LP Gastritis - KMB 2 - Nurotul Izzati [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS



NUROTUL IZZATI 211030230212



PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG 2021/2022



LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS



A. Pengertian



Gastritis adalah suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yangdapat bersifat akut,kronis dan difus (local). Dua jenis gastritis yang sering terjadiadalah gastritis superficial akut dan gastritis atropik kronis(Hardi & Huda Amin,2015). Gastritis adalah peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradanganini dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai terlepasnya epitel mukosasuferpisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan.Pelepasan epitel dapat merangsang timbulnya inflamasi pada lambung(Sukarmin,2011). Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung dan submukosa lambung yang bersifat secara akut, kronis, difus atau lokal akibat infeksi dari bakteri, obat-obatan dan bahan iritan lain, sehingga menyebabkan kerusakan-kerusakan atau perlukaan yang menyebabkan erosi pada lapisan-lapisan tersebut dengan gambaran klinis yang ditemukan berupa dispepsia atau indigesti. Gambaran anatomi Lambung.



B. Penyebab dan Faktor Predisposisi



Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori,virus, atau parasite lainnya juga dapat menyebakan gastritis. Kontributor gastritis akut adalah meminum alkohol secara



berlebihan, infeksi dari kontaminasi makanan yang dimakan,dan penggunaan kokain. Kortikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID aspirin dan ibuprofen. (Dewit, Stromberg & Dallred,2016). Menurut Muttaqin(2011) Penyebab dari gastritis antara lain : 1. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS (indometasin, ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi (mitomisin, 5-fluora-2deoxyuriine), salisilat, dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung. 2. Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dan gin. 3. Infeksi bakteri ; seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii, streptococci, staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E. coli, tuberculosis, dan secondary syphilis. 4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus 5. Infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis. 6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks ususl ambung. 7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan . makanan berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen iritasi mukosa lambung. 8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu ( komponen penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa lambungsehingga menimbulkan respon peradangan mukosa. 9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung. 10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung.



Klasifikasi Gastritis 1. Gastritis Akut Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya adalah:



a) Gastritis akut erosif Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung).



b) Gastritis akut hemoragic Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung dalan berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontunuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut. ( Hirlan, 2001)



2. Gastritis Kronis Menurut Muttaqin, (2011) Gastritis kronis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga perbedaan sebagai berikut :



a) Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ; edema , serta perdarahan dan erosi mukosa.



b) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan mukosa pada perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul pada mukosa lambung yang bersifat iregular, tipis, dan hemoragik, yaitu :



C.



Manifestasi Klinik (Tanda dan Gejala) Gambaran klinis pada gastritis yaitu: 1. Gastritis Akut, gambaran klinis meliputi: a) Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi. b) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual, dan anoreksia. disertai muntah dan cegukan. c) Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.



d) Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus. e) Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari. (Smeltzer, 2001) 2. Gastritis Kronis Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia ( nafsu makan menurun ), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan muntah. (Smeltzer dan Bare, 2001)



D.



Patofisiologi 1.Gastritis Akut Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang mengalami stress akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan(Price dan Wilson, 2000). 2. Gastritis Kronis



Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H. pylory ) Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A ( sering disebut sebagai gastritis autoimun ) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B ( kadang disebut sebagai gastritis ) mempengaruhi antrum dan pylorus ( ujung bawah lambung dekat duodenum ) ini dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam lambung. (Smeltzer dan Bare, 2001)



ETIOLOGI (stress)



DIAGNOSA KEPERAWATAN (Anxietas)



TANDA DAN GEJALA (dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragik)



ETIOLOGI



BAGAN PATWAY



Obat- obatan kortikosteroid



ETIOLOGI Infeksi bakteri



CORE PROBLEM (Gastritis adalah suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,kornis, dan difus/lokal



TANDA DAN GEJALA (terjadi pengelupasan mukosa lambung peningkatan asam lambung )



KOMPLIKASI 1.Tukak lambung 2. Perdarahan pada lapisan perut 3. Anemia 4. kanker perut



DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri Akut



DIAGNOSA KEPERAWATAN



TANDA DAN GEJALA (Anoreksia, mual, muntah)



Resiko defisit nutrisi



E.



Penatalaksanaan 1. Pengobatan pada gastritis meliputi: a)



Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung



b) Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat. c)



Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.



d) Sulcralfate:



diberikan



untuk



melindungi



mukosa



lambung



dengan



menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin



cara yang



menyebabkan iritasi. e)



Pembedahan:



untuk mengangkat



gangrene



dan



perforasi,Gastro



jejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus.(Dermawan, 2010) 2. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi: Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. a)



Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal : alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer



b)



Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya perforasi.



terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambungmungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan



memulai farmakoterapi. H. Pilory data diatasi dengan antibiotic ( seperti tetrasiklin atau amoksisilin ) dan garam bismu ( pepto bismo ). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor instrinsik(Smeltzer, 2001) 3.



Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi: a)



Tirah baring



b) Mengurangi stress c) F.



Diet



Pengkajian Focus i. Identitas a.



Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.



b.



Identitas penanggung



jawab :



nama, umur, jenis kelamin,



pekerjaan,



alamat, hubungan dengan pasien, agama. ii. Keluhan utama Keluhan utama yang dikeluhkan pasien biasanya nyeri di perut bagian atas, mual ketika makan, dan lemas saat beraktifitas iii. Riwayat kesehatan sekarang Biasanya klien datang dengan keadaan sadar, dan menahan nyeri, mual serta lemas. Klien juga akan diperiksa tanda-tanda vitalnya. iv. Riwayat kesehatan dahulu Apakah klien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau tidak. apakah klien pulang dengan keadaan sehat atau masih sakit. apakah klien memiliki riwayat penyakit kronis atau tidak. v. Riwayat kesehatan keluarga Apakah keluarga ada yang memiliki riwayat penyakit yang sama seperti yang diderita klien saat ini. vi. Riwayat pengobatan dan alergi Obat apa yang sering dikonsumsi klien, apakah klien memiliki alergi atau tidak.



vii. Pengkajian fisik a. Keadaan umum: sakit / nyeri, status gizi, sikap, personal hygine. Data sistemik 1) Sistem persepsi sensori : pendengaran, penglihatan, pengecap apakah mengalami perubahan seperti mati rasa atau baal, peraba. 2) Sistem penglihatan : lapang pandang, kesimetrisan mata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, pupil, reflek, pupil. 3) Sistem pernafasan : frekuensi nafas bagaimana, apakah klien batuk, bunyi nafas, sumbatan jalan nafas, apakah klien sesak nafas karena menahan nyeri 4) Sistem kardiovaskuler : tekanan darah apakah normal atau tidak, denyut nadi normal atau tidak, bunyi jantung, kekuatan, pengisian kapiler, terdapat edema atau tidak. 5) Sistem saraf pusat : apakah kesadaran menurun atau tidak, bicara lancar atau terbata-bata, orientasi waktu tempat orang apakah baik atau tidak. 6) sistem gastrointestinal : nafsu makan menurun atau tidak, porsi makan berkurang atau tidak, apakah pasien mengeluh mual dansusah menelan makanan, apakah pasien kesulitan dalam mengunyah, apakah perut terasa kembung atau tidak. 7) Sistem muskoloskeletal : apakah klien mengalami masalah pada rentang gerak, keseimbangan dan cara jalan klien terganggu atau tidak, kemampuan memenuhi aktivitas sehari-hari apakah dibantu atau tidak, tangan dan kaki mengalami kelemahan atau tidak, akral teraba dingi atau hangat. 8) Sistem integumen: warna kulit sianosis atau tidak , turgor kulit elastis atau tidak. 9) Sistem reproduksi : intertil, masalah menstruasi, payudara 10) Sistem perkemihan : urin ( bagaimana warna, jumlah, dan pancaran ) viii. Data penunjang Data penunjang yang dilakukan untuk melengkapi data pengkajian biasanya adalah dengan melakukan tes laboratorium untuk mengetahui apakah ada hasil atau nilai yang tidak normal, tes USG untuk mengetahui apakah ada kelainan atau masalah pada sistem pencernaan atau pada lambung ix. Terapi yang diberikan



Biasanya klien akan mendapatkan terapi berupa ondancentrone untuk mengatasi mual, ranitidine untuk menurunkan asam lambung serta sukralfat untuk mengobati tukak lambung x. Pengkajian masalah psiko sosial budaya dan spiritual Apakah pasien mengalami gangguan pada psikologis seperti cemas dengan penyakit yang dirasakannya.



