LP Endometriosis - Mei Kumala Wati - j230215066 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ENDOMETRIOSIS



Disusun Oleh : MEI KUMALA WATI J230215066



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2021



i



LAPORAN PENDAHULUAN ENDOMETRIOSIS A. Pengertian Endometriosis adalah kelainan ginekologis yang ditandai dengan adanya pertumbuhan lapisan endometrium secara ektopik yang ditemukan di luar uterus. Secara lebih spesifik lagi dijelaskan sebagai suatu keadaan dengan jaringan yang mengandung unsur – unsur stroma dan unsur granular endometrium khas terdapat secara abnormal pada berbagai tempat di dalam rongga panggul atau daerah lain pada tubuh (Berek, 2016). Endometriosis merupakan tumbuhnya jaringan endometrium diluar batas rongga uterus. Jaringan ektopik ini biasanya terbatas hanya pada area pevis, paling sering terdapat disekitar ovarium, peritoneum uterovesika, ligamen uterosakra, dan kavum Douglas atau cul de sac, namun dapat pula tumbuh pada semua tempat dalam tubuh (Joan dan Lyndon,2014). B. Etiologi Etiologi endometriosis belum diketahui tetapi ada beberapa teori yang telah dikemukakan menurut Nugroho (2012) : 1. Secara kongenital sudah ada sel-sel endometrium di luar uterus. 2. Pindahnya sel-sel endometrium melalui sirkulasi darah atau sirkulasi limfe. 3. Refluks menstruasi yang mengandung sel-sel endometrium ke tuba fallopi, sampai ke rongga pelvis. 4. Herediter karena insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya juga mengalami endometriosis. Beberapa peneliti memperkirakan bahwa endometriosis dapat disebabkan oleh penurunan respons imun selular terhadap antigen-antigen endometrium. Menurunnya sistem sel immunitas disebabkan oleh terjadinya peningkatan makrofag Peningkatan jumlah makrofag dan monosit terdapat di dalam cairan peritoneum, yang teraktivasi menghasilkan faktor pertumbuhan dan sitokin yang merangsang tumbuhnya endometrium ektopik (Prawirohardjo, 2011).



1



C. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala dari endometriosis menurut Joan dan Lndon (2014) diantaranya yaitu : 1. Nyeri perut bagian bawah dan di daerah panggul progresif. 2. Disminorea (nyeri hebat di perut bagian bawah saat haid yang menganggu aktifitas). 3. Dispareunea (nyeri ketika melakukan hubungan seksual), disebabkan karena adanya endometriosis di kavum douglas. 4. Nyeri ketika buang air besar atau kecil (disuria), khususnya pada saat menstruasi. Disebabkan karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid. 5. Poli dan hipermenorea (siklus lebih pendek dari normal < 21 hari, darah lebih banyak atau lama dari normal lebih dari 7 hari). 6. Infertilitas (kemandulan), apabila mobilitas tuba terganggu karena fibriosis dan karena perlekatan jaringan disekitarnya. 7. Menstruasi yang tidak teratur (misalnya spoting sebelum menstruasi). 8. Haid yang banyak (menorragia) D. Patofisiologi Ada beberapa teori yang menjelaskan patofisiologi terjadinya endometriosis antara lain (Prawirohardjo, 2011) : 1. Teori refluks haid dan implantasi sel endometrium di dalam rongga peritoneum. Teori ini dibuktikan dengan ditemukan adanya darah haid dalam rongga peritoneum pada waktu haid dengan laparoskopi, dan sel endometrium yang ada dalam haid itu dapat dikultur dan dapat hidup menempel dan tumbuh berkembang pada sel mesotel peritoneum. 2. Teori koelemik metaplasia, dimana akibat stimulus tertentu terutama hormon, sel mesotel dapat mengalami perubahan menjadi sel endometrium ektopik. Teori ini terbukti dengan ditemukannya endometriosis pada perempuan pramenarke dan pada daerah yang tidak berhubungan langsung dengan refluks haid seperti di rongga paru. Disamping itu, endometrium eutopik dan ektopik adalah dua bentuk yang jelas berbeda, baik secara morfologi maupun fungsional. 2



