LP Asam Urat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASAM URAT Dosen Pembimbing: Siti Fatimah, S.Kp, M.Pd



Disusun oleh : NAMA : RANI KUMALASARI NIM



: 3720190035



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH JAKARTA 2020



LAPORAN PENDAHULUAN ASAM URAT



A. Pengertian Penyakit asam urat atau biasa dikenal dengan gout merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat merupakan hasil samping dari pemecahan sel yang terdapat di dalam darah, karena tubuh secara berkesinambungan memecah dan membentuk sel yang baru. Oleh karena penyakit gout menyerang sendi, maka dapat disebut juga sebagai Gout Artritis. Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia (Brunner & Suddarth, 2001). Gout Arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh tingginya kadar asam urat dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi didalam darah melebihi



batas normal menyebabkan penumpukan asam urat didalam



persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah yang membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang (Teguh susanto, 2013). Asam urat merupakan penyakit heterogen meliputi hiperurikemia, serangan artritis akut yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi kristal urat di dalam dan sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbulkan batu saluran kemih (Edu S.Tehupeiory, 2000). B. Penyebab  Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat.  Jenis kelamin dan umur Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih beresiko terjadinya asam urat yaitu umur (30 tahun keatas), sedangkan wanita terjadi pada usia menopouse (50 – 60 tahun).



 Berat badan. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout berkembang karena ada jaringan yang tersedia untuk omset atau kerusakan, yang menyebabkan kelebihan produksi asam urat.  Konsumsi Alkohol Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan hiperurisemia, karena alcohol mengganggu dengan penghapusan asam urat dari tubuh.  Diet Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau memperburuk gout. Misalnya makanan yang tinggi purin: kacang–kacangan, rempelo dll.  Obat–obatan Tertentu Sejumlah



obat



dapat



menempatkan



orang



pada



risiko



untuk



mengembangkan hiperurisemia dan gout. Diantaranya golongan obat jenis diuretik, salisilat, niasin, siklosporin, levodova. Menurut (Ahmad, 2011) jenis asam urat yaitu: a. Gout primer Pada gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). b. Gout sekunder Pada gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin tinggi. C. Tanda dan gejala 1. Nyeri tulang sendi, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi Metatarsofalangeal. 2. Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi 3. Trofi pada ibu Jari, mata kaki dan pinna telinga 4. Peningkatan suhu tubuh. D. Patofisiologi Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat



menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi. Hiperurecemia merupakan hasil: 1. Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal. 2. Menurunnya ekskresi asam urat. 3. Kombinasi keduanya. Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam– garam urat yang akan berakumulasib atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi. Pada penyakit gout akut tidak ada gejala–gejala yang timbul. Serum urat maningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama–kelamaan penyakit ini akan menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal. Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terin!lamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang–kadang gejalanya disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan dengan interval yang tidak teratur. Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke 6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan polyarticular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout kronik ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada kartilago, membrane synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles dan organinternal seperti ginjal. Kulit luar mengalami ulcerasi dan mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri dari kristal asam urat.



E. Pathway



F. Pencegahan 1. Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu : Jeroan (Jantung, hati, lidah, ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring, Kacang–kacangan, Bayam, Udang, Daun melinjo.



2. Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan tetap memperhatikan Jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urine. 3. Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine. 4. Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa. 5. Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15% dari total kalori. 6. Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah– buahan segar yang mengandung banyak air. Buah–buahan yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, danj'ambu air. Selain buah–buahan tersebut, buah–buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah–buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah– buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian,karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi. 7. Tanpa alcohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.



