LP & Askep Hemoroid - Ayu Wardani [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY. S DENGAN HEMOROID DI RUANG RAWAT INAP ANGGREK RSU MITRA DELIMA



DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH



Oleh: Ayu Wardani (17.20.035)



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN 2021



LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID A. Definisi Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus homorrhoidalis. Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang berada dibawah kulit (subkutan) di bawah atau luar linea dentate. Hemoroid interna adalah pelebaran vena yang berada dibawah mukosa (submukosa) diatas atau di dalam linea dentate. (Natasya, 2019). Hemorrhoides atau wasir merupakan salah satu dari gangguan sirkulasi darah. Gangguan tersebut dapat berupa pelebaran (dilatasi) vena yang disebut venectasia atau varises daerah anus dan perianus yang disebabkan oleh bendungan dalam susunan pembuluh vena. Hemorhoid disebabkan oleh obstipasi yang menahun dan uterus gravidus, selain itu terjadi bendungan sentral seperti bendungan susunan portal pada cirrhosis hati, herediter atau penyakit jantung kongestif, juga pembesaran prostat pada pria tua, atau tumor pada rectum. (Natasya, 2019) B. Klasifikasi Menurut asalnya hemorhoid dibagi menjadi 2 yaitu Hemorrhoid Interna dan Hemorrhoid Eksterna juga dapat dibagi lagi menurut keadaan patologis dan klinisnya, misalnya meradang, trombosis atau terjepit. 1. Hemorrhoid Interna Pleksus hemorrhoidalis interna dapat membesar, apabila membesar terdapat peningkatan yang berhubungan dalam massa jaringan yang mendukungnya, dan terjadi pembengkakan vena. Pembengkakan vena pada pleksus hemorrhoidalis interna disebut dengan hemorrhoid interna. (Isselbacher, dkk, 2000) Hemorrhoid interna jika varises yang terletak pada submukosa terjadi proksimal terhadap otot sphincter anus. Hemorrhoid interna merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rektum sebelah bawah. Hemorrhoid interna sering terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan, kanan belakang, dan kiri lateral. Hemorrhoid yang kecil-kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut.



Hemorrhoid interna letaknya proksimal dari linea pectinea dan diliputi oleh lapisan epitel dari mukosa, yang merupakan benjolan vena hemorrhoidalis interna. Pada penderita dalam posisi litotomi terdapat paling banyak pada jam 3, 7 dan 11 yang oleh Miles disebut: three primary haemorrhoidalis areas. Trombosis hemorrhoid juga terjadi di pleksus hemorrhoidalis interna. Trombosis akut pleksus hemorrhoidalis interna adalah keadaan yang tidak menyenangkan. Pasien mengalami nyeri mendadak yang parah, yang diikuti penonjolan area trombosis. 2. hemorrhoid eksterna Pleksus hemorrhoid eksterna, apabila terjadi pembengkakan maka disebut hemorrhoid eksterna. (Isselbacher, 2000) Letaknya distal dari linea pectinea dan diliputi oleh kulit biasa di dalam jaringan di bawah epitel anus, yang berupa benjolan karena dilatasi vena hemorrhoidalis. Ada 3 bentuk yang sering dijumpai : 1. Bentuk hemorhoid biasa tapi letaknya distal linea pectinea 2. Bentuk trombosis atau benjolan hemorhoid yang terjepit 3. Bentuk skin tags Biasanya benjolan ini keluar dari anus jika penderita disuruh mengejan, tapi dapat dimasukkan kembali dengan cara menekan benjolan dengan jari. Rasa nyeri pada perabaan menandakan adanya trombosis, yang biasanya disertai penyulit seperti infeksi, abses perianal atau koreng. Ini harus dibedakan dengan hemorrhoid eksterna yang prolaps dan terjepit, terutama kalau ada edema besar menutupinya. Sedangkan penderita skin tags tidak mempunyai keluhan, kecuali kalau ada infeksi. Hemorrhoid eksterna trombotik disebabkan oleh pecahnya venula anal. Lebih tepat disebut hematom perianal. Pembengkakan seperti buah cery yang telah masak, yang dijumpai pada salah satu sisi muara anus. Tidak diragukan lagi bahwa, seperti hematom, akan mengalami resolusi menurut waktu. Trombosis hemorrhoid adalah kejadian yang biasa terjadi dan dapat dijumpai timbul pada pleksus analis eksternus di bawah tunika mukosa epitel gepeng, di dalam pleksus hemorrhoidalis utama dalam tela submukosa kanalis analis atau keduanya. Trombosis analis eksternus pada hemorhoid biasa terjadi dan sering terlihat pada pasien yang tak mempunyai stigmata hemorrhoid lain. Sebabnya tidak diketahui, mungkin karena tekanan vena yang tinggi, yang timbul selama



usaha mengejan berlebihan, yang menyebabkan distensi dan stasis di dalam vena. Pasien memperlihatkan pembengkakan akut pada pinggir anus yang sangat nyeri C. Etiologi Menurut Nurarif.A.H. dan Kusuma.H. (2015) Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemorrhoidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor resiko/pencetus, seperti : 1. Mengedan pada buang air besar (BAB) yang sulit 2. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca, merokok). 3. Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud, tumor abdomen) 4. Kehamilan (disebabkan tekanan jenis pada abdomen dan perubahan hormonal) 5. Usia tua 6. Konstipasi kronik 7. Diare akut yang berlebihan dan diare kronik 8. Hubungan seks peranal 9. Kurang minum air dan kurang makan-makanan berserat (sayur dan buah) 10. Kurang olahraga/imobilisasi D. Manifestasi Klinis Menurut Natasya (2019), tanda dan gejala umum hemoroid meliputi: 1. Perdarahan tanpa rasa sakit saat buang air besar 2. Gatal atau iritasi di daerah anus 3. Nyeri atau ketidaknyamanan 4. Pembengkakan di sekitar anus 5. Benjolan dekat anus, yang mungkin sensitif atau menyakitkan (wasir trombosis)



E. Patofisiologi Hemoroid merupkan salah satu dari gangguan sirkulasi darah. Gangguan tersebut dapat berupa pelebaran vena yang disebut venectasia anus dan perianus akibat bendungan pembuluh datah vena. Hemoroid dusebabkan oleh obstipasi yang menahun dan uterus gravidaus. Bendungan susunan potal pada sirosis hati juga menyebabkan hemoroid.



Hemoroid dapat terjadi karena factor herediter, juga pembesaran prostat pada pria tua, dan tumor pada rectum. Lansia akan mengalami degenerasi sehingga memperlemah jaringan penyokong. Selain degenerasi jaringan



penyokong usaha pengeluaran feses yang keras secara



berulang serta mengejan yang kuat akan meningkatkan tekanan terhadap banalan sehingga mengakibatkan prolaps. Perdarahan yang timbul akibat pembesaran hemoroid disebabkan oleh trauma mukosa local atau inflamasi yang merusak pembuluh darah dibawahnya. F. Pathway Konstipasi



Peningkatan tekanan intra abdomen



Peningkatan tekanan vena haemorrhoidalis



Kurang serat



Peleburan pembuluh darah vena pada pleksus haemorrhoidalis (saluran anus)



Pre op



Trombosis



Resiko Injuri



Prolaps Hemoroid



Trauma Defekasi



Takut untuk BAB



Risiko Perdarahan



Post op



Nyeri akut



Psikologis



Terputusnya jaringan



Ketakutan



Ansietas



Merangsang saraf diameter kecil



Feses Keras



Konstipasi



Perdarahan



Risiko Ketidakseimbangan cairan



Keterbataan gerak



Gangguan mobilitas fisik



Gate control terbuka



Nyeri akut



Luka tempat masuknya microorganisme



Risiko infesksi



G. Pemeriksaan penunjang Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang pada hemoroid yaitu sebagai berikut : 1. Pemeriksaan colok anus



Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Pada hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri. 2. Anoskopi



Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar. 3. Proktosigmoidoskopi



Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi. H. Komplikasi Hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, thrombosis, dan strangulasi. Hemoroid strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah dihalangi oleh sfingter ani. Komplikasi hemoroid antara lain : 1. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan dan takut



berak. Karena itu, tinja makin keras dan semakin memperberat luka di anus. 2. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak normal) dari



selaput lendir usus/anus. 3. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia. 4. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur sehingga tidak



bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah, makin sakit, dan besar dan jika tidak cepat-cepat ditangani dapat busuk. (Dermawan, 2010)



I. Penatalaksanaan Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksannaan bedah dan penatalaksanaan konservatif, dimana penatalasanaan konservatif terbagimenjadi penatalaksanaan medis nonfarmakologi, farmakologis dan Tindakan pembedahan: 1.