3. Penyebaran melalui aliran darah (hematogen)dan limfogen 4. Pengaruh genetik. Pola penurunan penyakit endometriosis terlihat berperan secara genetik. Risiko menjadi 7 kali lebih besar bila ditemukan endometriosis pada ibu atau saudara kandung. 5. Patoimunologi yaitu reaksi abnormal imunologi yang tidak berusaha membersihkan refluks haid dalam rongga peritoneum, malah memfasilitasi terjadinya endometriosis. Apoptosis sel-sel endometriosis ektopik menurun. Pada endometriosis ditemukan adanya peningkatan jumlah makrofag dan monosit di dalam cairan peritoneum, yang teraktivasi menghasilkan faktor pertumbuhan dan sitokin yang merangsang tumbuhnya endometrium ektopik. Dijumpai adanya peningkatan aktivitas aromatase intrinsik pada sel endometrium ektopik menghasilkan estrogen lokal yang berlebihan, sedangkan respons sel endometrium ektopik terhadap progesteron menurun. Peningkatan sekresi molekul neurogenik seperti nerve growth factor dan reseptornya yang merangsang tumbuhnya syaraf sensoris pada endometrium. Peningkatan interleukin-1 (IL-1) dapat meningkatkan perkembangan endometriosis dan merangsang pelepasan faktor angiogenik



(VEGF),



interleukin-6, interleukin-8 dan merangsang pelepasan intercelular adhesion melucule-1 (ICAM-1) yang membantu sel endometrium yang refluks ke dalam rongga peritoneum terlepas dari pengawasan imunologis. Interleukin8 merupakan suatu sitokin angiogenik yang kuat. Interleukin-8 merangsang perlekatan sel stroma endometrium ke protein matrix exracelular, meningkatkan aktivitas matrix metaproteinase yang membantu implantasi dan pertumbuhan ndometrium ektopik. E. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang dari endometriosis menurut (Prawirohardjo, 2011) : 1. Ultrasonografi (USG) USG hanya dapat digunakan untuk mendiagnosis endometriosis (kista endometriosis) > 1cm, tidak dapat digunakan untuk melihat bintik-bintik endometriosis



ataupun



perlengketan.



Dengan



menggunakan



USG



transvaginal kita dapat melihat gambaran karakteristik kista endometriosis dengan bentuk kista dan adanya interval eko di dalam kista. 3



2. Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI tidak menawarkan pemeriksaan yang lebih superior dibandingkan dengan USG. MRI dapat digunakan untuk melihat kista, massa ekstraperitoneal, adanya invasi ke usus dan septum rektovaginal. 3. Pemeriksaan serum CA 125 Serum CA 125 adalah petanda tumor yang sering digunakan pada kanker ovarium. Pada endometriosis juga terjadi peningkatan kadar CA 125. Namun, pemeriksaan ini mempunyai nilai sensitifitas yang rendah. Kadar CA 125 juga meningkat pada keadaan infeksi radang panggul, mioma, dan trimester awal kehamilan. CA 125 dapat digunakan sebagai monitor prognostik pascaoperatif endometriosis bila nilainya tinggi berarti prognostik kekambuhannya tinggi. Bila didapati CA 125 > 65 mIU/ml praoperatif menunjukkan derajat beratnya endometriosis. 4. Bedah Laparoskopi Laparoskopi merupakan alat diagnostik baku emas untuk mendiagnosis endometriosis. Lesi aktif yang baru berwarna merah terang, sedangkan lesi yang sudah lama berwarna merah kehitaman. Lesi nonaktif terlihat berwarna putih dengan jaringan parut. Pada endometriosis yang tumbuh di ovarium dapat terbentuk kista yang disebut endometrioma. Biasanya isinya berwarna cokelat kehitaman sehingga juga diberi nama kista cokelat. Sering endometriosis ditemukan pada laparoskopik diagnostik, tetapi pasien tidak mengeluh. 5. Pemeriksaan Patologi Anatomi Pemeriksaan pasti dari lesi endometriosis adalah didapatkan adanya kelenjar dan stroma endometrium F. Penatalaksanaan Menurut (Prawirohardjo, 2011) penatalaksanaan pada pasien endometriosis meliputi: 1. Medis a.



