LOKMIN 1 K2 Neuro New [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LOKMIN 1 MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANGN NEUROLOGI RSU MAYJEN H.A THALIB KOTA SUNGAI PENUH



DISUSUN OLEH : SILPIA



SINTA HERDIANTI



JASMARDIANTI



IRMANELI



CICA KOSBOYO



MONIKA TRI UTAMI



ELI AMRINA



DENO HARIA A.



Pembimbing Klinik



Pembimbing Akademik



Ns. YANTI NOPITA, M.Kep



Ns. HIDAYATI, M.Kep



PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI TAHUN 2021



BAB I



PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Masalah Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pengelolaan pelayanan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 2000). Marquis dan Huston (2010) menyatakan bahwa manajemen keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan fungsi-fungsi keperawatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan pengendalian. Fungsi-fungsi manajemen tersebut merupakan pendekatan manajemen dari pengelolaan manajemen keperawatan (Huber, 2000). Tenaga keperawatan hendaknya mempersiapkan era global secara benar dan menyeluruh, mencakup seluruh aspek keadaan dan kejadian atau peristiwa yang akan berlangsung pada era tersebut. Keperawatan sebagai pelayanan atau asuhan professional bersifat humanistis, menggunakan pendekatan holistic, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objektif pasien, mengacu pada standar professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama (Nursalam, 2011). Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri



dari



pengumpulan



data,



identifikasi



masalah,



perencanaan,



pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang pengolahan bahan, konsep manajemen keperawatan, perencanaan,



yang berupa melalui pendekatan : pengumpulan data, analisis SWOT, prioritas masalah (scoring), diagnosa manajemen keperawatan, rencana strategi manajemen keperawatan (POA), Lokmin I, implementasi dan evaluasi, lokmin II dalam pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) dan melakukan



penugasaan dan pengendalian



(Nursalam, 2011). Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 2009). Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi. (Sitorus, 2006). RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh merupakan Rumah Sakit Pemerintah Kota Sungai Penuh yang mengutamakan mutu pelayanan yang profesional dan Islami dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien khususnya diruang neurologi. Perawat merupakan ujung tombak dalam pelayanan dirumah sakit, dimana perawat dituntut untuk melaksanakan asuhan yang berkualitas guna meningkatkan mutu pelayanan di RS dan memberi kepuasan kepada klien yang hal ini adalah konsumen ( Adill Et All, 2009). Rumah sakit sebagai suatu tempat pelayanan kesehatan memiliki suatu sistem yang terdiri dari tim pelayanan kesehatan seperti dokter,



perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainya, yang mempunyai satu tujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat . Survey awal yang dilakukan oleh kelompok pada tanggal 18-19 Desember 2021 dengan metode observasi dan wawancara. Hasil wawancara dengan Kepala Ruangan menyatakan bahwa sistem pemberian asuhan keperawatan di Ruangan neurologi berdasarkan fungsi masing-masing misalnya Kepala Ruangan menjalankan fungsinya sebagai kepala ruangan dan anggota/perawat pelaksana menjalankan tugasnya sesuai dengan fungsinya sehingga dalam peklaksanaannya metode yang digunakan yaitu metode fungsional hanya inisiatif kerja bersama sesuai kebutuhan pasien dan asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pasien saja. Semua perawat di ruangan bekerja sama dalam shift nya masing-masing. Kepala ruangan juga mengatakan bahwa tidak adanya visi dan misi ruangan di ruang neurologi karena kinerja perawat / MPKP mengacu langsung pada visi dan misi rumah sakit. selanjutnya kepala ruangan juga mengatakan Tidak ada metode keperawatan kusus yang diberlakukan diruang neurologi karena mengingat dan meninmbang jumlah tenaga perawat yang terbilang tidak cukup/sedikit. kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruangan bahwa sistim timbang terima yang biasa dilakukan di ruangan neurologi adalah berdasarkan keadaan pasien, pasien dengan total care maka perawat melakukan timbang terima langsung di kamar rawatan namun untuk



pasien dengan minimal care dan persial care maka sistim timbang terima dilakukan hanya di rung rawatan. Hasil observasi di ruangan neurologi didapatkan bahwa perawat sudah melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan 5 langkah keperawatan yaitu pengkajian, diagnose, intervensi dan evaluasi) untuk pendokumentasian askep di ruangan neurologi menggunakan lembar askep yang diberikan rumah sakit, terdapat adanya satu buku laporan dinas semua shift dan satu buku terapi yang diberikan untuk pasien. berdasarkan observasi kelompok tidak melihatnya struktur organisasi ruangan yang terpajang di ruang neurologi, tidak terdapatnya visi dan misi ruangan, kemudian masih kurang optimalnya dalam melakukan timbang terima keperawatan, pre dan post konferen selama observasi tidak dilakukan, belum optimalnya komunikasi terapeutik yang baik antar perawat dengan pasien seperti pengenalan perawat pada saat pertukaran shift, orientasi pasien/keluarga pada saat baru masuk ruang rawatan. Kemudian untuk sarana belum adanya nama ruangan di masing-masing ruang rawatan, belum adanya stiker pemberitahuan bagi pengunjung seperti contoh “Harap Tenang”, belum adanya pembeda pada pasien dengan resiko jatuh dan yang tidak, tidak terlihat identitas nama pasien di kotak penyimpanan obat hanya terdapat nama ruangan dan nomor tempat tidur. Kemudian tidak ada kotak saran sebagai tempat pasien/keluarga pasien memasukan kritik dan saran selama dirawat di ruang neurologi. Berdasarkan uraian di atas, maka mahasiswa Program Studi Profesi Ners Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi mencoba menerapkan



Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) dengan cara menentukan prioritas masalah berdasarkan analisa SWOT, membuat perencanaan berdasarkan prioritas masalah yang diangkat berdasarkan hasil observasi dan wawancara di ruangan Neurologi RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh. Dengan demikian diharapkan mampu menyelesaikan masalah dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan professional, sehingga mampu memenuhi tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan.



B.



Tujuan 1.



Tujuan Umum Setelah menyelesaikan program profesi manajemen keperawatan, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan



dalam



melaksanakan



Model



Praktek



Keperawatan



Profesional (MPKP). 2.



Tujuan Khusus Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan mahasiswa mampu : 1. Melakukan kajian situasi di ruang rawat inap RS sebagai dasar untuk menyusun rencana strategis atau Plan of Action (POA) 2. Merumuskan masalah sesuai prioritas berdasarkan kajian situasi di ruang rawat inap bersama kepala ruangan 3. Menyusun rancangan strategis atau POA berdasarkan kajian bersama-sama kepala ruangan.



C.



Manfaat Penulisan 1.



Bagi Rumah Sakit Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi petugas kesehatan mengenai pentingnya pelaksanaan fungsi manajemen keperawatan yaitu model praktek keperawatan professional (MPKP).



2.



Bagi Perawat Diharapkan



perawat



dapat



menjalankan



fungsinya



dalam



memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan tupoksi atau rentang kendali di ruangannya ataupun sesuai dengan struktur organisasi yang ada di dalam ruangan Neurologi. 3.



Bagi Mahasiswa Praktek Profesi Ners Sebagai peluang bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu manajemen yang dimilikinya dalam MPKP.



BAB II KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG NEUROLOGI RSU MAYJEN H.A THALIB SUNGAI PENUH



Berdasarkan wawancara dan observasi tanggal 18 s/d 19 Desember 2021 didapatkan hasil sebagai berikut : A. Gambaran Umum RSU mayjen H.A Thalib Sungai Penuh RSU mayjen H.A Thalib Kerinci merupakan satu-satunya Rumah sakit Umum RSU milik Pemerintah Kota Sungai Penuh yang awalnya bernama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang didirikan pada tahun 1953. Rumah sakit ini terletak di jalan Jendral Basuki Rahmat. Status Rumah Sakit ini pada tahun 1972 RSUD Kabupaten Kerinci mengalami perkembangan yang cukup baik pada masa itu sehingga diresmikan RSUD dengan klasifikasi tipe D. Seiring perkembangan zaman dan dalam



usaha memenuhi tuntutan



masyarakat terhadap layanan Rumah Sakit, maka pada tahun 1999 dinaikkan klasifikasi tipe C dengan fasilitas tempat tidur sebanyak 70 buah dan dibangun diatas tanah seluas 70x80x41 Ha. Pada tanggal 11 November 2005, RSUD Kabupaten Kerinci berubah nama menjadi RSU mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci. Kemudian pada tanggal 14 November tahun 2021 ini berubah lagi menjadi RSU mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh dengan fasilitas tempat tidur 102 buah. RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh melayani rujukan bagi 18 Puskesmas, beberapa Klinik dan Rumah Sakit Swasta yang ada di wilayah Kabupaten Kerinci Dan Kota Sungai Penuh. B. Profil dan Kajian Situasi RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh 1. Visi RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh



Menjadi pusat pelayanan Prima dan mampu memberikan pelayanan Paripurna.



2. Misi RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh a. Memberikan pelayanan dengan mengutamakan kepuasan pelanggan b. Mewujudkan pelayanan yang berkualitas c. Mewujudkan SDM yang professional d. Mengembangkan fasilitas rumah sakit e. Mengembangkan sarana dan prasarana f. Menciptakan suasana kerja yang harmonis dalam kebersamaan g. Berperan aktif mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat menuju kerinci sehat.



3. Moto RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh “Kami Memberikan Pelayanan dengan semangat, Kepercayaan diri, keceriaan dan kelembutan”.



4. Sifat, Maksud dan Tujuan RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh a.



Terselenggaranya pelayanan keperawatan prima melalui proses keperawatan



b.



