LP Ca Ovarium [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN INDIVIDU LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN KANKER OVARIUM DI RUANG KAMAR BERSALIN RSUD KANJURUHAN KABUPATEN MALANG Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Klinik Maternitas Di RSUD KANJURUHAN KABUPATEN MALANG



Oleh: Nama : ALFINA NUR ALIFAH NIM : P17211191009



PRODI D 4 KEPERAWATAN MALANG JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG TAHUN AJARAN 2021/2022



LEMBAR PENGESAHAN Laporan Pendahuluan dan Asuhan keperawatan pada Ibu dengan Kanker Ovarium Di Ruang Kamar Bersalin RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang. Periode 6 September 2021 s/d 10 September 2021 Tahun Ajaran 2021/2022 Telah



disetujui



dan



disahkan



pada



tanggal



……



Bulan………………



Tahun…………



Malang,



2021



Preceptor Akademik



Sri Mudayatiningsih, S.Kp., M.Kes NIP. 196508281989031003



LAPORAN PENDAHULUAN A. Pengertian Kanker ovarium adalah tumor ganas yang berasal dari ovarium dengan berbagai histologi yang menyerang pada semua umur. Tumor sel germinal lebih banyak dijumpai pada penderita berusia < 20 tahun, sedangkan tumor sel epitel lebih banyak pada wanita usia > 50 tahhun (Manuaba, 2013). Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh di sel ovarium, kanker ovarium terdiri dari sel yang terus tumbuh dan sel ini dapat menghancurkan jaringan disekitarnya, sel kanker dapat menyebar (bermetastasis) ke bagian tubuh yang lain, kanker ovarium juga merupakan penyakit heterogen yang dapat dibedakan menjadi tiga jenis utama, yaitu sex cord stromal tumors, germ cell tumor, dan epithelial ovarium cancer (Canadian Cancer Society, 2017). Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling mematikan sebab pada umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah parah. Tidak ada tes screening awal yang terbukti untuk kanker ovarium. Tidak ada tanda-tanda awal yang pasti. Beberapa wanita mengalami ketidaknyamanan pada abdomen dan bengkak (Digiulio, 2014). B. Etiologi Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Faktor resiko terjadinya kanker ovarium menurut Manuaba (2013) sebagai berikut. 1. Faktor lingkungan: insiden terjadinya ovarium umumnya terjadi di negara industri. 2. Faktor reproduksi a. Meningkatnya siklus ovulatory berhubungan dengan tingginya resiko menderita kanker ovarium karena tidak sempurnanya perbaikan epitel ovarium. b. Induksi



ovulasi



dengan



menggunakan



meningkatkan resiko dua sampai tiga kali.



clomiphene



sitrat



c. Kondisi



yang



dapat



menurunkan



frekuensi



ovulasi



dapat



mengurangi resiko terjadinya kanker. d. Pemakaian pil KB menurunkan resiko hingga 50% jika dikonsumsi selama lima tahun atau lebih. e. Multiparitas, kelahiran multiple, riwayat pemberian ASI. 3. Faktor genetic: 5-10% adalah herediter. Angka resiko terbesar 5% pada penderita satu saudara dan meningkat menjadi 7% bila memiliki dua saudara yang menderita kanker ovarium. C. Patofisiologi Penyebab



pasti



kanker



ovarium



tidak



diketahui



namun



multifaktoral. Resiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan factor lingkungan, reproduksi dan genetik. Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan dengan kanker ovarium epitel terus menjadi subjek perdebatan dan penelitian. Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan perinetoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan. Keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan intraperitoneal. Limfasik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjer pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik. Gejala tidak pasti akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis, sering berkemih, dan disuria, dan perubahan gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang,



dan



konstipasi.pada



beberapa



perempuan



dapat



terjadi



perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hiperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen, beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor, ruptur, atau torsi ovarium.



