation Myocardial Infarction ( NSTEMI ). STEMI merupakan akibat dari adanya 100 % Total oklusi dari suatu pembuluh darah koroner sehingga mengakibatkan injury pada miokard yang terekam pada ekg dan harus segera direperfusi agar miokardium tetap selamat. Karakteristik EKG dari STEMI dan Evolusinya :



Fase 1. Hyperacute T Wave



 



Gelombang T yang tinggi dan simetris pada area yang mengalami infark Muncul pada 5 - 30 menit pertama dari saat infark miokardium mulai terjadi



Fase 2. ST Elevasi pada minimal 2 lead yang berdekatan



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



    



ST Elevasi > 0.2 mV pada lead V2-3 pada pria > 40 tahun, > 0.25mV pada pria < 40 tahun dan > 0.15mV pada wanita Lead Standar yang lain : > 0.1 mV Lead V3R, V4R, V7-9 : > 0.05 mV Bisa terdapat reciprocal ST depresi dan merupakan tanda yang sensitif dan spesifik untuk infark miokardium akut Muncul pada waktu 0 - 12 jam setelah awal terjadi infark miokardium



Fase 3. Gelombang Q Patologis mulai muncul & Gelombang R mulai memendek



  



Gelombang Q mulai muncul disertai gelombang R yang makin memendek Telah terjadi nekrosis miokardium secara perlahan dan mengakibatkan skar pada miokardium Mulai muncul pada waktu 2 - 12 jam pertama dari onset infark miokardium akut dan memuncak 24 - 48 jam kedua



Fase 4. Inversi Gelombang T dan Resolusi dari segmen ST



  



Gelombang Q menetap, ST segmen mengalami resolusi dan terjadi inversi dari gelombang T Otot jantung seluruhnya mengalami nekrosis pada area yang terkena Mulai terjadi setelah 2 - 5 hari pasca infark miokardium akut atau recent infarction



Fase 5. Gelombang T kembali positif disertai sequele gelombang Q patologis  



Gelombang Q menetap, gelombang T kembali positif seperti semula Muncul dalam waktu minggu dan bulanan pasca infark



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



c. Menentukan Lokasi Infark Miokard serta Pembuluh darah yang terkena



Letak otot jantung yang mengalami infark miokardium, tergantung dari pembuluh darah mana yang mengalami penyumbatan. Semakin ke proximal penyumbatan suatu pembuluh darah maka semakin luas area yang mengalami kematian otot jantung. Dari EKG 12 lead kita dapat melihat area jantung yang mengalami infark, dengan melihat vektor lead yang mengalami ST Elevasi, dan dapat menduga pembuluh darah mana yang mengalami penyumbatan. .



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



Tabel Lokalisasi Infark dan Manifestasi EKG beserta pembuluh darah yang terkena :



Infark Miokard Anterior :



 



ST Elevasi dan Q Pat pada lead V1 - V4 Pembuluh darah yang terkena umumnya pada LAD Artery



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



Infark Miokard Lateral :



 



ST Elevasi dan Q Pat pada lead V5-6, I, aVL Pembuluh darah yang terkena bisa pada LCX atau Cabang dari LAD Artery



Infark Miokard Inferior :



 



ST Elevasi dan Q Pat pada lead II, III, aVF Pembuluh darah yang terkena sebagian besar pada RCA Artery, sebagian kecil lainnya Wraparound LAD atau Distal LCX



dr. Teuku Irfan



PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unsyiah / RSUDZA



Note:  kriteria EKG normal atau sinus rhytm sebagai berikut :   



   



Irama regular Frekwensi antara 60-100x/menit Adanya gelombang P yang normal atau berasal dari SA node, karena adanya gel P tapi belum tentu berasal dari SA node. Jadi anda harus bandingkan di dalam satu lead harus mempunyai bentuk gel P yang sama. Selalu ada gelombang P yang diikuti komplek QRS dan gel T Gelombang P wajib positip di lead II Gelombang P wajib negatif di lead aVR Komplek QRS normal (0,08 – 0,12 detik)