Terciptanya pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat



c.



Terpeliharanya hubungan kerja sama yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan



d.



Terlaksananya pengembangan sumberdaya manusia keperawatan berkelanjutan bagi tenaga keperawatan baik formal maupun non formal sesuai rencana pengembangan tenaga keperawatan



e.



Terciptanya iklim yang menunjang proses belajar dalam kegiatan pendidikan bagi pengembangan tenaga keperawatan.



5. Misi bidang keperawatan a) Memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai standar pelayanan b) Meningkatkan citra keperawatan melalui penerapan etika keperawatan dalam memberikan pelayanan prima c) Menyelenggarakan pelayanan keperawatan prima dan terjangkau seluruh lapisan masyarakat



C. Kajian Situasi di Ruang Neurologi RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh 1. Struktur Organisasi



KEPALA RUANGAN DESI HASRIANTI, Amd.Kep



Bendahara



HAMIDAH, Amd.Kep Ns. ELMIZA VISKA, S.Kep SILMA OKTAVIA, AMK SINTA CITRA DEWI, AMK OKLIS ERLANDO, Amd.Kep Ns. TEK SUGIAR, S.Kep Ns. DODI IRVANTINUS, S.Kep EKA MONALIZA, Amd.Kep ZAURA ELITA, Amd.Kep YEPDIA MELDA, AMK ALI RAHIM, AMK AYU PEPLIDEWI, AMK



2. Karakteristik Ruangan a. Visi dan Misi Ruangan Neurologi Ruangan Neurologi belum memiliki Visi dan Misi Ruangan, tetapi pelaksanaan pengorganisasian dan kegiatan diruangan Neurologi mengacu ke Visi Misi rumah sakit.



b. Sifat Kekaryaan Ruangan 1) Fokus Telaah Di dalam bidang pelayanan fokus telaah ruang Neurologi adalah mencakup semua jenis penyakit pada sistem persarafan. 2) Lingkup Garapan Dalam bidang pelayanan lingkup garapan ruang Neurologi adalah pemenuhan kebutuhan manusia. Berdasarkan  fokus telaah, maka lingkup garapan ruang rawat inap Neurologi adalah



memberikan pelayanan secara terpadu dari berbagai multi disiplin ilmu secara aman, berkualitas dan berkesinambungan dengan segala aktivitas untuk mengatasi gangguan atau hambatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan meningkatkan kualitas hidup yang terjadi akibat masalah atau gangguan persarafan yang dialami oleh orang dewasa dan lanjut usia. 3) Basis Intervensi Basis intervensi ruang rawat inap Neurologi merupakan salah satu bagian dari pelayanan yang mengutamakan pelayanan yang nyaman dan kepuasan yang tinggi kepada pasien sehingga memerlukan pelayanan yang profesional.



c. Model Pelayanan Model



pelayanan keperawatan yang diterapkan di ruangan



Neurologi RSU Mayjen H.A Thalib Sungai Penuh adalah model keperawatan fungsional sistem pemberian asuhan keperawatan berdasarkan fungsi masing-masing misalnya Kepala Ruangan menjalankan fungsinya sebagai kepala ruangan dan anggota/perawat pelaksana menjalankan tugasnya sesuai dengan fungsinya sehingga dalam peklaksanaannya metode yang digunakan hanya inisiatif kerja bersama sesuai kebutuhan pasien dan asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pasien saja. Semua perawat di ruangan bekerja sama dalam shift nya masing-masing.



d. Letak Ruangan



Letak ruangan Neurologi berada di arah timur rumah sakit, berdekatan dengan bagian belakang sebelah kanan ruang IGD.



e. Kapasitas Ruangan Ruangan Neurologi mempunyai ruangan untuk pasien yaitu : Tabel 2.1 Jumlah Ruangan Rawat dan Bed Pasien di Ruang Neurologi NO



Ruangan



Kelas



1



Ruangan Ruangan Laki-laki Ruangan Perempuan



1



Jumlah bed 5 bed



2/3



2 bed



2/3



2 bed



2 3



Berdasarkan tabel diatas terdapat jumlah bed yang ada di ruang Neurologi berjumlah 9 bed pasien.



f. Bagian-bagian ruangan Neurologi : 1) 1 ruangan Dokter 2) 2 Ruangan perawat 3) 1 Ruang penyimpanan stok obat 4) 1 Ruangan penyimpanan berkas 5) 1 ruangan Kepala Ruangan 6) 1 ruangan stasiun perawat 7) 1 Ruang penyimpanan alat 8) 7 Ruang Perawatan



3. Analisis terhadap Pasien a. Karakteristik Karakteristik klien di ruang neurologi



RSU Mayjen H.A



Thalib Kota Sungai Penuh adalah terdiri dari berbagai jenis diagnosa medis antara lain Stroke, Hipertensi, Vertigo, Epilepsi, Parkinson, Hemiparise dan penyakit dalam system persarafan lainnya. Dari berbagai masalah ini pasien dapat diberikan pelayanan keperawatan yang profesional, bermutu, dan unggulan di RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh. Sesuai dengan visi dan misi rumah sakit dan sebagian besar pasien yang dirawat di RSU dengan jaminan BPJS dan pasien umum.



b. Tingkat ketergantungan Tingkat ketergantungan klien diruang neurologi untuk 2 hari rawatan pada tanggal 18-19 Desember 2021 yaitu 5 pasien. Dari 5 pasien tersebut terdapat pasien dengan minimal care 1 pasien dengan parsial care 3 orang pasien total care 1 orang paien .



