LP Dads Revisi Halimah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE AKUT DEHIDRASI SERING (DADS)



DISUSUN OLEH Halimatus sa’diah 82021040040



JURUSAN PROFESI NERS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS TAHUN 2021



TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare adalah buang air besar pada balita lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu (Juffrie dan Soenarto, 2012). Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto dan Liwang, 2014).



B. Etiologi Etiologi menurut Ngastiyah (2014) antara lain a. Faktor Infeksi 1) Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.Meliputi infeksi eksternal sebagai berikut : a).Infeksi bakteri: Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,



aeromonas, dan sebagainya.



b) Infeksi virus c) Infeksi parasit b. Faktor malabsorbsi 1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa). 2) Malabsorbsi lemak 3) Malabsornsi protein c. Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap makanan.



2



d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).



C. Tanda Dan Gejala 1.



Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.



2.



Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.



3.



Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.



4.



Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.



5.



Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.



6.



Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul)



D. Pathofisiologi Hidayat (2011), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya : a. Faktor infeksi 1) Virus Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi rotavirus. Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Sel-sel mukosa yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vili usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri atau virus akan menyebabkan sistem transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.



3



2) Bakteri Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin. Enterotoksin ini dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala,



dan



kejang-kejang.



Selain



itu,



mukosa



usus



yang



telah



dirusak



mengakibatkan mencret berdarah berlendir. Penyebab utama pembentukan enterotoksin ialah bakteri Shigella sp, E.coli. diare ini bersifat self-limiting dalam waktu kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa yang baru (Wijoyo, 2013). b. Faktor malabsorpsi, 1) Gangguan osmotik Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus Akibatnya akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat. Gangguan osmotik meningkat menyebabkan terjadinya pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Hal ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare (Nursalam, 2012). 2) Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus (Nursalam, 2012). 3) Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bisa peristaltik



usus



menurun



akan



mengakibatkan



bakteri



tumbuh



berlebihan,



selanjutnya timbul diare pula. Akibat dari diare yaitu kehilangan air dan elektrolit yang dapat menyebabkan cairan ekstraseluler secara tiba-tiba cepat hilang, terjadi ketidakseimbangan elektrolit yang mengakibatkan syok hipovolemik dan berakhir pada kematian jika tidak segera diobati (Nursalam, 2012). c. Faktor makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare (Hidayat, 2011). Diare akut berulang dapat menjurus ke malnutrisi energi protein, yang mengakibatkan usus halus mengalami perubahan yang disebabkan oleh PEM tersebut menjurus ke defisiensi enzim yang menyebabkan absorpsi yang tidak adekuat dan terjadilah diare berulang yang kronik. Anak dengan PEM terjadi perubahan respons imun, menyebabkan reaksi hipersensitivitas kulit terlambat, berkurangnya jumlah limfosit dan jumlah sel T yang beredar. Setelah mengalami gastroenteritis yang berat anak mengalami malabsorpsi. 4



Malabsorpsi juga terdapat pada anak yang mengalami malnutrisi, keadaan malnutrisi menyebabkan atrofi mukosa usus, faktor infeksi silang usus yang berulang menyebabkan malabsorpsi, enteropati dengan kehilangan protein. Enteropati ini menyebabkan



hilangnya



albumin



dan



imunogobulin



yang



kwashiorkor dan infeksi jalan nafas yang berat (Suharyono, 2010).



