LP DHF Dewa Ayu Septianti Dewi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)



Oleh : DEWAAYU SEPTIANTI DEWI 209012698



PROGRAM STUDI NERS PROGRAM PROFESI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES WIRA MEDIKA BALI DENPASAR 2021



Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif & Hardhi, 2015). Dengue



Hemmorhagic



Fever



adalah



penyakit



yang



disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar di seluruh wilayah WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan (WHO, 2015). 2. Etiologi Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam berdarah. Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta kasus baru demam berdarah setiap tahun di seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang menjadi demam berdarah. Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari negara lain. Faktor



risiko untuk demam berdarah termasuk memiliki antibodi terhadap virus demam berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et al, 2014). Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN4, keempatnya ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Hardhi, 2015). 3. Patofisiologi Virus dengue bisa masuk kedalam tubuh melalui gigitan dari nyamuk aedes aegypti lalu kemudian bereaksi dengan antibodi di dalam tubuh & terbentuklah adanya kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan dapat mengaktivasi system komplemen. Akibat adanya aktivasi C3 & C5 akan dilepasnya C3a & C5a,dua peptida yg berdaya buat melepaskan sebuah histamine & suatu merupakan mediator yg kuat sebagai factor yg menyebabkan meningkatnya permeabilitas dari dinding pembuluh darah & menghilangkan plasma melalui endotel dinding tersebut. Reaksi tubuh merupakan sebuah reaksi yg biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yg amat sangat berbeda akan terlihat, apabila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan type virus dengue yg lainnya. Dan DHF dapat terjadi apabila seorang yg telah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang dari virus dengue lainnya. Re-infeksi ini bisa menyebabkan adanya suatu reaksi anamnestik antibody, sehingga menimbulkan adanya konsentrasi yg kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yg tinggi .



Hal pertama yg akan terjadi jika virus masuk ke dalam tubuh ialah viremia yg menyebabkan penderita mengalami demam, adanya sakit kepala, merasa mual, nyeri otot, dan merasa pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau terdapat bintik-bintik merah pada kulit (petekie), adanya hyperemia tenggorokan dan kelainan yg mungkin saja muncul pada system retikuloendotelial seperti adanya pembesaran pada kelenjarkelenjar getah bening, hati & limpa. Ruam pada DHF disebabkan lantara adanya kongesti pembuluh darah dibawah kulit bisa pembesaran hati (Hepatomegali) dan juga pembesaran limpa (Splenomegali).Peningkatan permeabilitas dinding kapiler membuat berkurangnya volume plasma, sehingga terjadi hipotensi, dan hipoproteinemia, dan hemokonsentrasi, serta efusi juga adanya renjatan (syok)



PATHWAY Nyamuk mengandung Vurus dengue Menggigit manusia Virus masuk ke aliran darah Mekanisme tubuh untuk melawan virus



Peningkatan asam lambung Mual dan muntah Defisit Nutrisi



Viremia



Komlemen antigen andibodi meningkat



Pelepasan peptida



Merangsang Hipotalamus anterior Suhu tubuh meningkat Hipertermia



Pembebasan histamin



Peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah Hb turun Kebocoran plasma Nutrisi dan O2 ke jaringan menurun Tubuh Lemas



Plasma banyak mengumpul pada jaringan intersial tubuh



Perdarahan ektraseluler Hipovolemik Hipovolemik



Odema



Menekan syaraf C



Energy berkurang Nyeri Akut Intoleransi Aktifitas



4.



Manifestasi Klinis 1) Suhu tubuh meningkat tiba-tiba / demam tinggi selama 2-7 hari 2) Terjadi perarahan di bawah kulit seperti petekia, ekimosis, hematoma 3) Epiktasis, hematemesis, melena dan hematurja 4) Muntah, mual tidak ada nafsu makan, diare,konstipasi 5) Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati 6) Sakit kelapa 7) Pembengkakan sekitar mata 8) Pembesaran hati, limfe dan kelenjar getah bening 9) Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah)



5.



Penatalaksanaan



1)



DHF Tanpa Renjatan -



Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 liter / hari )



-



Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres



-



Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak 1th 75 mg im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb bb ( anak 1th diberikan 5 mg/ kg bb.



2)



Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat



DHF Dengan Renjatan -



Pasang infuse(RL, NaCl Faali) yang biasa digunakan



-



Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander (20– 30 ml/ kg BB )



6.



Tranfusi jika Hb dan Ht turun



Penatalaksanaan Keperawatan 1.



Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam



2.



Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam



3.



Observasi intake output



4.



Diet makan lunak



5.



Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres.



6.



Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.



7.



Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.



8.



Resiko Perdarahan  Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena  Catat banyak, warna dari perdarahan  Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal



9.



Peningkatan suhu tubuh  Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik  Beri minum banyak  Berikan kompres



7.



KOMPLIKASI Adapun komplikasi dari DHF adalah : 1)



Perdarahan disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan 25 pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.



2)



Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular, perfusi



miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam. 3)



Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.



4)



Efusi Pleura Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura dan adanya dipsnea.



8.



Pemeriksaan Penunjang Untuk menegakkan diagnostik DHF perlu dilakukan berbagai pemeriksaan penunjang, diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi. 1. Pemeriksaan laboratorium 2.



Pemeriksaan darah Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :



1) IgG dengue positif (dengue blood) 2) Trombositipenia 3) Hemoglobin meningkat >20% 4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat) 5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinema, hiponatremia, hipokalemia 6) SGOT dan SGPT mungkin meningkat 7) Ureum dan pH darah mungkin meningkat 8) Waktu perdarahan memanjang 9) Pada analisa gas darah arteri menunjukkan asidois metabolik PCO2