LK - Resume Pendalaman Materi PPG 2021 KB3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENDALAMAN MATERI (Lembar Kerja Resume Modul)



A. Judul Modul



: Perkembangan Islam di Nusantara



B. Kegiatan Belajar : Meresume KB3 C. Refleksi NO



1



BUTIR REFLEKSI



RESPON/JAWABAN



1. Masuknya Islam di Indonesia a. Teori Gujarat (India) Dalam teori ini, para pakar sejarah berbeda pendapat tentang asal daerah Islam di India yang menjadi asal muasal Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13. Pendapat Pertama, dikemukakan oleh Pijnappel bahwa Islam masuk di Indonesia berasal dari Gujarat dan Malabar. Sedangkan Pendapat Kedua, dikemukakan oleh Cristian Snouck Hurgronje, Thomas W. Arnold dan Marisson bahwa Islam masuk di Indonesia berasal dari Coromandel dan Malabar. Dalam hal ini marisson beralasan bahwa ketika Islamisasi Samudra-Pasai sebelum tahun 698 H/ 1297 M, Gujarat masih merupakan sebuah kerajaan bercorak Hindu. b. Teori Arab/ Mekkah Teori Arab atau Teori Timur Tengah ini dipelopori oleh pakar sejarawan Barat diantaranya Crawfurd, Keijzer, Naimann, de Hollander juga sejarawan Indonesia diantaranya Hasjmi, Al-Attas, Buya Hamka, Hoesein Djajadiningrat, dan Mukti Ali mereka mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia sejak abad 1 H atau abad ke-7 Peta Konsep (Beberapa M dan ke-8 M. Namun Taufik Abdullah berpendapat istilah dan definisi) di modul bahwa Islam masuk ke Indonesia secara besar-besaran bidang studi pada abad ke-13 M, adapun pada abad ke-7 M dan ke-8 M Islam baru dianut oleh para pedagang dari Timur Tengah. Sedangkan jalur masuknya Islam ke Indonesia menurut Buya Hamka melalui 2 jalur, yaitu : Jalur Utara, dengan rute: Arab (Mekkah dan Medinah) - Damaskus - Bagdad Gujarat (pantai Barat India) -Srilanka - Indonesia. Jalur Selatan, dengan rute: Arab (Mekkah dan Medinah) Yaman - Gujarat (pantai barat India) - Srilanka Indonesia. c. Teori Persia Pakar sejarawan yang mendukung teori ini diantaranya P.A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini berdasar adanya beberapa unsur kebudayaan Persia, khususnya Syi’ah dalam kebudayaan Islam di Indonesia, misalnya perayaan tabut, ajaran manunggaling kawula gusti Syeikh Siti Jenar, mengeja huruf Arab dengan alif jabar, peringatan Asyura dan lain-lain. Namun teori ini dibantah oleh Buya Hamka, karena pada abad ke-7 M, Persia belum menduduki kepemimpinan dunia Islam.



