LP Dan SP DPD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa



Dosen Pembimbing : Ns. Endah Indrawati, M.kep. Disusun oleh : Melia Nur Eliana Putri NIM : 433131440119057



STIKES HORIZON KARAWANG JL. Pangkal Perjuangan KM 1 By Pass Karawang 41316 TELP. (0267) 412480, FAX : (0267) 410842 Tahun Ajaran 2020 – 2021



Konsep Teoritis Defisit Perawatan Diri 1. Pengertian Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan diri, makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecil sendiri (toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011). Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif pasien



dikucilkan baik



dalam



dan



menyebabkan



keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky &



Hanik,2015:154) Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan BAB atau BAK (toileting) (Fitria, 2009). Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri diantaranya mandi, makan dan minum secara mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting. 2. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri Menurut Nanda (2012),jenis perawatan diri terdiri dari : 1. Defisit perawatan diri : mandi Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri. 2. Defisit perawatan diri : berpakaian Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri 3. Defisit perawatan diri : makan Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan secara mandiri



4. Defisit perawatan diri : eliminasi / toileting Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi sendiri. 3. Etiologi Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2010) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : a. Kelelahan fisik b. Penurunan kesadaran Menurut Depkes (2010: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah: 1. Faktor prediposisi a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu. b. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. c. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. d. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. 2. Faktor presipitasi Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2010: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: a. Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. b. Praktik Sosial



Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. c. Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. d. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. e. Budaya Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. f. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain. 4. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene. 1. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : 1. Gangguan integritas kulit 2. Gangguan membran mukosa mulut 3. Infeksi pada mata dan telinga 4. Gangguan fisik pada kuku 2. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah 1. Gangguan kebutuhan rasa nyaman 2. Kebutuhan dicintai dan mencintai 3. Kebutuhan harga diri 4. Aktualisasi diri 5. Gangguan interaksi sosial 5. Tanda dan Gejala Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah sebagai berikut : 1.



Mandi/Hygiene



Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,memperoleh atau mendapatkan sumber air,mengatur suhu atau aliran air mandi,mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi 2.



Berpakaian/berhias Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian ,menanggalkan pakaian,serta memperoleh atau menukar pakaian.Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,memilih pakaian,mengambil pakaian dan mengenakan sepatu



3.



Makan Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,mempersiapkan makanan,melengkapi makanan,mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat,serta mencerna cukup makanan dengan aman



4.



Eliminasi Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil,duduk atau bangkit dari jamban,memanipulasi pakaian untuk toileting,membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat,dan menyiram toilet atau kamar kecil.



Menurut Depkes (2010: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah: a. Fisik 1) Badan bau, pakaian kotor 2) Rambut dan kulit kotor 3) Kuku panjang dan kotor 4) Gigi kotor disertai mulut bau 5) Penampilan tidak rapi b. Psikologis 1) Malas, tidak ada inisiatif 2) Menarik diri, isolasi diri 3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. c.  Sosial 1) Interaksi kurang 2) Kegiatan kurang 3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma 4) Cara makan tidak teratur 5) Gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.



6. Rentang Respon



Adaptif



Maladaptif



Pola perawatan diri seimbang



tidak melakukan perawatan



Kadang perawatan diri tidak seimbang



diri



Keterangan : 1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri. 2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor kadang kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya. 3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor. 7. Mekanisme Koping Mekanisme koping berdasarkan penggolongan nya di bagi 2 (Stuart & Sundeen, 2000), yaitu : 1. Mekanisme Koping Adaptif Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah : Klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri. 2. Mekanisme Koping Mal Adaptif Mekanisme



koping



yang



menghambat,



fungsi



integrasi,



memecah



pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategori nya adalah : Tidak mau merawat diri. 8. Fase defisit perawatan diri Pada mula klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak nyaman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana-mana, tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional, dan hubungan positif dengan orang lain yang melibatkan diri dalam situasi yang baru. Begitu menyakitkan sehingga rasa nyaman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia membayangkan nasionalisasi dan mengaburkan realitas dari pada



kenyataan. Keadaan dimana seseorang individu mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidak mampuan dalam mengalami stressor interval atau lingkungan dengan adekuatnya. 9. Batasan Karakteristik Menurut Nanda – I 2012 batasan karakteristik klien dengan defisit perawatan diri adalah : a) Defisit perawatan diri : mandi 1.



Ketidakmampuan untuk mengakses kamar mandi



2.



Ketidakmampuan mengeringkan tubuh



3.



Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi



4.



Ketidakmampuan menjangkau sumber air



5.



Ketidakmampuan mengatur air mandi



6.



Ketidakmampuan membasuh tubuh



b) Defisit perawatan diri : berpakaian 1.



Ketidakmampuan mengancing pakaian



2.



Ketidakmampuan mendapatkan pakaian



3.



Ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian



4.



Ketidakmampuan mengenakan sepatu



5.



Ketidakmampuan mengenakan kaos kaki



6.



Ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian



7.



Ketidakmampuan melepas sepatu



8.



Ketidakmampuan melepas kaos kaki



9.



Hambatan memilih pakaian



10. Hambatan mempertahankan penampilan yang memuaskan 11. Hambatan mengambil pakaian 12. Hambatan mengenakan pakaian pada bagaian tubuh bawah 13. Hambatan mengenakan pakaian pada tubuh atas 14. Hambatan memasang sepatu 15. Hambatan memasang kaos kaki 16. Hambatan melepas kaos kaki 17. Hambatan melepaskan pakaian 18. Hambatan melepas sepatu 19. Hambatan menggunakan alat bantu 20. Hambatan menggunakan resleting



c) Defisit perawatan diri : makan 1.



Ketidakmampuan mengambil makan dan memasukkan ke mulut



2.



Ketidakmampuan mengunyah makanan



3.



Ketidakmampuan menghabiskan makanan



4.



Ketidakmampuan menempatkan makanan ke perlengkapan makan



5.



Ketidakmampuan menggunakan perlengkapan makan



6.



Ketidakmampuan memakan makanan dalam cara yang dapat diterima secara sosial



7.



Ketidakmampuan memakan makanan dengan aman



8.



Ketidakmampuan memakan makanan dalam jumlah memadai



9.



Ketidakmampuan memanipulasi makanan dalam mulut



10. Ketidakmampuan membuka wadah makanan 11. Ketidakmampuan mengambil gelas dan cangkir 12. Ketidakmampuan makanan untuk dimakan 13. Ketidakmampuan menelan makanan 14. Ketidakmampuan menggunakan alat bantu d) Defisit perawatan diri : eliminasi 1.



Ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi yang tepat



2.



Ketidakmampuan menyiram toilet atau kursi buang air (commode)



3.



Ketidakmampuan naik ke toilet atau commode



4.



Ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk eliminasi



5.



Ketidakmampuan berdiri dari toilet atau commode



6.



Ketidakmampuan untuk duduk di toilet atau commode



Konsep Teoritis Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri 1. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan, terhadap pengkajian terdiri dari pengumpulan data, pengelompokkan data dan analisa data. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual, dimana pengumpulan data dilakukan pada saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama keperawatan berlangsung (Stuart dan Sudden, 2005). Cara pengkajian lain berfokus pada (5) lima dimensi: Fisik, Emosional, Intelektual, Sosial dan Spiritual. Isi pengkajian meliputi: a. Identitas Klien Biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan tanggal pengkajian. b. Keluhan Utama Klien dibawa kerumah sakit pada umumnya karena Defisit dalam merawat diri, dari perawatan -perawatan diri yang biasa dilakukan, dan  sekarang jarang dilakukan dengan diawali masalah seperti senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung. c. Faktor Predisposisi 1)



Pada umumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.



2)



Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.



3)



Pengobatan sebelumnya kurang berhasil.



4)



Harga diri rendah, klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri



5)



Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya, dan saksi penganiyaan



6)



Ada anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa.



7)



Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu kegagalan yang dapat menimbulkan frustasi.



d. Pemeriksaan Fisik Pengkajian fisik difokuskan pada system dan fungsi organ; yang meliputi: 1)



Ukur dan observasi tanda–tanda vital, tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan klien.



2)



Ukur tinggi badan dan berat badan klien



3)



Keluhan fisik: biasanya tidak ada keluhan fisik.



e. Aspek Psikososial 1)



Gambaran diri: pada umumnya klien bisa menerima anggota tubuh yang dimiliki.



2)



Identitas diri: klien mengetahui status dan posisi klien sebelum dirawat.



3)



Peran: klien tidak mampu melaksanakan perannya sebagaimana mestinya, baik peran dalam keluarga ataupun dalam kehidupan masyarakat.



4)



Ideal diri: klien memiliki harapan untuk segera sembuh dari penyakitnya, dan kembali hidup normal seperti sebelum klien sakit.



5)



Harga diri: klien mengalami harga diri rendah berhubungan dengan kegagalan yang terjadi dimasa lampau dan klien merasa tidak dihargai oleh orang lain.



f. Status Mental 1)



Penampilan: penampilan klien tidak rapi, misalnya rambut acak–acakan, kancing baju tidak tepat, dan baju tidak pernah diganti.



2)



Pembicaraan: pembicaraan yang ditemukan pada klien yaitu pembicaraan yang berbelit-belit.



3)



Aktivitas motorik: klien mengalami tegang, gelisah dan agitasi.



4)



Alam perasaan: putus asa atau sedih dan gembira yang berlebihan.



5)



Afek: labil yaitu emosi yang cepat berubah – ubah.



6)



Interaksi selama wawancara: Biasanya klien menunjukkan kurang kontak mata dan kadang-kodang menolak bicara dengan orang lain.



7)



Persepsi: Biasanya gangguan persepsi terutama halusinasi pendengaran, klien biasanya mendengan suara-suara yang mengancam, sehingga klien cenderung menyendiri, pandangan kosong, kadang-kadang bicara sendiri, sering menyendiri dan melamun,.



8)



Proses pikir: a. Arus pikiran Sirkumtansial yaitu pembicaraan yang berbelit  tetapi sampai dengan tujuan pembicaraan dan perseverasi yaitu pembicaraan yang diulang berkali – kali. Selain sirkumtansial dan perseverasi klien dengan halusinasi visual biasanya juga mengalami gangguan dalam bentuk Blocking, yaitu jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah sebuah kalimat. Pasien tidak dapat menerangkan kenapa ia berhenti.



b. Bentuk pikiran Klien lebih sering diam dan larut dengan menyendiri, bersikap seperti malas-malasan c. Isi pikiran Klien merasa lebih senang menyendiri daripada berkumpul dengan orang lain. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah, klien biasanya waham curiga atau phobia. d. Tingkat kesadaran dan orientasi tempat dan waktu baik. e. Memori: memori klien biasanya baik. f. Kebutuhan persiapan pulang 1)



Makan Klien tidak bisa mengambil makanan sendiri, makanan berceceran,



dan



makan tidak pada tempatnya 2)



Mandi Klien biasanya jarang mandi, gangguan kebersihan diri, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor



3)



Berpakaian / berhias Klien biasanya jarang mengganti pakaian, biasanya pakaian tidak sesuai,rambut acak-acakan, pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan.



4)



Istirahat dan tidur Biasanya istirahat dan tidur klien terganggu.



2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respon klien baik aktual atau potensial (Stuart dan Sudden, 2005).Rumusan diagnosa dapat menggunakan PE yaitu permasalahan (P) yang berhubungan dengan etiologi (E) dan keduanya ada hubungan sebab akibat secara ilmiah. Rumusan PES sama dengan PE hanya ditambah symtom (S) atau gejala sebagai data penunjang dalam perawatan jiwa ditemukan diagnosa anak beranak (pohon masalah), dimana jika etiologi sudah diberikan tindakan dan permasalahan belum selesai maka P dijadikan etiologi pada diagnosa yang baru, demikian seterusnya. Hal ini dapat dilakukan karena permasalahan tidak disebabkan oleh suatu etiologi yang sama sehingga walaupun etiologi sudah diberi tindakan maka permasalahan belum selesai. Untuk jalan keluarnya jika permasalahan tersebut menjadi etiologi maka tindakan diberikan secara tuntas.



Setelah selesai pengkajian dilakukan maka data yang terkumpul tersebut dianalisa sehingga dapat dirumuskan keperawatan yang ada dan selanjutnya dibuat rencana keperawatan masalah yang dapat dirumuskan pada umumnya dari apa yang klien perlihatkan sampai dengan adanya deficit perawatan diri.



3. Penjabaran Masalah a) Pohon Masalah Effect



Gangguan pemeliharaan Kesehatan (BAB/BAK, mandi, makan, minum)



Core problem



Defisit perawatan diri



Causa



Menurunnya motivasi dalam Perawatan diri



Isolasi sosial : menarik diri 4. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji : Masalah yang ditemukan adalah : Defisit Perawatan Diri (SP 1 Kebersihan Diri, SP 1 Makan, SP 1 Toileting (BAB / BAK), SP 1 Berhias). Contoh data yang biasa ditemukan dalam Defisit Perawatan Diri : Kebersihan Diri adalah : a) Data Subjektif : Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak berdaya b) Data Objektif : Rambut kotor acak-acakan,badan dan pakaian kotor serta bau, mulut dan gigi bau,kulit kusam dan kotor,kuku panjang dan tidak terawat. c) Mekanisme Koping : Regresi, penyangkalan, isolasi social menarik diri, intelektualisasi.



Defisit perawatan diri bukan merupakan bagian dari komponen pohon masalah (causa,core problem,effect) tetapi sebagai masalah pendukung. a) Effect b) Core Problem c) Causa d) Defisit Perawatan Diri. 5. Diagnosa keperawatan 1. Defisit Perawatan Diri : Ketidakmampuan merawat kebersihan diri 2. Menurunnya motivasi dalam merawat diri 6. Intervensi Rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa tertentu. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnosa tertentu. Tujuan khusus merupakan rumusan  kemampuan klien yang harus dicapai atau dimiliki klien. Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien. Umumnya kemempuan pada tujuan khusus dapat dibagi jadi tiga aspek (Stuart dan Sudden, 2005) yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosa keperawatan.



RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : KEBERSIHAN DIRI No



Dx. Keperawatan Defisit Perawatan TUM :



Perencanaan Kriteria Hasil Setelah …x interaksi klien menunjukkan



Intervensi Bina hubungan saling percaya dengan :



Diri : Merawat Klien dapat melakukan



tanda – tanda percaya pada perawat :



1. Beri salam setiap berinteraksi



Tujuan 1



Kebersihan Diri



perawatan diri secara mandiri TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling



1. Wajah cerah, tersenyum 2. Mau berkenalan 3. Ada kontak mata 4. Bersedia menceritakan perasaan 5. Bersedia mengungkapkan masalahnya



percaya



2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat berinteraksi. 3. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien 4. Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi. 5. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien 6. Buat kontrak interaksi yang jelas 7. Dengarkan dengan empati 8. Penuhi kebutuhan dasar klien



TUK 2 :



Dalam…x interaksi klien menyebutkan :



Diskusikan dengan klien :



Klien mengetahui pentingnya perawatan diri



1. Penyebab tidak merawat diri



1. Penyebab klien tidak merawat diri



2. Manfaat menjaga perawatan diri



2. Manfaat menjaga perawatan diri untuk



3. Tanda-tanda bersih dan rapi 4. Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan



keadaan fisik, mental dan sosial 3. Tanda-tanda perawatan diri yang baik 4. Penyakit atau gangguan kesehatan yang bisa



dialami oleh klien bila perawatan diri tidak adekuat TUK 3 :



Dalam …x interaksi klien menyebutkan



Klien mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri



frekuensi menjaga perawatan diri :



a. Diskusika frekuensi menjaga perawatan diri selama ini



1. Frekuensi mandi



1.



Mandi



2. Frekuensi gosok gigi



2.



Gosok gigi



3. Frekuensi keramas



3.



Keramas



4. Frekuensi ganti pakaian



4.



Berpakain



5. Frekuensi berhias



5.



Berhias



6. Frekuensi gunting kuku



6.



Gunting kuku



3.2 Dalam …x interaksi klien menjelaskan cara menjaga perawatan diri :



b. Diskusikan cara praktek perawatan diri yang baik dan benar



1. Cara mandi



1. Mandi



2. Cara gosok gigi



2. Gosok gigi



3. Cara keramas



3. Keramas



4. Cara berpakaian



4. Berpakain



5. Cara berhias



5. Berhias



6. Cara gunting kuku



6. Gunting kuku c. Berikan pujian untuk setiap respon kliken yang positif



TUK 4 :



Dalam …x interaksi klien mempraktekan



a. Bantu klien saat perawatan diri :



Klien dapat



perawatan diri dengan dibantu oleh perawat



1. Mandi



melaksanakan



:



2. Gosok gigi



perawatan diri dengan



1. Mandi



3. Keramas



bantuan perawat



2. Gosok gigi



4. Berpakain



3. Keramas



5. Berhias



4. Berpakain



6. Gunting kuku



5. Berhias 6. Gunting kuku



b.Beri pujian setelah klien selesai melaksanakan perawatan diri



TUK 5 :



Dalam …x interaksi klien melaksanakan



Klien dapat



praktek perawatan diri secara mandiri :



a. Pantau klien dalam melaksanakan perawatan diri :



melaksanakan



1. Mandi 2x sehari



1. Mandi



perawatan secara



2. Gosok gigi sehabis makan



2. Gosok gigi



mandiri



3. Keramas 2x seminggu



3. Keramas



4. Ganti pakaian 1x sehari



4. Berpakain



5. Berhias sehabis mandi



5. Berhias



6. Gunting kuku setelah mulai panjang



6. Gunting kuku b.



Beri



pujian



saat



klien



melaksanakan



TUK 6 :



Dalam …x interaksi keluarga menjelaskan



Klien mendapatkan



cara-cara membantu klien dalam memenuhi



dukungan keluarga



kebutuhan perawatan dirinya



untuk meningkatkan perawatan diri



perawatan diri secara mandiri a. Diskusikan dengan keluarga : 1. Penyebab



klien



tidak



melaksanakan



perawatan diri 2. Tindakan yang telah dilakukan klien



Dalam …x interaksi keluarga menyiapakan



selama di Rumah Sakit dalam menjaga



sarana perawatan diri klien : sabun mandi,



perawatan diri dan kemajuan yang telah



pasta gigi, sikat gigi, sampo, handuk,



dialami oleh klien



pakaian bersih, sandal dan alat berhias



3. Dukungan yang bisa diberika oleh keluarga untuk meningkatkan kemempuan klien



Keluarga mempraktekan perawatan diri



dalam perawatan diri



kepada klien b. Diskusikan denagn keluarga tentang : 1. Sarana yang diperlukan untuk menjaga perawatan diri klien 2. Anjurkan kepada keluarga menyiapkan sarana tersebut c. Diskusikan dengan keluarga hal-hal yang perlu dilakukan keluarga dalam perawatan diri : 1. Anjurkan keluarga untuk mempraktekan



perawatan diri



(mandi, gosok gigi,



keramas, ganti baju, berhias dan gunting kuku) 2. Ingatkan klien waktu mandi, gosok gigi, keramas, ganti baju, berhias dan gunting kuku 3. Bantu jika klien mengalami hambatan dalam perawatan diri 4. Berikan pujian atas keberhasilan klien



7.



Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah direncanakan perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya saat ini. Pelaksanaan terdiri dari lima aspek, yaitu diagnosa, pelaksanaan, evaluasi, modifikasi dan paraf.



8. Evaluasi Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai respon dan efek dari tindakan keperawatan klien. Evaluasi dilaksanakan secara terus menerus, membandingkan respon klien dengan kriteria hasil yang telah ditemukan. Evaluasi dapat ditentukan dengan menggunakan pendekatan SOAP (S : respon subyektif klien, O : respon obyektif klien yang dapat diobservasi oleh perawat, A : analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah tetap atau muncul masalah baru. P : bila ada masalah baru rencanakan kembali untuk intervensi selanjutnya).



STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : KEBERSIHAN DIRI (Pengkajian dan melatih cara menjaga kebersihan diri : Mandi, gosok gigi, cuci rambut) A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien Data Subjektif : Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak berdaya Data Objektif : Rambut kotor dan acak-acakan, badan dan pakaian kotor serta bau, mulut dan gigi bau,kulit kusam dan kotor. 2. Diagnosa Keperawatan Defisit Keperawatan Diri : Mandi, Gosok gigi, cuci rambut 3. Tujuan Tindakan keperawatan a. Klien dapat membina hubungan saling percaya. b. Klien dapat menjelaskan, pentingnya kebersihan diri. c. Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri. d. Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat. e. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri. 4. Tindakan Keperawatan a. Bina hubungan saling percaya. b. Jelaskan pentingnya perawatan diri yang baik.. c. Ajarkan klien mempraktekan cara perawatan diri : mandi, gosok gigi dan cuci rambut d. Bantu klien mempraktekan cara perawatan diri. e. Anjurkan klien memasukan kegiatan perawatan diri secara mandiri di dalan jadwal kegiatan harian. B. Strategi Komunikasi. 1. Fase Orientasi a. Salam Terapeutik “Assalamualaikum..!! Selamat Pagi Bu, Perkenalkan nama saya Melia , Saya Mahasiswa Stikes Horizon Karawang, saya akan dinas diruangan Ini selama 1



