Listia Ayu Annisa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KECERDASAN PEMIMPIN BISNIS (Makalah Negosiasi dan Kepemimpinan Bisnis)



Oleh LISTIA AYU ANNISA E1D315019



PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2017



DAFTAR ISI



Halaman



DAFTAR ISI ....................................................................................................



i



BAB I PENDAHULUAN ................................................................................



1



1.1Latar Belakang .....................................................................................



1



1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................



4



1.3Tujuan Praktikum.................................................................................



4



BAB II PEMBAHASAN .................................................................................



5



2.1 Pengertian Pemimpin dan Kecerdasan ...............................................



5



2.2 Klasifikasi Kecerdasan ........................................................................



5



2.3 Pengertian Kecerdasan Emosional ......................................................



6



2.4 Komponen Kecerdasan Emosional ....................................................



8



2.5Langkah-Langkah Membangun Kecerdasan Emosional .....................



10



2.6 Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kepemimpinan ...............



10



2.7 Pengertian Kecerdasan Finansial ........................................................



12



2.8 Cara Mengasah Kecerdasan Finansial ................................................



13



2.9 Formula Kecerdasan Finansial ............................................................



15



BAB III PENUTUP .........................................................................................



19



3.1 Kesimpulan .........................................................................................



19



3.2 Saran ....................................................................................................



19



DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................



20



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kecerdasan sering dipahami oleh masyarakat sebagai kemampuan seseorang dalam proses berfikir. Proses berfikir disini dilakukan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam. Pengetahuan yang diperoleh akan menjadi landasan mencapai kesuksesan. Banyak yang menganggap bahwa orang cerdas dalam intelektual akan sukses. Namun, kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan dari kecerdasan intelektual saja, melainkan adanya dukungan dari kecerdasan lain. Kecerdasan tersebut adalah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Ketiga kecerdasan ini terdapat didalam diri setiap individu, dan akan berkembang jika dapat mengasahnya dengan baik. Dalam prakteknya, ketiga kecerdasan ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Semua manusia ini diciptakan pada dasarnya sama. Sama-sama cerdas, pintar, pandai, tidak ada manusia yang bodoh, Yakin dan Percayalah akan hal itu Karena Tuhan itu Maha Adil. Mungkin anda merasa tidak percaya diri , karena anda tidak bisa menjadi seperti orang lain, yang bisa mendapat juara kelas, bisa mendapatkan teman yang banyak, bisa mengerjakan soal-soal dari dosen ataupun guru. Yakinlah, itu semua karena kecerdasan yang anda miliki masih terkekang belum terbebas dari belenggu kemalasan dan kesibukan. Menurut Saya Kecerdasan juga bisa di artikan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan atau memecahkan suatu masalah yang ada di lingkungan hidupnya dengan cepat dan tepat. dan Tahukah anda ? kecerdasan itu tidak hanya karena bawaan dari lahirnya, nilai IQ, Gelar, dan Reputasinya. Tetapi, kecerdasan didasarkan oleh tingkat keingintahuan seseorang, tingkat kemalasan seseorang, dan masalah yang dapat di selesaikan dalam hidup. Menjadi seorang pemimpin bukanlah perkara yang mudah, namun banyak diantara kita yang berkeinginan menjadi pemimpin. Kepemimpinan sendiri mengandung arti proses mempengaruhi orang lain sehingga yang dipengaruhi mau mengerti arahan sang pemimpin. Untuk mewujudkan kepemimpinan yang sulit itu pada saat ini banyak teori-teori kepemimpinan untuk bahan belajar dan



2



melatih kepemimpinan seseorang. Seorang pemimpinlah yang menentukan jalannya bisnis, sasaran-sasaran yang ingin dicapai baik internal maupun eksternal, aset dan skill yang diperlukan, kesempatan dan resiko yang dihadapi. Pemimpin perusahaan adalah ahli strategi yang memastikan bahwa sasaran organisasi akan tercapai. Dalam hal ini perubahan sosial, inovasi teknologi dan meningkatnya kompetensi merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh setiap pemimpin. Oleh karena itu sangat dituntut bahwa pemimpin hendaknya memiliki talenta yang tinggi. Menyadari peran pemimpin yang sangat sentral dalam organisasi, para ahli berusaha melakukan berbagai macam penelitian untuk mendapatkan kriteriakriteria pemimpin yang terbaik. Dengan memiliki kriteria tersebut pemimpin akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik. Dalam kenyataannya para pemimpin dapat memperngaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan penting dalam membantu kelompok, organisasi atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. Seorang pemimpin harus bisa memadukan unsur-unsur kekuatan diri, wewenang yang dimiliki, ciri-ciri kepribadian dan kemampuan sosial untuk bisa mempengaruhi orang lain. Pemimpin ada dua macam, yaitu pemimpin formal dan pemimpin informal. Pemimpin formal harus memiliki kekuasan dan kekuatan formal yang ditentukan oleh organisasi, sedangkan pemimpin informal walaupun tidak memiliki legitimasi kekuasaan dan kekuatan resmi namun harus memiliki kemampuan mempengaruhi yang besar yang disebabkan oleh kekuatan pribadinya. Oleh karena itu, sebagai seorang pemimpin yang kehadirannya berpengaruh besar dengan keberlangsungan hidup suatu organisasi seorang pemimpin harus memiliki kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi. Karakter-karakter pemimpin ideal adalah pemimpin yang bisa menjaga emosinya yang kemudian disusul dengan karakter-karakter lainnya, sifat-sifat



