14 0 625 KB
LAPORAN PENDAHULUAN DAN AUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN NEFROTIK SYNDROM
Disusun Oleh: Kelompok 3 Luh Made Denita Dwi Pradina
(KP.12.19.003)
I Dewa Gede Indra Bagus Tridana
(KP.12.19.010)
Ni Ketut Amritha
(KP.12.19.014)
Ni Kadek Desi Sugiantari
(KP.12.19.023)
Putu Ayu Riska Widiani
(KP.12.19.028)
I Ketut Widya
(KP.12.19.038)
I Putu Susanto
(KP.12.19.041)
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IX/UDAYANA DENPASAR 2020
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN NEFROTIK SYNDROM
A. DEFINISI Nefrotik Syndrom adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein yang mengakibatkan kehilangan urinarius yang massif (Whaley & Wong, 2003). Sindroma nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari kehilangan protein karena kerusakan glomerulus yang difus (Luckman, 1996). Sindrom Nefrotik ditandai dengan proteinuria masif ( ≥ 40 mg/m2 LPB/jam atau rasio protein/kreatinin pada urine sewaktu >2mg/mg), hipoproteinemia, hipoalbuminemia (≤2,5 gr/dL), edema, dan hiperlipidemia (Behrman, 2001). Nefrotik sindrom merupakan gangguan klinis ditandai oleh (1) peningkatan protein dalam urin secara bermakna (proteinuria) (2) penurunan albumin dalam darah (3) edema, dan (4) serum kolesterol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). Tanda-tanda tersebut dijumpai di setiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus (Brunner & Suddarth, 2001). Berdasarkan respons terhadap pengobatan steroid, sindrom nefrotik dikelompokkan ke dalam Sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS) dan Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS). Sindrom Nefrotik Resisten Steroid (SNRS) merupakan suatu keadaan dimana penderita sindrom nefrotik (SN) tidak mencapai fase remisi atau perbaikan setelah 4 minggu pengobatan steroid dosis penuh (2mg/kg/hari). Keadaan remisi adalah keadaan dimana penderita sindrom nefrotik mengalami perbaikan dengan tanda proteinuria negatif (proteinuria < 4 mg/m2LPB/jam) tiga
hari berturut-turut dalam satu minggu. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa terjadi proteinuria yang menetap pada sindrom nefrotik resisten steroid. B. ETIOLOGI Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi dua menurut Muttaqin, 2012 adalah: 1.
Primer,
yaitu
berkaitan
dengan
berbagai
penyakit
ginjal,
seperti
glomerulonefritis, dan nefrotik sindrom perubahan minimal. 2.
Sekunder, yaitu yang diakibatkan infeksi, penggunaan obat, dan penyakit sistemik lain, seperti diabetes mellitus, sistema lupus eritematosus, dan amyloidosis
C. TANDA GEJALA Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang mengalami Sindrom nefrotik adalah: 1.
Oedem umum (anasarka), terutama jelas pada muka dan jaringan periorbital.
2.
Proteinuria dan albuminemia.
3.
Hipoproteinemi dan albuminemia.
4.
Hiperlipidemi khususnya hipercholedterolemi.
5.
Lipid uria.
6.
Mual, anoreksia, diare.
7.
Anemia, pasien mengalami edema paru.
D. MANIFESTASI KLINIS Adapun manifestasi klinis menurut Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2 (2001), manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan di sekitar mata (periorbital), pada area ekstremitas (sekrum, tumit, dan tangan), dan pada
abdomen (asites). Gejala lain seperti malese, sakit kepala, iritabilitas dan keletihan umumnya terjadi.
(Sumber: nursingbegin.com, 2010)
(Sumber: pakarobatherbal.com)
(Sumber: ujeuji.blogspot.co.id)
E. PATOFISIOLOGI Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait dengan hilangnya muatan negative gliko protein dalam dinding kapiler. Pada sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. (Latas, 2002 : 383). Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan intravascular berpindah ke dalam intertisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravascular berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemi. Menurunya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi antideuretik hormone (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian menjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema (Wati, 2012). Terjadi peningkatan cholesterol dan Triglicerida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria).
Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hyperlipidemia, atau defisiensi seng. (Suriadi dan yuliani, 2001 : 217).
F. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.
2.
3.
Uji Urin a.
Protein urin-meningkat
b.
Urinalisis-cast hialin dan granular, hematuria
c.