Penatalaksanaan medis non farmakologis Penatalaksanaan non farmaologis bertujuan untuk mencegah Semakin memburuknya hemoroid derajat 1 sampai 3 atau pasien yang menolak operasi. penatalaksanaan non farmakologis ini ditujukan pada semua jenis dan derajat hemoroid yang berupa yang berupa perbaikan pola hidup, pola makan, dan cara defekasi titik saat defekasi, Posisi ada untuk menghindari mengejan yang kuat titik anjuran yang lain, jongkok saat defekasi, sebaiknya tidak terlalu lama karena Akan meningkatkan tekanan pada pembuluh darah dan akan memperparah terjadinya penyakit hemoroid



2. Penatalaksanaan farmakologis Penatalaksanaan farmakologis dibagi menjadi 4 yaitu a. obat yang berfungsi memperbaiki defekasi ada dua macam obat yaitu suplemen serat yang banyak digunakan antara lain psyllium atau ispaghula husk Yang berasal dari biji plantago ovata yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk titik efek samping antara lain kentut, kembung, konstipasi, alergi, sakit abdomen. untuk mencegah konstipasi atau obstruksi saluran cerna dianjurkan minum air yang banyak. sedangkan obat yang kedua yaitu obat pencahar antara lain natrium dioctyl sulfosuccinate dengan dosis 300 mg/hari b. obat simptomatik Obat simptomatik bertujuan untuk mengurangi keluhan gatal, nyeri atau karena kerusakan kulit daerah anus. sediaan berbentuk suppositoria digunakan untuk hemoroid Interna sedangkan sediaan ointment atau cream digunakan untuk hemoroid eksterna. c. Obat untuk menghentikan perdarahan



Perdarahan diakibatkan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya nya Vena hemoroid yang dindingnya tipis titik pemberian obat yang dapat digunakan yaitu diosmin, hesperidin. d. penyembuh dan pencegah serangan hemoroid Diosmin hesperidin diberikan dengan tujuan untuk memberikan perbaikan pada inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps.



3. Pembedahan Hemoroid Institute of South Texas pada tahun 2008 menetapkan indikasi penatalaksanaan pembedahan hemoroid antara lain: 1.



hemoroid Interna derajat 2 berulang



2.



hemoroid Interna derajat 3 dan 4 dengan gejala



3.



mukosa rektum menonjol keluar anus



4.



hemoroid Interna derajat 1 dan 3 dengan penyakit penyerta seperti fisura



5.



kegagalan penatalaksanaan konservatif



6.



permintaan pasien



Pembedahan yang sering dilakukan adalah: 1.



skleroterapi atau injection



2.



Rubber band ligation



3.



infrared Thermo coagulation



4.



bipolar diathermy



5.



laser hemorrhoidectomy



6.



Doppler ultrasound-guided hemorrhoid artery ligation



7.



Cryotherapy



TEORI ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengkajian merupakan langkah pertama dari prioritas keperawatan dengan pengumpulan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. (Hidayat, 2004 : 98) 1. Biodata a. Identitas Pasien : Nama/Inisial, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat, no MR, ruang rawat, tanggal masuk, tanggal pengkajian. b. Identitas Penanggung Jawab : Nama/Inisial, umur, jenis kelamin, hubungan keluarga, pekerjaan, alamat. 2. Alasan Masuk/Keluhan Utama Keluhan utama merupakan hal yang pertama kali dikeluhkan klien kepada perawat / pemeriksa. 3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang Riwayat kesehatan sekarang merupakan pengembangan dari keluhan utama yang mencakup PQRST. Adapun hal – hal yang harus diperhatikan saat melakukan pengkajian riwayat kesehatan sekarang klien, yaitu : 1) Apakah ada rasa gatal, panas / terbakar dan nyeri pada saat defekasi. 2) Adakah nyeri abdomen. 3) Apakah ada perdarahan di rectum, seberapa banyak, seberapa sering, dan apa



warnanya (merah segar atau warna merah tua). 4) Bagaimana pola eliminasi klien, apakah seing menggunakan laktasif atau tidak. b.



Riwayat Kesehatan Dahulu



Tanyakan pada klien apakah dahulu pernah mengalami hal yang sama, kapan terjadinya, bagaimana cara pengobatannya. Apakah memiliki riwayat penyakit yang dapat menyebabkan hemoroid atau yang dapat menyebabkan kambuhnya hemoroid. c.



Riwayat Kesehatan Keluarga Tanyakan apakah keluarga klien memiliki riwayat penyakit menular (seperti TBC, HIV/AIDS, hepatitis, dll) maupun riwayat penyakit keturunan (seperti hipertensi, Diabetes, asma, dll).



4. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum Klien Penampilan klien, ekspresi wajah, bicara, mood, berpakaian dan kebersihan umum, tinggi badan, BB, gaya berjalan. b. Tanda-tanda Vital Pemeriksaan pada tanda-tanda vital mencakup : suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah. Pemeriksaan fisik pada pasien hemoroid biasanya seperti pemeriksaan fisik pada umumnya, tetapi pada saat pemeriksaan rectum dilakukan hal – hal sebagai berikut : Pasien dibaringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada tempat tidur (posisi genupectoral / kneechest). a. Inspeksi 1. Pada inspeksi lihat apakah ada benjolan sekitar anus 2. Apakah benjolan terlihat saat prolaps 3. Bagaimana warnanya, apakah kebiruan, kemerahan, atau kehitaman. 4. Apakah benjolan tersebut terletak diluar atau didalam (internal / eksternal)



b. Palpasi Palpasi dilakukan dengan menggunakan sarung tangan dan vaselin dengan melakukan rektal taucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Apakah ada benjolan, apakah benjolan tersebut lembek, lihat apakah ada perdarahan. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL 1. Pre Operasi -



Risiko Perdarahan dibuktikan dengan aneurisma (D.0012)



-



Konstipasi b.d kebiasaan menahan dorongan defekasi d.d feses keras (D.0049)



-



Risiko Ketidakseimbangan Cairan dibuktikan dengan perdarahan (D.0036)



-



Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d bersikpa protektif (D.0077)



2. Post Operasi -



Ansietas b.d Krisis situasional d.d merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi (D.0800)



-



Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri post operasi d.d nyeri saat bergerak (D.0054)



-



Risiko Infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif (D.014)



-



Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri (D.0077)



C. INTERVENSI SDKI



SLKI



Risiko Perdarahan Definisi:



berisiko



kehilangan



darah



mengalami baik



internak



(terjadi di dalam tubuh maupun eksternal) Factor Risiko:



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan tingkat perdarahan menurun. Dengan kriteria hasil:



Pencegahan perdarahan (1.02067)



SLKI: Tingkat Perdarahan (L.02017) Indikator



1



2



3



4



5



1A



Perdarahan anus



1



2



3



4



5



▪ Monitor tanda-tanda vital ortostatik



Tekanan darah



1



2A



4. Komplikasi kehamilan



Keterangan:



5. Gangguan koagulasi



A: 1 : Menurun



7. Tindakan pembedahan 8. Komplikasi pasca partum



10. Kurang



2 : Cukup menurun 3 : Sedang



9. Trauma terpapar



informasi



4 : Cukup meningkat 5 : Meningkat



pencegahan perdarahan



Kondisi Klinis Terkait: Aneurisma



2.



Koagulopati



B: 1 : Meningkat



intravaskuler



2: Cukup meningkat



diseminata 3.



3 : Sedang



Sirosis hepatis



4 : Cukup menurun



4.



Ulkus lambung



5.



Varises



5 : Menurun



6.



Trombositopenia



C:



7.



Ketuban



pecah



sebelum



waktunya 8.



Plasenta previa / abrubsio



9.



Retensi plasenta



3



4



5



Terapeutik ▪ Pertahankan bed rest selama perdarahan ▪ Batasi tindakan invasif, jika perlu ▪ Gunakan kasur pencegah dikubitus ▪ Hindari pengukuran suhu rektal Edukasi ▪ Jelaskan tanda dan gejala perdarahan



▪ Anjurkan meningkatkan asupan untuk menghindari konstipasi ▪ Anjurkan menghindari antikoagulan



aspirin



cairan atau



▪ Anjurkan meningkatkan asupan makan dan vitamin K ▪ Anjrkan segera perdarahan



melapor



jika



terjadi



1 : Memburuk 2 :Cukup memburuk 3 : Sedang 4 : Cukup membaik



10. Tindakan pembedahan 11. Kanker



2



▪ Monitor koagulasi (mis. Prothombin time (TM), partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen, degradsi fibrin dan atau platelet)



▪ Anjurkan mengunakan kaus kaki saat ambulasi



11. Proses keganasan



1.



▪ Monitor tanda dan gejala perdarahan



No



3. Gangguan fungsi hati



6. Efek agen farmakologis



Observasi



▪ Monitor nilai hematokrit/homoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah



1. Aneurisma 2. Gangguan gastrointestinal



SIKI



5 : Membaik



Kolaborasi ▪ Kolaborasi pemberian obat dan mengontrol perdarhan, jika perlu ▪ Kolaborasi pemberian prodok darah, jika perlu ▪ Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika



12. Trauma



perlu



13. atonia



Konstipasi Definisi: Penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta fases kering dan banyak.