3



lainnya yang lazim wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Kualitas seorang pemimpin dimulai dari fondasi yang paling dasar, yaitu kualitas intelektual. Seorang



pemimpin



wajib



mempersiapkan



dirinya



dengan



pengetahuan,



pemahaman, aplikasi, analisis, perencanaan, dan keberanian untuk bertindak terhadap semua kewajibannya. Pemimpin tidak hanya harus memperlihatkan gaya dan penampilan fisik yang luar biasa, tapi dia juga harus mengisi dirinya dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk membuat dirinya mampu bekerja dengan cerdas dan tegas. Setelah kualitas kecerdasan intelektual sudah dikuasai dengan baik, pemimpin harus mempersiapkan dirinya dengan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional sangat diperlukan untuk membangun kerjasama yang harmonis dalam organisasi, termasuk untuk meningkatkan kualitas sikap baik kepemimpinan di semua aspek kerja organisasi. Untuk itu semua, pemimpin perlu memiliki kesadaran diri yang kuat dan yang penuh empati terhadap orang lain dan lingkungan organisasi. Pemimpin harus memiliki emosional untuk bertindak berdasarkan nilai-nilai positif. Pemimpin harus membangun hubungan manajemen yang saling menguntungkan dan yang saling berkontribusi. Pemimpin harus memiliki kesejahteraan emosional dan kesejahteraan fisik dalam kondisi dan situasi apapun. Pemimpin harus memiliki optimisme terhadap semua tugas dan tanggung jawab. Pemimpin harus memiliki keterampilan untuk mengatasi semua gejolak emosi berdasarkan pengalaman yang ada dan selalu memiliki kreatifitas untuk memperbaiki keadaan. Selanjutnya, pemimpin wajib meningkatkan kualitas kecerdasan spiritual untuk memperkuat daya tahan diri dalam menghadapi berbagai kemungkinan dan ketidakpastian dalam kehidupan. Kecerdasan spiritual diperlukan untuk melakukan evaluasi atas kejujuran dan integritas diri sendiri terhadap kehidupan. Kecerdasan spiritual diperlukan untuk mengembangkan ide-ide kepemimpinan dalam tanggung jawab buat keselamatan semua pihak. Kecerdasan spiritual diperlukan untuk melakukan penilaian atas semua keadaan melalui wawasan dan kreatifitas yang terfokus kepada sumber



4



kebaikan. Kecerdasan spiritual diperlukan untuk melakukan pemecahan masalah melalui intuisi dan logika berpikir yang fokus pada kebenaran. Kecerdasan spiritual diperlukan untuk menjalankan inspirasi, visi, komitmen dan motivasi melalui ketahanan diri yang solid dalam kepercayaan diri yang menikmati semua aliran proses kerja dengan bahagia.



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu pemimpin dan juga kecerdasan? 2. Apa saja klasifikasi dari kecerdasan ? 3. Apa itu kecerdasan emosional? 4. Komponen dari kecerdasan emosional? 5. Bagaimana langkah-langkah membangun kecerdasan emosional? 6. Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional terhadap kepemimpinan? 7. Apa itu kecerdasan finansial? 8. Bagaimana cara mengasah kecerdasan finansial? 9. Apa saja formula dari kecerdasan finansial? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui apa pengertian pemeimpin dan juga kecerdasaan serta klasifikasi dari kecerdasan 2. Untuk lebih mengetahui tentang kecerdasan emosional pada seorang pemimpin bisnis, komponen-komponennya, langkah-langkah membangun, serta pengaruh nya terhadap kepemimpinan 3. Untuk mengetahui tentang kecerdasan finansial, bagaimana cara mengasah kemampuan finansial seorang pemimpin serta apa saja formula dari kecerdasan tersebut.



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Pemimpin Serta Kecerdasan Pemimpin (Leader) pada dasarnya adalah orang yang mampu menggerakkan sumberdaya (terutama manusia) untuk bekerja bersama untuk mencapai tujuan. Menurut Jack Welch dalam Slater (2001 : 33), pemimpin adalah orang yang memberikan inspirasi dengan visi yang jelas mengenai bagaimana sesuatu dapat dikerjakan dengan cara yang lebih baik. Pemimpin dan kepemimpinan adalah sesuatu yang tak dapat dipisahkan, merupakan suatu kesatuan. Seorang pemimpin harus mempunyai jiwa kepemimpinan. Jiwa kepemimpinan ini terbentuk dari suatu proses dari waktu ke waktu hingga akhirnya akan mengkristal dalam suatu bentuk



karakteristik



kepemimpinan.