Dipstick urin-positif untuk protein dan darah
d.
Berat jenis urin-meningkat
Uji darah a.
Albumun serum-menurun
b.
Kolesterol serum-meningkat
c.
Hemoglobin dan hematokrit-meningkat (hemokonsentrasi)
d.
Laju endap darah (LED)-meningkat
Uji diagnostic a.
Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin (Betz, Cecily L, 2020 : 335)
H. PENATALAKSANAAN 1.
Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1 gram/hari secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dan menghindari makanan yang diasinkan. Diet protein 2-3 gram/kgBB/hari.
2.
Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik, biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25-50 mg/hari) selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemi, alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat.
3.
Dengan antibiotik bila ada infeksi harus diperiksa kemungkinan adanya TBC
4.
Diuretikum, boleh diberikan diuretic jenis saluretik seperti hidroklorotiasid, klortahidon, furosemid atau asam ektarinat. Dapat juga diberikan antagonis aldosteron seperti spironolakton (alkadon) atau kombinasi saluretik dan antagonis aldosteron.
5.
Kortikosteroid International Cooperative Study of Kidney Disease in Children (ISKDC) mengajukan cara pengobatan sebagai berikut: a.
Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari/luas permukaan badan (lpb) dengan maksimum 80 mg/hari
b.
Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/lpb, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respons, maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu
c.
Tapering-off: prednison berangsur-angsur diturunkan, tiap minggu: 30 mg, 20 mg, 10 mg sampai akhirnya dihentikan.
6.
Diet. Diet rendah garam (0,5 – 1 gr sehari) membantu menghilangkan edema. Minum tidak perlu dibatasi karena akan mengganggu fungsi ginjal kecuali bila terdapat hiponatremia. Diet tinggi protein teutama protein dengan ilai biologik tinggi untuk mengimbangi pengeluaran protein melalui urine, jumlah kalori harus diberikan cukup banyak.
7.
Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/ hari dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah terjadi diuresis dan edema menghilang, pembatasan ini dapat dihilangkan.
Usahakan masukan protein yang seimbang dalam usaha memperkecil keseimbangan negatif nitrogen yang persisten dan kehabisan jaringan yang timbul akibat kehilangan protein. Diit harus mengandung 2-3 gram protein/ kg berat badan/ hari. Anak yang mengalami anoreksia akan memerlukan bujukan untuk menjamin masukan yang adekuat. 8.
Makanan yang mengandung protein tinggi sebanyak 3 – 4 gram/kgBB/hari, dengan garam minimal bila edema masih berat. Bila edema berkurang dapat diberi garam sedikit. Diet rendah natrium tinggi protein. Masukan protein ditingkatkan untuk menggantikan protein di tubuh. Jika edema berat, pasien diberikan diet rendah natrium.
9.
Kemoterapi Prednisolon digunakan secra luas. Merupakan kortokisteroid yang mempunyai efek samping minimal. Dosis dikurangi setiap 10 hari hingga dosis pemeliharaan sebesar 5 mg diberikan dua kali sehari. Diuresis umumnya sering terjadi dengan cepat dan obat dihentikan setelah 6-10 minggu. Jika obat dilanjutkan atau diperpanjang, efek samping dapat terjadi meliputi terhentinya pertumbuhan, osteoporosis, ulkus peptikum, diabeters mellitus, konvulsi dan hipertensi. Jika terjadi resisten steroid dapat diterapi dengan diuretika untuk mengangkat cairan berlebihan, misalnya obat-abatan spironolakton dan sitotoksik (imunosupresif). Pemilihan obat-obatan ini didasarkan pada dugaan imunologis dari keadaan penyakit. Ini termasuk obat-obatan seperti 6-merkaptopurin dan siklofosfamid.
I.
ASUHAN KEPERAWATAN 1.
Pengkajian a.
Identitas Klien
1) Umur: Lebih banyak pada anak-anak terutama pada usia prasekolah (3-6 th). Ini dikarenakan adanya gangguan pada sistem imunitas tubuh dan kelainan genetik sejak lahir. 2) Jenis kelamin: Anak laki-laki lebih sering terjadi dibandingkan anak perempuan dengan rasio 2:1. Ini dikarenakan pada fase umur anak 3-6 tahun terjadi perkembangan psikoseksual : dimana anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah genitalnya. Kebiasaan ini dapat mempengaruhi kebersihan diri terutama daerah genital. Karena anak-anak pada masa ini juga sering bermain dan kebersihan tangan kurang terjaga. Hal ini nantinya juga dapat memicu terjadinya infeksi. 3) Agama 4) Suku/bangsa 5) Status 6) Pendidikan 7) Pekerjaan b.