d. Teori China Dalam teori ini diterangkan bahwa etnis Cina Muslim sangat berperan dalam proses penyebaran agama Islam di Indonesia, karena hubungan Arab Muslim dan Cina sudah terjadi pada Abad 1 H atau abad ke-7 M / ke-8 M. Adapun pakar sejarawan yang mendukung teori ini diantaranya : H.J. de Graaf dan sejarawan Indonesia Slamet Mulyana, yang menyatakan bahwa dalam beberapa literature Jawa terdapat nama tokoh-tokoh besar yang menyebarkan Islam di Indonesia seperti sunan Ampel dan Raden Fatah merupakan orang keturunan China. Sejawaran Denys Lombard, juga menambahkan argumen dari teori ini bahwa betapa besarnya pengaruh China dalam berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia, seperti makanan, pakaian, bahasa, seni bangunan, dan sebagainya. 2. Strategi Dakwah Islam di Indonesia Dalam perkembangan penyebaran Islam di Indonesia dan mudahnya orang Indonesia menerima agama Islam yang pada waktu itu sudah menganut agama Hindu-Budha, tidak terlepas dari peran para walisongo atau wali sembilan dalam menyebarkan agama Islam khususnya di Jawa dengan berbagai strategi atau metode dakwah yang mereka lakukan yang berdasarkan pada strategi dakwah yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadis, yaitu Al-Hikmah atau kebijaksanaan, Al-Mauizah Hasanah atau nasihat yang baik, dan Al-Mujadalah atau berdiskusi secara sinergis dengan menghasilkan satu alternatif pemikiran tanpa menyudutkan salah satu kelompok. Berikut akan dipaparkan nama walisongo dan strategi dakwah yang mereka lakukan dalam menyebarkan agama Islam di pulau Jawa : a. Maulana Malik Ibrahim atau sunan Gresik, strategi dakwah yang beliau lakukan dalam menyebarkan Islam dengan berdagang bahan makanan pokok yang hargnya murah, memberikan pelayanan pengobatan gratis, merangkul masyarakat bawah, kasta yang disisihkan Hindu dengan mengajari mereka cara bercocok tanam dan beliau sisispkan ajaran-ajaran Islam di dalamnya. b. Sunan Giri, strategi dakwah yang beliau lakukan dalam menyebarkan Islam dengan mendirikan pondok pesantren di bukit Giri. c. Maulana Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang, strategi dakwah yang beliau lakukan dalam menyebarkan Islam diantaranya dengan mengajarkan ilmu bela diri silat kepada murid-muridnya. Ilmu silat ini merupakan kombinasi antara ilmu (dzikir) yang berasal dari Rasulullah SAW dengan kesimbangan pernapasan dan mempunyai makna mengajak murid-muridnya untuk melakukan Sujud atau Salat dan dzikir. d. Raden Rahmat atau Sunan Ampel, strategi dakwah yang beliau lakukan diantaranya dengan memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah, yaitu ajaran yang disebut "Mo Limo" (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk "tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak



mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina." e. Syarifuddin atau Sunan Drajat, Strategi dakwah yang beliau lakukan dalam menyebarkan Islam diantaranya dengan kesenian, terutama seni suluk yang disisipi ajaran Islam, beliau mendirikan pondok pesantren dan memelihara banyak anak yatim di pesantrennya. f. Raden Umah Said atau Sunan Muria, Strategi dakwah yang beliau lakukan dalam menyebarkan Islam diantaranya dengan kesenian, yaitu lagu Sinom dan Kinanti yang disisipi ajaran Islam. g. Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati, Strategi dakwah yang beliau lakukan adalah dengan menggunakan kekuasaannya untuk menyebarkan agama Islam. h. Ja’far Sadiq atau Sunan Kudus, Strategi dakwah yang beliau lakukan adalah dengan mengkopromikan simbol Islam dan Hindu-Budha sebagaimana dapat dilihat dari arsitektur masjid Kudus, beliau juga menggunakan kesenian dan kebudayaan yang sudah ada dalam berdakwah, ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. untuk itu, mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. i. Raden Mas Syahid atau Sunan Kalijaga, Strategi dakwah yang beliau lakukan adalah dengan memadukan antara budaya Islam dengan budaya lokal, seperti menggunakan seni ukir, seni wayang, gamelan dan suluk sebagai sarana dakwah. Disamping itu, ia juga menciptakan budaya baru yaitu baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, layang kalimasada, lakon wayang Petruk jadi Raja. 3. Tradisi dan Seni Budaya Lokal Umat Islam di Indonesia a. Tradisi Lokal Islam dapat berkembang dengan pesat di Indonesia, ini tidak terlepas dari strategai dakwah para walisongo atau para mubaligh dengan mengakulturasikan atau memasukkan ajaran-ajaran Islam pada tradisi lokal yang sudah ada, karena tradisi lokal sangat bermanfaat dalam dakwah penyebaran agama Islam. Berikut ini tradisi atau budaya Islam yang berkembang hingga saat ini yang mencerminkan kekhasan daerah atau tempat masing-masing : o Tradisi Halal Bihalal, Tradisi halal bi halal digali dari kesadaran batin tokoh-tokoh umat Islam masa lalu untuk membangun hubungan yang harmonis (silaturahim) antar umat. Tradisi ini dilakukan pada Bulan Syawal dengan tujuan saling bermaafan dan untuk menjalin tali silaturahim serta mempererat tali persaudaraan o Tradisi Tabot atau Tabuik, Tabot merupakan upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang kisah kepahlawanan dan kematian Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad Saw. Kedua cucu Rasulullah Saw. Upacara ini dilaksanakan dari 1 sampai 10 Muharram (berdasar kalendar Islam) setiap tahun.



o Tradisi Kupatan (Bakdo Kupat), Kupatan merupakan acara selamatan dengan hidangan yang didominasi kupat (ketupat) yang dilakukan seminggu setelah hari raya Idul Fitri. Tradisi membuat kupat itu dijadikan sebagai sarana untuk syiar agama oleh para wali yang mempunyai makna singkatan dari ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan menjadi simbol untuk saling memaafkan. o Tradisi Sekaten di Surakarta dan Yogyakarta, Tradisi ini merupakan tradisi memperingati kelahiran Nabi Muhammad Saw. Kegiatan ini dilaksanakan setiap tahun di Keraton Surakarta Jawa Tengah dan Keraton Yogyakarta yang pada mulanya dilakukan oleh Sunan Bonang dalam menyebarkan agama Islam. o Tradisi Grebeg, Tradisi Grebek merupapan tradisi untuk mengiringi para raja atau pembesar kerajaan. Tradisi ini pertama kali diselenggarakan oleh keraton Yogyakarta oleh Sultan Hamengkubuwono ke-1 pada saat Sultan memiliki hajat dalem berupa menikahkan putra mahkotanya. Kemudian tradisi ini, selain di kota Yogyakarta diselenggarakan juga di kota Solo, Cirebon dan Demak. o Tradisi Kerobok Maulid di Kutai dan Pawai Obor di Manado, Tradisi ini di selenggarakan di kawasan Kedaton Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur dengan tujuan dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw., tanggal 12 Rabiul Awwal. o Tradisi Rabu Kasan di Bangka, Tradisi ini dilaksanakan di beberapa daerah, diantaranya di Kabupaten Bangka, Bogor Jawa Barat dan Gresik Jawa Timur setiap tahun. Tradisi ini dilaksanakan pada hari rabu terakhir bulan Safar dengan tujuan untuk memohon kepada Allah SWT. agar dijauhkan dari bala’ (musibah dan bencana). o Tradisi Dugderan di Semarang, Tradisi dugderan merupakan tradisi khas yang dilakukan oleh masyarakat Semarang, Jawa Tengah. Tradisi ini dilakukan untuk menyambut datangnya bulan puasa. o Tradisi atau Budaya Tumpeng, Tradisi Tumpeng merupakan tradisi yang dilaksanakan pada saat kenduri atau perayaan suatu kejadian penting. Tumpeng ini dibuat dari nasi kuning atau nasi uduk yang cara penyajian adalah nasi beserta lauk-pauknya dalam bentuk kerucut. b. Seni Budaya Lokal Sebagaimana tradisi lokal, seni budaya lokal juga tidak terlepas dari strategai dakwah para walisongo atau para mubaligh dengan menciptakan seni budaya lokal yang bernuansa Islam, karena dengan seni budaya lokal ini sangat bermanfaat dalam keberhasilan dakwah penyebaran agama Islam. Berikut ini diantara seni bernuansa Islami yang berkembang di Indonesia antara lain : 1. Seni Kaligrafi (berkembang mulai abad 12 M), 2. Ornamen Arabeska (hiasan yang salin jalin-menjalin simpai, lilit melilit tumpeng tindih seperti irama huruf arab), 3. Seni Musik (seni ini terbatas pada seni pembacaan ayat-ayat Al-