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan eliminasi fekal membaik. Dengan kriteria hasil:



Manajemen Eliminasi Fekal (1.04151)



SLKI: Elininasi Fekal (L.04033)



- Identifkasi masalah usus dan pengunaan obat pencahar - Identikasi pengobatan yang berefek pada kondisi gastrointestinal - Monitor buang air besar (mis. Warna, frekuensi. Konsistensi, volume) - Monitor tanda gejala diare Terapeutik - Berikan air hangat setelah makan - Jadwalkan waktu defekasi Bersama pasien - Sediakan makanan tinggi serat Edukasi - Jelaskan jenis makanan yang membantu menngkatkan keteraturan peristaltic usus - Anjurkan mencatat warna, fekuensi, konsistensi, volume feses - Anjurkan meningkatkan akifitas fisik, sesuai toleransi - Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan pembentukan gas - Anjurkan mengkonsumsi yang mengandung tinggi serat]anjurkan meningkatkan asupan cairan, jika tidak ada kontraindikasi Kolaborasi -kolaborasipemberin obat supositoria anal. Jika perlu



No



Indikator



1



2



3



4



5



1A



Keluhan defekasi lama dan sulit



1



2



3



4



5



5C



Konsistesnsi feses



1



2



3



4



5



1A



Mengejan saat defekasi



1



2



3



4



5



4C



Nyeri abdomen



1



2



3



4



5



4C



Teraba masa pada fekal



1



2



3



4



5



Penyebab Fisiologis 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Penurunan motilitas gastrointestinal Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi Ketidakcukupan diet Ketidakcukupan asupan serat Ketidakcukupan asupan cairan Aganglionik (mis. penyakit Hircsprung) Kelemahan otot abdomen



Keterangan:



Psikologis



A: 1. 2. 3.



Konfusi Depresi Gangguan emosional



Situasional 1.



2. 3.



4. 5. 6. 7. 8.



1 : Menurun 2 : Cukup menurun 3 : Sedang



Perubahan kebiasaan makan (mis. jenis makanan, jadwal makan) Ketidakadekuatan toileting Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan Penyalahgunaan laksatif Efek agen farmakologis Ketidakteraturan kebiasaan defekasi Kebiasaan menahan dorongan defekasi Perubahan lingkungan



4 : Cukup meningkat 5 : Meningkat



B: 1 : Meningkat 2: Cukup meningkat 3 : Sedang 4 : Cukup menurun 5 : Menurun C:



Observasi :



1 : Memburuk Gejala dan Tanda Mayor



2 :Cukup memburuk 3 : Sedang



Subjektif 1. 2.



4 : Cukup membaik Defekasi kurang dari 2 kali seminggu Pengeluaran fases lama dan sulit



Objektif 1. 2.



Feses keras Peristalitik usus menurun



Gejala dan Tanda Minor Subjektif 1.



Mengejan saat defekasi



Objektif 1. 2. 3.



Distensi abdomen Kelemahan umum Teraba massa pada rektal



Kondisi Klinis Terkait 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.



Lesi/cedera pada medula spinalis Spina bifida Stroke Sklerosis multipel Penyakit parkinson Demensia Hiperparatiroidisme Hipoparatiroidisme Ketidakseimbangan elektrolit Hemoroid Obesitas Pasca operasi obstruksi bowel Kehamilan Pembesaran prostat Abses rektal Fisura anorektal Striktura anorektal



5 : Membaik



18. 19. 20. 21. 22. 23.



Prolaps rektal Ulkus rektal Rektokel Tumor Penyakit Hircsprung Impaksi feses



Risiko Ketidakseimbangan Cairan Definisi : Berisiko mengalami penurunan, peningkatan atau pecepatan perpindahan cairan dari intravaskuler, interstisial atau intraseluler







Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam Keseimbangan cairan meningkat dengan



MANAJEMEN CAIRAN (I.03098) 1.



kriteria hasil: SLKI: Keseimbangan (L.03020) No



Indikator



1



2



3



4



5



Prosedur mayor



1A



Asupan cairan



1



2



3



4



5



1







Trauma/perdarahan







Luka bakar



Asupan makanan







Apheresis



dehidrasi







Asites



Turgor kulit







Obstruksi intestinal







Peradangan pankreas







Penyakit ginjal dan kelenjar







Disfungsi intestinal



5C



Keterangan



2







Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)







Monitor berat badan harian







Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin , BUN)







Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP jika tersedia)



Cairan



FAKTOR RESIKO pembedahan



Observasi



3



4



5



2.



:



Terapeutik ▪



Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24 jam







Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan







Berikan cairan intravena bila perlu



1 : Menurun 2 : Cukup menurun 3 : Sedang 4 : Cukup meningkat 5 : Meningkat



3.



Kolaborasi ▪



B:



B. PEMANTAUAN (I.03121)



1 : Meningkat 2: Cukup meningkat 3 : Sedang



Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu



1.



CAIRAN



Observasi ▪



Monitor frekuensi kekuatan nadi



5 : Menurun







Monitor frekuensi nafas



C:







Monitor tekanan darah



1 : Memburuk







Monitor berat badan







Monitor



4 : Cukup menurun



waktu



dan



pengisian



2 :Cukup memburuk



kapiler



3 : Sedang







Monitor elastisitas turgor kulit







Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine







Monitor kadar albumin dan protein total







Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum, hematocrit, natrium, kalium, BUN)







Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urine menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat)







Identifikasi tanda-tanda hypervolemia 9mis. Dyspnea, edema perifer, edema anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojogular positif, berat badan menurun dalam waktu singkat)







Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis, obstruksi intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)



4 : Cukup membaik 5 : Membaik



2.



atau



Terapeutik ▪



Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien







Dokumentasi



hasil



pemantauan 3.



Nyeri Akut Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan Penyebab: 1. Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma) 2. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan) 3. Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan) Gejala dan tanda mayor: a. Subyektif: • Mengeluh Nyeri b. Obyektif: • Tampak meringis • Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri) • Gelisah • Frekuensi nadi meningkat • Sulit tidur Gejala dan tanda minor: a. Subyektif: 1) Tidak tersedia b. Obyektif: 1) Tekanan darah meningkat 2) pola napas berubah 3) nafsu makan berubah 4) proses berpikir terganggu



Edukasi ▪



Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan







Informasikan hasil pemantauan, jika perlu



Tujuan: Setelah dilakukan tindakan SIKI: menejemen nyeri (I.08238) keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri menurun. Dengan kriteria Observasi hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri SLKI: Tingkat Nyeri (L.08066) 2. Identifikasi skala nyeri 3. Identifikasi respons nyeri non verbal No Indikator 1 2 3 4 5 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan 1A Kemampuan 1 2 3 4 5 memperingan nyeri menuntaskan 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan aktivitas tentang nyeri 6. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas 2B Keluhan 1 2 3 4 5 hidup Nyeri 7. Monitor efek samping penggunaan analgetik 3B Meringis 1 2 3 4 5 4B



Sikap Protektif



1



2



3



4



5



5B



Gelisah



1



2



3



4



5



6B



Kesulitan tidur



1



2



3



4



5



Frekuensi nadi



1



7C



Terapeutik 1.



2



3



4



5



2. 3. 4.



Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri Fasilitasi istirahat dan tidur Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri



Keterangan:



Edukasi



A:



1.



1 : Menurun



2. 3.



2 : Cukup menurun 3 : Sedang



Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri Jelaskan strategi meredakan nyeri Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri



Kolaborasi



4 : Cukup meningkat 5 : Meningkat



B: 1 : Meningkat 2: Cukup meningkat



Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu



5) Menarik diri 6) Berfokus pada diri sendiri Diaforesis



3 : Sedang 4 : Cukup menurun 5 : Menurun C: 1 : Memburuk 2 :Cukup memburuk 3 : Sedang 4 : Cukup membaik 5 : Membaik POST OP



Ansietas



Setalah dilakukan



Definisi: Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.



selama 2x24 jam Tingkat ansietas



PENYEBAB



perawatan REDUKSI ANSIETAS (I.09314)



menurun dengan kriteria



No



Indikator



1



2



3



4



5



1A



Perilaku tegang



1



2



3



4



5



Frekuensi Pernapasan



1







Kebutuhan tidak terpenuhi







Krisis maturasional



3B



1



2



3



4



5







Ancaman terhadap konsep diri



Frekuensi nadi



4B



Tekanan Darah



1



2



3



4



5



Tremor



1



2B



5B







Kekhawatiran kegagalan







Disfungsi sistem keluarga







Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan







Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)



mengalami







Penyalahgunaan zat







Terpapar lingkungan



bahaya (mis. toksin,







tingkat



berubah



(mis.



Identifikasi



kemampuan



mengambil keputusan 2



3



4



5 ▪



3



4



tanda



anxietas



Terapeutik ▪



2



Monitor



(verbal dan non verbal)



5



Ciptakan suasana terapeutik untuk



menumbuhkan



kepercayaan



Keterangan: A:



saat



Kondisi, waktu, stressor)



2.



terhadap



Identifikasi anxietas



SLKI: Tingkat Ansietas (L.09093)



Krisis situasional



Ancaman kematian



Observasi ▪











1.







Temani



pasien



untuk



1 : Menurun



mengurangi kecemasan , jika



2 : Cukup menurun



memungkinkan



3 : Sedang







4 : Cukup meningkat 5 : Meningkat



Pahami



situasi



yang



membuat anxietas ▪



Dengarkan perhatian



dengan



penuh







polutan, dan lain-lain) ▪



Gunakan



pedekatan



tenang dan meyakinkan



Kurang terpapar informasi



B:



Gejala dan Tanda Mayor.



1 : Meningkat



Subjektif.



2: Cukup meningkat



situasi



1.



Merasa bingung.



3 : Sedang



kecemasan



2.



Merasa akibat.



3.



khawatir



dengan



Sulit berkonsenstrasi.



1.



Tampak gelisah.



2.



Tampak tegang.



3.



Sulit tidur







4 : Cukup menurun







Motivasi



mengidentifikasi yang



Diskusikan



memicu



perencanaan



5 : Menurun



realistis



C:



yang akan datang



1 : Memburuk Objektif.



yang



3.



tentang



peristiwa



Edukasi



2 :Cukup memburuk ▪



3 : Sedang



Jelaskan prosedur, termasuk sensasi



4 : Cukup membaik



yang



mungkin



dialami



5 : Membaik ▪



Informasikan secara factual



Gejala dan Tanda Minor.



mengenai



Subjektif.



pengobatan, dan prognosis ▪



diagnosis,



1.



Mengeluh pusing.



2.



Anoreksia.



tetap bersama pasien, jika



3.



Palpitasi.



perlu



4.



Merasa tidak berdaya.







Anjurkan



Anjurkan kegiatan



keluarga



untuk



melakukan yang



tidak



kompetitif, sesuai kebutuhan



Objektif. 1.



Frekuensi napas meningkat.



2.



Frekuensi nadi meningkat.



3.



Tekanan darah meningkat.



4.



Diaforesis.



untuk



5.



Tremos.



ketegangan



6.



Muka tampak pucat.



7.



Suara bergetar.



8.



Kontak mata buruk.



9.



Sering berkemih.







Anjurkan



mengungkapkan



perasaan dan persepsi ▪







Latih kegiatan pengalihan,



Latih



mengurangi



penggunaan



mekanisme pertahanan diri yang tepat ▪



Latih teknik relaksasi



10. Berorientasi pada masa lalu. 4.



Kolaborasi







Kondisi Klinis Terkait. 1.



PenyakitKronis.



2.



Penyakit akut



3.



Hospitalisasi



4.



Rencana opersai



5.



Kondisi diagnosis penyakit belum jelas



Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu



B. TERAPI RELAKSASI 1.



Observasi ▪



Identifikasi



penurunan



tingkat



energy,



6.



Penyakit neurologis



ketidakmampuan



7.



Tahap tumbuh kembang



berkonsentrasi, atau gejala lain



yang



menganggu



kemampuan kognitif ▪



Identifikasi teknik relaksasi yang



pernah



efektif



digunakan ▪



Identifikasi



kesediaan,



kemampuan,



dan



penggunaan



teknik



sebelumnya ▪



Periksa frekuensi



ketegangan nadi,



otot,



tekanan



darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan ▪



Monitor



respons



terhadap



terapi relaksasi 2.



Terapeutik ▪



Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan







Berikan tentang



informasi



tertulis



persiapan



prosedur teknik relaksasi



dan







Gunakan pakaian longgar







Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama







Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik



atau



tindakan



medis lain, jika sesuai 3.



Edukasi ▪



Jelaskan



tujuan,



manfaat,



batasan, dan jenis, relaksasi yang tersedia (mis. music, meditasi,



napas



dalam,



relaksasi otot progresif) ▪



Jelaskan



secara



rinci



intervensi



relaksasi



yang



dipilih ▪



Anjurkan mengambil psosisi nyaman







Anjurkan



rileks



dan



merasakan sensasi relaksasi ▪



Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih’







Demonstrasikan



dan



latih



teknik relaksasi (mis. napas dalam,



pereganganm



atau



imajinasi terbimbing )



Risiko Infeksi (D.0142) Definisi: Berisiko mengalami peningkatan terserang oganisme patogenik



Tujuan: Setelah dilakukan tindakan SIKI: Pencegahan Infeksi (I.14539) keperawatan 3x24 jam derajat infeksi Observasi menurun. Dengan kriteria hasil: SLKI: Tingkat Nyeri (L.14137)



Monitor tanda gejala infeksi local dan sistemik



Faktor Risiko:



No



Indikator



1



2



3



4



5



Terapeutik



1.



Penyakit Kronis



1B



Demam



1



2



3



4



5



1.



Batasi jumlah pengunjung



2.



Efek prosedur Infasif



2B



Kemerahan



1



2



3



4



5



2.



Berikan perawatan kulit pada daerah edema



3.



Malnutrisi



3B



Nyeri



1



2



3



4



5



3.



4.



Peningkatan organisme lingkungan



4B



Bengkak



1



2



3



4



5



Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien



5C



Kadar Sel Darah Putih



1



2



3



4



5



4.



Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi



5.



paparan patogen



Ketidakadekuatan pertahanan tubuh perifer :



Edukasi



Keterangan: A:



1.



Jelaskan tanda dan gejala infeksi



1 : Menurun



2.



Ajarkan cara memeriksa luka



2 : Cukup menurun



3.



Anjurkan meningkatkan asupan cairan



- Gangguan peristltik - Kerusakan integritas kulit - Perubahan sekresi PH



3 : Sedang



- Penurunan kerja siliaris



4 : Cukup meningkat



- Ketuban pecah lama



5 : Meningkat



- Ketuban waktunya



pecah



Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu



sebelum



- Merokok - Statis cairan tubuh 6.



Kolaborasi



Ketidakadekuatan pertahan tubuh sekunder:



B: 1 : Meningkat 2: Cukup meningkat 3 : Sedang 4 : Cukup menurun



- Penurunan Hemoglobin



5 : Menurun



- Imunosupresi - Leukopenia



C:



- Supresi Respon Inflamasi



1 : Memburuk



Vaksinasi tidak adekuat



2 :Cukup memburuk 3 : Sedang 4 : Cukup membaik 5 : Membaik



Gangguan Mobilitas Fisik Definisi: Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri Penyebab



Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam mobilitas fisik membaik. Dengan kriteria hasil: SLKI: Mobilitas Fisik (L.05042) No



Indikator



1



2



3



4



Dukungan Ambulansi (1.06171) 1.



Observasi ▪



5



Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.



14. 15. 16. 17.



18. 19. 20. 21.



Kerusakan integritas struktur tulang Perubahan metabolisme Ketidakbugaran fisik Penurunan kendali otot Penurunan massa otot Penurunan kekuatan otot Keterlambatan perkembangan Kekakuan sendi Kontraktur Malnutrisi Gangguan muskuloskeletal Gangguan neuromuskular Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia Efek agen farmakologis Program pembatasan gerak Nyeri Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik Kecemasan Gangguan kognitif Keengganan melakukan pergerakan Gangguan sensoripersepsi



4A 4B



Rentang gerak



1



Nyeri



1



2



3



4







5



Identifikasi



toleransi



fisik



melakukan ambulasi 2



3



4



5







Keterangan:



Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum



A:



memulai ambulasi



1 : Menurun ▪



2 : Cukup menurun



Monitor



kondisi



umum



selama melakukan ambulasi 3 : Sedang 4 : Cukup meningkat



2.



Terapeutik ▪



5 : Meningkat



Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan



alat



bantu



(mis.



tongkat, kruk)



B: 1 : Meningkat







2: Cukup meningkat



Fasilitasi



melakukan



mobilisasi fisik, jika perlu



3 : Sedang







Libatkan



keluarga



untuk



pasien



dalam



4 : Cukup menurun



membantu



5 : Menurun



meningkatkan ambulasi 3.



Edukasi



C: 1 : Memburuk







Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi



2 :Cukup memburuk Gejala dan Tanda Mayor 3 : Sedang Subjektif 1.







5 : Membaik







Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur ke kursi



Objektif



melakukan



ambulasi dini



4 : Cukup membaik Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas



Anjurkan



roda,



berjalan



dari



tempat tidur ke kamar mandi, 1. 2.



Kekuatan otot menurun Rentang gerak (ROM) menurun



Gejala dan Tanda Minor Subjektif 1. 2.



Nyeri saat bergerak Enggan melakukan



berjalan sesuai toleransi



3.



pergerakan Merasa cemas saat bergerak



Objektif 1. 2. 3. 4.



Sendi kaku Gerakan tidak terkoordinasi Gerakan terbatas Fisik lemah



Kondisi Klinis Terkait 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Stroke Cedera medula spinalis Trauma Fraktur Osteoarthirtis Ostemalasia Keganasan



Nyeri Akut Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan Penyebab: 4. Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma) 5. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan) 6. Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan) Gejala dan tanda mayor: c. Subyektif: • Mengeluh Nyeri d. Obyektif: • Tampak meringis • Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri) • Gelisah • Frekuensi nadi meningkat



Tujuan: Setelah dilakukan tindakan SIKI: menejemen nyeri (I.08238) keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri menurun. Dengan kriteria Observasi hasil: 8. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 9. Identifikasi skala nyeri SLKI: Tingkat Nyeri (L.08066) 10. Identifikasi respons nyeri non verbal 11. Identifikasi faktor yang memperberat dan No Indikator 1 2 3 4 5 memperingan nyeri 12. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan 1A Kemampuan 1 2 3 4 5 tentang nyeri menuntaskan 13. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas aktivitas hidup 14. Monitor efek samping penggunaan 2B Keluhan 1 2 3 4 5 analgetik Nyeri 3B



Meringis



1



2



3



4



5



Terapeutik



4B



Sikap Protektif



1



2



3



4



5



5.



5B



Gelisah



1



2



3



4



5



6B



Kesulitan tidur



1



2



3



4



5



7C



Frekuensi nadi



1



2



3



4



5



Keterangan: 1 : Menurun 2 : Cukup menurun



6. 7. 8.



Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri Fasilitasi istirahat dan tidur Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri



Edukasi 4. 5.



Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri Jelaskan strategi meredakan nyeri







Sulit tidur



3 : Sedang



Gejala dan tanda minor:



4 : Cukup meningkat



c. Subyektif: 2) Tidak tersedia d. Obyektif: 7) Tekanan darah meningkat 8) pola napas berubah 9) nafsu makan berubah 10) proses berpikir terganggu 11) Menarik diri 12) Berfokus pada diri sendiri Diaforesis



5 : Meningkat



6.



Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri



Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu



B: 1 : Meningkat 2: Cukup meningkat 3 : Sedang 4 : Cukup menurun 5 : Menurun



C: 1 : Memburuk 2 :Cukup memburuk 3 : Sedang 4 : Cukup membaik 5 : Membaik



D. IMPLEMENTASI Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan klien.



E. EVALUASI Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.



DAFTAR PUSTAKA Natasya, Anisa. 2019. LAPORAN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. B DENGAN HEMOROID DI RUANG AMBUN SURI LANTAI 1 RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI. Stikes Perintis Padang Nurarif.A.H dan Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NICNOC. Jogjakarta:MediaAction Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. PPNI : Jakarta. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. PPNI : Jakarta. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. PPNI : Jakarta.



ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN HEMOROID DI RUANG RAWAT INAP ANGGREK RSU MITRA DELIMA



DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH



Oleh: Ayu Wardani (17.200.035)



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN 2021



ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN HEMOROID DI RUANG RAWAT INAP ANGGREK RSU MITRA DELIMA



Nama Mahasiswa



: Ayu Wardani



Tempat Praktik



: R. Anggrek



NIM



: 1720034



Tgl. Praktik



: 24/05/2021



A. Identitas Klien Nama



: Ny. S



No. Reg



: 121360



Usia



: 70 Tahun



Tgl MRS



: 21/05/202



Jenis kelamin



: Perempuan



Tgl Pengkajian



: 25/05/2021



Alamat



: Turen



Sumber informasi



: Anak



Status pernikahan



:



Nama keluarga dekat yang dapat dihubungi : Ny.L



Agama



: Islam



Status



: Anak



Suku bangsa



: Jawa



Alamat



:Turen



Pendidikan



:-



Pendidikan



:-



Pekerjaan



: Tidak bekerja Pekerjaan



B. Status Kesehatan Saat Ini 1. Keluhan Utama



: Tidak bisa BAK dan BAB



2. Keluhan Penyerta



: nyeri di bagian dubur



3. Diagnosa medis



: Hemorrhoid Externa derajat III



: Swasta



C. Riwayat Kesehatan Saat Ini Pada tanggal 21 Mei pasien datang ke IGD RSU Mitra Delima dengan keluhan tidak bisa BAK sejak pagi, sejak kemarin BAK mulai susah, hanya menetes. Selain itu pasien juga mengeluhkan susah BAB, feses keras, hanya keluar kecil – kecil berwarna kecoklatan, tidak terdapat darah. Sejak kurang lebih satu bulan ini keluahan disertai benjolan di dubur yang membiru dan terdapat nyeri. Pada saat pengkajian pasien terlihat kesakitan. P: Pasien mengatakan nyeri pada daerah perut bawah jika di tekan . Q: Pasien mengatakan seperti dihantam benda tumpul. R: Nyeri hanya berfokus perut bagian bawah. S: Skala nyeri 4. T: dan nyeri hilang timbul.



D. Riwayat Kesehatan Terdahulu 1. Penyakit yang pernah dialami: a. Kecelakaan (jenis & waktu) : pasien tidak pernah mengalami kecelakaan. b. Operasi (jenis & waktu)



: pasien tidak pernah mengalami operasi mayor maupun



minor c. Penyakit



: HT (-), DM (+)



2. Alergi (obat, makanan, plester, dll): pasien tidak memiliki alergi obat, makanan, plester maupun lainnya. E. Riwayat Keluarga GENOGRAM



X



X



X



P



Keterangan :



x



X



: Laki-laki : Perempuan X



: Meninggal



P



: Pasien



------- : Tinggal serumah : Garis pernikahan : Garis keturunan F. Pola Aktifitas-Latihan Rumah



Rumah sakit



Makan/minum



(0)



(2)



Mandi



(2)



(3)



Berpakaian/berdandan



(2)



(2)



Mobilitas di tempat tidur



(0)



(2)



Berpindah



(2)



(2)



Berjalan



(2)



(3)



Naik tangga



(3)



(3)



Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = tidak mampu G. Pola Makan dan Minum



Jenis diit/makaan



Frekuensi/pola Porsi yang dihabiskan Komposisi menu Nafsu makan Jenis minuman Frekuensi/pola minum Berapa gelas yang dihabiskan



Rumah Nasi, sayur, lauk pauk, pasien juga mengatakan sering makan nasi jagung 3x sehari 1 porsi tidak habis, hanya 3 – 4 sendok Nasi, sayur, lauk pauk menurun Air putih hangat 1200 ml-1400ml ± 6 – 7 gelas/hari



Rumah sakit Diet DM



3x sehari 1 porsi habis tidak habis, hanya 3 – 4 sendok Nasi, dan sayur Menurun Air putih hangat 1000 ml ± 5 gelas/hari



Sukar menelan (padat/cair) Pemakaian gigi palsu



Tidak ada Tidak ada



Tidak ada Tidak ada



H. Pola Eliminasi Rumah



Rumah Sakit



Frekuensi pola



1X/HARI



Belum BAB



Konsistensi



keras



Belum BAB



Warna & bau



Coklat (bau khas)



Belum BAB



Kesulitan



Feses sulit keluar



Belum BAB



Upaya mengatasi



Diberi dulcolax



Belum BAB



Frekuensi pola



2 kali/hari



Terpasang DC



Konsistensi



Cair (cairan urin normal)



Cair



Warna bau



Kuning bening (khas urin)



Kuning



Kesulitan



Kesulitan BAK hanya keluar sedikit



Tidak ada



Upaya mengatasi



Tidak ada



Terpasang DC



BAB



BAK



I. Pola Tidur-Istirahat Rumah



Rumah sakit



Tidur siang lamanya:



± 1 – 2 jam



± 1 – 2 jam



Jam s/d



12.30 – 14.30



Tidak menentu



Kenyamanan setelah tidur



Nyaman



Tidak nyaman karena nyeri



Tidur malam lamanya:



± 8 jam



± 5-6 jam



Jam s/d



21.00 – 05.00



Tidak menentu



Kenyamanan setelah tidur



Nyaman



Pasien masih merasa tidak nayaman. Pasien tidak bisa tidur, ia merasa nyeri dibagian dubur dan perut



bagian bawah Kebiasaan sebelum tidur



Nonton TV



Tidak ada



Rumah



Rumah sakit



Mandi: frekuensi



2x sehari



Diseka 1x sehari



Keramas: frekuensi



2 hari 1 kali



Belum keramas



Gosok gigi : frekuensi



2x sehari



-



Ganti baju : frekuensi



2x sehari



1 kali sehari



Memotong kuku: frekuensi



1x seminggu



Belum potong kuku



Kesulitan



Tidak ada



Dibantu keluarga



Upaya yang dilakukan



Tidak ada



Dibantu keluarga



J. Pola Kebersihan Diri



K. Pola Toleransi – Koping Stress 1. Pengambilan keputusan : ( ) sendiri (√ ) dibantu orang lain, sebutkan anak 2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll): Biaya menggunakan BPJS 3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: Bercerita dengan keluarga 4. Harapan setelah menjalani perawatan : semakin sehat dan membaik 5. Perubahan yang dirasa setelah sakit : lebih banyak istirahat



L. Pola Nilai & Kepercayaan 1. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk Anda, Ya/Tidak 2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi) : Sholat 5 waktu 3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS : tidak bisa melakukan 4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: -



M. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum : a. Kesadaran : 4,5,6 Composmentis (spontan, membuka mata, mengikuti arahan)



b. Tanda-tanda vital :



- Tekanan darah : 123/64 mmHg



Suhu



: 36.6 º C



- Nadi



Tinggi badan



:-



Berat badan



: - kg



: 75x/menit



- Pernafasan : 20x/menit - SpO2



: 97% , room air



2. Kepala dan Leher a. Kepala



: Bentuk



: bulat



Massa



Distribusi rambut : Putih b. Mata



: Bentuk



: tidak ada



Warna kulit kepala: sawo matang



: Bulat



Konjungtiva : anemis



Pupil : ( √) reaksi terhadap cahaya (√) Isokor Funsi penglihatan



: (√) Baik



( ) Kabur



Penggunaan alat bantu : ( ) Ya



(√ ) Tidak



Pemeriksaan mata terakhir : Riwayat Operasi : (-) c. Hidung



: Bentuk: Simetris



Warna : Sawo matang



Pembengkakan : (-)



Nyeri tekan



: (-)



Perdarahan



Riw. Alergi



: (-)



: (-)



Penyakit yg pernah terjadi : (-) d. Mulut dan Tenggorokan : Warna bibir : coklat



e. Telinga



f. Leher



Mukosa



: Lembab



Lesi



: Tidak ada



Massa



: (-)



Warna Lidah : merah muda



Perdarahan gusi



: (-)



Karies : (-)



Kesulitan menelan



: (-)



Sakit tenggorok : (-)



Gangguan bicara



: (-)



: Bentuk : Simetris



Warna : Sawo matang



Lesi : (-)



Massa : (-)



Fs. Pendengaran : Normal



Alat bantu pendengaran : (-)



: Kekakuan



: (-)



Benjolan/massa : (-) 3. Dada : Bentuk : Simetris Nyeri/nyeri tekan : (+)



Nyeri : (-)



Nyeri/Nyeri tekan : (-) Keterbatasan gerak : (-) Pergerakan Dada : dinding dada normal Massa : (-)



Peradangan : (-)



Jantung : Perkusi Auskultasi



: Pekak (tidak ada suara tambahan) : Tidak ada suara tambahan (lup dup)



Ictus Cordis : ICS V ( Tidak mengalami pembesaran )



Paru



: Inspeksi



: Simestris



Perkusi



: Sonor



Palpasi



: Vocal Vermitus



Auskultasi



: Tidak ada suara nafas tambahan (vesikuler) Ronchi : (-)



Wheezing : (-)



4. Payudara Dan Ketiak : Benjolan/massa : (-)



Nyeri/nyeri tekan : (-)



Bengkak



: (-)



Kesimetrisan : (-)



Edema



: (-)



Lesi



: (-)



5. Integritas Kulit : Luka/lesi: (-)



6. Abdomen : Inspeksi



: Perut membesar



Auskultasi



: Bising usus 20x/menit



Palpasi



: Terdapat nyeri tekan



Perkusi



: Timpani



7. Genetalia



: terpasang kateter



8. Ekstremitas : Atas



: Terpasang infus set makro dengan cairan NS sebelah kiri



Bawah



: Tidak terdapat luka



Kekuatan otot :



Keterangan Kekuatan Otot :



5



5



5



4



0 : Paralisi, Tidak ada kontraksi otot sama sekali 1 : Teraba dan terlihat getaran kontraksi otot tetapi tidak ada gerakan sama sekali 2 : Dapat menggerakkan anggota gerak tanpa gravitasi 3 : Dapat menggerakkan anggota gerak untuk menahan berat (gravitasi) 4 : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan melawan tahanan dengan minimal 5 : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan melawan tahanan dengan maksimal (kekuatan normal)



N. Hasil pemeriksaan penunjang a. Laboratorium Hasil Laboratorium Ny. S Tanggal : 21 Mei 2021 Pemeriksaan HEMATOLOGI Hematologi Lengkap Hemoglobin Hematokrit Lekosit Eritrosit Trombosit Index Eritrosit MCV MCH MCHC RDW-CV KIMIA KLINIK AST (SGOT) ALT (SGPT) Ureum Kreatinin Glukosa Darah Sewaktu IMUNOSEROLOGI Anti SARS-CoV-2 (Hipro)



Hasil



Satuan



Normal



11,1 32,3 8,850 3,7 498,000



g/dL % Sel/uL 10^6/uL /uL



13.4 – 17.7 40 – 47 4.300 – 10.300 3.5 – 5.5 150.000 – 450.000



87,2 29,9 34,3 46,2



fL Pg % %



82 – 92 27.0 – 31.0 32.0 – 37.0 11.0 – 17.0



12 11 22 0.5 85



U/L U/L mg/dl mg/dl mg/dl



10 – 35 10 – 50 10 - 50 0.5 – 1.1 < 200



Non Reaktif (10.9)



ug/ml



Non Reaktif 48



Mmol/L Mmol/L Mmol/L



136 - 145 3,5 – 5,2 96 - 108



KIMIA KLINIK Na-KCl Natrium 134 Kalium 1,9 Klorida 93



b. Laboratorium Hasil Laboratorium Ny. S Tanggal : 21 Mei 2021 Pemeriksaan Hasil Satuan IMUNOSEROLOGI Tes Antigen SARS-CoV 2 Antigen Negatif Kesimpulan Haasil Non Reaktif (Negatif) - Tidak menyingkirkan kemungkinan terinfeksi SARS CooV-2



Normal



Negatif



- Ulangi pemeriksaan 10 hari kemudian



- Tetap pakai masker, cuci tangan, jaga jarak dan imunitas Hasil Reaktif (Positif) - Menunjukkan kemungkinan terhadap SARS CoV-2 - Konfirmasi pemeriksaan dengan PCR c. Laboratorium Pemeriksaan



Hasil



Satuan



Normal



URINE Urin Lengkap Makroskopis Urine Warna Urin



Coklat



Kuning Muda



Kejernihan urin



Keruh



Jernih



Lekosit esterase



negatif



Negatif



Nirit urin



Negatif



Negatif



Urobilinogen urin



Negatif



Protein urin



2+



Negatif



pH urin



6,0



4,8 – 7,4



Darah



3+



Negatif



Berat jenis urin



1,025



1.016 – 1.022



Keton urin



negatif



Negatif



Kimia Urin



Mg/dL



Negatif



Bilirubin urin



1+



Negatif



Glukosa urine



2+



Negatif



Mikroskopis Urine Eritrosit



PENUH



LPB



0-2



Lekosit urin



LPB



0–1



Kristal



LPK



Negatif



LPB



0-1



Lain – lain Sel epitel



d. Radiologi Kesimpulan: Hasil foto polos abdomen tak tampak tanda – tamda ilius, spondylosis lumbalis. Tak tampak baru opaque di proyeksi tractus urinarius, Hasil foto thorax AP membuktikan bahwa pasien cardiomegaly Hasil Pemeriksaan USG abdomen tampak nephrolithiasis kanan



e. Terapi Pengobatan 1. Infus makro dengan cairan NS 20tpm 2. Injeksi laxadin 3 x 10ml 3. Dorium 3x1 4. Renalof 1 x 1 capsul 5. Metphar 1 x 500g 6. KSR 2X1



ANALISA DATA NO 1



DATA



ETIOLOGI Feses keras



Ds :



DIAGNOSA (SDKI) Konstipasi b.d kebiasaan menahan dorongan defekasi



-



Pasien



mengatakan



d.d feses keras dan teraba



kesulitan BAB, hanya



massa pada rektal



keluar kecil – kecil dan berwarna coklat Do:



Keadaan umum : cukup



2



-



TD: 123/64 mmHg



-



N : 75x/mnt



-



S : 36,4oC



-



Rr : 20x/mnt



-



SPO2: 98%



Ds :



Trombosis



Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d



-



Pasien mengeluh nyeri pada



perut



bagian



bawah dan dubur P : Luka dirasakan di perut bagian bawah dan dubur Q : Luka seperti dipukul benda tumpul R: Nyeri hanya berfokus di



pasien mengeluh nyeri dan bersikap protektif



perut bagian bawah dan dubur S: skala nyeri 4 T: nyeri hilang timbul Do : Terdapat masa pada dubur pasien meringis kesakitan Posisi



tidur



pasien



tampak



menghindari area nyeri



3



Ds :



Anuerisma



Risiko Perdarahan ditantai dengan anurisma



Do : pasien



terlihat



meringis



kesakitan terdapat masa pada rektal



DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI) NO



SDKI



1



Konstipasi b.d kebiasaan menahan dorongan defekasi d.d feses keras dan teraba massa pada rektal (D.0049)



2



Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d pasien mengeluh nyeri dan bersikap protektif (D.0077)



3



Risiko Perdarahan ditantai dengan aneurisma (D.0149)



INTERVENSI KEPERAWATAN SDKI



SLKI



SIKI



Konstipasi Definisi: Penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta fases kering dan banyak.