Identitas penanggung jawab Hal yang perlu dikaji meliputi nama, umur, pendidikan, agama, dan hubungannya dengan klien.
c.
Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama: Kaki edema, wajah sembab, kelemahan fisik, perut membesar (adanya acites) 2) Riwayat Kesehatan Sekarang: Untuk pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawatan perlu menanyakan hal berikut:
3) Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output 4) Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai dengan adanya keluhan pusing dan cepat lelah 5) Kaji adanya anoreksia pada klien 6) Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise d.
Riwayat Kesehatan Dahulu Perawat perlu mengkaji: 1) Apakah klien pernah menderita penyakit edema? 2) Apakah ada riwayat dirawat dengan penyakit diabetes melitus dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya? 3) Penting juga dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
e.
Riwayat Kesehatan Keluarga Kaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga seperti DM yang memicu timbulnya manifestasi klinis sindrom nefrotik
f.
Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual 1) Pola nutrisi dan metabolisme: Anoreksia, mual, muntah. 2) Pola eliminasi: Diare, oliguria. 3) Pola aktivitas dan latihan: Mudah lelah, malaise 4) Pola istirahat tidur: Susah tidur 5) Pola mekanisme koping : Cemas, maladaptif 6) Pola persepsi diri dan konsep diri : Putus asa, rendah diri
g.
Pemeriksaan Fisik 1) Status kesehatan umum
2) Keadaan umum: klien lemah dan terlihat sakit berat 3) Kesadaran: biasanya compos mentis 4) TTV: sering tidak didapatkan adanya perubahan. 5) Pemeriksaan sistem tubuh a)
B1 (Breathing) Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama pada fase akut. Pada fase lanjut sering didapatkan adanya gangguan pola nafas dan jalan nafas yang merupakan respons terhadap edema pulmoner dan efusi pleura.
b) B2 (Blood) Sering ditemukan penurunan curah jantung respons sekunder dari peningkatan beban volume. c)
B3 (Brain) Didapatkan edema terutama periorbital, sklera tidak ikterik. Status neurologis mengalami perubahan sesuai dengan tingkat parahnya azotemia pada sistem saraf pusat.
d) B4 (Bladder) Perubahan warna urine output seperti warna urine berwarna kola e)
B5 (Bowel) Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan. Didapatkan asites pada abdomen.
f)
B6 (Bone)\ Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek sekunder dari edema tungkai dari keletihan fisik secara umum
2.
Diagnosa yang mungkin muncul a)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Anoreksia
b) Kelebihan volume cairan b. d. penurunan tekanan osmotic plasma. c) 3.
Resiko kerusakan integritas kulit b.d. immobilitas
Rencana Keperawatan
No.
Tujuan Kriteria
Intervensi
Rasional
DX Hasil 1. Setelah dilakukan 1. Kaji riwayat nutrisi 1. Untuk membuat diet tindakan keperawatan
dan makanan yang
selama
disukai.
....x24
jam
diharapkan
2. untuk
...... 2. Beri makan sedikit-
kriteria hasil:
sedikit tapi sering
1. Tidak ada tanda- 3. Sajikan tanda mal nutrisi 2. Berat badan ideal sesuai tinggi badan
selera pasien
3. Tidak
ahli terjadi
penurunan
gizi
mual
mengurangi dan
nutrisi
dapat terpenuhi
makanan 3. untuk menarik minat
bervariasi dan sesuai
dengan 4. Kolaborasi
yang sesuai
pasien untuk makan 4. untuk
dapat
dengan
memberikan
tentang
yang tepat
nutrisi
pemberian diet
berat
badan yang berarti karena nutrisi 2. Setelah
dilakukan 1. Ukur TTV
tindakan keperawatan 2. Catat intake dan out
1. Untuk
mengetahui
keadaan umum pasien
selama
.....x24
jam
put
2. untuk balance cairan
diharapkan...... kriteria 3. Timbang hasil:
BB
tiap 3. untuk
hari
1. Terbebas
efektifitas terapi dan
dari 4. Kolaborasi
edema,
efusi,
anasarka
perawatan
pemberian cairan
4. untuk
5. Kolaborasi
2. Bunyi nafas bersih, tidak
mengetahui
menjaga
keseimbangan cairan
pemberian deuritika
ada
5. untuk
mengurangi
odema
dyspneu/ortopneu 3. Tanda-tanda
vital
dalam batas normal 3. Setelah
dilakukan 1. Kaji warna ,tekstur 1. untuk
tindakan keperawatan
kulit
selama
odema
.....x24
jam
dan
yang
kulit
tetap
1. Integritas
kulit
baik
pada kulit
penekanan
dengan bantal 5. Tempatkan bantal di kulit
dan mempertahankan kelembaban kulit
bawah dan diantara kaki
kulit
menurunkan
odema periorbital 5. untuk
kepala
bagian
tertentu terjaga
waktu 4. untuk
lama dan ubah posisi
jaringan 4. Tinggikan
4. Mampun
kerusakan lebih lanjut pada
dalam
mencegah
dan 3. agar sirkulasi darah
setiap 2 jam
baik melindungi
untuk
kering kulit
2. Tidak ada luka/lesi 3. Perfusi
bersih
bisa 3. Hindari
dipertahankan
awal kerusakkan kulit 2. untuk
diharapkan.......kriteria 2. Jaga hasil:
pitting
mengetahui
menghindarai
penekanan
DAFTAR PUSTAKA Muna, Lailul. 1998.”Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Sindrom Nefrotik”. https://www.academia.edu/35381411/Asuhan_Keperawatan_pada_Klien_dengan _Sindrom_Nefrotik Diakses pada 22 Oktober 2020 pukul 13.25 Cahyani, Candra, Mring. 2020. “Laporan Pendahuluan” https://www.academia.edu/36391881/LAPORAN_PENDAHULUAN_docx Diakses pada 22 Oktober 2020 pukul 13.40 Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. “Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan”. Jakarta : Salemba Medika
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN NEFROTIK SYNDROM Kasus 1.
An. A (6 tahun ), Jenis Kelamin : laki-laki, datang pada tanggal 6 Oktober 2020 dibawa ibunya ke UGD RSUD Wangaya dengan keluhan badan anaknya bengkak-bengkak di seluruh badan terutama dibagian wajah dan mata. Ibunya mengatakan 5 hari SMRS saat bangun tidur pagi hari mata anaknya sembab, namun sembab berkurang di sore hari, sembab juga menyebar dibagian perut dan esoknya pada kedua kaki, sejak 4 hari yag lalu BAK berwarna merah tua dan sedikit. Tanggal pengkajian 7 Oktober 2020, Pkl. 08.00, diagnosa medis Nefrotik Syndrome. Ibunya mengatakan An.A tidak ada nafsu makan dan cepat merasa kenyang. Mual muntah (-), batuk pilek(-) dan sesak nafas (-). Pada saat dikaji terlihat terdapat luka borok pada kulit An. A. Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, pada pemeriksaan TTV didapatkan nadi 112x/menit, RR : 44x/menit, suhu : 36,70C, dan tekanan darah 130/80mmHg. BB= 42kg, PB 136cm. pada pemeriksaan lab darah rutin diperoleh HB : 10,9 g/dl, WBC : 5.900, trombosit : 398.000, Ht : 33%, kolesterol total 479 gr/dl, protein total 2,4 g/dl, albumin: 1,0 g/dl, globulin : 1,46 g/dl, Ureum : 31mg/dl,. Pasien anoreksia (+), oedem priorbita (+), hipoalbuminemia (+) dan pada ektstremitas pitting edema (+) dengan derajat II. Pada pemeriksaan urin lengkap diperoleh warna : kuning, kejernihan :agak keruh, berat jenis : 1,005, pH 5,5, glukosa (-), bilirubin (-),darah (+2), protein (+3) , urobilonogen (+1), leukosit (+1). Th/ medikamentosa yg diberikan furosemid 2x30gr.
Pengkajian diambil tanggal
: 7 Oktober 2020
Jam : 08.00
Tanggal masuk
: 6 Oktober 2020
NO CM : 17023668
Ruangan/kelas
: Angsoka / kelas II
No kamar
1.
: K. 2
DATA DASAR A. IDENTITAS PASIEN Nama
: An. A
Jenis kelamin
: Laki-laki
Usia
: 7 th
Status perkawinan
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Indonesia
Pendidikan
: SD
Bahasa yang digunakan
: Bahasa Indonesia/ Bahasa Daerah
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: Jl. Putra Yuda No.1 Blok 2, Kota Denpasar
Diagnosa medis
: Nefrotik Syndrome
Sumber biaya
: BPJS
Sumber informasi
: Keluarga
B. RIWAYAT KEPERAWATAN a)
Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Alasan Masuk Rumah Sakit Pasien datang dibawa ibunya kerumah sakit dengan keluhan badan anaknya bengkak-bengkak di seluruh badan terutama dibagian wajah dan mata. Ibunya mengatakan 5 hari SMRS saat bangun tidur pagi hari mata anaknya sembab, namun sembab berkurang di sore hari, sembab juga menyebar dibagian perut dan esoknya pada kedua kaki, sejak 4 hari yag lalu BAK berwarna merah tua dan sedikit. 2) Keluhan Utama Keluhan badan anaknya bengkak-bengkak di seluruh badan terutama dibagian wajah dan mata. 3) Kronologi Keluhan Pada Tanggal 6 Oktober 2020, An. A datang ke UGD RSUD Wangaya diantar oleh keluarganya dengan keluhan badan anaknya bengkak-bengkak di seluruh badan terutama dibagian wajah dan mata. Ibunya mengatakan 5 hari SMRS saat bangun tidur pagi hari mata anaknya sembab, namun sembab berkurang di sore hari, sembab juga menyebar dibagian perut dan esoknya pada kedua kaki, sejak 4 hari yag lalu BAK berwarna merah tua dan sedikit. b) Riwayat Kesehatan Masa Lalu 1) Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit 2) Riwayat Imunisasi Keluarga Pasien mengatakan lupa dengan imunisasi yang didapat 3) Riwayat Alergi
Keluarga Pasien mengatakan tidak memiliki alergi 4) Riwayat Kecelakaan Keluarga Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakan 5) Riwayat dirawat diRS Keluarga Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit 6) Riwayat Pemakaian Obat Keluarga Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi obat c)
Riwayat Kesehatan Keluarga 1) Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga pasien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit tersebut (Nefrotik Syndrom) 2) Genogram dan Keterangan
Keterangan : : Laki – laki Meninggal
:
Perempuan Meninggal
:Klien : Perempuan : Laki-laki : Garis keturunan : Tinggal serumah
C. DATA BIO-PSIKO-SOSIAL-SPRITUAL
D. PENGKAJIAN FISIK E. PEMERIKSAAN PENUMJANG F. TERAPI MEDIS G. ANALISA DATA No 1
Data DS : 1.
Ibunya
mengatakan
sembab
juga
menyebar
dibagian
Ibunya
Problem
Nefrotik Sindrom
Ketidakseimbangan Nutririsi
Perubahan permeabilitas
perut. 2.
Etiologi
mengatakan
An.A tidak ada nafsu makan
dan
cepat
merasa kenyang. DO : 1.
Pasien anoreksia (+),
2.
Hipoalbuminemia (+)
3.
Protein total 2,4 g/dl,
4.
Albumin: 1,0 g/dl
5.
Kolesterol total 479 gr/dl,
glomerulus
Protein terfilltrasi bersama urine (proteinuria)
Hilangnya protein plasma
Hiploalbuminemia
Penurunan Tekanan osmotik plasma
Cairan Intravaskuler berpindah ke intersisial
Edema
Peritoneal
Asites
Menekan gaster
Persepsi kenyang
Anoreksia
Ketidakseimbangan Nutririsi
2
DS : 1.
Nefrotik Sindrom
Ibu An.A mengatakan badan
Cairan
anaknya
bengkak-bengkak seluruh
di
badan
terutama
dibagian
Perubahan permeabilitas glomerulus
wajah dan mata. 2.
Ibunya mengatakan 5 hari
SMRS
saat
bangun tidur pagi hari mata
anaknya
Kelebihan Volume
Protein terfilltrasi bersama urine
sembab,
namun
sembab berkurang di sore
hari,
sembab
juga dibagian
menyebar perut
dan
esoknya pada kedua kaki. 3.
Ibunya
(proteinuria)
Hilangnya protein plasma
mengatakan
Sejak 4 hari yag lalu BAK berwarna merah
Hiploalbuminemia
tua dan sedikit. Penurunan
DO :
Tekanan osmotik
1.
Ureum : 31mg/dl
2.
Berat jenis : 1,005,
3.
Tekanan
plasma
darah
130/80mmhg
Cairan
4.
Oedem priorbita (+),
5.
Nadi 112x/menit,
6.
RR : 44x/menit
7.
Pada
ektstremitas
pitting
edema
Intravaskuler berpindah ke intersisial
(+)
dengan derajat ii 8.
Pada
Edema
pemeriksaan
urin
lengkap
diperoleh
warna
:
kuning,
kejernihan
:agak keruh, 9.
Urobilonogen Leukosit (+1)
(+1),
Kelebiahn volume cairan
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.
Ketidakseimbangan Nutririsi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Anoreksia b/d Ibunya mengatakan sembab juga menyebar dibagian perut, Ibunya mengatakan An.A tidak ada nafsu makan dan cepat merasa kenyang. Pasien anoreksia (+), Hipoalbuminemia (+), Protein total 2,4 g/dl, Albumin: 1,0 g/dl, Kolesterol total 479 gr/dl.
2.
Kelebihan Volume Cairan b/d Penurunan Tekanan Osmotic Plasma d/d Ibu An.A mengatakan badan anaknya bengkak-bengkak di seluruh badan terutama dibagian wajah dan mata, Ibunya mengatakan 5 hari SMRS saat bangun tidur pagi hari mata anaknya sembab, namun sembab berkurang di sore hari, sembab juga menyebar dibagian perut dan esoknya pada kedua kaki, Ibunya mengatakan Sejak 4 hari yag lalu BAK berwarna merah tua dan sedikit. Ureum : 31mg/dl, Berat jenis : 1,005, Tekanan darah 130/80mmhg, Oedem priorbita (+), Nadi 112x/menit, RR : 44x/menit, Pada ektstremitas pitting edema (+) dengan derajat ii, Pada pemeriksaan urin lengkap diperoleh warna : kuning, kejernihan : agak keruh, Urobilonogen (+1), Leukosit (+1)
I.
INTERVENSI
No.
Diagnosa
DX 1
Keperawatan Ketidakseimbang
Tujuan Kriteria Hasil Setelah dilakukan 1.
Intervensi Kaji riwayat 1.
Rasional Untuk
an nutrisi kurang tindakan
nutrisi
dari
makanan
diet yang
selama 3x24 jam
yang
sesuai.
diharapkan
disukai.
pemenuhan nutrisi 2.
Beri makan
menguran
pasien
adekuat
sedikit-
gi
dengan
kriteria
sedikit tapi
dan
sering
nutrisi
Sajikan
dapat
tanda-tanda
makanan
terpenuhi
mal nutrisi.
bervariasi
Berat
badan
dan
ideal
sesuai
selera pasien
minat
dengan tinggi 4.
Kolaborasi
pasien
badan.
dengan ahli
untuk
gizi tentang
makan
kebutuhan keperawatan
tubuh
hasil: 1.
2.
3.
Tidak
Tidak
ada 3.
terjadi
dan
membuat
2.
3.
sesuai
penurunan
pemberian
berat
badan
diet
yang
berarti
untuk mual
Untuk menarik
4.
untuk dapat memberik
karena nutrisi
an nutrisi yang
2
Kelebihan volume b.d tekanan
Setelah dilakukan 1. cairan tindakan
2.
penurunan keperawatan osmotic selama 3x24 jam 3.
plasma d.d odema
diharapkan
dapat
mempertahankan keseimbangan cairan
4.
Ukur TTV Catat intake
mengetah
dan out put
ui
Timbang
keadaan
BB tiap hari
umum
Kolaborasi
pasien
pemberian dan
1.
tepat Untuk
cairan
2.
untuk balance
elektrolit pasien
pada 5. dengan
kriteria hasil: 1.
Kolaborasi pemberian
cairan 3.
deuritika
mengetah
Terbebas dari
ui
edema,
efektifitas
efusi,
anasarka 2.
3.
untuk
terapi dan
Bunyi
nafas
bersih,
tidak
perawatan 4.
untuk
ada
menjaga
dyspneu/ortop
keseimba
neu
ngan
Tanda-tanda
cairan
vital
dalam
batas normal
5.
untuk menguran gi odema
J.
IMPLEMENTASI
K. EVALUASI