LK RPK Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Nn. R DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG 3 RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO JAWA TENGAH



DINA AULIYA P1337420919017



PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2019



ABSTRAK ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny.R DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG 3 CITRO ANGGODO RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO JAWA TENGAH Dina Auliya Mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan dan Profesi Ners, Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Semarang Latar belakang : Angka perilaku kekerasan cukup tinggi pada klien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit jiwa. Perilaku kekerasan adalah perilaku mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Ini menjadi alasan utama klien dirawat di rumah sakit. Perilaku kekerasan dilakukan karena ketidakmampuan dalam melakukan koping terhadap stres, ketidakpahaman terhadap situasi sosial, tidak mampu untuk mengidentifikasi stimulus yang dihadapi dan tidak mampu mengontrol dorongan untuk melakukan perilaku kekerasan. Asuhan keperawatan jiwa yang tepat dan terintegrasi diharapkan dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan jiwa pasien resiko perilaku kekerasan. Tujuan : Dapat mencegah pasien resiko perilaku kekerasan untuk mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Metode : Metode yang digunakan adalah deskriptif pada Ny.R dengan pendekatan studi kasus, yaitu dengan melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi. Hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari diagnosa yang muncul pada Ny.R adalah Resiko Perilaku Kekerasan. Kesimpulan : Masalah keperawatan yang terjadi pada klien teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan. Kata kunci : Resiko perilaku kekerasan, Mencederai



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah yang bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Gangguan jiwa perilaku kekerasan dapat terjadi pada setiap orang memiliki tekanan batin yang berupa kebencian terhadap seseorang. Maka seseorang yang memiliki gangguan jiwa perilaku kekerasan ini perlu mendapatkan perhatian khususnya dalam perawatan supaya resiko tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain bisa diperkecil (Barokah, 2017). Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah perilaku amuk. Amuk merupakan respon kemarahan yang palin maladaftif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Afriani dkk, 2018) Tingkah laku amuk dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain model teori importation yang mencerminkan kedudukan klien dalam membawa atau mengadopsi nilai-nilai tertentu. Model teori yang kedua yaitu model situasionisme, amuk adalah respon terhadap keunikan, kekuatan dan lingkungan rumah sakit yang terbatas yang membuat klien merasa tidak berharga dan tidak diperlakukan secara manusiawi (Saswati, 2016). Model selanjutnya yaitu model interaksi, model ini menguraikan bagaimana proses interaksi yang terjadi antara klien dan perawat dapat memicu atau menyebabkan terjadinya tingkah laku amuk. Amuk merupakan respon marah



terhadap adanya stress, cemas, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa dan ketidakberdayaan (Rahman, 2017). Respon ini dapat diekspresikan secara internal maupun eksternal.Secara internal dapat berperilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal dapat berupa perilaku destruktif agresif. Adapun respon marah diungkapkan melalui 3 cara yaitu secara verbal, menekan dan menantang (Keliat, 2010). World health organization (WHO) Global Campaign for Violence Prevention tahun 2013, menginformasikan bahwa 1,6 juta penduduk dunia kehilangan hidupnya karena tindak kekerasan dan penyebab utama kematian pada mereka yang berusi antara 15 hingga 44 tahun. Sementara itu, jutan anak-anak di dunia dianiaya dan ditelantarkan oleh orangtua mereka atau yang seharusnya mengasuh mereka. Terjadi 57.000 kematian karena tindak kekerasan terhadap anak di bawah usia 15 tahun pada tahun 2000, dan anak berusia 0-4 tahun lebih dari dua kali lebih banyak dari anak berusia 5-14 tahun yang mengalami kematian. Terdapat 4-6% lansia mengalami penganiayaan di rumah. Defisir kapasitas mental tau retardasi mental 34%, disfungsi mental misalnya kecemasan, depresi, dan sebagainya 16,2%, sedang disintegrasi mental atau psikosis 5,8%. (Setiawan, 2015) Menurut hasil survey Kesehatan Mental 1995 ditemukan 185 per 1000 penduduk di Indonesia menunjukan adanya gejala gangguan jiwa. Hal ini didukung data dari depkes RI yang melaporkan bahwa di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sekitar 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total penduduk Indonesia. Perilaku kekerasan merupakan salah satu penyakit jiwa



