LK 1 (Membuat Proposal PTK) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X TEKNIK AUDIO VIDEO DI SMK NEGERI 1 SUTERA



OLEH : DWI UTARI KUSUMA, S.Pd NIP. 19910529 201903 2 016 GURU MATA PELAJARAN FISIKA



PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 SUTERA Jl. Raya Taratak Surantih KM.36 Kecamatan Sutera – Pesisir Selatan



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses belajar mengajar, aktivitas siswa merupakan sesuatu yang sangat penting. Siswa yang memiliki aktivitas positif akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dan sebaliknya siswa yang memiliki aktivitas negatif akan memperoleh hasil belajar yang kurang memuaskan. Selama pembelajaran berlangsung diharapkan siswa mempunyai aktivitas belajar secara positif, sebagaimana yang dinyatakan Sadirman (1996: 95), aktivitas belajar adalah suatu prilaku siswa yang selalu berusaha, bekerja, atau belajat dengan sungguh-sungguh untuk mendapat kemajuan atau prestasi yang gemilang dari perubahan tingkah laku yang diperoleh dari pengalaman dan latihan. Masalah yang sering timbul dalam dunia pendidikan adalah rendahnya hasil belajar siswa, salah satu penyebabnya adalah kurangnya aktivitas siswa dalam belajar.



Faktor keberhasilan siswa dalam belajar sangat tergantung



kepada keaktifan siswa itu sendiri sebagai subjek belajar. Dalam peningkatan kualitas pendidikan, fisika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan formal sangat memegang peranan penting. Dengan menyadari betapa pentingnya pendidikan fisika, telah banyak dilakukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran fisika di sekolah. Upaya ini dapat dilihat antara lain dari langkah penyempurnaan kurikulum yang terus dilakukan, peningkatan kualitas guru bidang studi, penyediaan dan pembaruan buku ajar, penyediaan dan perlengkapan alat-alat pelajaran (laboratorium) sains. Pada proses belajar fisika tidak hanya sekedar menerima materi, mengingat dan menghafal saja sehingga siswa tidak hanya Sekedar menerima materi dari guru tanpa tanggapan apapun, tetapi siswa harus bepikir untuk memecahkan masalah dan menemukan



jawaban dari permasalahan itu agar siswa dapat benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan tersebut. Pembelajaran fisika hendaknya mengajak peserta didik ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran contohnya guru mengajak peserta didik untuk memecahkan suatu masalah bersama-sama dalam proses pembelajaran, sehingga setiap peserta didik mendapatkan kesempatan untuk berpendapat tentang apa yang dipikirkan sampai masalah itu dipecahkan. Dalam perkembangannya juga pembelajaran fisika banyak menemui hambatan terutama pemahaman siswa terhadap konsep fisika itu sendiri. Banyak siswa menganggap bahwa fisika adalah pelajaran yang tidak menyenangkan, membosankan, dan pelajaran yang sulit dimengerti. Selain itu, siswa juga menganggap bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran monoton sehingga siswa malas untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Salah satu contoh rendahnya hasil belajar siswa yaitu di SMK Negeri 1 Sutera yang akan penulis jadikan sebagai tempat penelitian. SMK ini merupakan SMK Negeri yang terletak di Kecamatan SUTERA Kabpaten Pesisir Selatan. Hal di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1: Nilai Ujian Akhir Semseter Ujian Nilai Fisika Akhir Tertingg Semeste Terendah Rata-rata i r 2 35 85 49, 65