4. Sumber Daya/ Kekuatan Kerja a. Man (Manusia) 1) Jumlah tenaga keperawatan diruang neurologi adalah 13 orang 2) 3 orang S1 Keperawatan/NERS, 10 orang DIII Keperawatan.



3) Dari 13 orang terdapat 1 orang perawat yang sedang cuti.



b. Non manusia 1) Metode Adapun metode penugasan yang diterapkan diruang Neurologi adalah metode fungsional, yaitu kepala ruangan langsung memilih perawat pelaksana untuk bertugas pada masingmasing shift, kemudian perawat pelaksana bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. 2) Money Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan perawat pelaksana semua keuangan diruangan dikelola sepenuhnya oleh administrasi rumah sakit.Sehingga kebutuhan pengembangan ruangan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan serta permintaan kebutuhan pasien yang sebelumnya diajukan oleh kepala ruangan kepada pihak rumah sakit yaitu untuk masalah meringankan biaya pihak rumah sakit bekerjasama dengan BPJS. Sedangkan keuangan ruangan seperti uang sosial, iuraniuran sederhana untuk kepentingan bersama secara pribadi di ruang neurologi dikelola oleh satu orang bendahara ruangan. 3) Machine Hasil observasi diruang neurologi diperoleh data bahwa terdapat sarana dan prasarana guna mendukung kualitas pelayanan



optimal.Rumah



sakit



telah



memberikan



beberapa



fasilitas



penunjang yang berkaitan dengan perkembangan teknologi misalnya dengan mengadakan peralatan-peralatan medis yang canggih seperti mesin EKG, mesin Suction, Nebulizer ,tabung oksigen, rontgen, laboratorium yang merupakan fasilitas penunjang rumah sakit.



5. Lingkungan Kerja a. Lingkungan fisik Lingkungan ruang neurologi memiliki jendela dan pencahayaan yang baik, terdapat ventilasi. Ruangan neurologi berada di timur rumah sakit, ruang neurologi jauh dari kebisingan. Lingkungan sekitar tampak rapi, blangko askep terletak pada tempatnya yaitu dilemari, lest pasien terletak di troli lest pasien, stok obat terletak di ruang penyimpanan obat, dan alat-alat kesehatan terletak di ruangan penyimpanan alat.



b. Lingkungan non fisik Lingkungan non fisik diruangan dilihat dari sirkulasi udaranya sudah optimal dan pecahayaan sudah baik.



6. Kajian Indikator Mutu Ruangan a. BOR (Bed Occupancy Ratio)



BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada waktu tertentu dimana normalnya adalah 60-85%. Indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit (Depkes RI, 2008) : Rumus: (Jumlah hari rawatan dirumah sakit) ×



100%



(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode) Berdasarkan data dari Rekam Medis RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh tahun 2021, BOR di ruangan Neurologi adalah : Pada Triwulan I : (Jumlah hari rawatan dirumah sakit) ×



100%



×



100%



(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode) 342 hari = x 100 % 9 Bed x 90 hari =



342 x 100 % 810



= 42 % Pada Triwulan II : (Jumlah hari rawatan dirumah sakit) (jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode) 330 hari = x 100 % 9 Bed x 90 hari =



330 x 100 % 810



= 41 %



Hasil perhitungan BOR Triwulan I dan II tahun 2021 didapatkan nilah yaitu 42 % dan 41 %. Nilai ini menurut Depkes masih belum masuk dalam rentang normal. Dari wawancara perawat ruangan Ada beberapa hal yang menyebabkan kurangnya pemanfaatan tempat tidur di ruangan Neurologi salah satunya adalah jumlah pasien yang dirawat pada 6 bulan terakhir ini cendrung menurun berhubungan dengan keadaan pandemic covid-19.



b. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat) ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2008). Rumus : (Jumlah lama dirawat) (Jumlah pasien keluar (hidup + mati) Berdasarkan data dari Rekam Medis RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh tahun 2021, ALOS di ruangan Neurologi adalah : Pada Triwulan I : (Jumlah lama dirawat) (Jumlah pasien keluar (hidup + mati)



=



272 70



= 3,88 = 4 hari



Pada Triwulan II : (Jumlah lama dirawat) (Jumlah pasien keluar (hidup + mati)