yang ada di Indonesia, dan hingga saat ini diperkirakan jumlah penderitanya mencapai 2 juta orang. Menurut Keliat (2010) perilaku kekerasan adalah suatu



keadaan



dimana



seseorang



melakukan



tindakan



yang



dapat



membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, ataupun terhadap lingkungan sekitar. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis ingin memberikan asuhan keperawatan jiwa khususnya perilaku kekerasan dengan pelayanan secara holistik dan komunikasi terapeutik dalam meningkatkan kesejahteraan serta mencapai tujuan yang diharapkan.



A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA Hari/ tanggal pengkajian



: Selasa, 5 November 2019



Ruang



: R.3



Hari/tanggal di rawat



: Selasa, 29 Oktober 2019



I. IDENTITAS KLIEN Nama



: Nn. R



Jenis Kelamin



: Perempuan



Umur



: 26 Tahun



Alamat



: Sumberjo RT 05 / RW 06, Rembang Jawa Tengah



Agama



: Islam



No. RM



: 00119496



II. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT Bingung, keluyuran, mondar-mandir, bicara sendiri, senyum sendiri, suka melakukan gerakan yang aneh, merasa orang sekitar sampah. Keluhan utama (saat di kaji) : Klien mengatakan mudah tersinggung dan mudah emosi dan menendang benda sekitar saat marah. Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan III. FAKTOR PREDIPOSISI 1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Iya, pada tahun 2018 pasien masuk RSJ Solo karena marah-marah dan mengamuk, dan saat ini adalah perawatan yang ke 2 di Ruang 3 RSJ Dr. Amino Gondohutomo. 2. Pengobatan sebelumnya Klien mengatakan sepulang dari Rumah sakit, klien meminum obat tidak sesuai dengan dosis dan waktunya, riwayat terapi obat Quetiapine dan Lorazepam



3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : ( Tidak Ada ) Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti yang di alami dirinya. 4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Klien bercerita bahwa klien pernah dibully oleh ketua RT di tempat tinggalnya, yang suka mengkritik segala hal yang dilakukan oleh dirinya. IV. FISIK 1. Tanda-tanda vital  TD : 110/70 mmHg  N : 82 x/mnt  S : 36,5 OC  P : 20 x/mnt 2. Ukuran Berat Badan (BB) : 60 Kg Tinggi Badan (TB) : 158 CM 3. Keluhan Fisik : Pasien mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan saat ini Masalah keperawatan : Tidak Ada V. PSIKOSOSIAL 1. Genogram



Keterangan : : Laki-laki



: Klien



: Perempuan



: tinggal serumah



Jelaskan : Klien anak kedua dari 3 bersaudara, klien sekarang tinggal bersama ibu dan adik perempuannya. 2. Konsep diri: a. Citra tubuh Klien mengatakan bahwa menyukai dan bersyukur dengan bentuk dan kondisi tubuh yang sudah Allah diberikan. b. Identitas diri Klien mengatakan saya anak perempuan kedua dari tiga bersaudara. Klien bersekolah sampai SMA dan pasien tampak percaya diri saat menyebutkan bahwa dirinya seorang atlet bela diri. c. Peran Klien mengatakan klien belum menikah dan klien tinggal bersama ibu dan adik perempuannya dirumah. Klien berperan sebagai seorang kakak didalam keluarga. d. Ideal diri Klien mengatakan bahwa ingin segera pulang ke rumah dan berkumpul bersama keluarga. Klien ingin melanjuti aktivitas harian nya sebagai atlet, seperti melakukan latihan fisik hingga mempersiapkan diri mengikuti ajang perlombaan berikutnya. e. Harga diri Klien mengatakan bahwa klien menyadari dan paham dengan status psikisnya dan berharap tetap dapat diperlakukan seperti orang normal lainnya dan dapat menjalankan segala aktivitas yang selalu ditekuninya Masalah keperawatan : tidak ada 3. Hubungan sosial a) Orang yang terdekat Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah Alm. Ayahnya