Qur'an), 4. Seni Arsitektur (bangunan masjid, bangunan keraton, makam raja-raja Islam), 5. Seni Tari (tari Zapin pegiring shalawat, tari saman), 6. Seni Sastra (hikayat, babad, dan suluk) 4. Pemikiran Tokoh-Tokoh Islam Nusantara Modern Berikut ini adalah profil dan pemikiran tokoh-tokoh Islam dalam sejarah perkembangan dan pembaharuan konsep pendidikan Islam : a. Hasyim Asyari KH. Muhammad Hasyim Asy’ari adalah tokoh ulama pendiri organisasi NU. Ia lahir pada hari Selasa kliwon, 24 Dzulqaidah 1287 H bertepatan dengan 14 Februari 1871 M di Gedang desa Tambakrejo kota Jombang Jawa Timur. Sumbangsih pemikiran beliau dapat kita ketahui dari pendapatnya bahwa fitrah manusia dan lingkungan sama-sama saling mempengaruhi dalam membentuk kepribadian seseorang. Sehingga pendidikan banyak memberikan andil dalam rangka memperbaiki, menyempurnakan dan mendidik moral manusia. Oleh karenanya, kiai memberikan perhatian khusus dalam mendidik akhlak melalui pendidikan budi pekerti. Berdasarkan hal tersebut, ada tiga dimensi yang hendak dicapai dalam konsep pendidikan KH. Hasyim Asy’ari, diantaranya dimensi keilmuan, pengamalan dan religius. Sebab tujuan pendidikan menurut KH. Hasyim Asy’ari adalah menjadi insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan, insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karenanya belajar harus diniatkan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai Islam, bukan hanya sekedar menghilangkan kebodohan. b. Ahmad Dahlan Ahmad Dahlan lahir pada tanggal 1 Agustus 1868 di desa Kauman, kota Yogyakarta dan meninggal 23 Februari tahun 1923. Sumbangsih pemikiran beliau dapat kita ketahui dari pendapatnya bahwa tujuan pendidikan Islam diarahkan pada usaha untuk membentuk manusia yang beriman, berakhlak, memahami ajaran agama Islam, memiliki pengetahuan yang luas dan kapasitas intelektual yang dapat diperlukan di dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian lebih lanjut beliau mengatakan bahwa pendidikan Islam harus dibarengi dengan integrasi ilmu dan amal, integrasi ilmu pengetahuan umum maupun agama, kebabasan berpikir dan pembentukan karakter, agar peserta didik dapat berkembang secara intelektualitas dan spritualitas. Sepatutnya mengajarkan peserta didik untuk selalu beragama, mendekatkan diri kepada Allah dan melakukan tindakan yang sesuai dengan yang dianjurkan agama. Serta senantiasa berani mengorbankan hartanya untuk Allah dan tidak sekedar pada tataran pengetahuan saja, tetapi dibarengi dengan praktik keagamaan, yakni beramal. Praktik merupakan aplikasi ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan menghasilkan karya (berkarya). Di dalam ajaran Islam, pemeluknya wajib mencari ilmu setinggi mungkin dan