D. Klasifikasi Menurut Price & Wilson (2012), kanker ovarium belum ada keseragamannya, namun belum ada perbedaan sifat yang begitu berarti. Kanker ovarium dibagi dalam 3 kelompok besar sesuai dengan jaringan asal tumor yaitu sebagai berikut. 1. Tumor-tumor epiteliel Tumor-tumor epiteliel menyebabkan 60% dari semua neoplasma ovarium yang diklarifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas, dan ganas. Keganasan epitel yang paling sering adalah adenomakarsinoma serosa. 2. Tumor stroma gonad



Tumor ovarium stroma berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan. 3. Tumor-tumor germinal Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum, umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan sel germinal adalah teratoma, disgermioma dan tumor sinus endodermal. Sedangkan, menurut Prawirohardjo (2014), klasifikasi stadium menurut FIGO (Federation International de Gynecologis Obstetrics) sebagai berikut: Klasifikasi FIGO Stadium I Ia



Kategori Tumor terbatas pada ovarium Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul utuh, tidak ada tumor pada permukaan luar, tidak terdapat sel kanker pada cairan asites atau pada



Ib



bilasan peritoneum Tumor terbatas pada kedua ovarium, kapsul utuh, tidak terdapat tumor pada permukaan luar, tidak terdapat sel kanker pada cairan asites atau bilasan



Ic



peritoneum Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan satu dari tanda-tanda sebagai berikut : kapsul pecah, tumor pada permukaan luar kapsul, sel kanker positif pada cairan asites atau bilasan



Stadium II



peritoneum Tumor mengenai satu atau dua oavrium dengan



IIa



perluasan ke pelvis Perluasan dan implan ke uterus atau tuba falopi. Tidak ada sel kanker di cairan asites atau bilasan



IIb



peritoneum Perluasan ke organ pelvis lainnya. Tidak ada sel



IIc



kanker di cairan asites atau bilasan peritoneum Tumor pada stadium IIa/IIb dengan sel kanker positif pada cairan asites atau bilasan peritoneum



Stadium III



Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan metastasis ke peritoneum yang dipastikan secara mikroskopik di luar pelvis atau metastasis ke



IIIa IIIb



kelenjar getah bening regional Metastasis peritoneum mikroskopik di luar pelvis Metastasis peritoneum makroskopik di luar pelvis



IIIc



dengan diameter terbesar 2 cm atau kurang Metastasis peritoneum di luar pelvis dengan diameter terbesar lebih dari 2 cm atau metastasis



Stadium IV



kelenjar getah bening regional Metastasis jauh di luar rongga peritoneum. Bila terdapat



efusi



mengandung



pleura, sel



maka



kanker



cairan



positif.



pleura



Termasuk



metastasis pada parenkim hati E. Tanda dan Gejala Menurut Prawirohardjo (2014), tanda dan gejala pada kanker ovarium seperti, perut membesar/merasa adanya tekanan, dyspareunia, berat badan meningkat karena adanya massa/asites, peningkatan lingkar abdomen, tekanan panggul, kembung, nyeri punggung, konstipasi, nyeri abdomen, urgensi kemih, dyspepsia, perdarahan abnormal, flatulens. peningkatan ukuran pinggang, nyeri tungkai, nyeri panggul. Pendapat lain menyatakan bahwa kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. 1. Stadium awal a. Gangguan haid b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum) c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria) d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium) e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul) f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut) 2. Stadium lanjut a. Asites



b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) c. Perut membuncit d. Kembung dan mual e. Gangguan nafsu makan f. Gangguan BAB dan BAK g. Sesak nafas h. Dyspepsia F. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan medis a. Pembedahan Operasi yang dilakukan adalah mengangkat ovarium, baik salah satu maupun kedua ovarium, tergantung kondisi pasien. Selain hanya mengangkat ovarium, operasi juga dapat dilakukan untuk mengangkat rahim (histerektomi) dan jaringan sekitarnya, jika kanker sudah menyebar. Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker ovarium sampai stadium IIA dan dengan hasil pengobatan seefektif radiasi, akan tetapi mempunyai keunggulan dapat meninggalkan ovarium pada pasien usia pramenopouse. Kanker ovarium dengan diameter lebih dari 4 cm menurut beberapa peneliti lebih baik diobati dengan kemoradiasi daripada operasi. b. Radioterapi Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama mulai stadium IIB sampai IV atau bagi pasien pada stadium yang lebih kecil tetapi bukan kandidat untuk pembedahan. Radioterapi dilakukan untuk membunuh sel-sel kanker dengan sinar berenergi tinggi. Radioterapi dapat dikombinasikan dengan kemoterapi atau operasi. Radioterapi biasanya diberikan pada pasien kanker ovarium stadium awal, setelah operasi. Selain itu, radioterapi juga dapat diberikan kepada pasien kanker ovarium stadium akhir, dengan tujuan untuk membunuh sel-sel kanker yang sudah menyebar ke jaringan tubuh lain.



c. Kemoterapi Kemoterapi dilakukan



dengan



pemberian



obat-obatan



untuk



membunuh sel kanker. Kemoterapi dapat dikombinasikan dengan operasi dan radioterapi, serta bisa dilakukan sebelum atau setelahnya. Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi atau radioterapi



bertujuan



untuk



mengecilkan



ukuran



kanker.



Sedangkan kemoterapi yang diberikan setelah operasi atau radioterapi bertujuan untuk membunuh sel kanker yang masih tersisa. Beberapa jenis obat-obatan untuk kemoterapi adalah Carboplatin, Paclitaxel, Etoposide, dan Gemcitabine d. Terapi pendukung Pasien yang sedang menjalani pengobatan kanker ovarium juga akan diberikan terapi pendukung, seperti obat pereda nyeri atau antimual, untuk meredakan gejala kanker ovarium dan mengurangi efek samping dari metode pengobatan kanker. Terapi tersebut diberikan agar pasien lebih nyaman dalam menjalani pengobatan. 2. Penatalaksanaan keperawatan Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker ovarium meliputi pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan klien dan mengurangi kecemasan serta ketakutan klien. Perawat mendukung



kemampuan



klien



dalam



perawatan



diri



untuk



meningkatkan kesehatan dan mencegah komplikasi (Reeder dkk, 2013). Intervensi keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu klien mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan yang realistis, memperjelas nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan kualitas sumber daya keluarga komunitas, dan menemukan kekuatan diri untuk meghadapi masalah. G. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium Menurut Ritu Salani (2011) yang harus dilakukan pada kanker ovarium yaitu:



a. Uji asam deoksiribonukleat mengindikasikan mutase gen yang abnormal. b. Penanda atau memastikan tumor menunjukkan antigen karsinoma ovarium, antigen karsinoembrionik, dan HCG menunjukkan abnormal atau menurun yang mengarah ke komplikasi. 2. Pencitraan USG abdomen, CT scan, atau ronsen menunjukkan ukuran tumor. Pada stadium awal tumor berada di ovarium, stadium II sudah menyebar ke rongga panggul, stadium III sudah menyebar ke abdomen, dan stadium IV sudah menyebar ke organ lain seperti hati, paru-paru, dan gastrointestinal. 3. Prosedur diagnostik Aspirasi cairan asites dapat menunjukkan sel yang tidak khas. Pada stadium III kanker ovarium cairan asites positif sel kanker. 4. Pemeriksaan lain Laparotomi eksplorsai, termasuk evalusai nodus limfe dan reaksi tumor, dibutuhkan untuk diagnosis yang akurat dan penetapan stadium berapa kanker ovarium tersebut. 5. Biopsi Pada pemeriksaan ini, dokter akan mengambil sampel jaringan ovarium untuk diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan ini dapat menentukan apakah pasien menderita kanker ovarium atau tidak. H. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas pasien: meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, asal suku bangsa, tempat lahir, nama dan pekerjaan penanggung jawab. Keganasan kanker ovarium sering ditemui pada usia sebelum menarche atau diatas 45 tahun (Manuaba, 2010). b. Keluhan utama: biasanya mengalami perdarahan yang abnormal atau menorrhagia pada wanita usia subur atau wanita diatas usia 50 tahunatau menopause untuk stadium awal. Pada stadium lanjutan



akan



mengalami



pembesaran



massa



yang



disertai



asites



(Reeder,dkk. 2013). c. Riwayat kesehatan sekarang: gejala kembung, nyeri pada abdomen atau pelvis, kesulitan makan atau merasa cepat kenyang, dan gejala perkemihan kemungkinan menetap Pada stadium lanjut, sering berkemih, konstipasi, ketidaknyamanan pelvis, distensi abdomen, penurunan berat badan, dan nyeri pada abdomen. d. Riwayat kesehatan yang lalu: dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit apa yang pernah diderita pasien sebelumnya dan gangguan yang menjadi pemicu terjadinya kanker ovarium, misalnya pernah memiliki kanker kolon, kanker payudara, dan kanker endometrium. e. Riwayat kesehatan keluarga: data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien, mungkin ada yang pernah mengalami kanker payudara dan kanker ovarium yang beresiko 50%. f. Keadaan psiko-sosial-ekonomi dan budaya: kanker ovarium sering ditemukan pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene. g. Data khusus Data khusus pada pengkajian asuhan keperawatan meliputi: riwayat haid, riwayat obstetri, data psikologis, data aktivitas atau istirahat, data makanan atau cairan, data nyeri atau kenyamanan, pemeriksaan fisik (kesadaran, kepala dan rambut, telinga, wajah, leher,



abdomen,



(pemeriksaan



dan



genetalia),



laboratorium:



Uji



pemeriksaan asam



penunjang



deoksiribonukleat



mengindikasikan mutasi gen yang abnormal. Penanda atau memastikan tumor menunjukkan antigen karsinoma ovarium, antigen karsinoembrionik, dan HCG menunjukkan abnormal atau meningkat yang mengarah ke komplikasi). 2. Diagnosa Keperawatan



Setelah mengkaji semua data pasien, maka ditemukan beberapa diagnosa keperawatan menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia yaitu sebagai berikut: 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, sulit tidur, dan nafsu makan berubah. 2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan kelemahan otot pelvis dibuktikan dengan desakan berkemih (urgensi) dan sering buang air kecil. 3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan dibuktikan dengan cepat kenyang setelah makan, nafsu makan menurun, dan bising usus hiperaktif. 4. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi/ struktur tubuh dibuktikan dengan mengungkapkan aktivitas seksual berubah, merasa hubungan seksual tidak memuaskan, dan mengeluh hubungan seksual terbatas. 5. Resiko infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder 6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dibuktikan dengan merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi,



tampak



gelisah,



meningkat, dan anoreksia.



tampak



tegang,



frekuensi



nadi



3. Intervensi Keperawatan Diagnosa



Tujuan atau Luaran



Intervensi



Keperawatan



(SLKI)



(SIKI)



(SDKI) (D.0077)



Tingkat Nyeri (L.08066)



Nyeri



akut Setelah dilakukan intervensi keperawatan, Observasi:



berhubungan



dengan maka tingkat nyeri menurun, dengan - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,



agen



pencedera kriteria hasil:



fisiologis



dibuktikan a. Kemampuan



dengan



Manajemen Nyeri (1.08238)



mengeluh



nyeri,



intensitas menuntaskan



aktivitas



meningkat



tampak b. Keluhan nyeri menurun



meringis,



bersikap c. Meringis menurun



protektif, gelisah, sulit d. Sikap protektif menurun tidur,



dan



makan berubah.



nafsu e. Gelisah menurun



nyeri - Identifikasi skala nyeri - Identifikasi respon nyeri non-verbal - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri



f. Kesulitan tidur menurun



- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri



g. Menarik diri menurun



- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup



h. Berfokus pada diri sendiri menurun



- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah



i. Diaforesis menurun j. Perasaan depresi (tertekan) menurun



diberikan - Monitor efek samping penggunaan analgetik



k. Perasaan



takut



mengalami



berulang menurun



cedera Terapeutik: - Berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri



l. Anoreksia menurun



(misal: TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,



m. Ketegangan otot menurun



terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres



n. Pupil dilatasi menurun



hangat/dingin, terapi bermain)



o. Muntah dan mual menurun p. Frekuensi nadi membaik



- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)



q. Pola napas membaik



- Fasilitasi istirahat dan tidur



r. Tekanan darah membaik



- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi



s. Proses berpikir membaik



meredakan nyeri



t. Fokus membaik



Edukasi:



u. Perilaku membaik



- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri



v. Nafsu makan membaik



- Jelaskan strategi meredakan nyeri



w. Pola tidur membaik



- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri - Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat - Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri Kolaborasi:



(D.0040)



Eliminasi Urine (L.04034)



Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu Manajemen Eliminasi Urine (1.04152)



Gangguan eliminasi urine dengan



Setelah dilakukan intervensi keperawatan,



berhubungan maka eliminasi urine membaik, dengan - Identifikasi tanda dan gejala retensi urine atau inkontinensia kelemahan kriteria hasil:



urine



otot pelvis dibuktikan a. Sensasi berkemih meningkat dengan berkemih



- Identifikasi



desakan b. Desakan berkemih (urgensi) menurun (urgensi) c. Distensi kandung kemih menurun



dan sering buang air d. Berkemih kecil.