b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Klien kadang ikut serta dalam kegiatan acara kebudayaan didaerah tempat tinggalnya. Klien juga selalu turut membantu ketika ada tetangga yang sedang punya hajat seperti tahlilan. c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak ada hambatan, pasien mengatakan selalu nyaman saat berhubungan dengan orang lain. Pasien akan baik kepada siapa saja yang baik kepadanya namun klien akan melawan jika ada yang memperlakukannya tidak baik. Masalah Keperawatan : tidak ada 4. Spriritual a. Nilai dan keyakinan Nilai dan keyakinan yang dipegang oleh klien adalah nilai-nilai islam dan pasien mengatakan shalat itu wajib b. Kegiatan Ibadah Pasien mengatakan menjalankan shalat 5 waktu Masalah Keperawatan : Tidak Ada. VI. STATUS MENTAL 1.



Penampilan Penampilan penggunaan pakaian sesuai, pasien mampu memenuhi kebersihan dirinya dengan mandiri.



2.



Pembicaraan Saat melakukan wawancara klien bisa menjawab pertanyaan dengan baik (pertanyaan dan jawaban sesuai) dan dapat berbicara dengan jelas



3.



Aktivitas motorik Klien terlihat sehat dan selalu mengikuti kegiatan yang ada di rumah sakit



4.



Alam perasaan



Klien mengatakan merasa bahagia dan bersyukur masih diberikan kehidupan hingga hari ini, hanya saja pasien ingin cepat pulang karna merasa jenuh 5.



Afek Afek pasien sesuai, seperti disapa pasien tersenyum



6.



Interaksi selama wawancara Interaksi selama wawancara klien baik, sudah kooperatif dan ada kontak mata saat berinteraksi.



7.



Persepsi Klien mengatakan tidak pernah mendengar bisikan-bisikan tidak berwujud ataupun melihat bayangan-bayangan aneh.



8.



Proses pikir Proses pikir pasien adalah menyelesaikan pembicaraan sesuai topik.



9.



Isi Pikir Pada saat wawancara dengan pasien, tidak ditemukan adanya isi pikir yang tidak logis atau yang tidak sesuai.



10.



Tingkat kesadaran Compos mentis (Klien sadar akan dirinya) Tingkat kesadaran klien baik dan klien tidak mengalami disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang. Klien dapat mengingat tanggal masuk rumah sakit dan dia tahu berada di ruang 3.



11.



Memori Klien tidak mengalami gangguan daya ingat karena klien mampu menjelaskan kegiatan sehari-hari dan juga menceritakan pengalamanpengalaman saat sebelum masuk rumah sakit.



12.



Tingkat konsentrasi dan berhitung Tingkat konsentrasi Klien baik, klien masih dapat berhitung dan dapat menjawab perhitungan sederhana yang diberikan perawat.



13.



Kemampuan penilaian Kemampuan penilaian klien normal, klien masih bisa memilih antara dua pilihan. Ketika ditanya antara makan atau mandi terlebih dahulu,



dan klien menjawab mandi dulu. Alasannya, karena sebelum makan harus menggosok gigi. 14.



Daya tilik diri Klien mengatakan jika kambuh dirinya tidak dapat mengontrol marah sehingga dia dibawa lagi ke RSJ. Pasien mengatakan dirinya sadar penuh dengan kondisi psikisnya saat ini dan dapat menerimanya.



VII. KEMAMPUAN KLIEN MEMENUHI KEBUTUHAN DIRINYA Kemampuan klien memenuhi kebutuhan Makanan Keamanan Perawatan kesehatan Pakaian Transportasi Keuangan A. Kegiatan Hidup Sehari-hari ( ADL )



Ya      



Tidak



1. Perawatan Diri Kegiatan hidup sehari-hari Mandi Kebersihan Makan Buang air kecil / BAK Buang air besar / BAB Ganti pakaian 2. Nutrisi :



Bantuan Total



Bantuan Minimal      



1. Pasien tidak puas dengan makanan dirumah sakit, karena pasien merupakan vegetarian. Pasien tidak memisahkan diri saat makan dan makan bersama dengan pasien lain di ruang makan yang sudah disediakan. 2. Frekwensi makan sehari : 3 x sehari (nasi biasa, lauk, sayur, dan ditambah buah-buahan) dengan jumlah 2500 kkal 3. Nafsu makan : pasien makan makanan dari RS sering tidak habis.



4. BB : 60 Kg TB : 158 IMT : 23 Masalah Keperawatan: tidak ada 5. Tidur a. Tidak ada masalah tidur b. Pasien merasa segar setelah bangun tidur c. Pasien memiliki kebiasaan tidur siang kurang lebih 2 jam dari jam 12.30 - 14.30 d. Pasien



mengatakan



bisa



tidur



dengan



sendirinya tanpa bantuan dari orang lain e. Tidur malam jam : 20.00, bangun jam : 05.00 f. Rata-rata tidur malam : 7-8 jam



VIII. MEKANISME KOPING Mekanisme koping maladaptif karena klien mengatakan saat marah dia biasanya klien merusak barang-barang di sekitarnya. Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan IX.



PENGETAHUAN Klien kurang mampu menahan diri untuk merusak barang disekitar ketika klien marah. Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan



X.



ASPEK MEDIK Diagnosa Medik



: Bipolar Aktif Disorder



Terapi medik



: Quetiapine 1 x 200 mg Haloperidol 2 x 2.5 mg



XI.



ANALISA DATA



N O 1



DATA



MASALAH KEPERAWATAN



DS : Klien mengatakan mudah marah jika ada orang yang tidak tau aturan dan ketika marah selalu ada rasa ingin mengamuk/merusak barang/lingkungan di sekitar, klien tidak pernah memukul orang lain. DO : Sesekali kontak mata klien tajam dan tampak mudah tersinggung.



Resiko Perilaku Kekerasan



XII.



POHON MASALAH Efek :



Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan



Core Problem :



Sebab :



Resiko perilaku kekerasan



Koping Individu tidak Efektif



B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko Perilaku Kekerasan



C. RENCANA KEPERAWATAN No . 1.



2.



Diagnosa Keperawata n Resiko perilaku kekerasan



Perencanaan Tujuan TUM : Klien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai dengan tanggung jawab. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya



TUK 2 : Klien dapat mengidentifikas i penyebab perilaku kekerasan



Kriteria hasil



Intervensi



Setelah 3x interaksi, klien menunjukkan tanda- Bina hubungan saling percaya dengan : tanda percaya kepada perawat: a) Beri salam dan panggil nama kien a) Klien mau membalas salam sambil tersenyum b) Sebutkan nama perawat sambil berjabat b) Kien mau berjabat tangan tangan c) Klien mau menyebutkan nama c) Jelaskan maksud hubungan interaksi d) Ada kontak mata d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat e) Klien mau menyediakan waktu untuk kontak e) Beri rasa aman dan sikap empati f) Lakukan kontak singkat tapi sering Setelah 3x interaksi, klien menceritakan penyebab Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya : perilaku kekerasan yang dilakukannya : a) Motivasi klien untuk menveritakan penyebab a) Klien dapat mengungkapkan perasaannya rasa kesal atau jengkelnya b) Klien dapat mengungkapkan penyebab b) Dengarkan tanpa menyela atau memberi perasaan jengkel/jengkel (dari diri sendiri, penilaian setiap ungkapan perasaan klien orang lain dan lingkungan)



3.



TUK 3 : Setelah 3x interaksi, klien menceritakan keadaan : Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku Kien dapat a) Klien dapat mengungkapkan perasaan saat kekerasan yang dialaminya : mengidentifikas marah atau jengkel a) Anjurkan klien mengungkapkan yang i tanda-tanda b) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda dialami saat marah/jengkel perilaku jengkel/kesal yang dialami b) Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan kekerasan pada klien (kondisi/fisik, psikologis, sosial/hubungan dengan orang lain) c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda klien saat jengkel/marah yang dialami



4.



TUK 4 : Klien dapat mengidentifikas i perilaku kekerasan yang biasa dilakukan



Setelah 3x interaksi, klien menjelaskan : a) Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang dilakukan b) Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang dilakukan c) Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak



5.



