LP ABP Fixx [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ANTE PARTUM BLEEDING (APB) 1.1



Pengertian Pendarahan Antepartum Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan di atas 24 minggu sampai kelahiran. Perdarahan pada kehamilan merupakan penyebab utama kematian maternal dan perinatal, berkisar 35% (Amokrane, 2016). Ada beberapa penyebab perdarahan selama kehamilan. Meskipun demikian, banyak keadaan penyebab spesifiknya tidak diketahui. Pada kehamilan lanjut, perdarahan pervaginam yang cukup banyak dapat terjadi akibat terlepasnya plasenta dari dinding rahim (solusio plasenta), dan robeknya implantasi plasenta yang menutupi sebagian atauseluruhnya dari jalan lahir (plasenta previa) (Amokrane, 2016). Hipervolemi kehamilan dalam keadaan normal meningkatkan volume darah sebesar 30-60%, atau sekitar 1000-2000 ml untuk perempuan berukuran rata-rata. Hal ini berarti bahwa pengeluaran darah dalam rentang tersebut selama persalinan dapat ditoleransi secara fisiologis dan tanpa menyebabkan penurunan hematokrit pascapartus yang bermakna (Gant, 2016).



1.2



Etiologi Pendarahan Antepartum Perdarahan obstetrik adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempatimplantasi plasenta atau trauma saluran genetalia dan struktur sekitarnya. Perdarahan dari tempat perlekatan plasenta diperkirakan sekitar 600 ml per menit darah mengalir ke ruang antar vili yang membentuk kompartemen plasenta. Sehingga menyebabkan alirandarah dari dan ke arteri atau vena menjadi terputus (Gant &Cunningham, 2016). Penyebab langsung dari pelepasan plasenta karena pecahnya pembuluh maternal pada desidua basalis yang terletak antarmuka vili plasenta. Perdarahan dapat juga terjadi pada fetoplasenta sehingga terjadi pengumpulan darah di rahim (Sheiner, 2017). Selain itu juga disebabkan



oleh pemuluh darah di saluran reproduksi yang robek di korpus uterus. Obat-obat oksitosik dan pemijatan uterus untuk merangsang kontraksi miometrium tidak efektif untuk mengontrol perdarahan. Gangguan berat pada mekanisme pembekuan darah sebagai konsekuensi dari kelainan obstetrik dapat memperparah perdarahan obstetrik. Bardasarkan pengamatan bahwa abrupsio plasenta dan kelainan lain pada kehamilan berkaitan dengan hipofibrinogenemia



(koagulasi



intravaskular



diseminata)



(Gant



&Cunningham, 2016). I.3



Klasifikasi Pendarahan Antepartum Klasifikasi APB dibagi menjadi 2 : 1. Bersumber dari kelainan placenta meliputi a. Placenta previa b. Solution placenta c. APB yang belum jelas sumbernya : insersio, velamentosa roptum sinus marginalis, plasenta sirkum vakita 2. Tidak bersumber dari kelainan placenta, biasanya tidak begitu berbahaya misalnya : kelainan serviks dan vagina (polip, erosio, varises yang pecah) serta trauma. Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim (Cunningham, et al, 2006). Menurut Gant (2011), klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu atau derajat abnormalitas tertentu : a. Plasenta previa totalis : bila ostium internal serviks seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta. b. Plasenta previa parsialis : ostium internal serviks bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta. c. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir.



d. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan jalan lahir



Klasifikasi lain dari plasenta previa adalah sebagai berikut6 : 1. Tipe I : tepi plasenta melewati batas sampai segmen bawah rahim dan berimplantasi < 5 cm dari ostium uteri internum 2. Tipe II : tepi plasenta mencapai pada ostium uteri internum namun tidak menutupinya 3. Tipe III : plasenta menutupi ostium uteri internum secara asimetris 4. Tipe IV : plasenta berada di tengah dan menutupi ostium uteri internum Tipe I dan II disebut juga sebagai plasenta previa minor sedangkan tipe III dan IV disebut plesanta previa mayor. I.4



Patofisiologi



Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari plasenta previa. Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga, akantetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim akan lebih melebar lagi, dan leher rahim mulai membuka. Apabila plasenta atau ari-ari tumbuh pada segmen bawah rahim, pelebaran segmen bawah rahim dan pembukaan leher rahim tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding rahim. Pada saat itulah mulai terjadi perdarahan. Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dan dinding rahim atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan



serabut otot segmen bawah rahim untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal, makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi (Winkjosastro, 2015). Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan : 1. Letak janin yang tidak normal, menyebabkan persalinan akan menjadi tidak normal 2. Bila ada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat menyebabkan terjadinya prolaps funikuli 3. Sering dijumpai inersia primer4)Perdarahan (Mochtar, 2011) I.5



Pathway/ W.O.C (Terlampir)