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan eliminasi fekal membaik. Dengan kriteria hasil:



Manajemen Eliminasi Fekal (1.04151)



SLKI: Elininasi Fekal (L.04033)



- Identifkasi masalah usus dan pengunaan obat pencahar - Identikasi pengobatan yang berefek pada kondisi gastrointestinal - Monitor buang air besar (mis. Warna, frekuensi. Konsistensi, volume) - Monitor tanda gejala diare Terapeutik - Berikan air hangat setelah makan - Jadwalkan waktu defekasi Bersama pasien - Sediakan makanan tinggi serat Edukasi - Jelaskan jenis makanan yang membantu menngkatkan keteraturan peristaltic usus - Anjurkan mencatat warna, fekuensi, konsistensi, volume feses - Anjurkan meningkatkan akifitas fisik, sesuai toleransi - Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan pembentukan gas - Anjurkan mengkonsumsi yang mengandung tinggi serat]anjurkan meningkatkan asupan cairan, jika tidak ada kontraindikasi Kolaborasi -kolaborasipemberin obat supositoria anal. Jika perlu



No



Indikator



1



2



3



4



5



1A



Keluhan defekasi lama dan sulit



1



2



3



4



5



5C



Konsistesnsi feses



1



2



3



4



5



Mengejan saat defekasi



1



2



3



4



5



Nyeri abdomen



1



2



3



4



5



Teraba masa pada fekal



1



2



3



4



5



Penyebab Fisiologis • • • • • • •



Penurunan motilitas gastrointestinal Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi Ketidakcukupan diet Ketidakcukupan asupan serat Ketidakcukupan asupan cairan Aganglionik (mis. penyakit Hircsprung) Kelemahan otot abdomen



Psikologis • • •



Konfusi Depresi Gangguan emosional



Keterangan: A: 1 : Menurun 2 : Cukup menurun



Situasional • • • • • • • •



Perubahan kebiasaan makan (mis. jenis makanan, jadwal makan) Ketidakadekuatan toileting Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan Penyalahgunaan laksatif Efek agen farmakologis Ketidakteraturan kebiasaan defekasi Kebiasaan menahan dorongan defekasi Perubahan lingkungan



3 : Sedang 4 : Cukup meningkat 5 : Meningkat



B: 1 : Meningkat 2: Cukup meningkat 3 : Sedang 4 : Cukup menurun 5 : Menurun C:



Observasi :



Gejala dan Tanda Mayor



1 : Memburuk 2 :Cukup memburuk



Subjektif



3 : Sedang •



Defekasi kurang dari 2 kali seminggu Pengeluaran fases lama dan sulit







Objektif • •



Feses keras Peristalitik usus menurun



Gejala dan Tanda Minor Subjektif •



Mengejan saat defekasi



Objektif 4. 5. 6.



Distensi abdomen Kelemahan umum Teraba massa pada rektal



Kondisi Klinis Terkait • • • • • • • • • • • • • • • • • • •



Lesi/cedera pada medula spinalis Spina bifida Stroke Sklerosis multipel Penyakit parkinson Demensia Hiperparatiroidisme Hipoparatiroidisme Ketidakseimbangan elektrolit Hemoroid Obesitas Pasca operasi obstruksi bowel Kehamilan Pembesaran prostat Abses rektal Fisura anorektal Striktura anorektal Prolaps rektal Ulkus rektal



4 : Cukup membaik 5 : Membaik







Rektokel



• • •



Tumor Penyakit Hircsprung Impaksi feses



Risiko Perdarahan Definisi:



berisiko



kehilangan



darah



mengalami baik



internak



(terjadi di dalam tubuh maupun



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan tingkat perdarahan menurun. Dengan kriteria hasil:



Pencegahan perdarahan



SLKI: Tingkat Perdarahan



eksternal) Factor Risiko:



▪ Monitor tanda dan gejala perdarahan



No



Indikator



1



2



3



4



5



▪ Monitor nilai hematokrit/homoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah



1A



Perdarahan anus



1



2



3



4



5



▪ Monitor tanda-tanda vital ortostatik



Tekanan darah



1



1. Aneurisma 2. Gangguan gastrointestinal



Observasi



2A



3. Gangguan fungsi hati



2



3



4



5



▪ Monitor koagulasi (mis. Prothombin time (TM), partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen, degradsi fibrin dan atau platelet) Terapeutik



4. Komplikasi kehamilan



▪ Pertahankan bed rest selama perdarahan



5. Gangguan koagulasi 6. Efek agen farmakologis



:



▪ Batasi tindakan invasif, jika perlu



7. Tindakan pembedahan



1 : Menurun



▪ Gunakan kasur pencegah dikubitus



8. Komplikasi pasca partum



2 : Cukup menurun



▪ Hindari pengukuran suhu rektal



9. Trauma



3 : Sedang



Edukasi



4 : Cukup meningkat



▪ Jelaskan tanda dan gejala perdarahan



5 : Meningkat



▪ Anjurkan mengunakan kaus kaki saat ambulasi



10. Kurang



terpapar



informasi



pencegahan perdarahan 11. Proses keganasan Kondisi Klinis Terkait:



B:



14. Aneurisma 15. Koagulopati



intravaskuler



1 : Meningkat 2: Cukup meningkat



diseminata 16. Sirosis hepatis



3 : Sedang



17. Ulkus lambung



4 : Cukup menurun



18. Varises



5 : Menurun



19. Trombositopenia 20. Ketuban



pecah



▪ Anjurkan meningkatkan asupan untuk menghindari konstipasi ▪ Anjurkan menghindari antikoagulan



aspirin



cairan atau



▪ Anjurkan meningkatkan asupan makan dan vitamin K ▪ Anjrkan segera perdarahan



melapor



jika



terjadi



C: sebelum 1 : Memburuk



Kolaborasi



21. Plasenta previa / abrubsio



2 :Cukup memburuk



22. Retensi plasenta



3 : Sedang



▪ Kolaborasi pemberian obat dan mengontrol perdarhan, jika perlu



23. Tindakan pembedahan



4 : Cukup membaik



waktunya



24. Kanker



▪ Kolaborasi pemberian prodok darah, jika perlu ▪ Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika



25. Trauma



5 : Membaik



perlu



26. atonia



Nyeri Akut Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan Penyebab: • • •



Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan) Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)



Gejala dan tanda mayor: Subyektif: • Mengeluh Nyeri Obyektif: • Tampak meringis • Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri) • Gelisah • Frekuensi nadi meningkat • Sulit tidur Gejala dan tanda minor: Subyektif: • Tidak tersedia Obyektif: • Tekanan darah meningkat • pola napas berubah • nafsu makan berubah • proses berpikir terganggu • Menarik diri • Berfokus pada diri sendiri • Diaforesis



Tujuan: Setelah dilakukan tindakan SIKI: menejemen nyeri (I.08238) keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri menurun. Dengan kriteria Observasi hasil: • Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas SLKI: Tingkat Nyeri (L.08066) nyeri No Indikator 1 2 3 4 5 • Identifikasi skala nyeri • Identifikasi respons nyeri non verbal 1A Kemampuan 1 2 3 4 5 • Identifikasi faktor yang memperberat menuntaskan dan memperingan nyeri aktivitas • Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri 2B Keluhan 1 2 3 4 5 • Identifikasi pengaruh nyeri pada Nyeri kualitas hidup 3B Meringis 1 2 3 4 5 • Monitor efek samping penggunaan analgetik 4B Sikap 1 2 3 4 5 Protektif Terapeutik 5B



Gelisah



1



2



3



4



5



6B



Kesulitan tidur



1



2



3



4



5



7C



Frekuensi nadi



1



2



3



4



5



• • • •



Keterangan:



Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri Fasilitasi istirahat dan tidur Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri



A: 1 : Menurun 2 : Cukup menurun 3 : Sedang 4 : Cukup meningkat 5 : Meningkat



Edukasi • • •



Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri Jelaskan strategi meredakan nyeri Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri



Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu



B: 1 : Meningkat 2: Cukup meningkat 3 : Sedang 4 : Cukup menurun 5 : Menurun



C: 1 : Memburuk 2 :Cukup memburuk 3 : Sedang 4 : Cukup membaik 5 : Membaik



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI



No. 1.



SDKI Konstipasi b.d kebiasaan menahan dorongan defekasi d.d feses keras dan teraba massa pada rektal



IMPLEMENTASI Manajemen (1.04151)



Eliminasi



EVALUASI Fekal S: Pasien mengatakan masih susah BAB



Observasi :



O:



- Identifkasi masalah usus dan pengunaan obat pencahar - Identikasi pengobatan yang berefek pada kondisi gastrointestinal - Monitor buang air besar (mis. Warna, frekuensi. Konsistensi, volume) - Monitor tanda gejala diare Terapeutik - Berikan air hangat setelah makan - Jadwalkan waktu defekasi Bersama pasien - Sediakan makanan tinggi serat



TD: 103/47 mmHg



Edukasi - Jelaskan jenis makanan yang membantu menngkatkan keteraturan peristaltic usus - Anjurkan mencatat warna, fekuensi, konsistensi, volume feses - Anjurkan meningkatkan akifitas fisik, sesuai toleransi - Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan pembentukan gas - Anjurkan mengkonsumsi yang mengandung tinggi serat]anjurkan meningkatkan asupan cairan, jika tidak ada kontraindikasi



N: 70x/mnt RR: 22x/mnt Suhu: 36,7oC spO2: 97%



A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan Intervensi



Kolaborasi -kolaborasipemberin obat supositoria anal. Jika perlu 2. Nyeri akut b.d agen



pencedera fisiologis d.d pasien mengeluh nyeri dan bersikap protektif



menejemen nyeri (I.08238) Observasi •



• • •



• • •



S: Pasien mengatakan masih terasa nyeri dibagian perut bawah dan lokasi, anus durasi, - P: terasa nyeri jika kualitas, ditekan



Identifikasi karakteristik, frekuensi, intensitas nyeri - Q : nyeri seperti Identifikasi skala nyeri dihantam benda Identifikasi respons nyeri tumpul non verbal Identifikasi faktor yang - R : nyeri di satu memperberat dan titik memperingan nyeri - S : skala nyeri 4 Identifikasi pengetahuan (nyeri sedang) dan keyakinan tentang nyeri Identifikasi pengaruh nyeri - T : hilang – timbul pada kualitas hidup Monitor efek samping O: Pasien tampak meringis kesakitan penggunaan analgetik



Terapeutik •



• • •



Berikan teknik P: Lanjutkan Intervensi nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri Fasilitasi istirahat dan tidur Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri



Edukasi • •



A: Masalah Belum Teratasi



Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri Jelaskan strategi meredakan







nyeri Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri



Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu 3. Risiko Perdarahan



dibuktikan denga aneurisma



MANAJEMEN CAIRAN (I.03098) S: Pasien mengatakan nyeri pada area dubur 1. Observasi O: tampak massa pada ▪ Monitor status hidrasi ( mis, rektal frek nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, A: Masalah belum teratasi kelembapan mukosa, turgor P: Lanjutkan Intervensi kulit, tekanan darah) ▪



Monitor berat badan harian







Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin , BUN)







Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP jika tersedia) 2. Terapeutik



▪ Catat



intake output dan hitung balans cairan dalam 24 jam



▪ Berikan



asupan cairan sesuai kebutuhan



▪ Berikan



cairan intravena bila



perlu 3. Kolaborasi Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu



Tanggal 26 Mei 2021 No. 1.



SDKI Konstipasi b.d kebiasaan menahan dorongan defekasi d.d feses keras dan teraba massa pada rektal



IMPLEMENTASI Manajemen (1.04151)



Eliminasi



EVALUASI Fekal S: Pasien mengatakan masih susah BAB



Observasi :



O:



- Identifkasi masalah usus dan pengunaan obat pencahar - Identikasi pengobatan yang berefek pada kondisi gastrointestinal - Monitor buang air besar (mis. Warna, frekuensi. Konsistensi, volume) - Monitor tanda gejala diare Terapeutik - Berikan air hangat setelah makan - Jadwalkan waktu defekasi Bersama pasien - Sediakan makanan tinggi serat



TD: 132/70 mmHg



Edukasi - Jelaskan jenis makanan yang membantu menngkatkan keteraturan peristaltic usus - Anjurkan mencatat warna, fekuensi, konsistensi, volume feses - Anjurkan meningkatkan akifitas fisik, sesuai toleransi - Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan pembentukan gas - Anjurkan mengkonsumsi yang mengandung tinggi serat]anjurkan meningkatkan asupan cairan, jika tidak ada kontraindikasi Kolaborasi



N: 782/mnt RR: 20x/mnt Suhu: 36,7oC spO2: 98%



A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan Intervensi



-kolaborasipemberin obat supositoria anal. Jika perlu 4. Nyeri akut b.d agen



pencedera fisiologis d.d pasien mengeluh nyeri dan bersikap protektif



menejemen nyeri (I.08238) Observasi •



• • •



• • •



S: Pasien mengatakan masih terasa nyeri dibagian perut bawah dan lokasi, anus durasi, - P: terasa nyeri jika kualitas, ditekan



Identifikasi karakteristik, frekuensi, intensitas nyeri - Q : nyeri seperti Identifikasi skala nyeri dihantam benda Identifikasi respons nyeri tumpul non verbal Identifikasi faktor yang - R : nyeri di satu memperberat dan titik memperingan nyeri - S : skala nyeri 4 Identifikasi pengetahuan (nyeri sedang) dan keyakinan tentang nyeri Identifikasi pengaruh nyeri - T : hilang – timbul pada kualitas hidup Monitor efek samping O: Pasien tampak meringis kesakitan penggunaan analgetik



Terapeutik •



• • •



Berikan teknik P: Lanjutkan Intervensi nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri Fasilitasi istirahat dan tidur Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri



Edukasi • •



A: Masalah Belum Teratasi



Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri Jelaskan strategi meredakan nyeri







Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri



Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu 5. Risiko Perdarahan



dibuktikan denga aneurisma



MANAJEMEN CAIRAN (I.03098) S: Pasien mengatakan nyeri pada area dubur 4. Observasi O: tampak massa pada ▪ Monitor status hidrasi ( mis, rektal frek nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, A: Masalah belum teratasi kelembapan mukosa, turgor P: Lanjutkan Intervensi kulit, tekanan darah) ▪



Monitor berat badan harian







Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin , BUN)







Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP jika tersedia) 5. Terapeutik







Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24 jam







Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan







Berikan cairan intravena bila perlu 6. Kolaborasi Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu



Tanggal 27 Mei 2021132 No. 1.



SDKI Konstipasi b.d kebiasaan menahan dorongan defekasi d.d feses keras dan teraba massa pada rektal



IMPLEMENTASI Manajemen (1.04151)



Eliminasi



EVALUASI Fekal S: Pasien bisa BAB cair



Observasi : - Identifkasi masalah usus dan pengunaan obat pencahar - Identikasi pengobatan yang berefek pada kondisi gastrointestinal - Monitor buang air besar (mis. Warna, frekuensi. Konsistensi, volume) - Monitor tanda gejala diare Terapeutik - Berikan air hangat setelah makan - Jadwalkan waktu defekasi Bersama pasien - Sediakan makanan tinggi serat Edukasi - Jelaskan jenis makanan yang membantu menngkatkan keteraturan peristaltic usus - Anjurkan mencatat warna, fekuensi, konsistensi, volume feses - Anjurkan meningkatkan akifitas fisik, sesuai toleransi - Anjurkan pengurangan asupan makanan yang meningkatkan pembentukan gas - Anjurkan mengkonsumsi yang mengandung tinggi serat]anjurkan meningkatkan asupan cairan, jika tidak ada kontraindikasi Kolaborasi



O: TD: 168/88 mmHg N: 76x/mnt RR: 20x/mnt Suhu: 36,7oC spO2: 97%



A: Masalah belum teratasi P: intervensi dihentikan (pasien dirujuk)



-kolaborasipemberin obat supositoria anal. Jika perlu 6. Nyeri akut b.d agen



pencedera fisiologis d.d pasien mengeluh nyeri dan bersikap protektif



menejemen nyeri (I.08238) Observasi •



• • •



• • •



S: Pasien mengatakan masih terasa nyeri dibagian perut bawah dan lokasi, anus durasi, - P: terasa nyeri jika kualitas, ditekan



Identifikasi karakteristik, frekuensi, intensitas nyeri - Q : nyeri seperti Identifikasi skala nyeri dihantam benda Identifikasi respons nyeri tumpul non verbal Identifikasi faktor yang - R : nyeri di satu memperberat dan titik memperingan nyeri - S : skala nyeri 4 Identifikasi pengetahuan (nyeri sedang) dan keyakinan tentang nyeri Identifikasi pengaruh nyeri - T : hilang – timbul pada kualitas hidup Monitor efek samping O: Pasien tampak meringis kesakitan penggunaan analgetik



Terapeutik •



• • •



Berikan teknik P: intervensi dihentikan nonfarmakologi untuk (pasien dirujuk) mengurangi rasa nyeri Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri Fasilitasi istirahat dan tidur Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri



Edukasi • •



A: Masalah Belum Teratasi



Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri Jelaskan strategi meredakan nyeri







Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri



Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu 7. Risiko Perdarahan



dibuktikan denga aneurisma



MANAJEMEN CAIRAN (I.03098) S: Pasien mengatakan nyeri pada area dubur 7. Observasi O: tampak massa pada ▪ Monitor status hidrasi ( mis, rektal frek nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, A: Masalah belum teratasi kelembapan mukosa, turgor P: intervensi dihentikan kulit, tekanan darah) (pasien dirujuk) ▪ Monitor berat badan harian ▪



Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin , BUN)







Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP jika tersedia) 8. Terapeutik ▪



Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24 jam







Berikan cairan kebutuhan







Berikan cairan intravena bila perlu



9. Kolaborasi Kolaborasi pemberian



asupan sesuai



diuretik, jika perlu