Pencapaian KKM Nilai ≥ 75



Nilai ≤ 75



2 orang



29 orang



Sumber: Guru mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Sutera



Dapat di lihat dari hasil Ujian Akhir Semester kelas X Teknik Audio Video SMK Negeri 1 Sutera tahun pelajaran 2020/2021. Dari 31 orang siswa hanya 2 orang siswa yang mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), sedangkan yang lainnya mendapatkan nilai di bawah KKM. Sementara itu KKM yang ditetapkan sekolah adalah 75. Hal ini menunjukkan bahwa selama proses belajar



mengajar mata pelajaran fisika di kelas X Teknik Audio Video di SMK Negeri 1 Sutera, guru hanya berpatokan pada pada perangkat pembelajaran yang sudah ada, dengan ceramah dan hanya mendemonstrasikan beberapa buah contoh alat didepan kelas. Sesekali guru mencatat beberapa hal penting mengenai materi yang sedang disampaikan, sehingga siswa hanya mendengarkan guru yang menjelaskan didepan kelas saja dan terdapat sebagian siswa yang mencatat hal penting yang telah dicatat oleh guru dipapan tulis. Kurang aktifnya siswa ini disebabkan karena siswa hanya menerima saja apa yang disampaikan oleh guru tanpa bertanya ketika mereka tidak mengerti atau mengalami kesulitan dalam belajar. Sehingga membuat siswa kurang menyukai mata pelajaran fisika dan menganggap mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang sangat sulit. Hasil belajar siswa pada pelajaran fisika juga belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa diperlukan suatu model pembelajaran yang tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan kognitif, sehingga membuat fisika menjadi pelajaran yang sulit bagi siswa. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan maka perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat menciptakan kondisi aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi siswa. Salahnya satu dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT). Menurut Trianto (2009:82), Numbered Head Together (NHT) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas. Dengan menerapakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT), diharapkan siswa mampu menguasai materi pelajaran dengan baik dan dapat terjadi interaksi antara siswa melalui diskusi bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.



Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik mengangkat permasalahan tersebut sebagai permasalahan dalam penelitian PTK dengan judul: ” Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Pada Mata Pelajaran Fisika Kelas X Teknik Audio Video (TAV) di SMK Negeri 1 SUTERA”.



B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan kenyataan yang ada di lapangan, maka penulis mengindentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Rendahnya aktivitas belajar siswa teridentifikasi dari: a. Siswa kurang bahan bacaan karena kurangnya bervariasinya buku sumber. b. Kurangnya aktivitas bertanya siswa meskipun sebagian besar dari mereka belum memahami materi yang sedang dipelajari. 2. Rendahnya hasil belajar siswa yang teridentifikasi dari nilai ulangan harian Fisika yang sebagian besar di bawah KKM. C. Batasan Masalah Mengingat berbagai batasan yang penulis miliki, serta agar terpusatnya pembahasan penelitian ini maka penulis perlu membatasi masalah yang akan diteliti yaitu mengenai Upaya peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Fisika, dengan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT di kelas X Teknik Audio Video SMK Negeri 1 Sutera tahun ajaran 2021/2022. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah penerapan model



pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fisika kelas X Teknik Audio Video SMK Negeri 1 Sutera?”. E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan memberikan gambaran Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaranFisika kelas X Teknik Audio Video SMK Negeri 1 Sutera. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: a. Bekal pengetahuan dan motivasi bagi penulis guna meningkatkan pola pengajaran mata Pelajaran Fisika di masa yang akan datang. b. Bahan masukan bagi guru bidang studi Fisika dan bidang studi lainnya, khususnya di SMK Negeri 1 Sutera untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT. c. Bagi siswa, agar siswa lebih termotivasi untuk meningkatkan hasil belajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.



BAB II KAJIAN TEORI



A. Aktivitas Belajar Selama proses belajar mengajar siswa diharapkan mempunyai aktivitas belajar positif. Menurut Sriyono (1992: 8) dalam dunia pendidikan keaktifan belajar merupakan tuntutan logis dari pengajaran yang seharusnya, tidak ada suatu kegiatan belajar mengajar tanpa melibatkan keaktifan siswa. Permasalahannya adalah tingkat keaktifan siswa itu dalam proses belajar mengajar. Sedangkan keaktifan siswa itu sendiri sangat tergantung kepada dorongan atau motivasi yang timbul baik dari dalam diri seseorang maupun dari luar dirinya, sehingga semakin tinggi dorongan yang timbul dalam diri seseorang akan semakin aktif dalam belajar. Menurut Paul D. Dierich dalam Sadirman (1996: 100), jenis-jenis aktivitas dapat digolongkan sebagai berikut: a. Kegiatan-kegiatan visual, seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, mengamati percobaan. b.