I.6



Manifestasi Klinis Gejala utama dari plasenta previa adalah timbulnya perdarahan secara tiba-tiba dan tanpa diikuti rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak berbahaya tapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari pada sebelumnya apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun perdarahannya dikatakan sering terjadi pada triwulan ketiga akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggukarena sejak saat itu bagian bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.Pada plasenta previa darah yang dikeluarkan akibat pendarahan yang terjadi berwarna merah segar, sumber perdarahannya ialah sinus rahim yang terobek karena terlepasnya ari-ari dari dinding rahim. Nasib janin tergantung dari bahayanya perdarahan dan hanya kehamilan pada waktu persalinan (Winkjosastro, 2017). Tanda dan gejala plasenta previa antara lain : 1)



Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit pada trimester ke-3



2)



Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan S.B.R



3)



Perdarahan dapat terjadi sedikit atau banyak sehingga menimbulkan gejala



4)



Perdarahan berwarna merah segar



5) I.7



Letak janin abnormal



Pemeriksaan Penunjang Untuk menentukan penanganan yang tepat, guna mengatasi perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa. Perlu dilakukan beberapa langkah pemeriksaan. 1) Pemeriksaan luar Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan letak janin 2) Pemeriksaan inspekulo Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sumber terjadinya perdarahan 3) Penentuan letak plasenta tidak langsung Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui secara pasti letak plasenta atau ari-ari. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dangan radiografi, radioisotopi dan ultrasonografi. 4) Penentuan letak plasenta secara langsung. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya dan jenis plasenta previa dan pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan secara langsung meraba plasenta melalui kanalis servikalis (Winkjosastro, 2017).



I.8



Penatalaksanaan Setiap perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan di atas 22 minggu harus dianggap penyebabnya adalah plasenta previa sampai ternyata dugaan itu salah. Penderita harus dibawa ke rumah sakit yang fasilitasnya cukup. Ada 2 cara penanganan yang bisa dilakukan : 1) Terapi ekspektatif atau sikap menunggu Tujuannya adalah supaya janin tidak terlahir sebelum waktunya dan tindakan yang dilakukan untuk meringankan gejala-gejala yang diderita. Penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis.Syarat-syarat bisa dilakukannya terapi



ekspektatif adalah kehamilan belum matang, belum ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum Ibu cukup baik dan bisa dipastikan janin masih hidup. Tindakan yang dilakukan pada terapi ekspektatif adalah rawat inap, tirah baring dan pemberian antibiotik, kemudian lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk memastikan tempat menempelnya plasenta, usia kehamilan letak dan presentasi janin bila ada kontraksi. Berikan obat-obatan MgSO4 4 gr IV, Nifedipin 3 x 20 mg/hari, betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru-paru janin. Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada di sekitar ostium uteri internum maka dugaan plasenta previa menjadi jelas. Sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat (Manuaba, 2016). 2) Terapi Aktif atau Tindakan Segera Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak harus segera dilaksanakan secara aktif tanpa memandang kematangan janin. Bentuk penanganan terapi aktif a) Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan Ibu dan anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian. b) Memecahkan



ketuban



di



atas



meja



operasi



selanjutnya



pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut c) Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup d) Pertolongan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan yang paling banyak dilakukan (Manuaba, 2016). I.9



Komplikasi 1. Harus menjalani persalinan prematur 2. Terbentuknya gumpalan di pembuluh darah 3. Kerusakan ginjal akut



4. Perdarahan postpartum 5. Plasenta akreta atau plasenta yang tumbuh terlalu dalam ke dalam rahim



6. Anemia 7. Infeksi 8. Gangguan psikologis I.10 Proses Keperawatan 1.1.1 Pengkajian 1. Identitas Umum Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya 2. Keluhan Utama Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28 minggu. 3. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan dahulu a.



Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti seksio sasariacurettage yang berulang-ulang



b. Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami penyakitmenular seperti hepatitis. c.



Kemungkinan pernah mengalami abortus



4. Riwayat kesehatan sekarang a.



Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan



b. Perdarahan tanpa rasa nyeri c.



Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu.



5. Riwayat kesehatan keluarga a.



Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya



b. Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini. c.



Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.



d. Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan penyakit menular.



6.



Riwayat kehamilan dan persalinan a.



Multigravida



b. Kemungkinan abortus c. 7.



8.



Kemungkinan pernah melakukan curettage



Pemeriksaan Umum a.



Suhu Tubuh



b.



Tekanan darah



c.



Pernafasan



d.



Nadi



Pemeriksaan fisik a.



Kepala : seperti warna, keadaan dan kebersihan



b.



Muka : biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.



c.



Mata : biasanya konjugtiva anemis



d.



Thorak : biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan



e.



Abdomen Inspeksi : terdapat strie gravidarum



f.



Palpasi : 1) Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih rendah 2) Leopoid II : Sering dijumpai kesalahan letak 3) Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul 4) Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul Perkusi : Reflek lutut +/+ 5) Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120-160x per menit 6) Genetalia : biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda 7) Ekstremitas : Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin.



9.



Pemeriksaan Penunjang Laboratorium



1.1.2 Diagnosa Keperawatan a.



Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisik (D.0077)



b. Risiko syok berhubungan dengan hipoksia (D0039) c.



Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post op (D.0054)



d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080) e.



Resiko gangguan perlekatan brhubungan dengan perpisahan anatara ibu dan bayi (D.0128)



1.1.3 SLKI DAN SIKI N O 1



SDKI Nyeri



SIKI



akut Tujuan :



berhubunga n



SLKI



Manajemen Nyeri



Setelah dilakukan asuhan keperawatan



dengan selama 3×24 jam masalah dapat teratasi



agen



Tingkat nyeri (L.08066)



pencederaan fisik (D.0077)



Kriteria Hasil



(1.08238) 1. Identifikasi lokasi,



SA



ST



karakteristik,



Keluhan nyeri



1



4



durasi, frekuensi,



Gelisah



2



5



kualitas,



Ketegangan Otot



2



5



intensitas nyeri



Keterangan :



2. Identifikasi skala



1 : Meningkat



nyeri



2



: Cukup meningkat



3



: Sedang



pengaruh nyeri



4



: Cukup menurun



pada kualitas



5



: Menurun



hidup



3. Identifikasi



4. Fasilitasi istirahat dan tidur 1. Kolaborasi 2.



Resiko syok Tujuan :



pemberian obat Manajemen syok



berhubunga



(1.02048)



n



Setelah dilakukan asuhan keperawatan



dengan 3×24 jam masalah keperawatan dapat



1. Monitor status



hipoksia



tertasi



kardiopulmonal



(D.0039)



Tingkat syok (L.03032)



(frekuensi dan



Kriterian



SA



ST



kekuatan nadi, frekuensi napas,



Hasil Tingkat



3



5



kesadaran Saturasi



3



5



oksigen Pucat 2 Keterangan :



5



TD, MAP) 2. Berikan oksigen untuk mempertahankan



1 = Tingkat Kesadaran



saturasi oksigen



2



= Cukup menurun



>94%



3



= Sedang



4



= Cukup meningkat



5



= Meningkat



3. Berikan posisi syok 4. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1-2L pada



3



Gangguan



Tujuan:



dewasa Dukungan Mobilisasi



mobilitas



Setelah dilakukan asuhan keperawatan



(1.05173)



fisik



3×24 jam masalah keperawatan dapat



berhubunga



tertasi



n



adanya nyeri atau



dengan Mobilitas Fisik (L. 05042)



nyeri



post



op ditandai dengan nyeri saat bergerak (D. 0054)



Kriteria



keluhan



SA



ST



hasil Pergerakan



2



5



ekstremitas Rentang



2



5



fisik



lainnya 2. Monitor



gerak (ROM) Kelemahan



1. Identifikasi



kondisi



umum



selama



melakukan mobilisasi 3. Fasilitasi



3



5



fisik



melakukan pergerakan 4. Anjurkan melakukan mobil;isasi dini 5. Ajarkan mobilisasi sederhana



4



Ansietas



Tujuan :



berhubunga



Setelah dilakukan asuhan keperawatan



n krisis



yang



harus dilakukan 1. Tentukan tingkat ansietas klien dan



dengan selama 3×24 jam masalah dapat teratasi



sumber masalah.



Tingkat Ansietas (L.09093)



Mendorong klien



situasional



Kriteria



(D.0080)



hasil Verbalisasi



ST



ST



untuk mengungkapkan



2



4



kebingunga



kebutuhan dan harapan yang



n Frekuensi



1



5



nadi Perilaku



2



5



gelisah Keterangan : 1 : Meningkat



tidak terpenuhi. 2. Dorong keberadaan partisipasi dari pasangan 3. Bantu klien



6



: Cukup meningkat



dalam



7



: Sedang



mengidentifikasi



8



: Cukup menurun



mekanisme



9



: Menurun



koping yang lazim dan perkembangan strategi koping baru jika dibutuhkan 4. Mulai kontak dengan klien dengan segera mungkin 5. Berikan informasi yang akurat tentang keadaan klien



DAFTAR PUSTAKA



Amokrane, N., Allen, ERF., Waterfield, A., Datta, S. 2016. Antepartum Haemorrhage.Published



on



2016



by



Elsevier



Ltd.



http://dx.doi.org/10.1016/j.ogrm.2015.11.009. Gant, NF., Cunningham, FG. 2011. Dasar-Dasar Ginekologi dan Obstetrik. Jakarta: EGC. Gant, NF., Cunningham, FG. 2016. Dasar-Dasar Ginekologi dan Obstetrik. Jakarta: EGC. PPNI. (2017). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator Diagnostik Keperawatan. Edisi 1. Cetakan III. Jakarta: DPP PPNI PPNI. (2019). Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatam Indonesia. Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI Sheiner, Eyal. 2017. Bleeding During Pregnancy A Comprehensive Guide. New York: Spinger. Sheiner, Eyal. 2017. Bleeding During Pregnancy A Comprehensive Guide. New York: Spinger. Manuaba, IBG., Manuaba, IAC., Manuaba, IBGF. 2016. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. Hanafi Wiknjosastro, 2017. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka