LKPD Editorial Kelompok 1 XII IPS 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) Satuan Pendidikan : MAN 2 Kota Bogor Kelas



: XII IPS 1



Semester



: Ganjil



Materi Pokok



: Struktur Teks Editorial



Kelompok : 1 Nama Anggota : 1. Andini Rahima M 2. Andjani Nadia NS 3. Annisa Hasna Nur Azizah 4. Auriel Adinda Ramadhani 5. Azhar Ihsan Rianto 6. Bimo Bagaskara Kompetensi Dasar : 1. Mengidentifikasi informasi (pendapat, alternatif solusi dan simpulan terhadap suatu isu) dalam teks editorial 2. Menyeleksi ragam informasi sebagai bahan teks editorial baik secara lisan maupun tulis A. Indikator Pencapaian Kompetensi : 4.5.1 Menentukan isu aktual dari berbagai media informasi (cetak, elektronik, maupun internet)



4.5.2 Menuliskan pendapat terhadap isu aktual dilengkapi argumen pendukung (data dan alasan logis). 4.5.3 Mempresentasikan, menanggapi, dan merevisi informasi berupa pendapat, alternatif solusi, dan simpulan, informasi-informasi penting, dan ragam informasi sebagai bahan teks editorial. B. Materi Teks editorial / Tajuk rencana adalah teks yang berisi pendapat pribadi seseorang terhadap suatu isu/masalah aktual (sesuatu yang dianggap masih menyisakan persoalan ).Biasanya muncul pada surat kabar atau majalah. 1. Tema tulisannya selalu hangat (sedang berkembang dibicarakan secara luas oleh masyarakat), aktual dan faktual. 2. Penulisan pendapat atau opini harus dilengkapi dengan fakta, bukti dan argumentasi yang logis. 3. Tajuk rencana merupakan opini/pendapat yang bersifat argumentatif. 4. Menarik untuk dibaca karena penggunaan kalimatnya yang singkat, padat, dan jelas. Struktur Teks Editorial 1. Pernyataan pendapat (thesis), bagian ini berisi sudut pandang penulis terhadap permasalahan yang diangkat. Istilah ini mengacu ke suatu bentuk penryataan atau bisa juga sebuah teori yang nantinya akan diperkuat oleh argumen. 2. Argumentasi, merupakan bentuk alasan atau bukti yang digunakan untuk mempekuat pernyataan dalam tesis walaupun dalam pengertian umum, argumentasi juga dapat digunakan untuk menolak suatu pendapat. Argumentasi dapat berupan pernyataan umum (generalisasi)



atau dapat juga berupa data hasil penelitian, pernyataan para ahli, atau fakta-fakta yang didasari atas referensi yang dapat dipercaya. 3. Penyataan/Penegasan ulang pendapat (Reiteration), bagian ini berisi penguatan kembali atau pendapat yang telah ditunjang oleh faktafakta dalam bagian argumentasi. Terdapat pada bagian akhir teks A. Pendahuluan Sebelum belajar silahkan kalian baca dan cermati teks berikut ini Tajuk Rencana / editorial (Kompas, Rabu, 22 Januari 2020) Cepat Susun Peta Jalan Literasi digital Disebabkan kemajuan digital, seorang pemuda daerah mampu merakit pesawat. Gara-gara digital pula, siswi SMP lompat dari lantai empat sebuah gedung, bunuh diri. Perkembangan dunia digital yang begitu cepat dan masif memang bisa dilihat dari dua perspektif, bisa positif, bisa juga negatif. Ibarat senjata, digital sesungguhnya hanya alat. Kemanfaatannya tergantung pada kepiawaian masing-masing menggunakannya. The man behind the gun, Haerul, pemuda asal Pallameang, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, salah satu contoh cerita sukses. Dengan belajar otodidak dari saluran media sosial, youtube, dia berhasil mewujudkan obsesinya. Dia merakit pesawat model Ultralight dari barang-barang bekas. Sebaliknya, SN, siswi smp negeri 147 Ciracas, Jakarta Timur, menjadi kisah sedih. Perundungan yang diterimanya di media sosial diduga menjadi pemicunya melakukan bunuh diri. SN tentu tidak sendiri. Sebuah penelitian menemukan, Generasi Z adalah generasi yang sering berhadapan dengan perilaku menekan, mempermalukan, mengancam, dan melecehkan seseorang melalui pesan di internet dan media sosial, baik sebagai korban maupun sebagai pelaku. Persoalan lain yang tidak kalah besarnya bagi bangsa ini adalah perilaku kecanduan penggunaan digital yang sudah pada taraf mengganggu kesehatan, persoalan pencurian data pribadi, penyebaran konten pornografi, terorisme, hingga hoaks politik bernuansa sara yang merobek-robek persatuan anak bangsa. Di banyak negara, menyadari sedemikian besarnya dampak dari perkembangan dunia digital tersebut, upaya literasi digital pun digencarkan. Finlandia, Swedia, dan



Belanda termasuk negara yang serius mengajarkan literasi digital sejak dini kepada masyarakatnya. Konsep literasi digital ini pertama dilontarkan Paul Gilster tahun 1997. Dalam bukunya berjudul “Digital Literacy”. Gilster mendefinisikannya secara sederhana sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dari beragam sumber digital. Kita tentu berharap kepada pemerintah agar sungguh-sungguh memperhatikan persoalan ini. Berdasarkan data 2019, dari 268,2 juta total penduduk indonesia, paling tidak ada 150 juta pengguna internet, dan 130 juta pengguna media sosial. Kepiawaian ratusan juta warga dalam menggunakan internet ini perlu segera dipastikan dan terus ditingkatkan. Kita menghargai upaya pemerintah bersama DPR yang sudah mulai memberikan perhatian, misalnya, dengan mendorong secara bertahap dalam lima tahun ke depan agar pendidikan literasi digital bisa diimplementasikan dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Namun, langkah itu belum cukup, pemerintah perlu segera mengundang semua pihak terkait menyusun peta jalan literasi digital yang sistematis dan terstruktur, lalu menyosialisasikan modulnya secara masif. Jangan sampai terlambat B. Kegiatan Inti 1) Petunjuk Umum LKPD a) Baca, cermati dan pahami materi teks yang ada dalam editorial b) Setelah memahami isi materi dalam bacaan berlatihlah untuk berfikir tinggi dengan menemukan struktur teks editorial yang terdapat pada LKPD ini Kerjakan LKPD ini di buku kerja atau langsung mengisikan pada bagian yang telah disediakan. 2) Kegiatan Belajar Bahasa Indonesia…..Kami Cinta Jawablah soal-soal dibawah ini! 1. Apa isi dari teks editorial tersebut  Isi dari teks editorial yang berjudul "Cepat Susun Peta Jalan Literasi Digital" adalah bahwa perkembangan dunia digital yang cepat dan masif ini dapat dilihat dari dua perspektif, bisa positif, dan bisa juga negatif. Manfaatnya sendiri tergantung pada kepiawaian (kepandaian) tiap penggunanya.



2. Siapa yang menulis isi dari teks editorial tersebut  Penulis dari teks editorial adalah tim redaksi Kompas 3. Apa fakta yang terdapat dalam teks editorial tersebut • Seorang pemuda daerah Pallameang SulSel mampu merakit pesawat model Ultralight dari barang barang bekas. • Siswi smp bunuh diri dengan lompat dari lantai 4 sebuah gedung • Sebuah penelitian menemukan, Generasi Z adalah generasi yang sering berhadapan dengan perilaku menekan, mempermalukan, mengancam, dan melecehkan seseorang melalui pesan di internet dan media sosial, baik sebagai korban maupun sebagai pelaku • Negara Finnlandia, Swedia dan Belanda termasuk negara yang serius mengajarkan literasi digital sejak dini kepada masyarakatnya. • Berdasarkan data 2019, dari 268,2 juta total penduduk indonesia, paling tidak ada 150 juta pengguna internet, dan 130 juta pengguna media sosial 4. Apa opini yang terdapat dalam teks editorial tersebut  Pemerintah perlu segera mengundang semua pihak terkait menyusun peta jalan literasi digital yang sistematis dan terstruktur, lalu menyosialisasikan modulnya secara masif. Jangan sampai terlambat 5. Hal apa saja yang bisa dijadikan isu dalam editorial  Topik yang dapat dijadikan isu dalam editorial dapat diambil dari berbagai macam aspek, seperti aspek politik, aspek ekonomi, aspek budaya, aspek sosial, dan aspek lainnya isunya pun bisa berupa isu nasional maupun isu internasional selama isu tersebut masih aktual, fenomenal dan kontroversi 6. Bagaimana cara mengungkapkan isi teks editorial  Dalam mengungkapkan pendapat harus dilengkapi dengan fakta dan data, contohnya ada di dalam teks, yaitu "Berdasarkan data 2019, dari 268,2 juta total penduduk indonesia, paling tidak ada 150 juta



pengguna internet, dan 130 juta pengguna media sosial." Lalu dilengkapi juga dengan bukti-bukti, dan alasan yang logis agar dapat diterima oleh pembaca atau pendengar. Contoh alasan yang logis di dalam teks ialah penulis mengutarakan bahwa upaya pemerintah bersama DPR sudah mulai memberikan perhatian terhadap pendidikan literasi digital, misalnya, dengan mendorong secara bertahap dalam lima tahun ke depan agar bisa diimplementasikan dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Namun penulis mengatakan kalau langkah itu belum cukup, pemerintah perlu segera mengundang semua pihak terkait menyusun peta jalan literasi digital yang sistematis dan terstruktur, lalu menyosialisasikan modulnya secara masif.



7. Analisislah struktur teks editorial yang dibagikan guru dengan judul “Cepat Susun Peta Jalan Literasi Digital”! Gunakan tabel untuk mempermudah pekerjaan kalian



STRUKTUR Pernyataan pendapat / Tesis



PENJELASAN Disebabkan kemajuan digital, seorang pemuda daerah mampu merakit pesawat. Gara-gara digital pula, siswi SMP lompat dari lantai empat sebuah gedung, bunuh diri. Perkembangan dunia digital yang begitu cepat dan masif memang bisa dilihat dari dua perspektif, bisa positif, bisa juga negatif. Ibarat senjata, digital sesungguhnya hanya alat. Kemanfaatannya tergantung pada kepiawaian masing-masing menggunakannya. The man behind the gun, Haerul, pemuda asal Pallameang, Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, salah satu contoh cerita sukses. Dengan belajar otodidak dari saluran media sosial, youtube, dia berhasil mewujudkan obsesinya. Dia merakit pesawat model Ultralight dari barang-barang bekas. Sebaliknya, SN, siswi smp negeri 147 Ciracas, Jakarta Timur, menjadi kisah sedih. Perundungan yang diterimanya di media sosial diduga menjadi pemicunya melakukan bunuh diri. SN tentu tidak sendiri.



Argumentasi



Penegasan Ulang



Sebuah penelitian menemukan, Generasi Z adalah generasi yang sering berhadapan dengan perilaku menekan, mempermalukan, mengancam, dan melecehkan seseorang melalui pesan di internet dan media sosial, baik sebagai korban maupun sebagai pelaku. Persoalan lain yang tidak kalah besarnya bagi bangsa ini adalah perilaku kecanduan penggunaan digital yang sudah pada taraf mengganggu kesehatan, persoalan pencurian data pribadi, penyebaran konten pornografi, terorisme, hingga hoaks politik bernuansa sara yang merobek-robek persatuan anak bangsa. Di banyak negara, menyadari sedemikian besarnya dampak dari perkembangan dunia digital tersebut, upaya literasi digital pun digencarkan. Finlandia, Swedia, dan Belanda termasuk negara yang serius mengajarkan literasi digital sejak dini kepada masyarakatnya. Konsep literasi digital ini pertama dilontarkan Paul Gilster tahun 1997. Dalam bukunya berjudul “Digital Literacy”. Gilster mendefinisikannya secara sederhana sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dari beragam sumber digital. Kita tentu berharap kepada pemerintah agar sungguh-sungguh memperhatikan persoalan ini. Berdasarkan data 2019, dari 268,2 juta total penduduk indonesia, paling tidak ada 150 juta pengguna internet, dan 130 juta pengguna media sosial. Kepiawaian ratusan juta warga dalam menggunakan internet ini perlu segera dipastikan dan terus ditingkatkan. Kita menghargai upaya pemerintah bersama DPR yang sudah mulai memberikan perhatian, misalnya, dengan mendorong secara bertahap dalam lima tahun ke depan agar pendidikan literasi digital bisa diimplementasikan dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Namun, langkah itu belum cukup, pemerintah perlu segera mengundang semua pihak terkait menyusun peta jalan literasi digital yang sistematis dan terstruktur, lalu menyosialisasikan modulnya secara masif. Jangan sampai terlambat