Observasi:



tidak



tuntas



(hesitancy)



menurun



faktor



yang



menyebabkan



retensi



atau



inkontinensia urine - Monitor eliminasi urine (misal: frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan warna) Terapeutik:



e. Volume residu urine menurun



- Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih



f. Urine menetes (dribbling) menurun



- Batasi asupan cairan, jika perlu



g. Nokturia menurun



- Ambil sample urine tengah (midstream) atau kultur



h. Mengompol menurun



Edukasi:



i. Enuresis menurun



- Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih



j. Disuria menurun



- Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine



k. Anuria menurun



- Ajarkan mengambil specimen urine midstream



l. Frekuensi BAK membaik



- Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk



m. Karakteristik urine membaik



berkemih - Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul atau perkemihan



- Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi - Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur Kolaborasi: (D.0019)



Status Nutrisi (L.03030)



Defisit



nutrisi Setelah dilakukan intervensi keperawatan,



berhubungan



Observasi:



dengan maka status nutrisi membaik, dengan - Identifikasi status nutrisi



ketidakmampuan mencerna



Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu Manajemen Nutrisi (1.03119)



kriteria hasil:



makanan a. Porsi



dibuktikan



dengan



makanan



- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan yang



dihabiskan - Identifikasi makanan yang disukai



meningkat



- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien



cepat kenyang setelah b. Kekuatan otot pengunyah meningkat



- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik



makan, nafsu makan c. Kekuatan otot menelan meningkat



- Monitor asupan makanan



menurun, dan bising d. Serum albumin meningkat



- Monitor berat badan



usus hiperaktif.



e. Verbalisasi keinginan untuk mening- - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium katkan nutrisi meningkat



Terapeutik:



f. Pengetahuan tentang pilihan makanan - Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu yang sehat meningkat



- Fasilitasi menentukan pedoman diet (misal: piramida makanan)



g. Pengetahuan tentang pilihan minuman - Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai yang sehat meningkat



- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi



h. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat



- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein - Berikan suplemen makanan, jika perlu



i. Penyiapan dan penyimpanan makanan - Hentikan pemberian makan melalui selang NGT jika asupan yang aman meningkat



oral dapat ditoleransi



j. Sikap terhadap makanan/ minuman Edukasi: sesuai



dengan



tujuan



kesehatan - Anjurkan posisi duduk, jika mampu



meningkat



- Ajarkan diet yang diprogramkan



k. Perasaan cepat kenyang menurun



Kolaborasi:



l. Nyeri abdomen menurun



- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misal:



m. Sariawan menurun n. Rambut rontok menurun o. Diare menurun p. Berat badan membaik q. IMT membaik r. Frekuensi makan membaik s. Nafsu makan membaik t. Bising usus membaik u. Tebal lipatan kulit trisep membaik v. Membran mukosa membaik



antiemetik, pereda nyeri), jika perlu - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu



(D.0069)



Fungsi Seksual (L.07055)



Konseling Seksualitas (1.07214)



Disfungsi



seksual Setelah dilakukan intervensi keperawatan,



berhubungan



dengan maka fungsi seksual membaik, dengan - Identifikasi tingkat pengetahuan, masalah sistem reproduksi,



perubahan



fungsi/ kriteria hasil:



struktur dibuktikan



masalah seksualitas, dan penyakit menular seksual



tubuh a. Kepuasan hubungan seksual meningkat dengan b. Mencari informasi untuk mencapai



mengungkapkan



Observasi:



kepuasan seksual meningkat



- Identifikasi



waktu



disfungsi



seksual



dan



penyebab - Monitor stress, kecemasan, depresi, dan penyebab disfungsi



aktivitas



seksual c. Verbalisasi aktivitas seksual berubah



berubah,



merasa



hubungan



seksual d. Verbalisasi eksitasi seksual berubah - Fasilitasi komunikasi antara pasien dan pasangan



tidak memuaskan, dan mengeluh



menurun menurun



- Berikan kesempatan kepada pasangan untuk menceritakan



menurun f. Keluhan



permasalahan seksual - Berikan pujian terhadap perilaku yang benar



nyeri



saat



berhubungan - Berikan saran yang sesuai kebutuhan pasangan dengan



seksual menurun



menggunakan bahasa yang mudah diterima, dipahami, dan



g. Keluhan hubungan seksual terbatas menurun h. Keluhan



seksual Terapeutik:



hubungan e. Verbalisasi fungsi seksual berubah



seksual terbatas.



kemungkinan



tidak menghakimi Edukasi:



sulit



seksual menurun



melakukan



aktivitas - Jelaskan efek pengobatan, kesehatan, dan penyakit terhadap disfungsi seksual



i. Verbalisasi akivitas seksual berubah - Informasikan pentingnya modifikasi pada aktivitas seksual menurun j. Verbalisasi perilaku seksual berubah Kolaborasi: menurun



Kolaborasi dengan spesialis seksologi, jika perlu



k. Konflik nilai menurun l. Hasrat seksual membaik m. Orientasi seksual membaik n. Ketertarikan pada pasangan membaik Kontrol Risiko (L.14128)



(D.0142)



Pencegahan Infeksi (1.14539)



Resiko



infeksi Setelah dilakukan intervensi keperawatan, Observasi:



dibuktikan



dengan maka kontrol risiko meningkat, dengan Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik



ketidakadekuatan pertahanan sekunder



kriteria hasil:



Terapeutik:



tubuh a. Kemampuan mencari informasi tentang - Batasi jumlah pengunjung faktor risiko meningkat



- Berikan perawatan kulit pada area edema



b. Kemampuan mengidentifikasi faktor - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan risiko meningkat c. Kemampuan



lingkungan pasien mengubah



perilaku - Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi



meningkat d. Komitmen terhadap strategi meningkat



Edukasi: - Jelaskan tanda dan gejala infeksi



e. Kemampuan modifikasi gaya hidup - Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar meningkat



- Ajarkan etika batuk



f. Kemampuan menghindari faktor risiko - Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi meningkat g. Kemampuan



- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi mengenali



perubahan - Anjurkan meningkatkan asupan cairan



status kesehatan meningkat h. Kemampuan



Kolaborasi:



berpartisipasi



dalam Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu



skrining risiko meningkat i. Penggunaan



fasilitas



kesehatan



sistem



pendukung



meningkat j. Penggunaan meningkat k. Pemantauan (D.0080)



perubahan



status



kesehatan meningkat Tingkat Ansietas (L.09093)



Reduksi Ansietas (1.09314)



Ansietas berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan, Observasi: dengan



krisis maka tingkat ansietas menurun, dengan



situasional dibuktikan kriteria hasil: dengan



merasa a. Verbalisasi kebingungan menurun



- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (misal: kondisi, waktu, stessor) - Identifikasi kemampuan mengambil keputusan



bingung,



merasa b. Verbalisasi khawatir akibat kondisi



- Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non-verbal)



khawatir



dengan



Terapeutik:



akibat



dari



yang dihadapi menurun



kondisi c. Perilaku gelisah menurun



yang dihadapi, tampak d. Perilaku tegang menurun gelisah,



anoreksia.



- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,



tampak e. Keluhan pusing menurun



tegang, frekuensi nadi f. Anoreksia menurun meningkat,



- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan jika memungkinkan - Pahami situasi yang membuat ansietas, dengarkan dengan



dan g. Palpitasi menurun



penuh perhatian



h. Frekuensi pernapasan menurun



- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan



i. Frekuensi nadi menurun



- Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan



j. Tekanan darah menurun



- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan



k. Diaphoresis menurun



- Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan



l. Tremor menurun



datang



m. Pucat menurun



Edukasi:



n. Konsentrasi membaik



- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami



o. Pola tidur membaik



- Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan,



p. Perasaan keberdayaan membaik



dan prognosis



q. Kontak mata membaik



- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu



r. Pola berkemih membaik



-



s. Orientasi membaik



Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, jika perlu



- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi - Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan - Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat - Latih teknik relaksasi Kolaborasi: Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu



I. Referensi Canadian



cancer



society



(2017).



Cancer



of



thyroid.



http://www.cancer.ca/en/cancer-information/cancertype/thyroid/thyroidcancer/the-thyroid/?region=bc Cancer Research UK (2018). Ovarian Cancer. DiGiulio, Mary. (2014). Keperawatan Medical Bedah. Ed.1. Yogyakarta: Rapha publishing Jain, Ritu. (2011). Pengobatan alternatif untuk mengatasi tekanan darah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC Manuaba, Ida A.C. (2013). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC Mayo Clinic (2014). Diseases & Conditions. Ovarian cancer. Prawiroharjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Price, S. A., & Wilson, L.M., (2012). Patofisiologi: konsep klinis prosesprosespenyakit, 6 ed. vol. 1. Alih bahasa: Pendit BU, et al. Editor: Hartanto, H., et al. Jakarta: EGC Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D.K. (2011). Keperawatan maternitas: Kesehatan wanita, bayi & keluarga edisi 18. Jakarta: EGC. Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Dokumentasi Keperawatan Indonesia Jakarta: DPP PPNI Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia Jakarta: DPP PPNI Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Jakarta: DPP PPNI