Pengobatan simtomatik Diberikan anti nyeri seperti paracetamol 500 mg, Non Steroidal Anti Imflammatory Drugs (NSAID) seperti ibuprofen 400 mg, asam 4



mefenamat 500 mg, Tramadol, parasetamol dengan codein, GABA inhibitor seperti gabapentin. b.



Kontrasepsi Oral Penanganan terhadap endometriosis dengan pemberian pil kontrasepsi dosis rendah. Kombinasi monofasik (sekali sehari selama 6 – 12 bulan) merupakan pilihan pertama yang sering dilakukan untuk menimbulkan kondisi kehamilan palsu dengan timbulnya amenorea dan desidualisasi jaringan endometrium. Tujuan pengobatan itu sendiri adalah induksi amenorea.



c.



Progestin Progestin memungkinkan efek antiendometriosis dengan menyebabkan desidualisasi awal pada jaringan endometrium dan diikuti dengan atrofi. Progestin bisa di anggap sebagai pilihan utama terhadap penanganan endometriosis



karena



efektif



mengurangi



rasa



sakit.



Medroxyprogesterone Acetate (MPA) adalah hal yang paling sering diteliti dan sangat efektif dalam meringankan rasa nyeri. Dimulai dengan dosis 30 mg per hari dan kemudian ditingkatkan sesuai dengan respons klinis dan pola perdarahan. MPA 150 mg yang diberikan intramuskuler setiap 3 bulan, juga efektif terhadap penanganan rasa nyeri pada endometriosis. d.



Danazol Danazol suatu turunan 17 alpha ethinyltestosteron yang menyebabkan level androgen dalam jumlah yang tinggi dan estrogen dalam jumlah yang rendah sehingga menekan berkembangnya endometriosis dan timbul amenorea yang diproduksi untuk mencegah implant baru pada uterus sampai ke rongga peritoneal. Cara praktis penggunaan danazol adalah memulai perawatan dengna 400 – 800 mg per hari, dapat dimulai dengan memberikan 200 mg dua kali sehari selama 6 bulan. Dosis dapat



ditingkatkan



bila



perlu



menghilangkan gejala-gejala.



5



unuk



mencapai



amenorea



dan



e.



Gestrinon Gestrinon adalah 19 nortesteron termasuk androgen, antiprogestagenik, dan antigonadotropik. Gestrinon bekerja sentral dan perifer untuk meningkatkan kadar testosterone dan mengurangi kadar Sex Hormon Binding Globuline (SHGB), menrunkan nilai serum estradiol ke tingkat folikular awal (antiestrogenik), mengurangi kadar Luteinizing Hormone (LH), dan menghalangi lonjakan LH.



f.



Gonadotropin Releasing Hormone Agonist (GnRHa) GnRHa menyebabkan sekresi terus-menerus FSH dan LH sehingga hipofisa mengalami disensitisasi dengan menurunnya sekresi FSH dan LH mencapai keadaan hipogonadotropik hipogonadisme, dimana ovarium tidak aktif sehingga tidak terjadi siklus haid. GnRHa dapat diberikan intramuskular, subkutan, intranasal. Biasanya dalam bentuk depot satu bulan ataupun depot tiga bulan.



2. Pembedahan Dipertimbangkan pada wanita infertil (tidak subur) atau pada wanita yang nyerinya tidak berkurang dengan obat-obatan. Tindakan operasi yang dilakukan adalah histerektomi total (pengangkatan rahim keseluruhan) atau operasi konservatif yang tetap mempertahankan rahim. G. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a.