5



mengakibatkan



D. Pathway Infeksi



Makanan



Berkembang diusus



toksitas tidak dapat



ansietas



Diserat



Hipersekresi air dan Elektrolit lemak



hiperperistatik



malabrosi KH



Isi usus Tekanan



penyerapan makanan



peningkatan osmotik



pergeseran air dan elektrolit usus



Diare



merangsang hipotalamus



distensi



meningkatkan titik patokan suhu mual muntah menggigil meningatkan suhu



hipertermi



nafsu makan berkurang ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



6



E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF antara lain adalah (Wijayaningsih 2017)



a)



Pemeriksaan darah lengkap Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai pada DHF merupakan indikator terjadinya perembesan plasma. 1) Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari ketiga. 2) Pada



demam



berdarah



terdapat



trombositopenia



dan



hemokonsentrasi 3) Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT, SGOT, ureum dan Ph darah mungkin meningkat.



b)



Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah infeksi. Untuk menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi reaksi antigen-antibody.



c)



Uji hambatan hemaglutinasi Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG berdasarkan pada kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).



d)



Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test) Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue. Menggunakan metode plague reduction neutralization test.



e)



Uji ELISA anti dengue Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination Inhibition (HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini adalah mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum penderita.



f)



Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di dapatkan efusi pleura.



7



F. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Pembenaan cairan Pembenaan cairan pada pasien diare dangan memperhatikan darajat dehidrasinya dengan keadaan umum. 2. Diatetik Pembenaan makanan dan minum khusus pada klien dangan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan.Adapun hal yang perlu diperhatikan adalah: a. Memberikan ASI b. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori protein,vitamin,mineral dan makanan yang bersih. 3. Obat-obatan a. Obat anti sekresi b. Obat anti sparmolitik c. Anti biotic



PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN I.Pengkajian 1. Keluhan utama Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung 2. Riwayat penyakit sekarang a. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. b. Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan eletrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. c. Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat) (Nursalam, 2008). 3. Riwayat penyakit masa lalu a. Penyakit masa kanak-kanak b. Imunisasi c. Alergi 8



d. Pengalaman dirawat sebelumnya e. Pengobatan terakhir B. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA C. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON 1. Persepsi terhadap kesehatan dan manajemen kesehatan a. Merokok?Alkohol? b. Pemeriksaan kesehatan rutin? c. Pendapat pasien tentang keadaan kesehatannya saat ini d. Persepsi pasien tentang berat ringannya e. Persepsi tentang tingkat kesembuhan 2. Pola aktivitas dan latihan a. Rutinitas mandi ( Kapan, bagaimana, dimana, sabun yang digunakan?) b. Kebersihan sehari-hari (pakaian dll) c. Aktivitas sehari-hari (jenis pekerjaan, lamanya, dll) d. Kemampuan perawatan diri Skore 0 = mandiri Skore 1 = dibantu sebagian Skore 2 = perlu dibantu orang lain Skore 3 = perlu bantuan orang lain dan alat Skore 4 = tergantung/tidak mampu 3. Pola istirahat dan tidur a. Pola istirahat dan tidur b. Waktu tidur, lama, kualitas (sering terbangun) c. Insomnia 4. Pola nutrisi metabolik a. Pola kebiasaan makan b. Makanan yang disukai dan tidak disukai c. Adakah suplemen yang dikonsumsi d. Jumlah makan, minum yang masuk e. Adakah nyeri telan f. Fluktuasi BB 6 bulan terakhir naik / turun g. Diet khusus / makanan pantangan, nafsu makan, mual muntah, kesulitan menelan 5. Pola eliminasi a. Kebiasaan BAB (frekuensi, kesulitan, ada/tidak darah, penggunaan obat pencahar)



