LP Copd [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease)



A. Pengertian COPD adalah sekresi mukoid bronchial yang bertambah secara menetap disertai dengan kecenderungan terjadinya infeksi yang berulang dan penyempitan saluran nafas , batuk produktif selama 3 bulan, dalam jangka waktu 2 tahun berturut-turut (Ovedoff, 2002). Sedangkan menurut Price & Wilson (2005), Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) adalah suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai dengan obstruksi aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.



B. Klasifikasi Menurut Alsagaff & Mukty (2006), COPD dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Asthma Bronkhial: dikarakteristikan oleh konstruksi yang dapat pulih dari otot halus bronkhial, hipersekresi mukoid, dan inflamasi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia dan infeksi. 2. Bronkitis kronis: ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan paling sedikit selama 2 tahun. Gejala ini perlu dibedakan dari tuberkulosis paru, bronkiektasis, tumor paru, dan asma bronkial. 3. Emfisema: suatu perubahan anatomis paru-paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara sebelah distal bronkus terminal, disertai kerusakan dinding alveolus.



C. Etiologi Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD (Mansjoer, 1999) adalah : 1.



Kebiasaan merokok



2.



Polusi udara



3.



Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja.



4.



Riwayat infeksi saluran nafas.



5.



Bersifat genetik yaitu defisiensi -1 antitripsin.



D. Patofisologi Walaupun COPD terdiri dari berbagai penyakit tetapi seringkali memberikan kelainan fisiologis yang sama. Akibat infeksi dan iritasi yang menahun pada lumen bronkus, sebagian bronkus tertutup oleh secret yang berlebihan, hal ini menimbulkan dinding bronkus menebal, akibatnya otot-otot polos pada bronkus dan bronkielus berkontraksi, sehingga menyebabkan hipertrofi dari kelenjar-kelenjar mucus dan akhirnya terjadi edema dan inflamasi. Penyempitan saluran pernapasan terutama disebabkan elastisitas paru-paru yang berkurang. Bila sudah timbul gejala sesak, biasanya sudah dapat dibuktikan adanya tanda-tanda obstruksi. Gangguan ventilasi yang berhubungan dengan obstruksi jalan napas mengakibatkan hiperventilasi (napas lambat dan dangkal) sehingga terjadai retensi CO2 (CO2 tertahan) dan menyebabkan hiperkapnia



(CO2



di



dalam



darah/cairan



tubuh



lainnya



meningkat).



Pada orang normal sewaktu terjadi ekspirasi maksimal, tekanan yang menarik jaringan paru akan berkurang, sehingga saluran-saluran pernapasan bagian bawah paru akan tertutup. Pada penderita COPD saluran saluran pernapasan tersebut akan lebih cepat dan lebih banyak yang tertutup. Akibat cepatnya saluran pernapasan menutup serta dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang. Tergantung dari kerusakannya dapat terjadi alveoli dengan ventilasi kurang/tidak ada, tetapi perfusi baik, sehingga penyebaran pernapasan udara maupun aliran darah ke alveoli, antara alveoli dan perfusi di alveoli (V/Q rasio yang tidak sama). Timbul hipoksia dan sesak napas, lebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah paru dan polisitemia.Perjalanan klinis penderita PPOK terbentang mulai dari pink puffers sampai blue bloaters adalah timbulnya dispnea tanpa disertai batuk dan produksi sputum yang berarti. Biasanya dispnea mulai timbul antara usia 30 sampai 40 tahun dan semakin lama semakin berat. Pada penyakit lanjut, pasien mungkin begitu kehbisan napas sehingga tidak dapat makan lagi dan tubuhnya tampak kurus tak berotot. Pada perjalanan penyakit lebih lanjut, pink puffers dapat berlanjut menjadi bronktis kronis sekunder. Dada pasien berbentuk tong, diafragma terletak rendah dan bergerak tak lancar. Polisitemia dan sianosis jarang ditemukan, sedangkan kor pulmonal (penyakit jantung akibat hipertensi pulmonal dan penyakit paru) jarang ditemukan sebelum penyakit sampai pada tahap terakhir. Gangguan keseimbangan ventilasi dan perfusi minimal, sehingga dengan hiperventilasi penderita pink puffers biasanya dapat mempertahankan gas-gas darah dalam batas normal sampai penyakit ini mencapai tahap lanjut. Paru biasanya



membesar sekali sehingga kapasitas paru total dan volume residu sangat meningkat. Perjalanan klinis PPOK yang khas berlangsung lama, dimulai pada usia 20-30 tahun dengan batuk “merokok”, atau “pagi” disertai pembentukan sedikit sputum mukoid. Infeksi pernapasan ringan cenderung berlangsung lebih lama dari biasanya pada pasien-pasien ini. Meskipun mungkin terdapat penurunan toleransi terhadap kerja fisik, tetapi biasanya keadaan ini tidak diketahui karena berlangsung dalam jangka waktu lama. Akhirnya, serangan bronchitis akut makin sering timbul terutama pada musim dingin dan kemampuan kerja pasien berkurang, sehingga waktu mencapai usia 50-60an pasien mungkin harus berhenti bekerja. Pada pasien dengan tipe emfisema tosa yang mencolok perjalanan klinis tampaknya tidak begitu lama yaitu tanpa riwayat batuk produktif dan dalam beberapa tahun timbul dipsnea yang membuat pasien menjadi sangat lemah. Bila timbul hiperkapnia, hipoksemia dank or pulmonal prognosisnya buruk dan kematian biasanya terjadi beberapa tahun sesudah timbul penyakit. Gabungan gagal napas dan gagal jantung yang dipercepat oleh pneumonia merupakan penyebab kematian yang lazim.



E. Pathway Genetik : Defisiensi antitrypsin alfa-1



Merokok



Faktor lingkungan Polusi udara



Penurunan netralisasi elastase



Peningkatan pelepasan elastase



Mengandung zat – zat berbahaya



Mengandung radikal bebas



Induksi aktivitas makrofag dan leukosit



Peningkatan stres oksidatif



Pelepasan faktor kemotaktik neutrofil



Peningkatan apoptosis dan nekrosis dari sel yang terpapar



Peningkatan pelepasan oksidan



Peningkatan jumlah neutrofil di daerah yang terpapar



Cidera sel



Cidera sel



Respon inflamasi Hipersekresi mukus



Lisis dinding alveoli



Fibrosa paru



Bronkitis



Kerusakan alveolar



Obstruksi paru



Penumpukan lendir dan sekresi berlebih



Kolaps saluran nafas kecil saat ekspirasi



Obstruksi jalan nafas



COPD



Ketidaktahuan proses penyakit



Efisema Obstruksi pada pertukaran O2 dan CO2 dari dan ke paru-paru



Ketidakefektifan bersihan jalan nafas



Penurunan asupan O2



Timbul nyeri yang berlangsung kronis Nyeri Kronis



Kompensasi tubuh dengan peningkatan RR



Ketifakefektifan Pola Nafas Hipoksemia Sesak nafas



Gangguan Pertukaran Gas



Devisit Pengetahuan



F. Manifestasi klinis Berdasarkan Brunner & Suddarth (2005) adalah sebagai berikut : 1.



Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.



2.



Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyak.



3.



Dispnea.



4.



Nafas pendek dan cepat (Takipnea).



5.



Anoreksia.



6.



Penurunan berat badan dan kelemahan.



7.



Takikardia, berkeringat.



8.



Hipoksia, sesak dalam dada



G. Pemeriksaan Diagnostik 1. Anamnesis : Riwayat penyakit ditandai 3 gejala klinis diatas dan faktor-faktor penyebab. 2. Pemeriksaan fisik : - Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shapped chest (diameter anteroposterior dada meningkat). - Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada. - Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah, pekak jantung berkurang. - Suara nafas berkurang. 3. Pemeriksaan radiologi - Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow berupa bayangan garis-garisyang pararel keluar dari hilus menuju ke apeks paru dan corakan paru yang bertambah. - Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan gambaran diafragma yang rendah yang rendah dan datar, penciutan pembuluh darah pulmonal, dan penambahan corakan kedistal. 4. Tes fungsi paru : Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstimulasi atau



restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, misalnya bronkodilator. 5. Pemeriksaan gas darah. 6. Pemeriksaan EKG 7. Pemeriksaan Laboratorium darah : hitung sel darah putih.



H. Komplikasi Infeksi yang berulang, pneumotoraks spontan, eritrosit karena keadaan hipoksia kronik, gagal nafas, dan kor pulmonal.