Pengumpulan Data 1) Identitas klien Meliputi



nama,



umur,



jenis



kelamin,



alamat,



pekerjaan,



suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik. 2) Keluhan utama Keluhan utama endometriosis yang paling sering terjadi adalah nyeri 3) Riwayat penyakit sekarang Dysmenore primer ataupun sekunder, nyeri saat latihan fisik, dispareun, nyeri ovulasi, nyeri pelvis terasa berat dan nyeri 6



menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual, nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter, hipermenorea, menoragia, feces berdarah, nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi, konstipasi, diare, kolik. 4) Riwayat penyakit dahulu Apakah sebelumnya pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daerah pengolahankatu dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan. 5) Riwayat penyakit keluarga  Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis. 6) Riwayat obstetri dan menstruasi Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi. b. Pola-pola fungsi kesehatan 1) Pola nutrisi dan metabolisme Klien akan mengalami penurunan nafsu makan dan intoleransi makanan. 2) Pola eliminasi Nyeri ketika buang air besar atau kecil (disuria), khususnya pada saat menstruasi. BAB terdapat darah pada feses, nyeri saat defekasi. 3) Pola aktivitas dan latihan Aktivitas klien akan terganggu karena nyeri yang dialami 4) Pola tidur dan istirahat Tidak mengalami gangguan pada pola tidur. 5) Pola persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi kecemasan karena gangguan menstruasi yang dialami



7



6) Pola sensori dan kognitif Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan. 7) Pola hubungan dan peran Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest. 8) Pola penanggulangan stress Biasanya klien akan nampak cemas. c.



Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum Didapatkan  klien   tampak   lemah 2) Tingkat kesadaran Kesadaran klien umumnya composmentis. Pada klien post operasi kesadaran dapat menurun yaitu somnolen. 3) Sistem respirasi Pernafasan bisa meningkat atau menurun. 4) Sistem kardiovaskuler Umumnya normal. 5) Sistem integumen Terjadi kerusakan integritas bila dilakukan pembedahan 6) Sistem gastrointestinal Bibir kering karena kurangnya intake makan dan minum 7) Sistem muskuloskeletal Umumnya normal. 8) Sistem abdomen Saat palpasi didapatkan nyeri tekan pada abdomen bagian bawah (Nurarif & Kusuma, 2015).



8



2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan 3S (SDKI, SLKI, SIKI) a. Nyeri Akut (D0077) Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3bulan. Penyebab : agen pencedera fisiologis, kimiawi dan fisik. Gejala tanda mayor : Subyektif : mengeluh nyeri. Obyektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis;waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur Gejala tanda minor : Obyektif : TD meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis. b. Ansietas (D.0080) Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan



individu melakukan



tindakan



untuk menghadapi



ancaman. Penyebab



: Krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi krisis



maturasional, ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap kematian, kekacauan mengalami kegagalan, disfungsi sistem keluarga, hubungan orang tua-anak tidak memuaskan, faktor keturunan mudah teragitasi, penyalahgunaan zat, terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-lain), kurang terpapar informasi ejak lahir. Gejala tanda mayor : Subyektif : Merasa bingung, Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, Sulit berkonsentrasi. Obyektif : Tampak gelisah, tegang, sulit tidur. Gejala tanda minor : Subyektif : Mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tidak berdaya. Objektif : Frekuensi napas, nadi dan tekanan darah meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih, Berorientasi pada masa lalu.