G. Penatalaksanaan Menurut Nurarif (2015), Penanganan Gout Arthritis biasanya dibagi menjadi penanganan serangan Akut dan penanganan serangan Kronis. Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini :  Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.  Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan Kristal Urat pada jaringan, terutama persendian.  Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik. 1. Terapi Non Farmakologi Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam penanganan Gout Arthritis, seperti istirahat yang cukup, menggunakan kompres hangat, modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan. Selain itu, terapi Non farmakologi: a. Pembatasan makanan tinggi purin (± 100 – 150 mg purin/hari). b. Cukup kalori sesuai kebutuhan yang didasarkan pada TB dan BB. c. Tinggi karbohidrat kompleks (nasi, roti, singkong, ubi) disarankan tidak kurang dari 100 g/hari. d. Rendah protein yang bersumber hewani. e. Rendah lemak, baik dari nabati atau hewani. f. Tinggi cairan. Usahakan dapat menghabiskan minuman sebanyak 2,5 liter atau sekitar 10 gelas sehari dapat berupa air putih masak, teh, sirop atau kopi. g. Tanpa alkohol, termasuk tape dan brem perlu dihindari juga. Alkohol dapat meningkatkan asam laktat plasma yang akan menghambat pengeluaran asam urat. 2. Farmakologi a. Pengobatan fase akut, obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri dan inflamasi (colchicine, indometasin, fenilbutazon, kortikostropin) b. Pengobatan hiperurisemia, terbagi dua golongan, yaitu : Golongan urikosurik (probenesid, sulfinpirazon, azapropazon, benzbromaron) dan Inhibitor xantin (alopurinol ).



H. Komplikasi 1. Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan tofi yang menyebabkan degenerasi sendi. 2. Hipertensi dan albuminuria. 3. Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik. I.



Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi yang diharapakan dari klien (Iqbal dkk, 2011). Fokus pengkajian pada Lansia dengan Gout Arthritis: a. Identitas Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan. b. Keluhan Utama Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan terjadi peradangan sehingga dapat mengganggu aktivitas klien. c. Riwayat Penyakit Sekarang Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari nyerinya umumnya seperti pegal/ di tusuk-tusuk/ panas/ di tarik-tarik dan nyeri yang dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan sampai menggangu pergerakan dan pada Gout Arthritis Kronis didapakan benjolan atan Tofi pada sendi atau jaringan sekitar. d. Riwayat Penyakit Dahulu Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit Gout Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan sebelumnya dan umumnya klien Gout Arthritis disertai dengan Hipertensi. e. Riwayat Penyakit Keluarga Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.



f. Riwayat Psikososial Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien dalam lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan individu dengan rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan akan program pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya perubahan aktivitas fisik akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap konsep diri yang maladaptif. g. Riwayat Nutrisi Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang mengandung tinggi Purin. h. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan klien melakukan pergerakan yaitu klien melakukan beberapa gerakan bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang dapat muncul pada klien Gout Arthritis yang telah disesuaikan dengan SDKI (2017) adalah: a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis. b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian. c. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit. d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit. e. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan (peradangan kronik akibat adanya kristal urat).



f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian. 3. Rencana Asuhan Keperawatan No



1



Diagnosa



Tujuan dan Kriteria



Keperawatan



Hasil



Intervensi



Nyeri akut



Setelah dilakukan



berhubungan



asuhan keperawatan



nyeri secara



dengan agen



diharapkan nyeri hilang



komprehensif



cedera



atau terkontrol dengan



termasuk lokasi,



biologis



kriteria hasil :



karakteristik, durasi,



1. Melaporkan bahwa



frekuensi dan kualitas



nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri. 2. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri). 3. Menyatakan rasa yaman setelah nyeri berkurang



1. Lakukan pengkajian



nyeri. 2. Pantau kadar asam urat. 3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan. 4. Ajarkan teknik non farmakologi rileksasi napas dalam. 5. Posisikan klien agar merasa nyaman, misalnya sendi yang nyeri diistarahatkan dan diberikan bantalan. 6. Kaloborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri yang tidak berhasil.



DAFTAR PUSTAKA Ahmad, N. 2011. Cara Mencegah dan Mengobati Asam Urat dan Hipertensi. Jakarta: Rineka Cipta. Iqbal, dkk. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta: Media Aeusculapius. Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA Nic-Noc. Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction. PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Edisi 1 Cetakan ke-3 (Revisi). Jakarta: DPP PPNI. Prince, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses–proses Penyakit, Ed. 6, Cet. 1 ; Jil. II. Jakarta. EGC. Suparyanto. Metabolisme Purin dan Pirimidin. m.kes.blogspot.com (Online) 01 Juli 2012.



http://dr-suparyanto



Susanto, Teguh. 2013. Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Yogyakarta: Buku Pintar. Syaifiddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Ed. 3 Cet. 1. Jakarta: EGC.