9



b. Kebiasaan BAK (frekuensi, bau, warna, kesulitan BAK : disuria, nokturia, inkontinensia ) 6. Pola kognitif dan perceptual a. Nyeri (kualitas, intensitas, durasi, skala nyeri, cara mengurangi nyeri) b. Fungsi panca indra ( penglihatan, pendengaran, pengecapan, penghidu, perasa ), menggunakan alat bantu ? c. Kemampuan bicara d. Kemampuan membaca 7. Pola konsep diri a. Bagaimana klien memandang dirinya b. Hal-hal apa yang disukai klien mengenai dirinya? c. Apakah klien dapat mengidentifikasi kekuatan antara kelemahan yang ada pada dirinya? d. Hal-hal apa yang dapat dilakukan klien secara baik? 8. Pola koping a. Masalah utama selama masuk RS (keuangan, dll) b. Kehilangan/perubahan yang terjadi sebelumnya c. Takut terhadap kekerasan d. Pandangan terhadap masa depan e. Koping mekanisme yang digunakan saat terjadinya masalah 9. Pola seksual-reproduksi a. Masalah menstruasi b. Papsmear terakhir c. Perawatan payudara setiap bulan d. Apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual e. Apakah penyakit sekarang mengganggu fungsi seksual 10. Pola peran berhubungan a. Peran pasien dalam keluarga dan masyarakat b. Apakah klien punya teman dekat c. Siapa yang dipercaya untuk membantu klien jika ada kesulitan d. Apakah klien ikut dalam kegiatan masyarakat? Bagaimana keterlibatan klien? 11. Pola nilai dan kepercayaan a. Apakah klien menganut suatu agama? b. Menurut agama klien bagaimana hubungan manusia dengan penciptan-Nya? c. Dalam keadaan sakit apakah klien mengalami hambatan dalam ibadah II. Diagnosa



10



a) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makan (Domain 2 nutrisi kelas 1 makan kode 00002) b) Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif c) Kerusakan integritas kulit b/d ekspresi / BAB sering III. Intervensi a) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makan Noc - Nutritional Status : 1.Nutritional Status : food and fluid intake -2. Nutritional Status : nutrient intake - Weight control Intervensi 1.Kaji adanya alergi makanan 2.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake fe 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein b.) Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan akti Noc 1.Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB , BJ urine normal, HT normal – 2.Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas norma 3.Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mucosa lembab 4. tidak ada rasa haus yang berlebihan Intervensi 1.Pertahankan catatan intake dan output yang akurat 2.Monitor status hidrasi (kelembaban membran mucosa, nadi adekuat, tekanan darah, artostatik), jika diperlukan 3.Monitor vital sign



11



4. Monitor status nutris c.) Kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering



Noc 1. Integritas kulit yang baik bisa di pertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) 2. - Tidak ada luka/lesi pada kulit 3. - Perfusi jaringan bai Intervensi 1.



Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar



2.



Hindari kerutan pada tempat tidur - Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering



3.



Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali



4.



Monitor kulit akan adanya kemerahan.



12



IV.Penggunaan Referensi Arini, Estanti, N. 2012. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Volume Cairan Pada An.F Dengan Gastroenteritis Akut (GEA) Di Ruang Melati RSUD Karanganyar. Studi Kasus Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta. Diakses tanggal 6 Juni 2017 dari http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-estantinur-227- 1-estanti-4.pd Bulechek, M.G.; Butcher, H.K.; Dochterman, J.M.; & Wagner, C.M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th edition. United State Of America: Mosby Elsevier, Inc Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta Subakti, Fikri, A. 2015. Pengaruh Pengetahuan, Perilaku Sehat dan Sanitasi Lingkungan terhadap Kejadian Diare Akut di Kelurahan Tlogopojok dan Kelurahan Sidorukun Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik. Jurnal UNESA (Universitas Negeri Surabaya) dari http://ejournal.unesa.ac.id/article/13744/40/article.pdf diakses tanggal 11 Januari 2017 Riset Keperawatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Diakses tanggal 9 Januari 2017 http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas %202013.pd Yusuf, Sulaiman. 2011. Profil Diare Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal Sari Pediatri Volume 13, No. 4. Dari https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/download/424/356 diakses tanggal 18 JanuariYonata, A & Farid, A.F. 2016. Penggunaan Probiotik Sebagai Terapi Diare. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Majority Volume 5 Nomor 2. Dari http://jukeunila.com/wpcontent/uploads/2016/04/5.2-Agus-Fathul-Muindone.pdf diakses Tangga 2017.



13