LP Askep Fredrick Bronkopneumonia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



LAPORAN PENDAHULUAN DANASUHAN KEPERAWATAN PADA An. Z DENGAN DIAGNOSA BRONKOPNEUMONIA



Di Susun Oleh: Tingkat III B/Semester VI Fredrick Immanuel



2018.C.10a.0968



YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI SARJANA KEPERAWATAN TAHUN AKADEMIK 2019/2020



1



LEMBAR PENGESAHAN Laporan ini disusun oleh : Nama



: Fredrick Immanuel



NIM



: 2018.C.10a.0968



Program Studi



: S-1 Keperawatan



Judul



: Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada An. Z Dengan Diagnosa Medis Bronkopneumonia di Ruang RSUD A Palangkaraya.



Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 3 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya. Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh : Mengetahui: Pembimbing Akademik



Ketua Program Studi S1 Keperawatan,



Yelstria Ulina . T., S.Kep. Ners



Meilitha Carolina, Ners., M.Kep



Kata Pengantar Puji syukur  kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah rahmatNya jugalah penyusunan laporan ini dapat terselesaikan dalam bentuk yang sederhana. Walaupun dalam penyusunan laporan ini memenuhi banyak kendala yang dihadapi namun berkat dukungan dan motivasi dari semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Didalam menyelesaikan laporan ini masih banyak hambatan dan kendala yang dihadapi, namun berkat dukungan dan kerja sama yang baik dari semua pihak hingga penulis dapat menyelsaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat.



Palangka Raya, 6 April 2021



Fredrrick Immanuel



ii



DAFTAR ISI



LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................i KATA PENGANTAR .....................................................................................ii DAFTAR ISI ...................................................................................................iv BAB I



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 1.3 Tujuan Penulisan ................................................................... 1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 1.3.2 Tujuan Khusus............................................................... 1.4 Manfaat Penulisan.................................................................. 1.4.1 Untuk Mahasiswa.......................................................... 1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga............................................. 1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)............. 1.4.4 Untuk IPTEK.................................................................



BAB 2



TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyakit..................................................................... 2.1.1 Definisi ......................................................................... 2.1.2 Anatomi fisiologi .......................................................... 2.1.3 Etiologi ......................................................................... 2.1.4 Klasifikasi ..................................................................... 2.1.5 Patofisiologi ................................................................. 2.1.6 Manisfestasi Klinis ....................................................... 2.1.7 Komplikasi ................................................................... 2.1.8 Pemeriksa Penunjang ................................................... 2.1.9 Penatalaksanaan Medis ................................................ 2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ......................................... 2.2.1 Pengkajian Keperawatan .............................................. 2.2.2 Diagnosa Keperawatan ................................................. 2.2.3 Intervensi Keperawatan ................................................



iii



2.2.4 Implementasi Keperawatan .......................................... 2.2.5 Evaluasi keperawatan ................................................... BAB III



ASUHAN KEPERAWATAN 3.1. Pengkajian .............................................................................. 3.1.1. Identitas Klien .............................................................. 3.1.2. Riwayat Kesehatan/Perawatan ..................................... 3.1.3. Pemeriksaan Fisik ........................................................ 3.2 Tabel Analisa Data.................................................................. 3.3 Rencana Keperawatan ........................................................... 3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan..............................



BAB IV



PENUTUP 4.1 Kesimpulan............................................................................... 4.2 Saran.........................................................................................