9



c. Gangguan Mobilitas Fisik (D. 0054) Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri Penyebab : 1. Kerusakan



integritas



steruktur



tulang,



perubahan



metabolisme, ketidakbugaran fisik, penurunan kendali otot, penurunan massa otot, penurunan kekuatan otot, keterlambatan perkembangan, kekakuan sendi, kontraktur, malnutrisi, gangguan muskuluskeletal, gangguan neuromuskular, indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia, efek agen farmakologis, program pembatasan gerak, nyeri, kurang terpapar informasi tentang aktivitass fisik, kecemasan, gangguan kognitif, keengganan melakukan pergerakan, gangguan sensoripersepsi Gejala tanda mayor : Subyektif :



mengeluh sulit menggerakkan



ekstremitas. Obyektif : kekuatan otot menurun, rentang gerak (rom) menurun. Gejala tanda minor : Subjektif : Nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak. Obyektif : Sendi kaku, gerakan tidak terkkoordinasi, gerakan terbatas, fidikisik lemah d. Risiko Infeksi (D.0142) Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik Faktor risiko : Penyakit kronis (mis. diabetes melitus), efek prosedur invasif, malnutrisi, peningkatan paparan organisme patogen lingkungan, ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: (Gangguan peristaltik, kerusakan integritas kulit, perubahan sekresi pH, penurunan kerja siliaris, ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum waktunya, merokok, status cairan tubuh), ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder: penurunan hemoglobin, imununosupresi, leukopenia, supresi respon inflamasi, vaksinasi tidak adekuat) e. Risiko Defisit Nutrisi (D.0032) Definisi : Berisiko mengalami asupan memenuhi kebutuhan metabolisme.



10



nutrisi tidak cukup untuk



Faktor risiko : ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien, peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor ekonomi dan psikologis. . 3. Nursing Care Plan (NCP) Berdarkan 3S (SDKI, SLKI,SIKI) : NO 1.



Diagnosa (SDKI) Nyeri Akut (D.0077)



Luaran (SLKI) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan diagnosa nyeri akut teratasi dengan kriteria hasil : Tingkat Nyeri (L.08066) a. Keluhan nyeri cukup menurun b. Wajah meringis pasien cukup menurun c. Keluhan kesulitan tidur cukup menurun d. Anoreksia (keengganan untuk makan) menurun



Kontrol Nyeri (1605) a. Mengenali kapan terjadinya nyeri b. Melaporkan nyeri yang terkontrol c. Mengenali penyebab nyeri d. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesic Pola Tidur (L.05045) a. Keluhan sulit tidur cukup menurun b. Keluhan sering terjaga cukup menurun Keluhan istirahat tidak cukup



11



Perencanaan Keperawatan (SIKI) Manajemen nyeri (1.08238) Observasi - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri. - Identifikasi skala nyeri - Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri Therapeutic - Berikan teknik non farmakologis (relaksasi benson) untuk mengurangi rasa nyeri - Fasilitasi istirahat dan tidur. - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi - Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri. - Jelaskan strategi meredakan nyeri - anjurkan memonitor nyeri secara mandiri. Kolabrasi - Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian analgetik.



diharapkan cukup menurun



2.



Ansietas (D.0080)



Pemberian Analgesik (I.08243) Observasi a. Identifikasi karakteristik nyeri (mis; pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi) b. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik. c. Monitor efektivitas analgesik Terapetik a. Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal b. Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respon pasien Edukasi a. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat Setelah dilakukan intervensi (I.09314) Reduksi Ansietas keperawatan …x 24 jam Observasi - Identifikasi saat tingkat diharapkan Ansietas menurun ansietas berubah (mis; dengan kriteria hasil : kondisi, waktu, stresor) - Identifikasi kemampuan Tingkat Ansietas L.09093 a. Verbalisasi khawatir akibat mengambil keputusan kondisi yang dihadapi - Monitor tanda-tanda ansietas menurun Terapeutik b. Perilaku gelisah menurun - Ciptakan suasana terapeutik c. Tekanan darah menurun untuk menumbuh d. Frekuensi pernafasan menurun kepercayaan e. Frekuensi nadi menurun - Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan - Pahami situasi yang membuat ansietas - Dengarkan dengan penuh



12



perhatian - Gunakan pendekatan yang tenang yang meyakinkan - Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan - Diskusi perencanaan realistis tentang perencanaan yang akan datang Edukasi - Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang dialami - Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis - Anjurkan keluarga agar tetap bersama klien, jika perlu - Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif sesuai kebutuhan - Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi - Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan - Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat - Latih teknik relaksasi Kolaborasi - Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu (I.9326) Terapi Relaksasi Observasi - Identifikasi tingkat penurunan energy, kesulitan berkonsentrasi atau gejala lain yang mengganggu kognitif - Identifikasi teknik relaksasi yang efektif untuk



13



digunakan Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah dan suhu sebelum dan setelah latihan Terapeutik - Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang tanpa ada gangguan dengan pencahayaan dan suhu yang nyaman - Gunakan suara yang lembut dengan irama lambat dan berirama - Gunakan relaksasi sebagai penunjag dengan analgetik atau tindakan medis lain jika sesuai Edukasi - Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang tersedia (music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif) - Anjurkan menggunakan posisi yang nyaman - Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi - Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi Dukungan Ambulasi (I.06171) Observasi - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya - Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi - Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi Terapeutik - Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. pagar tempat tidur) -



3.



Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan Fisik (D. 0054) keperawatan …x



intervensi 24



jam



diharapkan gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil : (L.05042) Mobilitas Fisik a. Rentang



gerak



(ROM)



meningkat b. Nyeri menurun c. Kelemahan fisik menurun



14



Fasilitasi melakukan mobilitas fisik, jika perlu - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi Edukasi - Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi - Anjurkan melakukan ambulasi diri - Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur kekursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi) -



Dukungan Mobilisasi (I.05173) Observasi - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya - Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi - Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi Terapeutik - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. pagar tempat tidur0 - Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan Edukasi



15



Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi - Anjurkan melakukan mobilisasi diri - Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi) (I.14539) Pencegahan Infeksi Observasi - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik Terapeutik - Batasi jumlah pengunjung - Berikan perawatan kulit pada edema - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien - Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi Edukasi -



4.



Risiko Infeksi (D.0142) Setelah dilakukan intervensi keperawatan …x 24 jam diharapkan risiko infeksi menurun dengan kriteria hasil : (L.14137) Tingkat Infeksi a. Nyeri menurun b. Periode malaise menurun



-



Jelaskan dan tanda gejala infeksi - Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar - Ajarkan etika batuk - Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi - Anjurkan meningkatkan asupan cairan Kolaborasi -



5.



Risiko Defisit Nutrisi (D.0032)



Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi (I.03119) keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi 16



diharapkan diagnosa risiko defisit - Identifikasi status nutrisi nutrisi teratasi dengan kriteria - Identifikasi kebutuhan hasil : kalori dan jenis nutrien Status Nutrisi (L.03030) - Monitor asupan makanan a. Porsi makanan yang - Monitor hasil pemeriksaan dihabiskan cukup meningkat laboratorium b. Meningkatkan keinginan untuk Terapeutik makan cukup meningkat - Sajikan makanan secara c. Nyeri abdomen cukup menarik dan suhu yang menurun sesuai d. Nafsu makan cukup membaik - Berikan makanan tinggi e. Membran mukosa cukup serat untuk mencegah membaik konstipasi - Berikan makanan tinggi Nafsu Makan (L.03024) kalori dan protein a. Keinginan untuk makan cukup - Berikan suplemen makanan meningkat jika perlu b. Asupan makanan cukup Edukasi meningkat - Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi - Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis pereda nyeri, antiemetik) jika perlu - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan.



17



DAFTAR PUSTAKA Berek, JS. (2016).



Berek & Novak’s Gynecology 14th Edition. Philadelphia:



Lippincott Williams & Wilkins. Joan, Lyndon. (2014). Buku Ajar Visual Nursing Medikal-Bedah. Tanggerang Selatan : Binarupa Aksara Publiser Nugroho, Taufan. (2012). Obsgyn : Obstetri Dan Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan Dan Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction. Prawirohardjo, Sarwono. (2011). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI): definisi dan indicator diagnosti). Jakarta : DPPPPNI. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.Jakarta : . (Edisi 1). Jakarta: DPPPPNI. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): definisi dan tindakan keperawatan). Jakarta : DPPPPNI.



18