Lomba Scientific Essay Kofein 2021 Fakultas Farmasi Universitas Airlangga [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LOMBA SCIENTIFIC ESSAY KOFEIN 2021 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA Edukasi Pada Pasien Asma Tentang Penggunaan Obat Dan Healthy Lifestyle dengan aplikasi KONEDU Selama Pandemi Covid-19



Lusi Ismayanti PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA



Covid-19 adalah sebutan penyakit menular yang disebabkan oleh jenis Coronavirus jenis baru, yang terjadi pertama kali di Wuhan, Tiongkok, pada bulan Desember 2019 yang lalu (World Health Organization, 2020). Covid-19 ini sudah menyebar ke berbagai negara di dunia, jumlah kasus Covid-19 yang terkonfirmasi di dunia ada 45,6 juta kasus,  di Indonesia ada 415.000 kasus dan 3.851 terkonfirmasi positif di DIY, serta sudah tercatat 14.044 angka kematian di Indonesia sampai periode 02 November 2020 (Kementrian kesehatan, RI. 2020). Penyebab kematian terbanyak akibat Covid-19 disebabkan karena adanya penyakit pneumonia dan penyakit penyerta yang dimiliki oleh pasien sebelumnya seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus, dan hipertensi. Penyebab kematian lainnya terjadi pada orang yang rentan terhadap Covid-19 yaitu lansia yang memiliki penyakit kronis penyerta tersebut ( Johns Hopkins University). Coronavirus ini merupakan virus yang menyerang sistem pernapasan. Penderita asma memiliki kemungkinan besar mengalami gejala yang sama dan gejala tersebut lebih nampak dengan jelas daripada orang lain. Namun, coronavirus sama seperti virus pernapasan lainnya dapat membuat gejala asma yang dialami bertambah buruk serta berpotensi mengalami serangan asma yang mengancam nyawa. World Health Organization juga mencantumkan penyakit asma, bersama dengan diabetes serta penyakit jantung sebagai kondisi yang membuat seseorang lebih rentan menjadi sakit parah akibat coronavirus. Asma adalah penyakit saluran permafasan dengan dasar inflamasi kronik yang mengakibatkan obstruksi dan hipereaktivitas saluran respiratori. Manifestasi klinis asma dapat berupa batuk, wheezing, sesak napas, dada tertekan yang timbul secara kronik atau berulang, reversibel, cenderung memberat pada malam atau dini hari, dan biasanya timbul jika ada pencetus.Diagnosis asma pada praktik sehari – hari ditentukan berdasarkan gejala yang khas. Beberapa pemeriksaan seperti uji bronkodilator dapat meningkatkan akurasi diagnosis. Pedoaman tata laksana asma pada anak juga bervariasi antar negarasatu dengan lainnya, tata laksana harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu (Saheb, 2011). Dalam



rangka



upaya



penanggulangan



dilakukan



penyelenggaraan



kekarantinaan kesehatan sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor



6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Indonesia saat ini sudah semakin meningkat dan meluas lintas wilayah dan lintas negara yang diiringi dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian. Peningkatan tersebut berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia, sehingga diperlukan percepatan penanganan Covid-19 dalam bentuk tindakan Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka menekan penyebaran Covid-19 semakin meluas. Tindakan tersebut meliputi pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Covid-19 termasuk pembatasan terhadap pergerakan orang dan/atau barang untuk satu provinsi atau kabupaten/kota tertentu untuk mencegah penyebaran Covid-19 (Permenkes, 2020). Centers for Disease Control and Prevention (CDC), beranggapan bahwa penderita asma sedang hingga berat berisiko lebih tinggi mengalami sakit parah akibat Covid-19. Pasien dengan kondisi mendasar yang melibatkan paru-paru seperti asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan bronkitis kronis lebih berisiko mengembangkan pneumonia dan sindrom pernapasan akut terkait Covid19. Penderita asma harus lebih kritis terhadap pemahaman gejala yang mirip Covid-19 dan apa yang harus di lakukan jika gelaja tersebut muncul. Obat untuk penderita asma sangat bervariasi, namu sampai sekarang tidak ada bukti obat asma yang digunakan untuk mencegah gejala steroid inhalasi, steroid oral, montelukast, dan biologik dapat meningkatkan risiko tertular Covid19. Namun, studi yang diterbitkan dalam Jurnal Endocrine Society's Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism mengungkap fakta baru. Dalam studi itu dijelaskan bahwa seseorang yang menggunakan hormon steroid (glukokortikoid) untuk kondisi asma, alergi, dan radang sendi tidak dapat memunculkan respons stres yang normal dan berisiko tinggi jika terkena virus corona. Jadi penderita asma tidak selalu beresiko terkena covid, namun penderita asma yang terkena covid akan beresiko memperparah keadaanya penderita karena sama sama menyerang paru-paru (Nunung, 2020). Penderita asma dapat meminimalisir tanda dan gejala yang sama dengan Covid-19, edukasi yang dapat diberikan terhadap penderita asma adalah