Seseorang



yang



mempunyai



jiwa



kepemimpinan, dengan usaha yang gigih akan dapat membantu lahirnya penegasan sikap kepemimpinan pada dirinya. Pada dasarnya seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan, s e b e n a r n y a hingga saat ini para ahli pun tampaknya masih mengalami kesulitan untuk mencari rumusan yang komprehensif tentang kecerdasan. Dalam hal ini, C.P. Chaplin (1975) memberikan pengertian kecerdasan sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Sementara itu, Anita E. Woolfolk (1975) mengemukan bahwa menurut teori lama, kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu : (1) kemampuan untuk belajar; (2) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; dan (3) kemampuan untuk beradaptasi dengan dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya.



2.2 Klasifikasi Kecerdasan Pada dasarnya ada beberapa klasifikasi kecerdasan menurut para ahli yaitu: 1. Intellegent Quotient (IQ) Kecerdasan pikiran ini merupakan kecerdasan yang bertumpu kemampuan otak kita untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah. Jika kita mengikuti Psikotes, ada banyak soal yang menuntut kejelian pikiran kita untuk



6



menjawabnya, misalnya soal mengenai delik ruang seperti bentuk ruang kubus yang diputar-putar akan menjadi seperti apa. Soal ini bertujuan untuk melihat kemampuan pikiran kita dalam menyelesaikan suatu masalah dari berbagai sisi. Sudah bertahun-tahun dunia akademik, dunia militer (sistem rekrutmen dan promosi personel militer) dan dunia kerja, menggunakan IQ sebagai standar mengukur kecerdasan seseorang. Tetapi namanya juga temuan manusia, istilah tehnis yang berasal dari hasil kerja Alfred Binet ini (1857 – 1911) lama kelamaan mendapat sorotan dari para ahli dan mereka mencatat sedikitnya ada dua kelemahan (bukan kesalahan) yang menuntut untuk diperbaruhi, yaitu: 



Pemahaman absolut terhadap skor IQ Steve Hallam berpandangan, pendapat yang menyatakan kecerdasan manusia itu sudah seperti angka mati dan tidak bisa diubah, adalah tidak tepat. Penemuan modern menunjuk pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu hanya 42% yang dibawa dari lahir, sementara sisanya, 58% merupakan hasil dari proses belajar







Cakupan kecerdasan manusia : kecerdasan nalar, matematika dan logika. Steve Hallam sekali lagi mengatakan bahwa pandangan tersebut tidaklah tepat, sebab dewasa ini makin banyak pembuktian yang mengarah pada fakta bahwa kecerdasan manusia itu bermacam-macam. Buktinya, Michael Jordan dikatakan cerdas selama berhubungan dengan bola basket. Mozart dikatakan cerdas selama berurusan dengan musik. Mike Tyson dikatakan cerdas selama berhubungan dengan ring tinju.



2.



Emotional Quotient (EQ) Disebut juga kecerdasan Emosi. Kecerdasan Emosi ini didasarkan kepada



kemampuan manusia dalam mengelola emosi dan perasaan. Kecerdasan Emosi ini sangat berpengaruh dalam performace dan kecakapan emosi kita dalam bekerja, dan juga kemampuan diri kita dalam menghadapi suatu masalah. Seseorang yang memiliki Emosi yang buruk walaupun IQ nya besar, dia akan gagal dalam hidupnya dikarenakan tidak mampu mengontrol diri saat menghadapi suatu masalah. Kecerdasan emosi sudah menjadi suatu tolok ukur utama yang dicari



7



oleh perusahaan pada pegawainya dan sering merupakan karakteristik penentu kesuksesan dalam kerja dan pembedaan kinerja dan performace suatu karyawan. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mendapatkan dan menerapkan pengetahuan dari emosi diri dan emosi orang lain agar bisa lebih berhasil dan bisa mencapai kehidupan yang lebih memuaskan. Dalam psikotes pun kecerdasan emosi ini sering menjadi tolak ukur utama dalam merekrut pegawai, karena dengan kecerdasan emosi yang tinggi walaupun memiliki IQ yang rendah cenderung perusahaan merekrut pegawai yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, karena kecerdasan IQ mudah untuk ditingkatkan dibandingkan kecerdasan emosi. Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama tehnis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi



akan



berupaya



menciptakan



keseimbangan



dalam



dirinya;



bisa



mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaatKarena kecerdasan emosi ini lebih ditekankan kepada jati diri dan emosi kita. Walaupun emosi dapat dikontrol dengan mengikuti pelatihan-pelatihan seperti ESQ dan lainnya, tetapi butuh kesadaran tinggi untuk mengontrol emosi kita ini. 3.