Kegiatan-kegiatan lisan (oral), seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.



c.



Kegiatan-kegiatan



mendengarkan,



seperti



mendengarkan



uraian,



mendengarkan percakapan, mendengarkan diskusi, dan mendengarkan pidato. d.



Kegiatan-kegiatan menulis, seperti menulis, membuat laporan, mengisi angket, dan menyalin.



e.



Kegiatan-kegiatan menggambar, seperti menggambar, membaut grafik, membuat peta dan diagram.



f.



Kegiatan-kegiatan



metrik,



seperti



melakukan



percobaan,



membuat



konstruksi model, dan melakukan demonstrasi. g.



Kegiatan-kegiatan mental, seperti menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan.



h.



Kegiatan-kegiatan emosional, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup. Sehubungan dengan hal tersebut menurut Oemar Hamalik (2001:175) ada



beberapa manfaat aktifitas yaitu: a. Mendorong siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. b. Dengan berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral. c. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa. d. Mendorong para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri. e. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis. f. Pengajaran



diselenggarakan



secara



realistis



dan



konkret



sehingga



mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis. g. Menjadikan pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan bermasyarakat. Abu Ahmadi dan Widodo Supriono (2004:132-137) mengemukakan beberapa aktivitas belajar yaitu: a. Mendengarkan b. Memandang



c. Meraba, membau, dan mencicipi / mengecap d. Menulis / mencatat e. Membaca f. Membuat ikhtisar / ringkasan dan menggarisbawahi g. Mengamati tabel-tabel, diagram, dan bagan-bagan h. Menyusun paper / kertas kerja i. Mengingat j. Berpikir k. Latihan dan praktek Aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar bisa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa motivasi siswa itu sendiri dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi akan menunjukkan aktivitas yang baik dalam proses belajar mengajar dan begitu sebaliknya. Sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan belajar siswa itu sendiri, baik lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. B. Hasil Belajar Pada dasarnya setiap manusia selalu mengalami proses pembelajaran dimana proses pembelajaran itu bertujuan untuk terjadinya suatu perubahan. Disini bisa saja dalam segi keterampilan, sikap dan kebiasaan baru lainnya. Hamalik (2000:155) mengatakan bahwa “ hasil belajar adalah tampak sebagai terjadinya perubahan tingkahlaku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan”. Hasil belajar siswa yang dimaksud adalah hasil belajar yang diproleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Hasil belajar dapat diungkapkan berupa angka atau huruf yang menggambarkan tingkat penguasaan sistem terhadap apa yang telah dipelajari.



Hasil belajar dapat diproleh dengan mengadakan evaluasi melalui pemberian tes kepada siswa. Hasil evaluasi ini berupa nilai yang diproleh siswa dari tes yang diberikan.



C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu : 1.



Hasil belajar akademik stuktural Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.



2.



Pengakuan adanya keragaman



Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. 3.



Pengembangan keterampilan social Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together



adalah sebagai berikut : Kelebihan: 1. Setiap siswa menjadi siap semua 2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. 3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kelemahan: 1. Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama.. 2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu : 1. Pembentukan kelompok; 2. Diskusi masalah; 3. Tukar jawaban antar kelompok 1. Langkah – langkah Meodel Pembelajaran Kooperatif tipe NHT Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :



a. Langkah 1. Persiapan Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. b. Langkah 2. Pembentukan kelompok Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masingmasing kelompok. c. Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru. d. Langkah 4. Diskusi masalah Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.



e. Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. f. Langkah 6. Memberi kesimpulan Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.