dengan ilmu yang dicapainya agar diamalkan dalam bentuk karya nyata. Konsep inilah yang diberikan oleh Ahmad Dahlan di dalam pendidikan Muhammadiyah. c. Haji Abdul Malik Amrullah Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) lahir di sungai Batang, Maninjau (Sumatera Barat) pada hari Minggu, tanggal 16 Februari 1908 M/13 Muharram 1326 H dari kalangan keluarga yang taat beragama. Sumbangsih pemikiran beliau dapat kita ketahui dari pendapatnya tentang pendidikan adalah bahwa pendidikan sebagai sarana yang dapat menunjang dan menimbulkan serta menjadi dasar bagi kemajuan dan kejayaan hidup manusia dalam berbagai keilmuan. Melalui pendidikan, eksistensi fitrah manusia dapat dikembangkan sehingga tercapai tujuan budi. Hamka menilai bahwa proses pengajaran tidak akan berarti bila tidak dibarengi dengan proses pendidikan, begitu juga sebaliknya. Tujuan pendidikan akan tercapai melalui proses pengajaran. Dengan terjalinnya kedua proses ini, manusia akan memperoleh kemuliaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Pendidikan menurut Hamka bukan hanya soal materi, karena yang demikian tidaklah membawa pada kepuasaan batin. Pendidikan harus didasarkan kepada kepercayaan, bahwa di atas dari kuasa manusia ada lagi kekuasaan Maha Besar, yaitu Tuhan. Sebab pendidikan modern tidak bisa meninggalkan agama begitu saja. Kecerdasan otak tidaklah menjamin keselamatan kalau nilai rohani keagamaan tidak dijadikan dasarnya. Tujuan yang hendak dicapai dalam proses pendidikan, tidak terlepas dari ilmu, amal dan akhlak, serta keadilan. Dalam pandangan Hamka, tujuan pendidikan adalah mengenal dan mencari keridhaan Allah, membangun budi pekerti yang luhur agar terciptanya akhlak mulia serta mempersiapkan peserta didik dalam pengembangan kehidupan secara layak dan berguna di tengah lingkungan sosialnya. d. Nurcholis Madjid Nurchoilsh Madjid dilahirkan tepat pada tanggal 17 Maret 1939 M (26 Muharram 1358 H). Di sudut kampung kecil Desa Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur. Sumbangsih pemikiran Nurcholish Madjid sebagai tokoh pembaharu dan cendikiawan muslim Indonesia diantaranya pemikiran-pemikiran beliau masih tetap dan terus diperbincangkan terasa masih menggema di kalangan akademisi maupun kalangan ilmuwan, karena banyak dari pemikirannya, dikritisi dan diaktualisasikan dalam kehidupan selanjutnya, entah itu dalam kancah perpolitikan maupun sosial keagamaan. Disamping itu juga, beliau menjadi intelektual Muslim garda depan, dan juga seorang guru bangsa yang mampu mengemas Islam dalam denyut humanisme serta humanitas, sehingga benih-benih pemikirannya banyak dijadikan solusi oleh sebagian masyarakat Indonesia atas masalah-masalah kemanusiaan maupun keagamaan. e. Abdurrahman Wahid Kyai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur, lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 dari



1. 2. 2



Daftar materi bidang studi yang sulit dipahami pada modul



3.



4.



1. 3



Daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran



2. 3.



pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Sumbangsih Gus Dur diantaranya sebagai Pejuang yang memberikan Kebebasan Pers beliau memiliki semangat, visi, dan komitmen dalam memperjuangkan kebebasan berekpresi, persamaan hak, semangat keberagaman, dan demokrasi di Indonesia. Gus Dur juga memiliki keberanian membela kaum minoritas. Memahami pendapat para ahli sejarawan tentang teori masuknya Islam di Indonesia Mengklasifikasikan strategi dakwah walisongo ke dalam 3 metode dakwah, yaitu bil hikmah, mau’idzah hasanah dan mujadalah Menentukan macam-macam tradisi dan seni budaya lokal dan daerah dimana tradisi dan seni budaya lokal itu berkembang atau diselenggarakan Menentukan inti dari konsep pemikiran tokoh-tokoh Islam dalam perkembangan Islam di Indonesia



Menentukan pendapat para ahli sejarawan yang terjadi pada tiap-tiap teori masuknya Islam di Indonesia Menentukan perbedaan strategi dakwah yang dilakukan walisongo dalam menyebarkan agama Islam Menentukan tokoh dan konsep pemikiran yang telah disumbangsihkan untuk kemajuan Islam, sering keliru