Spiritual Qoutient (SQ) Kecerdasan



Spiritual



ini



berkaitan



dengan



keyakinan



kita



kepada



Tuhan.Kecerdasan ini muncul apabila kita benar-benar yakin atas segala ciptaannya dan segala kuasanya kepada manusia (bukan atheis). Danah Zohar, penggagas istilah tehnis SQ (Kecerdasan Spiritual) dikatakan bahwa kalau IQ bekerja untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam (telinga perasaan), maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’ ( Danah Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate intelligence: 2001). Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat



8



internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi ter-kavling-kavling sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber – SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. 4.



FQ (Financial Quotient). Selain IQ (Intellectual Quotient ), EQ (Emotional Quotient ), SQ(Spiritual



Quotient), sekarang ada FQ (Financial Quotient). Kecerdasan finansial adalah kemampuan seseorang untuk mendayagunakan kemampuan pribadinya dalam mendapatkan dan mengelola uang. Kecerdasan yang menitik beratkan pada manajemen keuangan, aspek akuntansi, investasi, hukum dan pemasaran. Kecerdasan ini dibutuhkan agar kita tidak terjebak dalam dua kutub permasalahan keuangan: kekurangan uang atau kelebihan uang. Kekurangan uang menyebabkan seseorang selalu disibukkan dengan permasalahan-permasalahan mencari uang, dan ini bisa membawa dirinya menjadi gelap mata dan akhirnya menghalalkan segala cara untuk memperoleh uang. Pada makalah ini saya akan lebih menekankan pada aspek kecerdasan emosional dan juga kecerdasan finansial yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. 2.3 Pengertian Kecerdasan Emosional Menurut Ahmed, et.al. (2012), mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah dasar pokok dalam membangun hubungan lalu memperkuat diri kita serta orang lain untuk menghadapi tantangan yaitu keseimbangan antara perasaan dan pikiran. Menurut Neda (2012), kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri dan bertahan menghadapi frustasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan



9



menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin. Menurut Goleman (2007), pada tingkat individu, elemen kecerdasan emosi dapat diidentifikasi, dinilai, dan di-upgrade. Pada tingkat kelompok, elemen kecerdasan emosi berarti pengaturan dinamika interpersonal yang baik yang membuat kelompok menjadi lebih cerdas. Pada tingkat organisasi, elemen kecerdasan emosi berarti merevisi hierarki nilai agar keberdasan emosi menjadi prioritas dalam konteks penerimaan karyawan, pelatihan, dan pengembangan, evaluasi kinerja dan promosi. 2.4 Komponen Kecerdasan Emosional Dari definisi atau pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa ada beberapa komponen yang membentuk kecerdasan emosional, yaitu : 



Manajemen Diri : adalah kemampuan seseorang untuk mengontrol atau mengarahkan dorongan hati dan suasana hati yang akan mengatur prilakunya.







Pemahaman Diri : adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami suasana hati dan kepercayaan diri, dan penilaian diri yang realistis.







Pemahaman Sosial : adalah kemampuan untuk memahami karakter, emosi orang lain dan juga ketrampilan memperlakukan orang lain sesuai dengan reaksi emosional mereka.







Keterampilan Sosial : adalah kemampuan untuk mengelola hubungan orangorang yang ada di lingkungannya dan membangun jaringan kerja. Jadi kecerdasan emosional bisa memainkan peran penting dalam pelaksanaan



pekerjaan seseorang, artinya kecerdasan emosional lebih penting dari pada kecerdasan akademik. Pemimpin yang mempunyai level kecerdasan emosional yang tinggi akan mempunyai kinerja yang lebih tinggi. Sehingga kecerdasan emosional menjadi ciri orang yang berkinerja tinggi dan mempunyai kemampuan untuk dapat berhubungan lebih baik dangan orang lain.



10



2.5. Langkah-langkah Membangun Kecerdasan Emosional Ada beberapa langkah yang dibutuhkan untuk dapat membangun kecerdasan emosional, (Michael Armstrong, 2003), yaitu : 1.



Menilai, kecerdasan emosional seperti apa yang dibutuhkan oleh suatu jabatan.



2.



Menilai secara pribadi tingkat kecerdasan emosional mereka yang akan menempati jabatan tersebut.



3.



Mengukur kesiapan orang-orang untuk mau memperbaiki kecerdasan emosionalnya.



4.



Memotivasi orang-orang untuk percaya bahwa pengalaman belajar akan lebih bermanfaat.



5.



Memusatkan perhatian pada sasaran yang jelas.



6.



Mencegah adanya penurunan kemampuan yang tidak dapat dihindari



7.



Memberi umpan balik kinerja



8.



Mendorong orang-orang untuk mau melakukan aplikasi kemajuan dalam praktek kerja.



9.



Memberikan model perilaku yang diinginkan



10. Mendorong dan menciptakan iklim untuk memperbaiki diri sendiri. 11. Mengevaluasi, dengan ukuran hasil kinerja yang dapat diandalkan. 2.6. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kepemimpinan Tidak terdapat formula khusus bagi kepemimpinan yang hebat, banyak jalan untuk meraih keunggulan kepemimpinan. Pemimpin yang hebat bisa memiliki gaya personal yang berbeda, namun pemimpin yang efektif tipikalnya menunjukkan keunggulan pada salah satu kompetensi dari keempat bidang kecerdasan emosional. Hal tersebut diperkuat hasil penelitian Goleman (1999), bahwa pemimpin yang ideal mempunyai kompetensi personal dan kompetensi sosial. Kompetensi Personal, yang meliputi : 1.



Kesadaran Diri :



11 



Kesadaran diri emosional : dapat membaca diri dan mengenali dampaknya,







menggunakan insting,nyali untuk memandu pembuatan keputusan.







Penilaian Diri : secara akurat dapat mengukur kekuatan dan keterbatasan diri sendiri.







Kepercayaan Diri: perasaan akan harga diri dan kemampuan diri yang baik.



2.



Manajemen Diri : 



Kendali Diri emosi : mengendalikan emosi dan gerak hati yang mengganggu.







Transparansi : menunjukkan kejujuran dan integritas; terpercaya







Pencapaian : hasrat untuk memperbaiki performa untuk mencapai standard keunggulan diri.







Adaptabilitas : maksudnya bisa fleksibel dalam mengatasi perubahan







Inisiatif : kesiapan untuk bertindak dan mengambil keputusan







Optimisme : selalu melihat sisi baik, setiap kejadian.



Kompetensi Sosial, yang terdiri dari : 1.



Kesadaran Sosial: 



Empaty : merasakan emosi orang lain, memahami perspektif mereka, dan berminat dengan urusan mereka







Kesadaran organisasi : dapat membaca arus, jaringan pembuat keputusan dan politik pada tingkat organisasi.







Pelayanan : mengenali dan memenuhi kebutuhan pendukung, klien dan konsumen.



2.



Manajemen Hubungan : 



Pengaruh : dapat menggunakan teknik persuasif yang efektif.







Manajemen konflik : dapat menyelesaikan perselisihan yang timbul, dengan baik







Inspiratif : memandu dan memotivasi dengan pandangan yang mendorong.



12 



Katalis perubahan : memulai, mengatur dan memimpin jalan ke arah yang baru







Membangun ikatan : menebar dan mempertahankan jaringan/hubungan yang ada







Kerja tim dan Kolaborasi : mengedepankan kerjasama dan membangun tim.



Dengan demikian seseorang pemimpin/manajer yang hebat bukanlah seseorang yang melakukan kesia-siaan dengan mempelajari bakat baru, akan tetapi mereka yang lebih fokus menyesuaikan bakat yang dimiliki dengan tuntutan peran (sebagai pemimpin). Jadi kecocokan antara peran, bakat ,kompetensi dan kecerdasan emosional adalah faktor penting dalam menentukan performa seorang pemimpin. 2.7 Pengertian Kecerdasan Finansial Kecerdasan finansial adalah kemampuan seseorang untuk mendayagunakan kemampuan pribadinya dalam mendapatkan dan mengelola uang. Kecerdasan yang menitik beratkan pada manajemen keuangan, aspek akuntansi, investasi, hukum dan pemasaran. Kecerdasan ini dibutuhkan agar kita tidak terjebak dalam dua kutub permasalahan keuangan: kekurangan uang atau kelebihan uang. Kekurangan



uang



menyebabkan



seseorang



selalu



disibukkan



dengan



permasalahan-permasalahan mencari uang, dan ini bisa membawa dirinya menjadi gelap mata dan akhirnya menghalalkan segala cara untuk memperoleh uang. Kecerdasan finansial (Financial Qoutient) penting dimiliki oleh setiap pemimpin yang ingin mencapai kesuksesan secara finansial. Kecerdasan finansial bukanlah bawaan dari lahir, tapi merupakan kecerdasan yang dapat dilatih, di asah dan dikembangkan dengan proses pembelajaran dan pendewasaan seseorang. Seseorang yang memiliki penghasilan lebih besar dari kebutuhan hidupnya dalam satu bulan dikatakan sudah memiliki kecerdasan finansial diatas 1 (FQ>1). Dengan mengembangkan dan memanfaatkan kecerdasan finansial pemimpin dapat menentukan strategi-strategi yang dapat mengembangkan usaha bisnisnya.



13



Usaha mikro dapat berkembang menjadi usaha kecil dan menengah jika pemimpin usaha dapat melihat peluang ekonomi yang ada disekeliling mereka. Mereka dapat menentukan langkah untuk dapat bersaing dengan produk lain, sehingga pada suatu titik kesuksesan pelaku usaha tidak perlu lagi bekerja, namun dengan cara fikir mereka uang dapat bekerja dengan sendirinya. Pemimpin yang cerdas secara finansial pintar melihat peluang yang ada, kreatif dan inovatif. Masalah yang dihadapi pemimpin bisnis dalam upaya bersaing dan mengembangkan usahanya dapat diatasi jika mereka sendiri dibekali dengan kecerdasan finansial sejak dini. Uang yang mereka gunakan sebagai modal awal dapat dikembangkan dan diakumulasikan seiring dengan usaha mikro kecil menengah yang mereka jalani berkembang dengan pesat. Kecerdasan finansial dapat diukur dengan membandingkan penghasilan dengan kebutuhan. Seseorang dikatakan memiliki kecerdasan finansial jika ia bisa mengelola keuangannya dengan baik. Pendapatan yang ia peroleh lebih besar dari kebutuhan yang harus dipenuhinya. Jika penghasilan yang ia dapatkan semakin besar maka itu sebanding dengan kecerdasan finansial yang ia punya karena dapat mendayagunakan kemampuan pribadinya dalam membuat keputusan-keputuasn yang signifikan terhadap kebijakan strategi pengembangan usaha. 2.8 Cara - Cara Mengasah Kecerdasan Finansial Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa pendidikan skolastik dan profesional tidak mengajarkan kita cerdas secara finansial. Kecerdasan finansial tidak hanya bisa diperoleh melalui pendidikan formal, tapi juga bisa dipejari dan diasah melalui dunia nyata, belajar secara empirik dengan pengalaman yang konkret, mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain. Berikut akan dijelaskan cara-cara mengasah kecerdasan finansial menurut Robert T kiyosaki: a.



Belajar dari Dunia Nyata Banyak orang yang telah sukses dalam dunia usahanya. Seorang entrepreneur



yang mampu menghasilkan omset penjualan 300 juta per bulan pastilah sepadan dengan kecerdasan finansial yang dimilikinya. Mereka tahu akan nikmatnya passive income, lantas terus mencoba meningkatkan aset produktif untuk



14



memperbesar pipa saluran kekayaan. Selama perjalanan untuk mencapai kesuksesan pasti banyak rintangan yang harus di hadapi, tak salah banyak pengusaha yang mengalami jatuh bangun dulu sebelum usaha mereka dapat berkembang begitu pesat. Mereka yang belajar dari dunia nyata pada umumnya menggunakan pola trial and error, atau learning by doing. Namun, dengan begitu banyak rintangan dan masalah yang mereka hadapi, mereka lantas tidak menyerah begitu saja. Banyak pertimbangan yang mereka lakukan demi tercapainya kesuksesan tadi. b.



Belajar dari Menthor Cara yang kedua ini, pada dasarnya seseorang telah menguasai prinsip-prinsip



kecerdasan finansial, pelaku hanya butuh contoh nyata, yaitu seseorang yang mereka kenal yang bisa berinteraksi langsung. Orang tersebut bisa keluarga, teman atau kolega, dan orang-orang yang ada disekitarnya. Menthor dapat membimbing dan memberikan masukan mengenai usaha yang kita jalani berdasarkan pengalaman yang telah mereka lakukan. c.



Belajar dari yang Ahli Kecerdasan finansial juga dapat diasah dengan belajar dari kursus-kursus



singkat. Melalui short course, training dan seminar mengenai bagaimana meraih kebebasan



finansial



dalam



waktu



singkat



dapat



membantu



seseorang



mengembangkan kecerdasan finansialnya. Seseorang dapat berinteraksi langsung dengan sang pembicara yang ahli dalam bidang ini dan dapat menyerap ilmu dari mereka. Biasanya dalam traning dan seminar, trainer atau pembicara selalu memotivasi audiencenya. d.



Belajar dari Buku Buku adalah gudang ilmu, jadi paling tepat jika kita banyak belajar dengan



banyak membaca buka. Saat ini sudah banyak buku-buku mengenai kecerdasan finansial. Penulis menyajikan berbagai resep, rumus, dan kiat praktis dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti. Dari keempat cara untuk mengasah kecerdasan finansial diatas, masingmasing mempunyai kelemahan. Sebagai pelaku usaha atau bisnis tentu dapat



15



mengambil hal-hal yang positif dari keempat cara diatas. Tidak ada larangan bagi individu atau pemimpin dalam bisnis yang akan mengasah kecerdasan finansialnya untuk tidak memilih salah satu dari cara diatas. Banyak cara untuk mengasah kecerdasan finansial, tidak hanya sebatas empat cara yang sudah disebutkan diatas. 2.8 Formula Kecerdasan Finansial Buku-buku mengenai kecerdasan finansial selalu mengungkapkan hak yang sama, bahwa kecerdasan finansial adalah kemampuan untuk mengenali, menciptakan dan mempraktekkan sistem atau cara untuk mengakumulasikan aset. Berikut 8 formula kecerdasan finansial yang dapat diasah menurut Robert T kiyosaki: a.



Memilah tujuan produktif dan konsumtif Kegiatan produksi adalah menciptakan sesuatu (barang dan jasa) yang



memiliki



nilai



guna



bagi



masyarakat.



Dalam



berproduksi,



seseorang



mengeluarkan sejumlah uang sebagai modal, dimana uang ini diharapkan akan kembali dalam jumlah yang lebih besar, selisih ini kita kenal dengan laba atau value added. Sedangkan konsumsi merupakan tindakan menghabiskan nilai guna suatu barang. Terbalik dengan produksi, konsumsi justru kegiatan yang mengorbankan sejumlah uang yang tidak akan pernah kembali, namun konsumen akan memperoleh kepuasan, nilai guna atau utilities. Dalam kecerdasan finansial yang penting diperhatikan yaitu kegiatan konsumtif apakah terhadap uang yang dikeluarkan itu benar-benar layak, atau hanya sebatas kepuasan semata. Perlu diingat bahwa kecerdasan finansial adalah bagaimana seseorang dapat mengelola keuangannya. b.



Membedakan aset dan liabilitas Pelajaran terpenting dari pakar kecerdasan finansial seperti Kiyosaki adalah



teorinya untuk memisahkan dengan tegas antara aset dan liabilitas. Aset dan liabilitas dibedakan atas cash flow atau aliran uang kas. Aset adalah harta yang



16



memberikan aliran kas yang mana setiap waktu dapat membantu meraih kesuksesan secara finansial. Sedangkan liabilitas adalah harta yang menguras uang pemiliknya secara rutin. Salah satu cara untuk dapat mengakumulasikan aset yaitu dengan meminimalisir besarnya liabilitas dan memaksimalkan aset yang bisa memberikan cash flow. Dengan cara ini, seseorang dapat memperbaiki kondisi keuangannya, karena penghematan pengeluaran dapat dialokasikan sebagai investasi. Jika liabilitas tidak bisa dihindari, hindari pembayaran secara kredit karena transaksi secara kredit pada umumnya dibebani dengan bunga. c.



Memahami aliran uang Pemimpin yang cerdas finansial pintar melihat situasi yang ada



disekelilingnya. Mereka memperhatikan bagaimana roda bisnis berputar, mencermati setiap transaksi yang terjadi, antrean yang terjadi, termasuk juga transaksi yang terjadi di pasar-pasar tradisional. Memahami mengapa orang rela mengorbankan sejumlah uang tertentu untuk mendapatkan barang atau jasa tertentu. Mereka akan menghitung berapa besar pengeluaran dan omset suatu usaha yang mereka amati. Selain itu, mereka juga akan mengamati perilaku orangorang ketika berbelanja, preferensi barang yang dibeli oleh orang tersebut, dan mencoba untuk bertanya pada orang terdekatnya tentang apa yang akan mereka beli jika mereka memiliki banyak uang. d.



Carilah emas yang tersembunyi Banyak pelaku bisnis yang mencari emas tersembunyi, maksudnya mereka



mencari lahan yang tidak ada nilainya bagi orang lain, namun tidak bagi orang yang memiliki kecerdasan finansial. Mereka menciptakan sesuatu yang memiliki nilai dan berharga, bukan fisik tapi dalam bentuk gagasan. Mereka sadar bahwa keuntungan diperoleh pada saat membeli, bukan pada saat menjual. Ini berarti, mereka tahu persis apa yang harus mereka lakukan pada saat melakukan dealing pembelian awal. Emas yang tersembunyi adalah kiasan dari peluang-peluang bisnis yang dapat digarap. Mungkin itu tidak berharga bagi kebanyakan orang, namun peluang



17



itu akan menjadi mesin uang jika seseorang dapat memanfaatkan kecerdasan finansial mereka. e. Memiliki daya ungkit Setelah formula ke empat terlaksana, berikutnya dibutuhkan alat pengungkit untuk membuat aset tumbuh berlipat ganda mengikuti deret waktu. Daya ungkit muncul dari sistem yang diciptakan sedemikian rupa, sehingga tidak lagi bergantung pada orang lain. Contoh: seorang pengusaha kerajinan tangan memiliki



penghasilan



Rp



3



juta



perbulan.



Ia



ingin



melipatgandakan



penghasilannya menjadi Rp 15 juta perbulan. Salah satu daya pengungkit yang dapat pengusaha kerajinan tangan itu lakukan yaitu dengan membuka cabang. Dengan 5 cabang, maka pengusaha itu akan mencapai target yang diharapkan. Banyak cara yang dapat dilakukan pengusaha dalam meningkatkan penghasilan dan mengembangkan usaha mereka. Dalam membuka cabang, pengusaha juga harus memperhatikan segmen pasar, faktor lokasi dan konsumen. f.



Biarkan uang yang bekerja Setelah semua sistem sudah bekerja dengan baik, waktunya uang untuk



berkembang dengan sendirinya. Maksudnya, seseorang yang telah berusaha keras dan berusaha cerdas selama ini di dunia bisnis akan merasakan kesuksesan pada titik tertentu, dimana dia tidak lagi bekerja, tapi uanglah yang bekerja. Uang menjadi aset utama yang memberikan uang tunai secara rutin. Salah satu caranya yaitu mengalokasikan uang tersebut ke berbagai instrumen investasi. Lembaga yang paling konservatifpun seperti bank jelas akan tergiur. Mereka akan menawarkan suku bunga khusus seandainya investor mau menempatkan uangnya di bank tersebut. g.



Ciptakan aset yang tidak bisa hilang atau dirampok orang Kunci menuju kebebasan finansial adalah bagaimana menciptakan aset yang



bisa memberikan arus kas positif. Aset dalam pengertian fisik bisa saja hilang. Kondisi seperti ini dapat dicegah dengan cara mengembangkan cara berfikir dan cara bertindak. Seseorang bisa saja bankrut total, terkena musibah hingga seluruh asetnya rata dengan tanah. Namun, dengan cara berfikir dan cara bertindak yang



18



cerdas secara finansial, maka semua yang hilang itu bisa kembali. Cara berfikir mempengaruhi cara bertindak dan juga mempengaruhi sikap yang harus diambil mengenai persoalan apapun. h.



Pahami tanda-tanda makro perekonomian Dunia bisnis adalah bagian tak terpisahkan dari sistem perekonomian secara



umum. Jadi, penting untuk memahami tanda-tanda makro perekonomian, sebab dari sana akan muncul berbagai peluang yang dapat dimanfaatkan, serta potensipotensi hambatan yang perlu diantisipasi sejak dini. Indikator-indikator yang harus diamati setiap saat adalah : tingkat pertumbuhan ekonomi, kurs rupiah terhadap mata uang asing, laju inflasi, suku bunga perbankan, indeks saham dan tingkat pengangguran.



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Kecerdasan emosional (IE) lebih penting dari pada IQ, karena kecerdasan emosional adalah kemampuan, ketrampilan, dan kompetensi non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam menghadapi tuntutan dan tekanan dari lingkungannya. Kepemilikan kecerdasan emosional yang tinggi merupakan atribut yang penting untuk keberhasilan seorang pemimpin. Dengan pemimpin bisnis yang memiliki kecerdasan emosional, suatu perusahaan dapat mewujudkan lingkungan yang seimbang, dimana para individunya tidak hanya mencari dan meningkatkan keberhasilan diri sendiri akan tetapi juga untuk perusahaan mereka.



2. Kecerdasan finansial penting dimiliki oleh setiap pemimpin yang ingin mencapai kesuksesan secara finansial. Kecerdasan finansial bukanlah bawaan dari lahir, tapi merupakan kecerdasan yang dapat dilatih, di asah dan dikembangkan dengan proses pembelajaran dan pendewasaan. Dengan mengembangkan dan memanfaatkan kecerdasan finansial pemimpin suatu bisnis dapat menentukan strategi-strategi yang dapat mengembangkan usahanya. Pemimpin yang cerdas secara finansial pintar melihat peluang yang ada, kreatif dan inovatif.



2.2 Saran Menjadi seorang pemimpin bukanlah suatu perkara yang mudah, karna seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual serta kecerdasan finansial.



20



DAFTAR PUSTAKA Amram, Joseph, 2005, “Intellegence beyond IQ: the contribution of emotional and spiritual intellegence to effective bussiness leadership,” The International Journal of Organizational Analysis. Goleman, D. 2002. Emitional Intelligence (terjemahan). Jakarta Pt Gramedia Pustaka Utama. Hidayat, Taufik. 2010. Financial Planning; Mengelola & Merencanakan Keuangan Pribadi dan Keluarga. Mediakita: Jakarta. Metsi, D. (2010). Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik Universitas Negeri Manado. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan , 1(1), 1-7. Susanti, Denok Friana, 2012. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Efektivitas Kepemimpinan. FISIP UI. Tanuwijaya, William, 2009. 8 Intisari Kecerdasan Finansial, Yogyakarta: Media Pressindo Verisa, A. E., & Eddy, M. S. (2013). Pengaruh Faktor-faktor Kecerdasan Emosional Pemimpin terhadap Komitmen Organisasional Karyawan di Universitas Kristen Petra. Jurnal Manajemen Bisnis, 1(1), 1-7.