2. Manfaat model pembelajaran kooperatif tipe NHT Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah : a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi b. Memperbaiki kehadiran c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil e. Konflik antara pribadi berkurang f. Pemahaman yang lebih mendalam g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi h. Hasil belajar lebih tinggi Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.



Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan, karena setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran yang sesuai.



D. Hipotesis Tindakan Adapun hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah : Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar Fisika pada siswa kelas X Teknik Audio Video SMK Negeri 1 Sutera.



BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (action research). Tujuan utama penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memeperbaiki dan meningkatkan layanan profesoional guru dalam pembelajaran dan memperbaiki pembelajaran secara berkesinambungan. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Sutera di kelas X Teknik Audio Video dengan jumlah siswa sebanyak 31 orang. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2021. C. Sumber dan Jenis Data Sumber data dari penelitian ini adalah siswa kelas X Teknik Audio Video SMK Negeri 1 Sutera sebanyak 31 orang. Sedangkan jenis data adalah data primer yang terdiri dari data hasil belajar pada mata pelajaran Fisika siswa yaitu nilai Ulangan harian dan aktivitas belajar siswa yang terpantau melalui lembaran observasi aktivitas siswa. D. Teknik dan Alat Pengumpul Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar, dan memberikan nilai kepada siswa yang mampu menjawab pertanyaan yang diberikan guru, sedangkan data aktivitas siswa diperoleh dengan cara observasi.



E. Tahap Pelaksanaan Tindakan Adapun tahap-tahap dalam menerapkan metode tanya jawab ini adalah : 1.



Memberi informasi pada siswa di kelas X Teknik Audio Video SMK Negeri 1 Sutera tentang adanya tambahan nilai bagi siswa yang berpartisipasi dalam proses tanya jawab di dalam pembelajaran.



2.



Meminta bantuan guru pamong untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Setelah pelaksanaan metode tanya jawab selesai, adapun cara mengamati hasil



tindakannya adalah sebagai berikut ; 1.



Mempersiapkan lembaran daftar siswa untuk diisikan nilai.



2.



Mengisi lembaran daftar siswa dengan nilai yang diperoleh masing-masing siswa selama proses pembelajaran.



3.



Mendeskripsikan hasil perolehan nilai. Jika rata-rata siswa telah mengumpulkan nilai diatas 51% dari total nilai yang harus dikumpulkan maka tindakan dapat dikatakan berhasil.



F. Prosedur Penelitian Pola pelaksanaan pemberian tindakan ini menggunakan “model siklus”. Siklus ini terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) perencanaan (2) tindakan (3) observasi (4) refleksi.



Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut: Perencanaan Tindakan I



Permasalahan



Refleksi I



Pelaksanaan Tindakan I



SIKLUS I



Observasi/ Pengumpulan data I Perencanaan Tindakan II SIKLUS II



Refleksi II



Pelaksanaan Tindakan II



Observasi/ Pengumpulan data II



Apabila permasalahan belum terselsesaikan dilanjutkan ke siklus berikutnya



Suharsimi Arikunto, (2006:16) Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis membagi dua silkus kegiatan dalam satu pokok bahasan, berisi aktivitas-aktivitas sebagai berikut: 1. Siklus I a. Perencanaan Agar



penelitian



ini



berjalan



maksimal,



perlu



adanya



rencana



tindakan/kegiatan yang maksimal pula. Adapun rencana kegiatan yang diprogramkan adalah sebagai berikut:



1) Menentukan jadwal penelitian 2) Menentukan materi yang akan diajarkan 3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama dilakukan sebanyak dua kali pertemuan 4) Membuat lembaran observasi yaitu data tentang aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Alat yang digunakan untuk data ini adalah ceklis 5) Membuat soal tes kecil yang akan digunakan dalam penelitian. b.



Tindakan 1) Pada awal pertemuan yaitu sepuluh menit pertama untuk pembukaan yang terdiri motivasi dan apersepsi. Disamping itu juga diberitahukan bahwa diakhir jam pelajaran akan diadakan tes kecil/ kuis. 2) Melaksanakan proses pembelajaran 3) Pada akhir jam pelajaran diadakan tes kecil dengan waktu lebih kurang 15 menit 4) Siswa mengumpulkan lembaran jawaban yang sudah dikerjakan.



c.



Observasi Observasi diartikan sebagai kegiatan mengenali dan mengamati semua indikator, perubahan-perubahan yang terjadi dan hasil akhir yang dicapai sebagai dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Tahap ini berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan tindakan atau proses belajar mengajar berlangsung. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data berupa kegiatan siswa. Proses pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut: 1) Instrumen data



Pada penelitian ini yang dijadikan alat pengumpul data adalah : 



Lembar observasi berisikan data tentang aktivitas siswa dalam belajar







Data tentang hasil belajar siswa dengan menggunakan tes dalam bentuk essay.



2) Teknik pengumpulan data Observer mengisi lembaran observasi sesuai dengan aktivitas siswa yang diamati dan menghitung jumlah siswa yang melakukan aktivitas belajar dalam proses belajar mengajar.



3) Teknik analisis data Data tentang aktivitas siswa setiap pertamuan diinterpretasikan dalam bentuk persentase. Untuk menentukan persentase aktivitas siswa digunakan rumus:



F P= ×100 % N keterangan:



4)



P



= persentase aktivitas siswa tiap pertemuan



F



= jumlah siswa yang terlibat



N



= jumlah siswa yang hadir Pelaksanaan tes



Pada penelitian ini tes dilakukan dalam bentuk tes tertulis untuk setiap indikator yang diajarkan, tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT.



d.



Refleksi Tahapan ini bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan refleksi/ perenungan. Melalui refleksi dapat ditemukan beberapa kekuatan dan kelemahan pelaksanaan tindakan pada siklus pertama, yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar untuk perencanaan tindakan pada siklus ke dua.



2. Siklus dua Siklus dua ini merupakan perbaikan dari siklus pertama, yang disusun dengan rencana yang matang dengan memperhatikan hasil refleksi dari siklus I. Prosedur penelitian pada siklus II adalah: a.



Perencanaan Pada siklus ini dilakukan identifikasi masalah dan mencari solusi pemecahan masalah berdasarkan permasalahan yang terjadi pada siklus I. Setelah mencari solusi permasalahan, langkah selanjutnya penelitian pengembangan program untuk siklus II.



b.



Tindakan Pelaksanaan program pada siklus II sama dengan tindakan pada siklus I tetapi skenario pembelajaran sedikit berbeda, dimana pada siklus II ini lebih ditekankan untuk perbaikan terhadap palaksanaan tindakan yang terjadi pada siklus I.



c.



Observasi Tahapan observasi II ini sama dengan pelaksanaan observasi pada siklus I.



d.



Refleksi Setelah dilakukan perencanaan, tindakan dan observasi maka selanjutnya dilakukan refleksi. Refleksi dilakukan juga dengan proses perenungan dan berdiskusi dengan teman sejawat. Pada tahap ini dilihat lagi apakah tujuan penelitian sudah tercapai atau masih ada kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan, yang mana perlu dijadikan sebagai dasar perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.



G. Indikator Keberhasilan Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya maka untuk mengamati aktivitas belajar siswa kelas X Teknik Audio Video peneliti menggunakan indikator aktivitas belajar. Adapun indikator tersebut dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut: 1.



Sebanyak  75% siswa dapat memahami materi mata pelajaran Fisika



2.



Ketuntasan belajar tercapai jika 85% siswa dapat mendapat nilai  75



DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006a. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik Edisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006b. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Suharsimi Arikunto, Suhardjono & Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Trianto (2009:82),Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sriyono. 1992. Tehnik Belajar Mengajar CBSA. Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Abu Ahmadi & Supriyono Widodo. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya University Press.