minggu minggu. Hari ini saya dinas pagi, dari jam 07 pagi sampai jam 2 siang. Saya akan merawat ibu selama di RS ini, nama ibu siapa? Senang nya dipanggil apa.” b. Evaluasi / Validasi “Bagaimana perasaan ibu hari ini..? Apakah ibu sudah mandi & gosok gigi..?” c. Kontrak a. Topik : “Baiklah bu.. Bagaimana kalau kita diskusi tentang kebersihan diri..?” b. Waktu : “ Berapa lama ibu mau mengobrolnya..?, Bagaimana kalau 15 menit..?” c. Tempat : “ Ibu maunya kita ngobrol dimana..?, Bagaimana kalau di ruang tamu..?” 2. Fase Kerja “Berapa kali ibu mandi dalam sehari..?, Menurut ibu, apa sih kegunaan mandi..?, Apa alasan ibu sehingga tidak mau mandi..?, Menurut ibu, apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan dir kiti,,? Kira – kira tanda tanda orang yang merawat diri dengan baik, seperti apa yaa..? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri, masalah apa menurut ibu yang bias timbul..? Sekarang coba ibu sebutkan alat apa saja yang digunakan untuk menjaga kebersihan diri, seperti kalau kita mandi, cuci rambut, gosok gigi… apa saja yang disiapkan..?



Benar sekali..!! Ibu perlu



menyiapkan pakaian ganti, handuk, sabun, sikat gigi, sampo dan odol serta sisir. Wahhhh… Bagus sekali..!! Ibu bias menyebutkan dengan benar..”. 3. Fase Terminasi a. Evaluasi Subjektif dan Objektif : “..Bagaimana perasaan ibu setelah, kita membicarakan tentang cara merawat kebersihan diri? Baguss sekali Bu..! Nah, sekarang, coba ibu sebutkan, cara perawatan diri yang telah kita pelajari dan latih tadi..? Bagus sekali..!! b. RTL “ Baiklah bu, tadi ibu sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika kita menjaga kebersihan diri, dan kita juga sudah melakukan latihan, cara Merawat diri, masukan kedalam jadwal yaa..! Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai



jadwal ya bu..! mandi 2 X Sehari, gosok gigi 2 X sehari juga, keramas 2 X Seminggu. Bagaimana bu..? Bisa dilakukan..? Baguss sekali, ibu mau mencoba melakukannya..!” c. Kontrak yang akan datang a. Topik : “..Baiklah ibu, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara makan dan minum yang baik dan benar, apakah ibu bersedia..?..” b. Waktu : “.. Ibu mau jam berapa dan berapa lama..? bagaimana kalau jam 11,,? Baik bu kita akan berbincang selama 15 menit” c. Tempat : “..Ibu maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang makan..? baiklah bu, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa besok ya bu.. Saya permisi.



STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : MAKAN DAN MINUM (Pengkajian dan melatih cara makan dan minum) A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien Data Subjektif : Pasien merasa lemas dan tidak berdaya. Data Objektif : Badan kurus, kulit bersih dan mulut bersih tapi klien masih terlihat lemah, klien terlihat mengacuhkan makanan nya. 2. Diagnosa Keperawatan Defisit Keperawatan Diri : Makan dan minum 3. Tujuan Tindakan keperawatan a. Klien dapat membina hubungan saling percaya. b. Klien dapat menjelaskan, pentingnya manfaat makan dan minum. c. Klien dapat menjelaskan cara makan dan minum yang baik. d. Klien dapat melakukan pemenuhan makan dan minum dengan bantuan perawat. e. Klien dapat melakukan pemenuhan makan dan minum dengan bantuan perawat. 4. Tindakan Keperawatan a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien. b. Evaluasi pengetahuan klien tentang manfaat makan dan minum c. Ajarkan klien mempraktekan tata cara makan dan minum yang baik d. Bantu klien mempraktekan tata cara makan dan minum yang baik e. Anjurkan klien memasukan kegiatan makan dan minum secara mandiri di dalan jadwal kegiatan harian. B. Strategi Komunikasi. 1. Fase Orientasi a.



Salam Teurapeutik “Assalamualaikum..!! Selamat Pagi Bu , apa kabar pagi ini??



b.



Evaluasi / Validasi



“Apakah ibu sudah mandi & gosok gigi sendiri?bagaimana perasaan ibu setelah mandi dan menggosok gigi? c.



Kontrak a. Topik : “Baiklah bu.. sesuai janji kita kemarin, hari ini jam 11 kita berjumpa lagi dan akan membicarakan tentang manfaat dan tata cara makan dan minum yang baik” b. Waktu : “ sesuai janji kita kemarin , kita akan mengobsrol selama 15 menit ya bu, bagaimana ibu setuju?” c. Tempat : “ Bagaimana kalau kita berbincang di ruang makan ini saja?”