TUK 5 : Klien dapat mengidentifikas i akibat perilaku kekerasan



Setelah 3x interaksi, klien menjelaskan akibat Bantu klien melihat dampak yang ditimbulkan tindak kekerasan yang dilakukannya : akibat perilaku kekerasan yang dilakukan klien: Klien dapat mengungkapkan akibat dari cara a) Bicarakan akibat kerugian dari cara yang yang dilakukan klien dilakukan klien b) Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang



Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini : a) Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindakan kekerasan yang selama ini pernah dilakukannya. b) Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan tersebut terjadi c) Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang dilakukannya masalah yang dialami teratasi



dilakukan oleh klien c) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat 6.



TUK 6 : Setelah 3x interaksi, klien menjelaskan cara-cara Klien dapat mengungkapkan marah mengidentifikas i cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan secara konstruktif



Diskusikan dengan klien : a) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari cara baru b) Beri pujian jika klien menemukan cara yang sehat c) Diskusikan dengan klien mengenai cara lain : Cara fisik: nafas dalam, pukul bantal atau kasur dan olahraga. Verbal: mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada orang lain. Sosial: latihan asertif dengan orang lain. Spiritual: sholat, doa, zikir, meditasi, dsb. Sesuai keyakinan agamanya masing-masing.



7.



TUK 7 : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan



Diskusikan dengan klien : a) Bantu klien memilih cara yang tepat untuk klien b) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih c) Bantu klien menstimulasi cara tersebut d) Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut



Setelah 3x interaksi, klien memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan: a) Fisik: tarik nafas dalam, memukul bantal/kasur b) Verbal: mengungkapkan perasaan kesal/jengkel pada orang lain tanpa menyakiti c) Spiritual: Zikir/doa,meditasi sesuai agamanya



e) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipilihnya jika ia sedang kesal/jengkel 8.



TUK 8 : Setelah 3x interaksi, keluarga: Klien mendapat a) Melaskan cara merawat klien dengan perilaku dukungan kekerasan keluarga dalam b) Mengungkapkan merasa puas merawat klien mengontrol perilaku kekerasan



a) Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini b) Jelaskan peran serta keluarga dalam perawatan klien c) Jelaskan cara merawat klien d) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat kien e) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi



9.



TUK 9 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan)



- Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak menggunakan obat. a) Jelaskan jenis, nama dan bentuk obat b) Dosis yang tepat untuk klien c) Waktu dan cara pemakaian d) Efek yang akan dirasakan klien? - Minta dan menggunakan obat tepat waktu a) Lapor ke perawat/dokter jika mengalami efek yang tidak biasa b) Beri pujian terhadap kedisplinan klien menggunakan obat



Setelah 3x interaksi, klien menggunakan obat sesuai program dan bisa menjelaskan: a) Benar nama pasien b) Benar nama obat c) Benar dosis d) Benar cara e) Benar waktu f) Benar dokumentasi



D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI No 1.



Waktu



Diagnosa Keperawatan Selasa Resiko 05/09/19 perilaku 16.00 WIB kekerasan



Implementasi



Evaluasi



SP 1 S: a. Membina hubungan saling - Pasien mengatakan mau diajak bercerita dan bersedia percaya dengan komunikasi menceritakan perasaan b. Membantu klien - Pasien mengatakan bahwa ia menyadari dan paham mengungkapkan perasaan dengan status psikisnya marahnya - Pasien mengatakan mulai sakit dan merasa terpukul c. Membantu klien setelah Abi (ayahnya) meninggal 2 tahun yang lalu mengungkapkan tanda-tanda - Pasien mengatakan mudah tersinggung dan mudah perilaku kekerasan yang emosi dan menendang benda sekitar saat marah dialaminya - Pasien menyesali dirinya setelah marah d. Mendiskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang O : dilakukannya selama ini - Pasien mau berjabat tangan dengan perawat e. Membantu klien melihat - Pasien tampak tersenyum ketika disapa oleh perawat dampak yang ditimbulkan - Adanya kontak mata yang dapat dipertahankan ketika akibat perilaku kekerasan dipanggil nama dan ketika bercerita melihat perawat. yang dilakukan klien A: - Mampu membina hubugan saling percaya dengan komunikasi - Mampu mengungkapkan perasaan marahnya



Paraf Dina



-



Mampu mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya Mampu mendiskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini Mampu melihat dampak yang ditimbulkan akibat perilaku kekerasan



P: - Perawat : Masih melanjutkan SP 1 (latihan nafas dalam dan pukul kasur/bantal/alat lain yang aman) - Pasien : Dapat mengendalikan/mengontrol marah dengan cara latihan fisik I : nafas dalam dan pukul kasur/bantal/alat lain yang aman 2.



Rabu Resiko 06/11/19 perilaku 16.00 WIB kekerasan



SP 1 S: a. Membina hubungan saling - Pasien mengatakan paham tentang teknik nafas dalam, percaya dengan komunikasi merasa senang dan sedikit tenang setelah berlatih b. Mendiskusikan dengan klien mengontrol marah cara mengontrol marah dengan - Pasien mengatakan jika sudah pulang kerumah akan cara latihan fisik I, yaitu nafas melakukan cara tersebut saat marah dalam dan pukul kasur/bantal/alat lain yang O : aman - Pasien mau berjabat tangan dengan perawat - Pasien tampak tersenyum ketika disapa oleh perawat - Adanya kontak mata yang dapat dipertahankan ketika berkomunikasi - Pasien tampak mengerti bagaimana cara mengontrol



Dina



rasa marah dengan latihan nafas dalam dan pukul kasur/bantal - Pasien tampak sudah bisa memperagakan latihan nafas dalam dan pukul kasur/bantal A: - Mampu membina hubungan saling percaya dengan komunikasi - Mampu mengontrol marah dengan cara latihan fisik I, yaitu nafas dalam dan pukul kasur/bantal/alat lain yang aman P: -



3.



Jumat Resiko 08/11/19 perilaku 10.00 WIB kekerasan



Perawat : Melanjutkan SP 2 (Latih Mengontrol Perilaku Kekerasan dengan obat) Pasien : Dapat mengendalikan/mengontrol marah dengan cara minum obat



SP 2 S: a. Mengevaluasi jadwal kegiatan - Pasien mengatakan tahu manfaat minum obat dan harian pasien untuk mencegah kerugian ketika tidak minum obat marah yang sudah dilatih - Pasien mengatakan ingat nama dan warna obat b. Melatih pasien minum obat - Pasien mengatakan obat yang diminum membuat secara teratur dengan prinsip ngantuk enam benar (benar nama, obat,dosis, cara, waktu, O : dokumentasi) - Pasien jelas mengingat nama obat dan warnanya - Pasien terlihat mengetahui obatnya



Dina



A: - Mampu mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien



untuk mencegah marah yang sudah dilatih - Mampu melatih pasien minum obat secara teratur dengan



prinsip enam benar (benar nama, obat, dosis, cara, waktu, dokumentasi) P: Perawat - Motivasi klien untuk tetap melatih cara mengontrol perilaku kekerasan Pasien - Mengidentifikasi cara minum obat secara teratur dengan prinsip enam benar



BAB III PEMBAHASAN



A. Analisa Kasus Ny.R dengan diagnsa medis Bipolar Aktif Disorder, masuk ke rumah sakit pada tanggal 29 Oktober 2019 dikarenakan klien mengatakan mudah tersinggung, mudah emosi, menendang benda sekitar saat marah, bingung, keluyuran, mondarmandir, bicara sendiri, senyum sendiri, suka melakukan gerakan yang aneh, merasa orang sekitar sampah. Sebelumnya klien pernah masuk dan dirawat di RSJ Solo di tahun 2018. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil GCS = E4M6V5, TTV = TD : 110/70 mmHg, N : 82 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,5 0C. Perilaku kekerasan adalah perilaku mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Ini menjadi alasan utama klien dirawat di rumah sakit. Perilaku kekerasan dilakukan karena ketidakmampuan dalam melakukan koping terhadap stres, ketidakpahaman terhadap situasi sosial, tidak mampu untuk mengidentifikasi stimulus yang dihadapi dan tidak mampu mengontrol dorongan untuk melakukan perilaku kekerasan (Sujarwo, 2018). Gangguan jiwa perilaku kekerasan dapat terjadi pada setiap orang memiliki tekanan batin yang berupa kebencian terhadap seseorang. Maka seseorang yang memiliki gangguan jiwa perilaku kekerasan ini perlu mendapatkan perhatian khususnya dalam perawatan supaya resiko tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain bisa diperkecil (Barokah, 2017). Salah satu bentuk gangguan jiwa adalah perilaku amuk. Amuk merupakan respon kemarahan yang



palin maladaftif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Afriani dkk, 2018)



