Lingkungan Transisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SEDIMENTOLOGI LINGKUNGAN PENGENDAPAN TRANSISI



Disusun Oleh : Muhammad Abdul Yazifa Muizd 151101038



JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA 2016



LINGKUNGAN PENGENDAPAN TRANSISI A. Dasar Teori Lingkungan pengendapan adalah bagian dari permukaan bumi dimana proses fisik, kimia dan biologi berbeda dengan daerah yang berbatasan dengannya Selley (1988). Sedangkan menurut Boggs (1995) lingkungan pengendapan adalah karakteristik dari suatu tatanan geomorfik dimana proses fisik, kimia dan biologi berlangsung yang menghasilkan suatu jenis endapan sedimen tertentu. Elemen statis antara lain geometri cekungan, material endapan, kedalaman air dan suhu, sedangkan elemen dinamis adalah energi, kecepatan dan arah pengendapan serta variasi angin, ombak dan air. Termasuk dalam perbedaan kimia adalah komposisi dari cairan pembawa sedimen, geokimia dari batuan asal di daerah tangkapan air (oksidasi dan reduksi (Eh), keasaman (Ph), salinitas, kandungan karbon dioksida dan oksigen dari air, presipitasi dan solusi mineral). Sedangkan perbedaan biologi tentu saja perbedaan pada fauna dan flora di tempat sedimen



diendapkan



maupun



daerah



sepanjang



perjalanannya



sebelum



diendapkan. Selley (1988) membagi lingkungan pengendapan menjadi 3 bagian besar: darat, peralihan dan laut . B. Lingkungan Transisi Lingkungan pengendapan transisi adalah lingkungan pengendapan yang letaknya di batas antara lingkungan laut (marine) dan darat (continental). Macammacam lingkungan peralihan (transisi) antara lain : 1. 2. 3. 4. 5.



Delta Pantai dan Barrier Island Lagoon Estuarin Tidal Flat



Dari macamnya dapat dilihat bahwa yang menjadi pengontrol utamanya adalah energi gelombang, arus, dan pasang surut. Endapan yang dihasilkan juga



bervariasi mulai dari shale, batupasir, konglomerat, karbonat dan sedimen evaporit. C. Delta Menurut Boggs (1987), delta diartikan sebagai suatu endapan yang terbentuk oleh proses sedimentasi fluvial yang memasuki tubuh air yang tenang. Endapan sedimen yang terbentuk ini dikenal sebagai dataran delta yang merujuk pada daerah di belakang garis pantai. Bagian atas dataran delta didominasi oleh proses aktivitas sungai, sedangkan bagian bawah didominasi oleh pengaruh aktivitas laut. Proses pembentukan delta adalah akibat akumulasi dari sedimen fluvial (sungai) pada lacustrine atau marine coastline. Secara sederhana ini berarti bahwa jumlah sedimen yang diendapkan harus memiliki jumlah yang banyak dibandingkan dengan endapan yang disapu atau dibawa gelombang atau arus. 1. Morfologi delta Menurut Walker dan James (1992), morfologi atau fisiografi delta secara umum terdiri dari tiga, yaitu : delta plain, delta front, dan prodelta. a. Delta plain Delta plain merupakan bagian kearah darat dari suatu delta. Delta plain merupakan bagian daratan dari delta dan terdiri atas endapan sungai yang lebih dominan daripada endapan laut dan membentuk suatu daratan rawarawa yang didominasi oleh material sedimen berbutir halus, seperti serpih organik dan batubara. Karakteristik lingkungannya didominasi oleh proses fluvial dan tidal. Pada delta plain sangat jarang ditemukan adanya aktivitas dari gelombang yang sangat besar. Daerah delta plain ini ditoreh (incised) oleh fluvial distributaries dengan kedalaman berkisar dari 5 – 30 m. Delta plain biasanya terdapat pada distributary channel dan variasi dari lingkungan non laut sampai lingkungan payau termasuk swamp, marsh, tidal flat, dan interdistributary bay (Fisher et al, 1969). Pada distributaries channel ini sering terendapkan endapan batupasir channel-fill yang sangat baik untuk reservoir (Allen & Coadou, 1982). b. Delta front Delta front merupakan daerah dimana endapan sedimen dari sungai bergerak memasuki cekungan dan berasosiasi/berinteraksi dengan proses



cekungan (basinal). Delta front merupakan bagian yang sangat aktif terjadi pengendapan dalam lingkungan delta, terutama pada mulut distributary channel yang mengendapkan sedimen yang kasar. Umumnya pasir yang diendapkan pada daerah ini terendapkan pada distributary inlet sebagai bar. Konfigurasi dan karakteristik dari bar ini umumnya sangat cocok sebagai reservoir, didukung dengan aktivitas laut yang mempengaruhinya (Allen & Coadou, 1982). Pada kedalaman yang lebih besar, lempung mendominasi delta yang terbentuk pada cekungan laut yang relatif tenang (daerah arus pasang kecil dan aktifitas gelombang kecil), posisi distributary channel akan terbentuk pada periode yang lama. c. Prodelta Prodelta adalah bagian delta yang paling menjauh kearah laut atau sering disebut pula sebagai delta front slope. Prodelta merupakan daerah dimana material halus diendapkan secara lambat dari suspensi. Endapan prodelta biasanya dicirikan dengan endapan berbutir halus seperti lempung dan lanau. Pada daerah ini sering ditemukan zona lumpur (mud zone) tanpa kehadiran pasir. Batupasir umumnya terendapkan pada delta front khususnya pada daerah distributary inlet, sehingga pada daerah prodelta hanya diendapkan suspensi halus. Endapan-endapan prodelta merupakan transisi kepada shelf-mud deposite. Endapan prodelta umumnya sulit dibedakan dengan shelf-mud deposite. Keduanya hanya dapat dibedakan ketika adanya suatu data runtutan vertikal dan horisontal yang baik (Reineck & Singh, 1980).



Gambar 1. Morphology and environment of delta (Allen, GP 1998)



Gambar 2. Morfologi delta (LeBlanc, 1972)



Gambar 3. Morfologi delta



2. Tipe dasar delta Berdasarkan pada delta front regime, delta dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Fluvial-dominated Delta Terjadi ketika delta tersebut didominasi oleh sistem sungai yang proses pasang surut atau gelombangnya sedikit sehingga proses pengendapan lebih intens dan sedimen terus tersuplai. Membuat delta ini berbentuk seperti kaki burung (bird’s foot delta).Endapan yang terjadi adalah lempung, lanau, pasir. b. Tide-dominated Delta Proses pengendapan delta yang didominasi oleh pasang surut. Biasa terjadi pada suatu daerah pasang surut yang cukup luas atau kecepatan pasang surut yang tinggi. Dengan kondisi seperti itu maka suplai sedimen lebih didukung oleh pasang surut yang kuat dan kecenderungan membentuk delta menjadi kecil. Fitur lain yang dihasilkan adalah bahwa ia memiliki banyak struktur linier sejajar dengan arus pasang surut dan tegak lurus ke lepas pantai. c. Wave-dominated Delta Proses pengendapan pada delta ini masih terjadi namun gelombang memiliki dominansi untuk mengerosi tepi luar struktur delta sehingga memudahkan untuk memberikan gambaran tentang delta itu sendiri. Bentuk delta tipe ini adalah Arcuate dan endapannya kebanyakan pasir. Menurut Curray (1969) delta memiliki beberapa bentuk yang umum, yaitu : 1) Birdfoot : Bentuk delta yang menyerupai kaki burung 2) Lobate : Bentuk delta seperti cuping 3) Cuspate : Bentuk delta yang menyerupai huruf (v) 4) Arcuate : Bentuk delta yang membundar 5) Estuarine : Bentuk delta tidak dapat berkembang dengan sempurna



3. Klasifikasi delta



Klasifikasi delta yang sering digunakan adalah klasifikasi menurut Galloway, 1975 dan klasifikasi menurut Fisher, 1969. a. Galloway, 1975 Dalam klasifikasi Galloway (1975) ditampilkan beberapa contoh delta di dunia yang mewakili tipikal proses yang relatif dominan bekerja membentuk setiap tipikal delta, sebagai contoh fluvial dominated delta akan membentuk delta yang berbentuk elongate contohnya adalah Delta Missisipi, kemudian tide dominated delta akan membentuk delta yang berbentuk estuarine contohnya Delta Gangga- Brahmaputra, selanjutnya wave dominated delta akan menghasilkan delta yang berbentuk cuspate contohnya Delta San Fransisco. Namun, pada dasarnya setiap delta yang terdapat di dunia tidaklah murni dihasilkan oleh dominasi salah satu faktor pengontrol di atas, namun lebih merupakan hasil interaksi antara dua atau bahkan tiga faktor pengontrol, sebagai contoh Delta Mahakam dan Delta Ebro yang berbentuk lobate yang dihasilkan utamanya dari proses fluvial dan tidal dengan sedikit pengaruh gelombang (wave).



Gambar 4. Klasifikasi delta Galloway (1975) Vide Serra (1985)



b. Fisher, 1969 Dalam klasifikasi ini, Fisher menyimpulkan bahwa proses pembentukan delta dipengaruhi oleh dua faktor pengontrol utama yaitu proses fluvial



dan pasokan sedimen, serta proses asal laut (marine processes). Berdasarkan



dominasi



salah



satu faktor



tersebut,



Fisher



dalam



klasifikasinya membagi delta menjadi dua kelompok yaitu delta yang bersifat high constructive, apabila proses fluvial dan pasokan sedimen yang dominan mengontrol pembentukan delta dan delta yang bersifat high desctructive apabila proses asal laut yang lebih dominan. Pada gambar



klasifikasi



Fisher



dapat dilihat



beberapa



geometri



delta



berdasarkan proses dominan yang mengontrolnya menurut Fisher et al., (1969)



Gambar 5. Klasifikasi delta Fisher et Al., (1969) Vide Elliot (1982)



DAFTAR PUSTAKA



Rizqi



Syawal.



06



November



2012.



Lingkungan



Pengendapan



Delta.



https://syawal88.wordpress.com/2012/11/06/lingkungan-pengendapandelta/, 24 November 2016. Rudolf Hengki Valentino Malau. 17 Desember 2010. Lingkungan Pengendapan Transisi.



http://valentinomalau31.blogspot.co.id/2010/12/lingkungan-



pengndapan.html, 24 November 2016. Geologinesia Official Website. Macam-macam Pengertian dan Proses



Terbentuknya



Delta.



http://www.geologinesia.com/2016/03/macam-macampengertian-dan-proses-terbentuknya-delta.html,



24



November 2016 Ponco Agung Wibowo. 20 April 2013. Lingkungan Pengendapan Transisi. https://poncoaw.wordpress.com/2013/04/20/lingkungan-pengendapantransisi/, 24 November 2016.