memberitahukan kepada penderita asma agar tidak meninggalkan obat asma. Penderita asma harus terus menggunakan inhaler asma setiap hari sesuai resep. Inhaler akan membantu mengurangi risiko serangan asma yang dipicu oleh virus pernapasan, termasuk virus corona. Pasien juga harus memastikan memiliki persediaan obat asma yang banyak, termasuk inhaler perawatan dan penyelamatan. Penderita asma juga harus rajin berkonsultasi dengan pakar kesehatan lewat telepon untuk mempertahankan kontak rutin dan janji temu ahli alergi mereka Penderita asma juga dapat mengelola stres, karena dapat menjaga sistem kekebalan tubuh kita, dan orang-orang dengan asma bisa sangat stres mengetahui risiko mereka terkena komplikasi Covid-19 dapat meningkat. Pasien biasanya tahu pemicu asma mereka. Menyadari hal itu dapat membantu mereka mengelola atau bahkan menghindari serangan. Selain menggunakan mekanisme koping, banyak penderita asma telah berusaha untuk mengurangi stres, seperti olahraga, makan sehat, dan meditasi. Dengan adanya masalah ini perlu diadakanya konsultasi dan pemberian petunjuk gratis penggunaan obat melalui aplikasi KONEDU (konsultasi dan edukasi) kepada pasien asma yang akan menanyakan keluhanya atau bertanya tentang obat dan tanda-tanda komplikasi lainya. Sebagian besar masyarakat di Indonesia sudah menggunakan gadget dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan KONEDU ini akan sangat membantu penderita memperoleh akses informasi secara cepat dan tanggap. Aplikasi KONEDU ini akan tersedia dalam playstore pada gadget setiap orang, penderita asma hanya perlu mendownload dan menginstal lalu membuka aplikasi KONEDU ini kapan pun dimanapun mereka berada. Aplikasi KONEDU ini menyediakan layanan informasi tentang Covid-19 yang langsung tersambug ke pusat informasi Covid-19 Kemenkes RI. Selain menyediakan informasi mengenai Covid-19 ini aplikasi KONEDU ini juga berkerja sama dengan dokter-dokter umum bahkan Dokter spesialis yang dapat dimintai informasi terkait keluhan klien. Pasien asma yang curiga bahwa dirinya terkena gejala mirip Covid-19 ini harus segera melakukan konsultasi dan bertanya apa saja yang harus mereka



lakukan kepada dokter dalam waktu yang singkat dan pada saat mereka berada di tempat jauh dari perkotaan sekalipun. Menggunakan aplikasi KONEDU secara cepat juga dapat meminimalisir resiko dan komplikasi yang akan terjadi kepada mereka pula. Jika pasien tersebut sudah mempunya obat rutin pasien tersebut juga dapat bertanya tentang penggunaan lanjut atau tidaknya. Aplikasi KONEDU ini juga tersambungkan ke aplikasi jual beli obat ke apotek yang sudah berkerja sama. Aplikasi KONEDU ini juga tersambung dengan aplikasi pengiriman barang, seperti yang sudah banyak digunakan masyarakat saat ini. Setalah berkonsultasi dengan dokter dan ketika disarnkan peggunaan obat, maka pasien tinggal mengirim catatan obat yang sudah diresepkan kepada apotek dan apotek bisa mengantar melalui pengiriman barang cepat seperti GOJEK dll. Pengunaan aplikasi KONEDU ini sangat efektif digunakan untuk pasien karena di rumah pun pasien sudah mendapatkan pelayanan yang sangat komplit. Tanpa pergi ke luar rumah dan meperparah resiko, pasien hanya perlu mengisolasikan



dirinya



di



rumah



dan



menunggu



obat



datang



lalu



mengkonsumsiya hingga gejala yang memperparah dan menunjukkan gejala Covid-19 bisa berkurang dan menghilang. Itulah keuntungan yang bisa didapat dengan menggunakan aplikasi KONEDU.



Sumber : 1. Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2020. “CDC’s Diagnostic Multiplex Assay for Flu and COVID-19. 2. Hasrul M. 2020. “Aspek Hukum Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (Psbb) Dalam Rangka Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)” Fakultas Hukum Universitas Hassanuddin. Vol. 3. 3. Johns Hopkins University. 2020. “Corona virus resource center” https://coronavirus.jhu.edu/map.html. [Diakses 13 Mei 2020]. 4. Kementrian Kesehatan RI. 2020. https://www.covid19.go.id/situasivirus-corona/. [Diakses 03 Mei 2020]. 5. Nunung dan Salma, 2020. “Analisis Pengaruh Tingkat Kematian Akibat Covid-19 Terhadap Kesehatan Mental Masyarakat Di Indonesia” UNPAD. Jurnal Pekerja Sosial Vol 3. No 1. Halm 16-28. 6. Ray Jl. 2020. “The Medical Journal of Australia – Preprint only – 6 April 2020 From SARS to COVID-19” : The Singapore Journey. 7. Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung : CV medika. 8. World Health Organization. (2014). Noncommunicable diseases country profiles. WHO: Geneva. 9. Keputusan menteri kesehatan RI Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian penyakit asma, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; (2020)



Nama



: Lusi Ismayanti



Institusi



: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Notokusumo Yogyakarta



NIM



: 2920183304