B. Analisa Intervensi Keperawatan Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan dilakukan pada tanggal 5 November 2019, maka dapat dirumuskan pohon masalah, koping individu tidak efektif adalah penyebab dengan core problem resiko perilaku kekerasan dan mengabibatkan risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan adalah antara lain melakukan sp 1 dengan identifikasi penyebab perilaku kekerasan atau mengenal dan mendiskusikan tentang perilaku kekerasan yang dilakukan, kemudian mengajarkan nafas dalam untuk memgontrol marah, lalu cara fisik 2 memukul bantal, sp 2 meminum obat, lalu sp 3 bicara verbal dengan baik dan terakhir adalah dengan spiritual atau beribadah (Keliat, 2010). Latihan relaksasi pernafasan dilakukan dengan mengatur mekanisme pernafasan baik tempo atau irama dan intensitas yang lebih lambat dan dalam, keteraturan dalam bernafas menyebabkan sikap mental dan badan yang rileks sehingga menyebabkan otot lentur dan dapat menerima situasi yang merangsang luapan emosi tanpa membuatnya kaku (Sumirta, 2015).



BAB IV PENUTUP A. Simpulan Perilaku kekerasan adalah perilaku mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Ini menjadi alasan utama klien dirawat di rumah sakit. Perilaku kekerasan dilakukan karena ketidakmampuan dalam melakukan koping terhadap stres, ketidakpahaman terhadap situasi sosial, tidak mampu untuk mengidentifikasi stimulus yang dihadapi dan tidak mampu mengontrol dorongan untuk melakukan perilaku kekerasan. Asuhan keperawatan jiwa yang tepat dan terintegrasi diharapkan dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan jiwa pasien resiko perilaku kekerasan. B. Saran Pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa hendaknya disesuaikan dengan kondisi klien saat ini. Oleh karena itu perawat dianjurkan untuk terus memperbarui informasi berkaitan dengan ilmu keperawatan yang dapat diketahui melalui jurnal atau buku terbaru.



DAFTAR PUSTAKA



Afriani, dkk, (2018). Hubungan persepsi perawat tentang pasien perilaku kekerasan dengan tingkat kecemasan perawat dalam merawat pasien perilaku kekerasan, Vol.5, No.2, (online), (JOM Fkp, diakses tanggal 3 November 2019). Baroroh, I., (2017). Asuhan keperawatan pada pasien resiko perilaku kekerasan dengan pemberian



terapi



mengontrol



marah



secara



psikoreligius,



(online),



(Stikes



Muhammadiyah, diakses tanggal 4 November 2019). Keliat, Budi Anna dkk. 2010. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edi. Jakarta: EGC. Rahman, F.H.Y., (2017). Upaya penurunan resiko perilaku kekerasan pada pasien dengan melatih asertif secara verbal, (online), (Universitas Muhammadiyah Surakarta, diakses tanggal 9 November 2019). Saswati, N., (2016). Pengaruh penerapn standar asuhan keperawatan perilaku kekerasan, Vol.3, No.2, (online), (Jurnal keperawatan Sriwijaya, diakses tanggal 5 November 2019). Setiawan, H, dkk, (2015). Tanda gejala dan kemampuan mengonrol perilaku kekerasan dengan terapi musik dan rational emotive cognitive behavior therapy, Vol.10, No.02, (online), (Jurnal Ners, diakses tanggal 8 November 2019). Sujarwo, & Livana., (2018). Studi femonenologi strategi pelaksanaan untuk mengontrol perilaku kekerasan menurut pasien di ruang rawat inap laki-laki, Vol.6, No.1, (online), (Jurnal Keperawatan, diakses tanggal 4 November 2019). Sumirta, dkk., (2015). Relaksasi nafas dalam terhadap pengendalian marah klien dengan perilaku kekerasan, (online), (Politeknik Kesehatan Denpasar, diakses tanggal 4 November 2019).