Daftar Pustaka Lampiran Jurnal



1



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini perkembangan



ilmu dan teknologi sangat



berpengaruh dalam berbagai bidang kehidupan yaitu salah satunya dalam bidang kesehatan. Dengan adanya hal



tersebut, berbagai upaya telah



dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat, khususnya kesehatan anak. Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Tumbuh kembang anak merupakan hasil dari interaksi antara faktor genetik, lingkungan, bio-psiko-sosial, dan prilaku yang saling berkaitan. Ketiga faktor tersebut dapat mempengaruhi terjadinya penyakit. Penyakit infeksi yang sering menimbulkan kematian yaitu penyakit saluran pernafasan salah satunya seperti bronkopneumonia. Bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan aspirasi benda asing. Kasus ini biasa ditandai dengan suhu tubuh meningkat, sesak, lemah dan batuk disertai spuntum. Bronkhopneumonia yang tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi seperti pelebaran bronkus local yang bersifat patologis (bronkiektaksis), selaput paru terisi cairan atau nanah (efusi pleura dan empiema), defisiensi oksigen darah (hipoksemia akibat gangguan difusi).



Berdasarkan hasil survey Kesehatan Rumah Tangga



(SKRT) tahun 2001 penyakit saluran nafas bawah merupakan penyakit penyebab kematian kedua di Indonesia. Menurut data SEAMIC HEALTH STATISTIC tahun 2001 pneumonia merupakan penyebab kematian nomor enam di Indonesia. Berdasarkan catatan medik RSUD Wangaya Denpasar, pada tiga bulan terakhir sebelum pengkajian yaitu dari Bulan Maret sampai Mei 2009 didapatkan jumlah pasien anak yang dirawat di RSUD Wangaya Denpasar sebanyak 437 orang dan jumlah pasien anak ke ruang Kaswari sebanyak 384 orang dengan penyakit saluran pernafasan 66 orang (17,19%). Dari 66 orang yang menderita gangguan sistem pernafasan sebanyak 61 orang (92,84%) dengan bronkopneumonia dan 5 orang (7,58%)



1



dengan penyakit sistem



pernafasan lainnya dan tidak ada pasien yang meninggal karena penyakit pernafasan selama dirawat di ruang Kaswari. Perawatan yang diutamakan pada pasien dengan bronkopneumonia antara lain menjaga kelancaran pernafasan, kebutuhan istirahat, kebutuhan nutrisi dan cairan, mengontrol suhu tubuh, mencegah komplikasi. Kendati terdapat pengobatan pneumonia, tetapi daya tahan tubuh seseorang (status imunisasi) merupakan faktor penting bagi pencegahan dan proses penyembuhan terhadap serangan penyakit ini. Pola hidup yang sehat termasuk makan makanan bergizi, berolahraga, tidur yang cukup merupakan usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini. Dalam hal ini perawat dituntut mempunyai pemahaman sikap dan keterampilan dalam mengkaji, intervensi dengan cepat, implementasi dan mengevaluasi hasil. 1.2



Rumusan Masalah Bagaimana asuhan keperawatan pada An.Z dengan diagnose medis



Bronkopneumonia tahun 2021?” 1.3



Tujuan Penulisan



1.3.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan asuhan keperawatan kebutuhan dasar manusia Pada An.Z dengan diagnosa medis Bronkopneumonia di Ruang Aster Palangka Raya tahun 2021. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Penyakit Febris ? 1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Padapasien Penyakit Bronkopneumonia? 1.3.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada An.Z? 1.3.2.4Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi keperawatan pada An.Z? 1.3.2.5 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada An.Z? 1.3.2.6 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada An.Z ?



1.3.2.7 Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan pada An.Z? 1.4 Manfaat 1.4.1 Bagi Mahasiswa Memberikan manfaat pada Sesama Mahasiswa yaitu memberikan gambaran dan menjadi acuan dalam asuhan keperawatan pada pasien Bronkopneumonia dimulai dari pengkajian, analisa data, perumusan diagnosa, penyusunan rencana tindakan keperawatan dan evaluasi tindakan keperawatan. 1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga Laporan ini diharapkan dapat menjadi bukti tindakan Keperawatan apa saja yang sudah dilakukan dan sekaligus menjadi Refrensi dalam rangka menambah pengetahuan Klien dan Keluarga Klien tentang Bronkopneumonia. 1.4.3 Bagi Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit) Laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan sebagai SOP dalam memberikan asuhan keperawatan mandiri pada pasien Bronkopneumonia dan diharapkan menjadi referensi dan masukan dalam menyusun asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medisFebris. 1.4.4 Untuk IPTEK Laporan ini diharapkan dapat dipublikasikan sehingga dapat menjadi sumber informasi atau refrensi dalam bentuk elektronik.Atau e-book.



4



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Penyakit 2.1.1



Definisi Febris Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal, dari



bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. ( Dahlan, 2011). Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer, 2011). Bronkopneumonia merupakan bagian secara morfologis dari pneumonia dimana inflamasi paru terjadi pada ujung akhir bronkiolus. (Wong, 2013, hal 460). Bronchopneumoni merupakan salah satu jenis pneumonia yang memiliki pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi & meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C, 2012). Bronkopneumonia menurut Ngastiyah (2013) merupakan salah satu pembagian dari pneumonia menurut dasar anatomis. Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacammacam, seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing (Ngastiyah, 2013). Pneumonia merupakan peradangan alveoli atau pada parenchim paru yg umumnya terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani, 2011). Pneumonia ialah suatu peradangan yg mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yg mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta dapat menimbulkan konsolidasi jaringan paru & menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2011).



4



2.1.2



Etiologi Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh



adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang  yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat. Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain: a.       Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella. b.      Virus    : Legionella pneumoniae c.       Jamur   : Aspergillus spesies, Candida albicans d.      Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru e.       Terjadi karena kongesti paru yang lama. Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya  tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis crani, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettina, 2001 : 682) Menurut Whaley’s dan Wong (1996: 1400) disebutkan bahwa  Streptococus, staphylococcus atau basil ektrik sebagai agen penyebab di bawah umur 3 bulan.  Selain itu juga dapat disebabkan oleh bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza,



Basilus



Friendlander



(Klebsial



Pneumoni),



Mycobacterium



Tuberculosis. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.Jamur Blastomices



:



Citoplasma



Dermatides,



Capsulatum,



Cocedirides



Immitis,



Criptococcus Aspergillus Sp,



Nepromas, Candinda



Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing. 2.1.3



Klasifikasi Berikut merupakan klasifikasi pneumonia : 1. Community Acquired Pneunomia dimulai juga sebagai penyakit pernafasan umum & dapat berkembang menjadi sebuah pneumonia. Pneumonia Streptococal ialah suatu  organisme penyebab umum.



Type pneumonia ini umumnya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang lanjut usia 2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal juga sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti ini ialah suatu  aeruginisa pseudomonas. Klibseilla / aureus stapilococcus, ialah bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia. 3. Lobar & Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Saat Ini ini pneumonia diklasifikasikan berdasarkan organisme, bukan cuma menurut lokasi anatominya. 4. Pneumonia viral, bakterial & fungi dikategorikan berdasarkan dari agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan organisme perusak.(Reeves, 2011). 2.1.4 Patofisiologi Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru melaui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk ke dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi peradangan pada dinding bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya. Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana proses peradangan ini dapat dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain : a.       Stadium Kongesti (4 – 12 jam) Dimana l obus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak, pada perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan kemerahan (eksudat masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi) b.      Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya) Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah merah fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang berdekatan mengandung eksudat fibrinosa kekuningan). c.       Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari) Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi pus. d.      Stadium Resolusi (7 – 11 hari) Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada struktur semua (Sylvia Anderson Pearce, 1995 : 231- 232).



Bakteri dan virus penyebab terisap ke paru perifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, sehingga akan mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadinya sel PMN (polimofonuklear) fibrin eritrosit, cairan edema dan kuman alveoli. Kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibril dan leukosit PMN di alveoli dan proses fagositosis yang cepat dilanjutkan stadium resolusi dengan meningkatnya jumlah sel makrofag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya febrio serta menghilangkan kuman dan debris (Mansjoer, 2000: 966).



2.1.5.2 WOC 8



WOC BRONKOPNEUMONIA



FAKTOR RESIKO



 



Penderita sakit berat yang dirawat di RS Orang yang mengalami penurunan sistem pertahanan tubuh



Etiologi



Bakteri, Virus



Aspirasi sekresi orofaringeal, Aspirasi flora normal yang ada dalam mulut



Inhalasi dan invasi mikroba ke saluran pernapasan



8



Iritasi jalan napas



Adanya percikan saliva/mukus ke alveoli



Disfungsional silia



Penyebaran kuman di alveoli



Inflamasi bronkus



Peradangan alveoli



Peningkatan sel PMN



Edema antara kapiler dan alveoli



Penumpukan eksudat serosa di bronkial dan bronkiolus terminal



Pengerasan dinding paru



Ekstrapasasi eksudat serosa ke dalam alveoli



Konsolidasi daerah paru



BRONKOPNEUMONIA



B1



Kuman berlebih di bronkus



Proses peradangan dinding bronkus



Akumulasi sekret di bronkus



Kollaps alveoli



Penurunan ratio ventilasi



Kapasitas difusi menurun



Suplai oksigen menurun Obstruksi jalan nafas Kerja napas meningkat MK : Bersihan jalan nafas tidak efektif



Dyspnea



B2



B3



B4



Infeksi pulmonary



Hipoksia jaringan otak



Oksigen dalam tubuh menurun



Penurunan volume ekspirasi paksa



Anoksi jaringan



Iskemia jaringan otak



Infark otak Peningkatan volume residu



CO menurun



Ketidakcukupan pengisian sistem arteri



MK : Gg. Perfusi jaringan



Penimbunan asam laktat Peradangan selaput otak



Tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal



Edema jaringan otak



Oliguria Asidosis Metabolik



Defisit fungsi neurologis MK : Gg. Keseimbangan asam basa



Produksi urine menurun MK : Gg. Eliminasi urine



MK : -



Pola nafas tidak efektif Kerusakan pertukaran gas



Kerusakan sistem motorik dan sensorik



Kaku kuduk, syncope



MK : - Defisit pemenuhan ADL - Defisit perawatan diri - Resti cidera



Demam B5



Psikososial



B6



MK : Gg. Keseimbangan suhu tubuh Suplai O2 ke jaringan menurun Mukus bronkus meningkat



Kuman terbawa di saluran pencernaan



Bau mulut tidak sedap



Infeksi saluran pencernaan



Anoreksia



Intake tidak adekuat



MK: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



- Adanya sesak napas - Perubahan status kesehatan



Hipoperfusi jaringan



Kelemahan Fisik, Fatigue Peningkatan peristaltik usus Malabsorpsi



Diare



MK : Gg. Keseimbangan cairan dan elektrolit



- Ketidaktahuan - Koping individu tidak efektif



Metabolisme anaerob



MK : Intoleransi



MK : -



Ansietas Kurang pengetahuan



2.1.6



Manifestasi Klinis Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis (Barbara C. long, 1996). Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat). Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah: 1.   Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan a.  Nyeri pleuritik b.  Nafas dangkal dan mendengkur c.  Takipnea 2.   Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi a.  Mengecil, kemudian menjadi hilang b.  Krekels, ronki, c.  Gerakan dada tidak simetris 3.   Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium 4.   Diafoesis 5.   Anoreksia 6.   Malaise 7.   Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat 8.   Gelisah 9.   Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan 10. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati (Martin tucker, Susan. 2000)



2.1.7



Komplikasi



a) b) c) d) e) f) 2.1.8



Emfisema : terdapatnya pus pada rongga pleura. Atelektasis     : pengembangan paru yang tidak sempurna. Abses paru        : pengumpulan pus pada jaringan paru yg mengalami peradangan. Meningitis         : peradangan pada selaput otak. Infeksi sistomik Endokarditis     : peradangan pada endokardium. Penatalaksanaan Medis Tujuan penatalaksanaan penderita pneumonia adalah menghilangkan infeksi dan



mencegah terjadinya komplikasi akibat infeksi tersebut. Penatalaksanaan pneumonia didasarkan kepada organisme apa yang menyebabkan pneumonia tersebut (disebut engan terapi empirik). Kebanyakan penderita membaik dengan terapi empirik ini. Kebanyakan pasien dengan pneumonia ditatalaksana di rumah dengan pemberian antibiotik-antibiotik oral. Penderita dengan faktor



resiko untuk menjadi lebih berat dapat



ditatalaksana dengan perawatan di rumah sakit. Monitoring di rumah sakit termasuk kontrol



terhadap frekuensi denyut jantung dan pernafasan, temperatur, dan oksigenisasi. Penderita yang dirawat di rumah sakit biasanya diberikan antibiotik intravena dengan dosis dan pemberian yang terkontrol. Lamanya hari perawatan di rumah sakit sangat bervariasi tergantung bagaimana respon penderita terhadap pengobatan, apakah ada penyakit penyerta/ sebelumnya, dan apakah ada masalah-masalah medis lainnya yang dapat memperberat pneumonia yang dideritanya. Beberapa penderita, termasuk



penderita yang sebelumnya menderita kerusakan paru atau



penyakit paru berat lainnya, penderita dengan imunitas menurun, atau penderita dengan pneumonia yang mengenai lebih dari 1 lobus (disebut multilobar pneumonia), dapat lebih lambat untuk membaik atau mungkin membutuhkan perawatan lebih lama di rumah sakit Berbagai macam regimen antibiotik tersedia untuk terapi pneumonia.



Pemilihan antibiotik mana yang baik digunakan bergantung pada banyak faktor, termasuk :  Penyakit penyerta/ sebelumnya  Terinfeksi dengan bakteri yang resisten antibiotik tertentu. Penderita yang sebelumnya menggunakan antibiotik untuk terapi penyakit lain pada tiga bulan terakir mempunyai faktor resiko yang lebih tinggi untuk terinfeksi bakteri yang resisten antibiotik tertentu. Untuk semua regimen antibiotik, penting untuk menggunakan antibiotik tersebut sampai selesai dan sesuai dengan prosedur penatalaksanaan. Diagnosis etiologi pneumonia sangat sulit untuk dilakukan, sehingga pemberian antibiotik diberikan secara empirik sesuai dengan pola kuman tersering yaitu Streptococcus pneumonia dan H. influenza. Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema, antibiotik adalah golongan sefalosporin. Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam setelah panas turun, dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7 – 10 hari. Bila diduga penyebab pneumonia adalah S.aureus, kloksasilin dapat segera diberikan. Bila alergi terhadap penisilin dapat diberikan cefazolin, klindamisin, atau vancomycin. Lama pengobatan untuk Stafilokokus adalah 3 – 4 minggu. 2.2



Manajemen Asuhan Keperawatan



2.2.1



Pengkajian



2.2.1.3 Anamnesis 1)



Identitas klien Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahsa yang digunkan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal dan jam masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.



2)



Riwayat penyakit sekarang Penyakit bronchopneumonia mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau, putih/ kuning)



dan banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nnafas krekels, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku. 3)



Riwayat penyakit dahulu Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam jangka panjang misalnya debu/ asap.



4)



Riwayat penyaklit keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang paha adalah faktor predispossisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.



1)



Riwayat psikospiritual Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, peran klien dalam keluarga, masyarakat, serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat.



2.2.1.4 Pemeriksaan Fisik Klien tampak Terbaring 2.2.2 Diagnosa Keperawatan 1. Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal (D.0130 Hal : 284) 2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan Proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh fluktuatif (D.0149 hal : 317) 3. Risiko Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap kematian ditandai dengan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi ynag dihadapi (D.0080 hal:180) 2.2.3



Intervensi Keperawatan



2.2.4.1 Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (SDKI D.0001 Halaman 18) Tujuan (Kriteria Hasil) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x7 jam diharapkan Bersihan jalan nafas efektif: 1. Produksi Sputum Menurun (5) 2. Mengi Menurun (5) 3. Dispnea Menurun (5) 4. Frekuensi Nafas membaik (5)



1. 2. 3. 4. 5.



Intervensi Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronki. Beri posisi semi fowler. Beri minum hangat sedikit sedikit tapi sering. Laksanakan tindakan delegatif : Bronchodilator, mukolitik, untuk mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan.



2.2.4.2 Nyeri Akut (SDKI D.0077 hal : 317 Halaman 172) Tujuan (Kriteria Hasil) Setelah dilakukan asuhan



Intervensi 1.



Tentukan



keperawatan selama 1x7 jam diharapkan Termoregulasi normal dengan criteria hasil SLKI : 1. Menunjukan penurunan skala nyeri 2. Wajah tampak rileks.



2. 3. 4. 5. 6. 7.



karakteristik nyeri misalnya tajam, ditusuk, dll. Berikan tindakan kenyamanan Ajarkan tekhnik relaksasi, atau latihan nafas. Berikan tindakan delegasi pemberian analgetika untuk menurunkan nyeri. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa sakit Identifikas i Skala nyeri Identifikas i respon nyeri non verbal



2.2.4.3 Hipertermia (SDKI D.0130 Halaman 284) Tujuan (Kriteria Hasil) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x7 jam diharapkan Termoregulasi membaik : 1. Suhu tubuh membaik (5) 2. Suhu kulit membaik (5)



Intervensi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



1.3.4



Idendtifikasi penyebab hipertermia Monitor suhu tubuh Monitor kadar elektrolit Monitor Komplikasi akibat hipertermia Sediakan lingkungan yang dingin Longgarkan atau kepaskan pakaian Berikan cairan oral Anjurkan tirah baring Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu



Implementasi Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan yang telah



disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal. 1.3.5



Evaluasi Evaluasi adalah perbandingan yang sitematik dan terencana tentang kesehatan pasien



dengan tujuan yang telah dilakukan dengan berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain.



BAB III YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707 E-Mail : [email protected] FORMAT PENGKAJIAN PADA ANAK



I.



Anamnesa Pengkajian Tanggal 3 April 2021 Pukul 10:00 WIB 1. Identitas pasien Nama Klien : An. Z TTL : Samba, 24 Desember 2015 Jenis kelamin : Laki-Laki Agama : Kristen Suku : Dayak Pendidikan : SD Alamat : Jln. G.Obos 12 Diagnosa medis : Bronkopneumonia 2. Identitas penanggung jawab Nama Klien : Ny. A TTL : Buntut Bali, 20 Maret 1995 Jenis kelamin : Perempuan Agama : Kristen Suku : Dayak Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Alamat : Jln. G.Obos 12 Hubungan keluarga : Ibu 3. Keluhan utama Ibu klien mengeluh anaknya sejak 2 hari yang lalu merasakan sesak nafas dan batukbatuk. 4. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Kisaran 5 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita demam, tidak terlalu tinggi, penderita masih mau makan, muntah (-), BAB cair (-), belum ada sesak napas. Ibu pasien membawa penderita berobat ke puskesmas terdekat, namun belum ada perubahan. Kisaran 2 hari sejak berobat, penderita masih demam, muncul sesak napas yang terjadi terus menerus dan tidak dipengaruhi suhu, pasien juga menderita batuk. b. Riwayat kesehatan lalu 1) Riwayat prenatal : Normal 2) Riwayat natal : Normal 3) Riwayat postnatal : Normal 4) Penyakit sebelumnya : Tidak Ada Penyakit Sebelumnya 5) Imunisasi Jenis



BCG



Usia



1 Bln



DPT



Polio



2-4 Bln 1-4 Bln



campak 9 Bln



Hepatiti s