I. Penatalaksanan 1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi dan polusi udara. 2. Terapi ekserbasi akut dilakukan dengan : Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi : - Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka digunakan ampisilin 4 x 0,25 – 0,5 g/hari atau aritromisin 4 x 0,5 g/hari. - Augmentin (amoxilin dan asam klavuralat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah H. Influenza dan B. Catarhalis yang memproduksi B. Laktamase. Pemberian antibiotic seperti kotrimoksosal, amoksisilin atau doksisilin pada pasien yang mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu mempererat kenaikan peak flowrate. Namun hanya dalam 7 – 10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antiobiotik yang lebih kuat. - Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas CO2. - Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baik. - g diberikan tiap 6 jam dengan rebulizer atau aminofilin 0,25 – 05 g IV secara perlahan.Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan nafas, termsuk didalamnya golongan adrenergic B dan antikolinergik. Pada pasien dapat diberikan sulbutamol 5 mg dan atau protropium bromide 250



3. Terapi jangka panjang dilakukan dengan : -



Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4 x 0,25 – 0,5/hari dapat menurunkan ekserbasi akut.



-



Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran nafas tiap pasien, maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif fungsi foal paru.



-



Fisioterapi.



-



Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi akivitas fisik.



-



Mukolitik dan ekspekteron.



-



Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal nafas Tip II dengan PaO2



-



Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatna sosialisasi agar terhindar dari depresi. Rehabilitasi untuk pasien PPOK/COPD: a) Fisioterapi b) Rehabilitasi psikis c) Rehabilitasi pekerjaan.



-



J. Pengkajian Keperawatan Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data, dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. 1. Indentitas Klien 2. Riwayat Keperawatan a. Keluhan utama b. Riwayat kesehatan / penyakit sekarang c. Riwayat kesehatan / penyakit dahulu d. Riwayat kesehatan / penyakit keluarga e. Riwayat tumbuh kembang (usia 2 tahun) 3. Pemeriksaan Fisik 4. Pemeriksaan tumbuh kembang 5. Pemeriksaan penunjang



K. Diangnosa Keperawatan 1. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas 2. Pola Nafas tidak efektif b.d Hipoventilasi 3. Gangguan Pertukaran Gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi 4. Nyeri Kronik b.d agen injuri biologis 5. Devisit Pengetahuan b.d proses penyakit



L. Intervensi Keperawatan Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi



Rencana keperawatan



Intervensi



Tujuan dan Kriteria Hasil



Bersihan Jalan Nafas tidak NOC: efektif berhubungan dengan:  Respiratory status :   Infeksi, disfungsi Ventilation neuromuskular,  Respiratory status :  hiperplasia dinding Airway patency bronkus, alergi jalan  Aspiration Control  nafas, asma, trauma Setelah dilakukan tindakan  Obstruksi jalan nafas : keperawatan selama  spasme jalan nafas, …………..pasien sekresi tertahan, menunjukkan keefektifan  banyaknya mukus, adanya jalan nafas dibuktikan jalan nafas buatan, sekresi dengan kriteria hasil :  bronkus, adanya eksudat  Mendemonstrasikan di alveolus, adanya benda batuk efektif dan suara  asing di jalan nafas. nafas yang bersih, tidak DS: ada sianosis dan  Dispneu dyspneu (mampu  DO: mengeluarkan sputum,  Penurunan suara nafas bernafas dengan mudah,  Orthopneu tidak ada pursed lips)  Cyanosis  Menunjukkan jalan   Kelainan suara nafas nafas yang paten (klien (rales, wheezing) tidak merasa tercekik,   Kesulitan berbicara irama nafas, frekuensi  Batuk, tidak efekotif atau pernafasan dalam  tidak ada rentang normal, tidak  Produksi sputum ada suara nafas  Gelisah abnormal)   Perubahan frekuensi dan  Mampu irama nafas mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang  penyebab.  Saturasi O2 dalam batas  normal



Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning. Berikan O2 ……l/mnt, metode……… Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Berikan bronkodilator : ……………………… ………………………. ……………………… Monitor status hemodinamik Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab Berikan antibiotik : ……………………. ……………………. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2 Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk







Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan :  Hiperventilasi  Penurunan energi/kelelahan  Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal  Kelelahan otot pernafasan  Hipoventilasi sindrom  Nyeri  Kecemasan  Disfungsi Neuromuskuler  Obesitas  Injuri tulang belakang DS:  Dyspnea  Nafas pendek DO:  Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi  Penurunan pertukaran udara per menit  Menggunakan otot pernafasan tambahan  Orthopnea  Pernafasan pursed-lip  Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama  Penurunan kapasitas vital  Respirasi: < 11 – 24 x /mnt



Gangguan Pertukaran gas Berhubungan dengan :  ketidakseimbangan perfusi ventilasi  perubahan membran kapiler-alveolar



Foto thorak dalam batas normal 



NOC: Respiratory status : Ventilation  Respiratory status Airway patency  Vital sign Status 



mengencerkan sekret Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.



NIC: Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi  Pasang mayo bila perlu  Lakukan fisioterapi dada jika perlu  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan  Berikan bronkodilator : -………………….. …………………….  Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.  Monitor respirasi dan status O2  Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea  Pertahankan jalan nafas yang paten  Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi  Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi  Monitor vital sign  Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.  Ajarkan bagaimana batuk efektif  Monitor pola nafas 



:



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ………..pasien menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil:  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)  Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)  Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)



NOC: NIC :  Respiratory Status : Gas  Posisikan pasien untuk exchange memaksimalkan ventilasi  Keseimbangan asam  Pasang mayo bila perlu Basa, Elektrolit  Lakukan fisioterapi dada  Respiratory Status : jika perlu



DS:  Sakit kepala ketika bangun  Dyspnoe  Gangguan penglihatan DO:  Penurunan CO2  Takikardi  Hiperkapnia  Keletihan  Iritabilitas  Hypoxia  kebingungan  sianosis  warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)  Hipoksemia  hiperkarbia  AGD abnormal  pH arteri abnormal  frekuensi dan kedalaman nafas abnormal



ventilation  Vital Sign Status Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Gangguan pertukaran pasien teratasi dengan kriteria hasi:  Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat  Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)  Tanda tanda vital dalam rentang normal  AGD dalam batas normal  Status neurologis dalam batas normal



 







 



 



 







 











Nyeri Kronis berhubungan dengan ketidakmampuan fisik-psikososial kronis (metastase kanker, injuri neurologis, artritis)



NOC:  Comfort level  Pain control  Pain level Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….



Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Berikan bronkodilator ; -…………………. -…………………. Barikan pelembab udara Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2 Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal Monitor suara nafas, seperti dengkur Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental Observasi sianosis khususnya membran mukosa Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi) Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung



NIC : Pain Manajemen  Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri  Tingkatkan istirahat dan



DS:  Kelelahan  Takut untuk injuri ulang DO:  Atropi otot  Gangguan aktifitas  Anoreksia  Perubahan pola tidur  Respon simpatis (suhu dingin, perubahan posisi tubuh , hipersensitif, perubahan berat badan)



   







Kurang Pengetahuan Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi. DS: Menyatakan secara verbal adanya masalah DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai



nyeri kronis pasien berkurang dengan kriteria hasil: Tidak ada gangguan tidur Tidak ada gangguan konsentrasi Tidak ada gangguan hubungan interpersonal Tidak ada ekspresi menahan nyeri dan ungkapan secara verbal Tidak ada tegangan otot



NOC:  Kowlwdge : disease process  Kowledge : health Behavior Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil:  Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya



  



tidur yang adekuat Kelola anti analgetik ........... Jelaskan pada pasien penyebab nyeri Lakukan tehnik nonfarmakologis (relaksasi, masase punggung)



NIC :  Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat  Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan  Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,



dengan cara yang tepat



DAFTAR PUSTAKA



rman, S. 2008. Asuhan keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika. Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika. NANDA, NIC- NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis & NAND, NIC- NOC. Jakarta: Media Action Publishing. Tamsuri, Anas. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Pernafasan. Jakarta: EGC. http://askep-asuhankeperawatan.blogspot.com/2009/08/askep-copd.html http://yenibeth.wordpress.com/2009/03/20/askep-pada-copd/ http://nersgoeng.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-ppok.html http://referatnaya.blogspot.com/2012/01/referat-interna-ppok.html http://communityofnurse.blogspot.com/2013/10/bab-i-pendahuluan-1.html