2. Fase Kerja “..Berapa kali ibu makan sehari..? Iya baguss..!! Ibu makan 3 X Sehari..! Kalau minum, sehari berapa gelas bu..?? Betul, Minum 10 Gelas sehari..? Apa saja yang disiapkan untuk makan,,? Dimana ibu makan..? Bagaimana cara makan yanag baik menurut ibu..? Apa yang dilakukan sebelum makan..? Apa pula yang dilakukan setelah makan..?..” 3. Fase Terminasi a.



Evaluasi Subjektif dan Objektif : “..Bagaimana perasaan ibu setelah, kita membicarakan tentang cara Makan dan minum yang baik? Baik sekali bu, ibu sudah bisa menyebutkan manfaat makan dan minum dengan baik”



b.



RTL “ Baiklah bu, tadi ibu sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika kita menjaga kebersihan diri, dan kita juga sudah melakukan latihan, Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai jadwal ya bu..! makan 3 X sehari, dan minum 8 – 10 gelas sehari..”



c.



Kontrak yang akan datang. a. Topik :



“..Baiklah ibu, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara Toileting yang baik dan benar (BAB dan BAK) besok..” b. Waktu : “.. Ibu mau jam berapa..? bagaimana kalau jam 11,,?..” c. Tempat : “..Ibu maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang makan..? baiklah bu, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa besok ya bu.. Saya permisi.”



STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : TOILETING (Pengkajian dan melatih cara BAB dan BAK) A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien Data Subjektif : Pasien merasa lemas dan tidak berdaya. Data Objektif : Kulit kotor, baju bau pesing, sekitar kamar klien bau pesing 2. Diagnosa Keperawatan Defisit Keperawatan Diri : Toileting (BAB dan BAK) 3. Tujuan Tindakan keperawatan a.



Klien dapat membina hubungan saling percaya..



b.



Klien dapat menjelaskan cara BAK dan BAB dengan benar.



c.



Klien dapat melakukan pemenuhan kebutuhan BAK dan BAB dengan benar dengan bantuan perawat



d.



Klien dapat melakukan pemenuhan makan dan minum secara mandiri



e.



Klien dapat memasukan kegiatan BAK dan BAB dengan benar ke dalam jadwal harian



4. Tindakan Keperawatan a. Bina hubungan saling percaya.. b. Jelaskan cara BAK dan BAB dengan benar. c. Bantu Klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan BAK dan BAB dengan benar d. Anjurkan klien melakukan pemenuhan makan dan minum secara mandiri e. Anjurkan klien untuk memasukan kegiatan BAK dan BAB dengan benar ke dalam jadwal harian B. Strategi Komunikasi. 1. Fase Orientasi a. Salam Teurapeutik “Assalamualaikum..!! Selamat Pagi Bu , apa kabar pagi ini??



b. Evaluasi / Validasi “Apakah ibu sudah mandi & gosok gigi sendiri? Bagaiman perasaan ibu setelah mandi dan menggosok gigi? Sudah makan pagi ini..?” c. Kontrak 



Topik : “Baiklah bu.. sesuai janji kita kemarin, hari ini jam 11 kita berjumpa lagi dan akan membicarakan tentang tata cara BAK dan BAB yang baik”







Waktu : “ sesuai janji kita kemarin , kita akan mengobsrol selama 15 menit ya bu, bagaimana ibu setuju?”







Tempat : “ Bagaimana kalau kita berbincang di ruang makan ini saja?”



2. Fase Kerja “..Berapa kali ibu BAB sehari..? Kalau BAK berapa kali sehari..?, kalau ibu BAB dan BAK di mana biasanya..? Setelah BAK dan BAB biasanya apa yang ibu lakukan..? Menurut ibu apa manfaatnya jika menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK..?” 3. Fase Terminasi a. Evaluasi Subjektif dan Objektif : “..Bagaimana perasaan ibu setelah kita membicarakan tentang cara BAB dan BAK yang baik..? Bagaimana perasaan ibu setelah membersihkan diri setelah BAB dan BAK..? BAgus sekali bu, ibu sudah bisa menyebutkan dengan baik cara BAK dan BAB yang benar..!”



b. RTL “ Baiklah bu, tadi ibu sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika kita menjaga kebersihan diri setelah BAB dan BAK. Sekarang, coba ibu masukan kedalam Jadwal Kegiatan Harian ibu, sesuai ceklis, BAB 1x di toilet, BAK 1x di toilet/dikamar?” c. Kontrak yang akan datang.







Topik :



“..Baiklah ibu, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara berhias diri (berpakaian dan berdandan)..!” 



Waktu :



“.. Ibu mau jam berapa..? bagai mana kalau jam 11,,?..” 



Tempat :



“..Ibu maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang makan..? baiklah bu, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa besok ya bu.. Saya permisi.



STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 4 PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : BERHIAS (Pengkajian dan melatih cara berhias : Berpakaian dan Berdandan) A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien Data Subjektif : Pasien merasa lemas dan tidak berdaya. Data Objektif : Baju kotor dan berantakan, rambut acak2an, muka kusam. 2. Diagnosa Keperawatan Defisit Keperawatan Diri : Berhias (berpakaian dan berdandan) 3. Tujuan Tindakan keperawatan a. Klien dapat membina hubungan saling percaya. b. Klien dapat menjelaskan cara berhias dengan benar. c. Klien dapat melakukan pemenuhan kebutuhan berhias dengan benar dengan bantuan perawat. d. Klien dapat melakukan pemenuhan berhias secara mandiri. e. Klien dapat memasukan kegiatan berhias dengan benar ke dalam jadwal harian. 4. Tindakan Keperawatan a. Bina hubungan saling percaya. b. Jelaskan caraberhias (berpakaian dan berdandan) dengan benar. c. Bantu Klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan berdandan dengan benar. d. Anjurkan klien melakukan pemenuhan berdandan secara mandiri. e. Anjurkan klien untuk memasukan kegiatan berdandan dengan benar ke dalam jadwal harian B. Strategi Komunikasi. 1. Fase Orientasi



a. Salam Teurapeutik “Assalamualaikum..!! Selamat Pagi Bu , apa kabar pagi ini?? b. Evaluasi / Validasi “Apakah ibu sudah mandi & gosok gigi sendiri? Bagaiman perasaan ibu setelah mandi dan menggosok gigi? Sudah makan pagi ini..? sudah BAB / BAK pagi ini? Dimana ibu BAB dan BAK pagi ini? Apa yang ibu lakukan setelah BAB / BAK..?” c. Kontrak a. Topik : “Baiklah bu.. sesuai janji kita kemarin, hari ini jam 11 kita berjumpa lagi dan akan membicarakan tentang berhias (berpakaian dan berdandan)..? b. Waktu : “ Sesuai janji kita kemarin , kita akan berbincang bincang selama 15 menit ya bu, bagaimana ibu setuju?” c. Tempat : “ Bagaimana kalau kita berbincang di ruang makan ini saja?” B. Fase Kerja “..Menurut ibu apa itu berhias..? Apa manfaat berpakaian dan berdandan untuk ibu..? Bagus sekali ibu bisa menyebutkan manfaat berhias dan berpakaian..! Sekarang coba ibu tunjukan cara berpakaian dan berdandan yang baik..? Bagus sekali ibu sudah dapat menunjukan cara berhias dan berpakaian yang baik! Mulai besok coba ibu masukan Berhias dan Berpakaian kedalam kegiatan harian..!” C. Fase Terminasi a. Evaluasi Subjektif dan Objektif : “..Bagaimana perasaan ibu setelah kita membicarakan tentang manfaat dan tata cara berhias dan berpakaian yang baik..? BAgus sekali bu, ibu sudah bisa menyebutkan dengan baik tentang manfaat dan cara berhias dan berpakaian yang baik” b. RTL



“ Baiklah bu, tadi ibu sudah menyebutkan manfaat bagi ibu tentang cara berhias dan berpakaian yang baik dan benar, mulai besok coba ibu masukan ke jadwal kegiatan harian ibu” c. Kontrak yang akan datang. a. Topik : “..Baiklah ibu, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan mengevaluasi tentang kebutuhan dan latihan cara berhias diri (berpakaian dan berdandan)..!” b. Waktu : “.. Ibu mau jam berapa..? bagaimana kalau jam 11,,?..” c. Tempat : “..Ibu maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang makan..? baiklah bu, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa besok ya bu.. Saya permisi.”



Daftar Pustaka Azizah, L.M.2011.Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu. Damaiyanti, Mukhripah .2012.Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung:PT.Refika Aditama. Keliat,Budi Anna.2009.Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC. Stuart, Gail W.2012.Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC. Yosep, Iyus 2010.Keperawatan Jiwa. Bandung:PT.Refika Aditama.