=



244 86



= 2,83 = 3 hari



Hasil perhitungan ALOS pada Triwulan I dan II tahun 2021 didapatkan nilai yaitu 4 hari dan 3 hari. Nilai ini menurut Depkes (2008) masih belum masuk dalam rentang normal. Menurut kelompok hal ini terjadi karena adanya pasien pulang dengan keadaan kesehatan yang belum sehat secara optimal dari hasil observasi kelompok ada beberapa pasien yang mengatakan bahwa ingin pulang saja walau keaadaan nya belum sepenuhnya membaik dengan alasan dia ingin berobat ke luar daerah. Kemudian penyebab lain dari hari rawat pasien yang sebentar di ruang neurologi adalah adanya angka kejadian pasien meninggal dalam kurun waktu ≤ 48 jam.



7. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran) TOI menurut Depkes RI (2008) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.



Rumus : ((Jumlah tempat tidur x Periode) – Hari rawatan) (Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) Berdasarkan data dari Rekam Medis RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh tahun 2021, TOI di ruangan Neurologi adalah : Pada Triwulan I : ((Jumlah tempat tidur x Periode) – Hari rawatan) (Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) =



( 9 x 90 ) −342 70



=



468 70



= 7 Hari Pada Triwulan II : ((Jumlah tempat tidur x Periode) – Hari rawatan) (Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) =



( 9 x 90 ) −330 86



=



480 86



= 6 Hari Hasil perhitungan TOI pada Triwulan I dan II tahun 2021 didapatkan nilai yaitu 7 hari dan 6 hari. Nilai ini menurut Depkes (2008) melebih dari rentang normal. Menurut kelompok hal ini sama hal nya dengan BOR yaitu Ada beberapa hal yang menyebabkan lama tenggang



perputaran tempat tidur di ruangan Neurologi salah satunya adalah jumlah pasien yang dirawat pada 6 bulan terakhir ini cendrung menurun berhubungan dengan keadaan pandemic covid-19.



8. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur) BTO menurut Depkes RI (2008) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Rumus : Jumlah pasien dirawat (hidup + mati) Jumlah tempat tidur Berdasarkan data dari Rekam Medis RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh tahun 2021, BTO di ruangan Neurologi adalah : Pada Triwulan I : Jumlah pasien dirawat (hidup + mati) Jumlah tempat tidur



=



71 9



= 8 kali Pada Triwulan II : Jumlah pasien dirawat (hidup + mati) Jumlah tempat tidur



=



87 9



= 10 kali Hasil perhitungan BTO pada Triwulan I dan II tahun 2021 didapatkan nilah yaitu 8 dan 10 kali. Nilai ini menurut Depkes (2008) masih sangat kurang untuk masuk dalam rentang normal. Menurut kelompok hasil ini belum bisa dikatakan dalam rentang tidak normal dikarenakan perhitungan hanya di triwulan I dan II yaitu dari bulan januari sampai bulan juni 2021. Sedangkan menurut teori perhitungan BTO yaitu dalam rentang satu tahun.



9. Analisis Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen a. Perencanaan 1) Visi dan misi Hasil wawancara dengan kepala ruangan, tanggal 18 Desember 2021 didapatkan kepala ruangan mengatakan bahwa visi dan misi ruangan Neurologi belum ada tetapi seluruh kegiatan mengacu pada visi misi rumah sakit RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh. Analisis: Perencanaan (visi dan misi) diruangan Neurologi. 2) Kebijakan organisasi ruangan Jajaran manajerial ruangan memiliki akses secara langsung dengan kepala ruangan, setiap kebijakan kepala ruangan yang



diturunkan sudah melingkupi permasalahan dan aspek yang memperhatikan kepentingan keperawatan. Di ruang neurologi belum adanya struktur organisasi yang optimal dibuktikan dengan hasil wawancara dengan perawat pelaksana yang mengatakan bahwa jajaran diruangan hanya terdapat kepru dan bendahara dan yang lainnya sebagai anggota. Krmudian Hasil wawancara dengan 8 orang perawat yang ada diruangan menyatakan bahwa mereka dilibatkan dalam pengambilan kebijakan oleh kepala ruangan secara langsung terutama yang terkait dengan keperawatan ruangan. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 18 Deseember 2021 ditemukan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah diadakan rapat ruangan secara berkala. Berdasarkan hasil wawancara menyatakan bahwa mereka dilibatkan dalam pengambilan kebijakan oleh kepala ruangan. Analisis: Penerapan kebijakan pengorganisasian ruangan



secara



konsisten. 3) Perencanaan Strategis Organisasi Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan tanggal 18 Desember 2021 bahwa kepala ruangan terlibat dalam perencanaan strategis ruangan dan juga melibatkan secara langsung perawat pelaksana, kepala ruangan juga melibatkan anggota / perawat



pelaksana dalam hal pengambilan keputusan untuk keaikan bersama. Analisis: Potensial penyusunan dan penerapan rencana strategis ruangan.



b. Pengorganisasian 1) Struktur organisasi Dari hasil observasi diruangan pada tanggal 18 Desember 2021 bahwa tidak terlihat adanya struktur organisasi yang terpajang diruang Neurologi. Namun kepala ruangan, dan perawat pelaksana sudah menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya masing-masing. Berdasarkan Wawancara dengan Perawat Ruangan Neurologi menyatakan bahwa perawat telah mengetahui tugas dan perannya, serta melaksanakannya sesuai dengan aturan yang ada. Analisis : Potensial pengorganisasian yang berlaku diruangan. 2) Pengorganisasian perawatan pasien RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh diruangan Neurologi belum menerapkan metode asuhan keperawatan yang optimal. Metode yang digunakan saat ini adalah metode fungsional. Hasil observasi tanggal 18-19



Desember 2021 di ruangan Neurologi terdiri dari 1 kepala ruangan dan selebihnya adalah perawat pelaksana. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 18-19 Desember 2021 perawat bekerja sesuai metode fungsional dan menjalankan tugasnya sesuai dengan perannya masingmasing dan sesuai dengan kebutuhan pasien. Perawat ruangan dapat bekerja sama dengan baik dengan rekan shift masing-masing. Analisa : Potensial penerapan metode keperawatan secara jelas dan optimal



c. Ketenagaan 1) Kebutuhan tenaga Bidang keperawatan dilibatkan dalam perencanaan kebutuhan tenaga perawat diruangan, yang kemudian di seleksi oleh tim rekruitmen rumah sakit. Adanya alur rekruitmen pegawai baru (seleksi ADM test tulis dan tes wawancara Psikotes serta tentang keagamaan) yang dilakukan di RSU Mayjen H.AThalib Kota Sungai Penuh. Dari hasil wawancara kepala ruangan tanggal 18 Desember 2021 mengatakan bahwa perhitungan tenaga keperawatan di ruangan Neurologi berdasarkan jumlah perawat yang ada. Selanjutnya untuk pengembangan karier staf, jenjang



pendidikan tinggi, perawat diberi kesempatan mengikuti seminar atau pelatihan keperawatan yang dilaksanakan setiap tahun dan kepala ruangan juga menyatakan bahwa rumah sakit telah memberikan kebijaksanaan kepada perawat ruangan untuk mengikuti kesempatan melanjutkan pendidikan. 2) Ketersedian tenaga Jumlah perawat di ruang neurologi sebanyak 13 orang dan sedang cuti 1 orang perawat. Analisa : Potensial kekurangan perawat di ruangan neurologi



Tabel 2.2 Karakteristik Tingkat Pendidikan Perawat di ruangan Neurologi RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh No 1. 2.



Tingkatan Pendidikan



Frekuensi (f)



D III keperawatan S 1 keperawatan/ners Jumlah



10 3 13



Persentase (%) 77 23 100



Tabel 2.3 Jumlah Tenaga Perawat Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Tanggal 18-19 Desember 2021 Tingkat Jumlah ketergantungan



Pagi pasien



Pasien



Siang



Malam



Total



1 pasien



1 x 0,36 = 0,36



1 x 0,30 = 1,73



1 x 0,9 = 0,9



Parsial



3 pasien



3 x 0,81 = 2,43



3 x 0,45 = 1,29



3 x 0,14 = 0,42



Minimal



1 pasien



1 x 0,17 = 0,17



1 x 0,14 = 0,14



1 x 0,10 = 0,10



Jumlah



5 pasien



2,96



0,79



1,42



3 perawat



1 perawat



1 perawat



Jumlah tenaga perawat



Jadi, jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan untuk perhari bertugas di Ruang Neurologi pada tanggal 18 dan 19 desember 2021 berjumlah 5 orang. Berdasarkan hasil observasi, didapatkan bahwa jumlah perawat pershif sesuai dengan perbandingan jumlah pasien. Hasil ini sesuai dengan hasil wawancara dengan kepala ruangan dimana menyatakan bahwa jumlah perawat pershift yaitu pada shift pagi biasanya 3 orang perawat pelaksana ditambah 1 orang kepala ruangan, 2 orang shift siang, dan 2 orang shift malam sesuai dengan perbandingan jumlah pasien. Analisis: Potensial peningkatan mutu dan jumlah ketenagaan 3) System Reward dan Punishment Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan dan perawat pelaksana tanggal 18 Desember 2021 didapatkan bahwa reward tidak ada diberikan. Baik dari kepala ruangan maupun dari rumah sakit. Analisis: Potensial meningkatkan mekanisme pemberian reward dan punishment. 4) Pengarahan dan pengawasan a)



Kegiatan overan



Prosedur overan setiap pergantian shift, dari hasil wawancara dengan kepala ruangan dan perawat pelaksana pada tanggal 18-19 Desember 2021 timbang terima dilakukan setiap pergantian shift dinas. Perawat pelaksana mengatakan bahwa operan diruang neurologi adalah berdasarkan keadaan pasien, pasien dengan total care maka perawat melakukan timbang terima langsung di kamar rawatan namun untuk pasien dengan minimal care dan persial care maka sistim timbang terima dilakukan hanya di ruang rawatan. Hasil observasi oleh kelompok didapatkan bahwa perawat di ruang neurologi melakukan operan pergantain shift dinas sesuai dengan keadaan pasien. Analisis: Kegiatan dan pelaksanaan overan belum optimal



b)



Kegiatan Ronde Keperawatan Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh kelompok tanggal 18-19 Desember 2021 belum ada melakukan ronde keperawatan diruang neurologi. Analisis:



Potensial



Peningkatan



kegiatan



ronde



keperawatan. c)



Kolaborasi dan Koordinasi Hasil wawancara dengan kepala ruangan dan perawat pelaksana tanggal 18 Desember 2021 menyatakan



bahwa rapat hanya dilakukan pada saat ada masalah saja untuk mencari jalan keluar, dilakukan pada saat ada sesuatu yang memang perlu untuk didiskusikan bersama-sama seperti mengambil keputusan unuk kepentingan bersama agar tidak terjasi adanya cemburu sosial antar perawat. Analisis: Peningkatan kolaborasi dan koordinasi dalam rapat rutin d)



Motivasi Kerja Perawat Berdasarkan hasil observasi tanggal 18 Desember 2021



bahwa



motivasi



selalu



diberikan



dalam



hal



peningkatan kinerja kepada perawat pelaksana. Dari hasil observasi diruangan didapatkan data bahwa motivasi perawat cukup baik terlihat dari kehadiran perawat datang tepat waktu sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Analisis : Potensial Peningkatan motivasi kerja perawat.



5) Pengendalian a) Program Pengendalian Mutu Berdasarkan



hasil



Observasi



dan



wawancara



diruangan neurologi tanggal 18 dan 19 Desember 2021 bahwa RSU Mayjen H.A Thalib Kota Sungai Penuh sudah mempunyai program pengendalian mutu yaitu yang terdiri dari :



1. Angka tidak terpasangnya stiker kuning dan segitiga kuning pada pasien resiko jatuh 2. Angka tidak adanya identitas pasien di bad untuk membedakan identitas 3. Angka tidak adanya identitas pasien di kotak obat Sedangkan mutu rawat inap yaitu assessment awal keperawatan. Analisis: Potensial peningkatan kegiatan pengendalian mutu pelayanan keperawatan. b) Pengembangan Standar (SPO ) Hasil observasi bahwa SPO sudah ada diruangan masing-masing, Berdasarkan hasil wawancara perawat menyatakan telah melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan SPO yang ada. Analisis : optimalnya pelaksanaan SPO diruangan. c) Dokumentasi Proses Keperawatan Standar kebijakan



atau



dokumentasi garis



keperawatan



penentuan



terhadap



merupakan tindakan



keperawatan yang diberikan ukuran atau model terhadap hal yang sama yang tepat dan dengan akurat ( Depkes 1995 dalam Nursalam, 2011 ). Dari hasil observasi didapatkan data bahwa 100% perawat melakukan pendokumentasian rencana asuhan



keperawatan setiap pergantian shift. Hasil observasi sudah terdapat format pendokumentasian keperawatan dan dari 5 status yang di observasi didapatkan hasil dari point pengkajian,



diagnose



keperawatan,



intervensi,



implementasi, dan evaluasi.(bedasarkan standar asuhan keperawatan menurut Depkes 1995, Dalam Nursalam 2011) sudah dilakukan secara konsisten dan benar menggunakan format pendokumentasian askep yang sudah ditetapkan di Rumah Sakit. Analisis: optimalnya pendokumetasian asuhan keperawatan di ruang neurologi d) Kepuasan Pasien Hasil dari wawancara diruang kelas I, II/III Neurologi didapatkan hasil bahwa 5 orang keluarga pasien menyatakan perawat bersikap sopan dan ramah dan selalu memperhatikan keluhan pasien, perawat tidak menjelaskan peraturan dan tata tertib di rumah sakit pada saat pasien baru masuk rumah sakit, perawat hanya menjelaskan tentang jam besuk dan dokter penanggung jawab, perawat meminta persetujuan kepada pasien atau keluarga sebelum melakukan tindakan, pasien menyatakan perawat ruangan dalam melakukan tindakan sudah terampil dan percaya diri, dan



dari



wawancara



tersebut



didapatkan



bahwa



pasien/keluarga pasien di ruangan kelas I, II, III menyatakan puas atas pelayanan rumah sakit terutama di rauang neurologi. Bedasarkan hasil observasi tanggal 18-19 Desember 2021 terdapat 2 orang pasien baru masuk dan tenaga keperawatan ada 2 orang. Dari 2 orang perawat didapatkan 1 orang perawat yang menerima pasien. Dari 1 orang perawat yang menerima pasien perawat tidak melakukan layanan



orientasi



kepada



pasien/keluarga



seperti



menjelaskan ruangan dan fasilitas, rutinitas ruangan, (waktu mandi, waktu makan, dan jadwal pembersihan ruangan), kebijakan rumah sakit, perawat tidak menjelaskan tentang cara cuci tangan, waktu kunjungan, larangan membawa anak-anak, jumlah penunggu di ruangan pasien dan penkes saat pasien pulang. Berdasarkan hasil wawancara pasien menyatakan tidak diajarkan bagaimana cara ke WC dalam keadaan tangan terpasang infus,dll dan hanya menyatakan dijelaskan tentang jam besuk dan dokter penanggung jawab. Analisis : Belum optimalnya pelayanan orientasi pada pasien baru masuk.



BAB III ANALISA SWOT DAN PERENCANAAN A.



ANALISA SWOT



33



NO



FAKTOR INTERNAL Strenght/ Kekuatan



1.



Pengarahan



Weakness/Kelemahan



FAKTOR EKSTERNAL Opportunity/



Threatened/



Peluang



Ancaman



Masalah manajemen



dan



Pengawasan 



Kepuasan



pasien



(pelayanan) 



P



erawat



yang



melakukan kegiatan overan sesuai



dengan



SOP  0%



5 perawat



melakukan 2.



kegiatan overan. Pengendalian 



K



epuasan



pasien



(pelayanan)  0%



5 perawat



melakukan asuhan keperawatan saat masuk



34 



5



0% metode tim



B.



DAFTAR MASALAH 1. Belum optimalnya kegiatan dan pelaksanaan overan 2. Belum optimalnya penggunaan metoda tim dalam pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat inap, 3. Belum optimal pelaksanaan pengurangan resiko jatuh di ruangan. 4. Belum optimalnya dalam penyimpanan obat pasien sesuai identitas



C.



PRIORITAS MASALAH Penentuan urutan masalah yang menjadi prioritas dilakukan perhitungan dengan pembobotan pada setiap masalah yang ditemukan. Proses memprioritaskan masalah yang akan dilakukan dengan pembobotan yang memperhatikan aspek sebagai berikut : 1) Magnitude (M) Kecendrungan dan seringnya kejadian masalah 2) Severity (S) Besarnya kerugian yang ditimbulkan 3) Manageable (Mn) 35



Bisa dipecahkan 4) Nursing Consern (Nc) Melibatkan perhatian dan pertimbangan perawat 5) Affordability (A) Ketersediaan sumber daya



Aspek – aspek diatas dapat diukur dengan cara 1) Magnitude/prevalensi masalah yaitu apabila masalah tersebut lebih banyak ditemukan (prevalensi tinggi) 2) Severity/akibat yang ditimbulkan yaitu apabila akibat yang ditimbulkan suatu masalah lebih serius 3) Manageable/bisa dipecahkan yaitu apabila masalah yang ada di yakini dapat dipecahkan (menentukan jalan keluar) 4) Nursing concern/keterlibatan perawat jika masalah tersebut akan selalu melibatkan dan memerlukan pertimbangan perawat 5) Affordability/keterbatasan sumber daya yaitu adanya sumber daya yang mencakup dana, sarana dan tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah



36



Dengan rentang nilai 1-5 yaitu : 5=sangat penting, 4=penting, 3=cukup penting, 2=kurang penting, 1=sangat kurang penting. dimana yang terjadi prioritas adalah masalah dengan nilai atau skor paling besar. Skor akhir dirumuskan dengan cara M x S x Mn x Nc x Af



PRIORITAS MASALAH MANAJEMEN KEPERWATAN dengan PSBN di RUANGAN NEUROLOGI RSU MAYJEN H.A THALIB KERINCI



No MASALAH 1.



Belum



optimalnya



M kegiatan



S



Mn



Nc



Af



SKOR



Masalah prioritas



dan



37



2.



pelaksanaan overan Belum optimalnya penggunaan metoda tim dalam pemberian asuhan keperawatan di ruang rawat inap,



1.



Belum optimal pelaksanaan pengurangan



2.



resiko jatuh di ruangan. Belum optimalnya dalam penyimpanan obat pasien sesuai identitas



Hasil pembobotan ini adalah hasil sementara yang akan disepakati saat presentasi awal bersama pihak rumah sakit. Metode pembobotan didapatkan urutan prioritas masalah berdasarkan skor yang paling besar dan atas dasar pertimbangan waktu, keterbatasan sumber daya dan kewenang, maka masalah yang akan diatasi terlebih dahulu adalah: a.



Belum optimal pelaksanaan pengurangan resiko jatuh di ruangan.



b.



Belum optimalnya dalam penyimpanan obat pasien sesuai identitas



38