G.



Diagnosa Keperawatan i. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi dan inflamasi pada lapisan mukosa, sub mukosa dan lapisan otot lambung ii. Resiko Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan disfagia, esofagitis, anorexia iii. Anxietas



H.



Perencanaan Keperawatan Perencanaan disusun untuk menyelesaikan masalah yang di alami klien, masalah yang dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Dalam perumusan masalah ini



harus



menggunakan standar. Perencanaan yang dimaksud terdiri dari perencanaan tujuan (outcome) dan perencanaan (interventions). Menurut SDKI SLKI dan SIKI, maka tujuan dan perencanaan berdasarkan diagnosa adalah sebagai berikut :



No 1



Diagnosa Keperawatan (SDKI) Nyeri akut (D.0077) Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan Penyebab : Agen pencedera fisiologis, agen pencedera kimiawi, agen pencedera fisik Tanda mayor : Mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur. Tanda minor : tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis



Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI)



Intervensi (SIKI) 1. Kontrol nyeri (L.08063) Manajemen nyeri (I.08238) Definisi : tindakan untuk meredakan pengalaman Definisi : mengidentifikasi dan sensorik atau emosional yang tidak mengelola pengalaman sensorik atau menyenangkan akibat kerusakan jaringan emosional yang berkaitan dengan Kriteria hasil : (ekspetasi meningkat) kerusakan jaringan atau fungsional a. Melaporkan nyeri terkontrol (5) dengan onset mendadak atau lambat dan b. Kemampuan mengenali onset nyeri (5) berintensitas ringan hingga berat dan c. Kemampuan mengenali penyebab nyeri (5) konstan. d. Kemampuan menggunakan teknik nonTindakan : farmakologis (5) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, e. dukungan orang terdekat (5) durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri 2. Tingkat nyeri (L.08066) 2. Identifikasi skala nyeri Definisi : pengalaman sensorik atau emosional 3. Berikan tehnik non farmakologis yang berkaitan dengan kerusakan jaringan untuk mengurangi nyeri aktual atau fungsional dengan onset mendadak 4. Fasilitasi istirahat dan tidur atau lambat dan berintensitas ringan hingga 5. Jelaskan strategi meredakan nyeri berat dan konstan 6. Ajarkan tehnik nonfarmakologis Kriteria hasil : (ekspetasi menurun) untuk mengurangi nyeri a. Keluhan nyeri (5) 7. Kolaborasi pemberian analgesik b. Meringis (5) c. gelisah (5)



2



Resiko Nutrisi kurang dari 1. Status nutrisi kebutuhan berhubungan dengan a. Asupan gizi (5) disfagia, esofagitis, anorexia b. Asupan makanan (5) Tnada mayor: c. Asupan cairan (5) a. Klien tampak lemas d. Energi (5) b. Klien tidak nafsu 2. Status nutrisi : asupan makanan dan cairan makan a. Asupan makanan secara oral (5) Tanda minor b. Asupan cairan secara oral (5) a. Berat badan menurun c. Asupan cairan secara intravena (5)



3



Anxietas (D.0080) Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.



Tujuan : Setelah dilakukan yaitu tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka diharapkan tingkat anxietas menurun. Kriteria Hasil : 1. Verbalisasi kebingungan menurun 2. Verbalisasi akibat kondisi yang dihadapi menurun 3. Perilaku gelisah menurun Perilaku tegang menurun



1. Manajemen nutrisi a. Identifikasi status nutrisi b. Identifikasi kebutuhan kalori dan kebutuhan nutrien c. Monitor asupan makanan d. Monitor berat badan e. Monitor pemeriksaan hasil laboratorium f. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein REDUKSI ANXIETAS (I.09314) 1.



2.



Observasi  Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)  Identifikasi kemampuan mengambil keputusan  Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal) Terapeutik  Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan  Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan  Pahami situasi yang membuat anxietas  Dengarkan dengan penuh perhatian  Gunakan pedekatan yang tenang



dan meyakinkan  Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan  Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang 3. Edukasi  Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis