LP Gastritis-Novita Dwi Aprillia (A1r19025) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA DIAGNOSA “GASTRITIS”



Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Praktek KD Dosen Pembimbing : Rio Ady Erwansyah S,Kep,Ners,M.Kep



Disusun Oleh:



Novita Dwi Aprillia (A1R19025)



PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2020/2021



GASTRITIS



1.DEFINISI Gastritis atau tukak lambung yang sering kita kenal dengan penyakit maag merupakan sekumpulan keluhan atau gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan karena adanya inflamasi dari mukosa lambung (Kapita selekta kedokteran, 1999). Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang bersifat akut, kronis, difus atau lokal. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atrofik kronis. (Price & Wilson, 2006) Gastritis ditandai dengan adanya radang pada mukosa yang ditandai dengan infiltrasi sel netrofil atau infiltrasi sel limfosit, sel palasma dan eosinofil dengan atau tanpa simtom (Tambunan,1994). Gastritis (penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan inflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas.



2.ETIOLOGI Faktor psikologis stres baik primer maupun sekunder dapat merangsang peningkatan produksi asam – asam gerakan peristaltik lambung. Stres juga mendorong gerakan antara makanan dan dinding lambung menjadi tambah kuat yang dapat menyebabkan luka pada dinding lambung. Pada kasus gastritis faktor penyimpangan makan merupakan titik awal yang mempengaruhi terjadinya perubahan dinding lambung. Peningkatan asam lambung dapat di rangsang oleh konsumsi makanan dan minuman, cuka, cabai, kopi, alkohol serta makanan lain yang bersifat merangsang dinding lambung (Vera U, 2015). Penggunaan OAINS sebagai obat penekan nyeri dapat mempengaruhi terjadinya gastritis melalui dua mekanisme yaitu mekanisme lokal dan sistemik. Pada mekanisme lokal gastritis terjadi karena OAINSbersifat lipofilikdan asam, sehingga mempermudah penangkapan ion hidrogen masuk mukosa lambungdan menimbulkan kerusakan. Pada mekanisme sistemik, gastritis terjadi karena kerusakan mukosa akibat produksi PG yang menurun secara



bermakna, dimana PG khususnya PGE merupakan substansi sitoproteksi yang amat penting bagi mukosa lambung. Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter pylori dan pada awal infeksi mukosa lambung menunjukkan respons inflamasi akut dan jika diabaikan akan menjadi kronik (Sudoyu Aru, dkk 2005). Faktor Eksogen : 1. Infeksi kuman Helicobacter pylori 2. Iritasi lambung 3. Narkoba 4. Alkohol 5. Merokok 6. Makanan pedas 7. Radiasi



Faktor Endogen : 1. Asam lambung dan pepsin 2. Empedu 3. Cairan pankreas 4. Urea (Uremia) 5. Imunitas



3.KLASIFIKASI Berdasarkan Harrison 2000 pada umumnya klasifikasi gastritis diklasifikasikan menjadi akut dan kronik berdasarkan pada manifestasi klinis, ciri-ciri histologik yang mencirikan gastritis, distribusi anatomik gastritis atau beberapa kasus dan patogenesis. Klasifikasi gastritis : (Wim de Jong et al. 2005) 1. Gastritis akut -



Gastritis akut tanpa pendarahan



-



Gastritis akut dengan perdarahan (Gastritis Hemoragik atau Gastritis Erosiva) Gastritis akut berasal dari makan terlalu banyak atau terlalu cepat, makan-makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit, iritasi



bahan semacam alkohol, aspirin, NSAID, lisol, seta bahan korosif lain, refluks empedu atau cairan pankreas. 2. Gastritis kronik Inflamasi lambung yang lama dapat disebakan oleh ulkus beningna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter Pylory. 3. Gastritis bacterial Gastritis bacterial yang disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh refluks dari duodenum.



4.MANIFESTASI KLINIS Gejala yang timbul pada penyakit gastritis adalah rasa tidak enak pada perut, perut kembung, sakit kepala, lidah berlapis. Penyakit gastritis sangat mengganggu aktifitas sehari – hari karena penderita akan merasa nyeri dan rasa sakit pada perut. Selain dapat menyebabkan rasa tidak enak, juga menyebabkan peresaran saluran cerna atas, ulkus, anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12 (Supriatmo, 2013).



1. Gastritis akut Nyeri epigastrium, mual, muntah dan perdarahan terselubung maupun nyata. Dengan endoskopi terlihat mukosa lambung hyperemia dan oedem, mungkin erosi dan perdarahan aktif. 2. Gastritis kronik Kebanyakan gastritis asimptomatik, keluhan lebih berkaitan dengan komplikasi gastritis atrofik, seperti tukak lambung, defisiensi zat besi, anemia pernisiosa, dan karsinoma lambung. (Wim de Jong et al. 2005)



5.PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan darah Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylory dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suati waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes



darah dapat juga dilakukkan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat perdarahan lambung akibat gastritis. 2. Pemeriksaan pernapasan Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri Helicobacter Pylory atau tidak. 3. Pemeriksaan feces Tes ini memeriksa apakah terdapat Helicobacter Pylory dalam feces atau tidak. Hal yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. 4. Endoskopi saluran cerna bagian atas Dengan tes ini dapat terlihat ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. 5. Rontgen saluran cerna bagian atas Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih cahulu sebelum dilakukan rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.



6.PENATALAKSANAAN 1.Gastritis akut Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung berupa antagonis reseptor H2, Inhibitor pompa protonm antikolergenik dan antasida juga ditujukan sebagai sifoprotektor berupa sukralfat dan prostaglandin. Penatalaksaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap pasien dengan resiko tinggi, pengobatan



terhadap penyakit yang mendasari dan menghentikan obat yang dapat



menjadi penyebab, serta dengan pengobatan suportif. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida dan antagonis H2 sehingga mencapai Ph lambung 4. Meskipun hasilnya masih jadi perdebatan, tetapi pada umumnya tetap dianjurkan. Pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan keadaan klinis yang berat. Untuk pengguna aspirin atau anti



inflamasi non steroid pencegahn yang terbaik adalah dengan Misaprostol, atau Derivat Prostaglandin. Penatalaksanaan medikal untuk gastritis akut dilakukan dengan menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila gejala menetap, diperlukan cairan intravena. Bila terdapat



perdarahan,



penatalaksanaan



serupa



dengan



pada



hemoragi



saluran



gastrointestinal atas. Bila gastritis terjadi karena alkali kuat, gunakan jus karena adanya bahaya perforasi. 2.Gastritis kronis Faktor utama ditandai oleh kondisi progresif epitel kelenjar disertai sel parietal dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan rata. Gastritis kronis ini digolongkan menjadi dua kategori Tipe A (Altrofik atau Fundamental) dan Tipe B (Antral) Gastritis kronis Tipe A disebut juga gastritis altrofik atau fundal, karena gastritis terjadi pada fundus lambung. Gastritis kronis Tipe A merupakan suatu penyakit autoimun yang disebakan oleh adanya autoantibodi terhadap sel parietal kelenjar lambung dan faktor intrinsik. Tidak adanya sel parietal dan Chief Cell dapat menurunkan sekresi asam dan menyebabkan tingginya kadar gastrin. Gastritis kronis Tipe B disebut juga sebagai gastritis antral karena umumnya mengenal daerah atrium lambung dan lebih sering terjadi dibandingan dengan Gastritis kronis Tipe A. Penyebab utama gastritis Tipe B adalah infeksi kronis oleh Helicobacter Pylory. Faktor etiologi gastritis kronis lainnya adalah asupan alkohol yang berlebihan, merokok, dan refluks yang dapat mencetuskan terjadinya ulkus peptikum dan karsinoma. Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang dicurigai. Bila terdapat ulkus duodenum, dapat diberikan antibiotik untuk membatiasi Helicobacter Pylory. Namun demikian lesi tidak selalu muncul dengan gastritis kronis. Alkohol dan obat yang diketahui mengiritasi lambung harus dihindari. Bila terjadi anemia defisiensi besi (yang disebabkan oleh perdarahan kronis), maka penyakit ini harus diobati. Pada anemia pernisiosa harus diberi pengobatan B12 dan terapi yang sesuai. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet



dan meningkatkan istirahat



serta memulai



farmakoterapi. Helicobacter Pylory dapat diatasi dengan antibiotik (seperti Tetrasiklin



atau Amoxcillin) dan garam bismuth (Pepto Bismol). Pasien dengan Gastritis Tipe A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12. Bila telah terjadi perdarahan akibat erosi mukosa lambung maka perlu dilakukan tranfusi darah untuk mengganti cairan yang keluar dari tubuh dan dilakukan lavage (bilas) lambung. Pembedahan yang dapat dilakukan pada klien dengan Gastritis adalah Gastrektomi Parsial, Vagotomi Pyloraplasti. Injeksi Intravena Cobalamin dilakukan bila terdapat



Anemia Pernisiosa.



Fokus intervensi keperawatan adalah bagaimana



mengevaluasi dan mengeliminasi faktor penyebab gastritis antara lain anjurkan klien untuk tidak menkonsumsi alkohol, kafein, teh panas, atau zat iritan bagi lambung serta merubah gaya hidup dengan pola hidup sehat dan meminimalisasi stress (Suratun dan Lusianah, 2010, p. 62).



7.KOMPLIKASI Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut :



• Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan medis, terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.



• Ulkus, jika prosesnya hebat • Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik : yaitu gangguan penyerapan vitamin B12, akibat kurang pencerapan, B12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.



a.Gastritis Akut Komplikasi yang dapat timbul pada gastritis akut adalah hematemesis atau melena. b.Gastritis Kronis Pendarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi vitamin B12 (anemia pernisiosa). (Suratun dan Lusianah, 2010, p. 63)



8.PENCEGAHAN 1) Hindari minuman alkohol karena dapat mengiritasi lambung sehingga terjadi inflamasi dan perdarahan 2) Hindari merokok karena dapat mengganggi lapisan dinding lambung sehingga lambung lebih mudah mengalami gastritis dan tukak/ulkus. Dan rokok dapat meningkatkan asam lambung dan memperlambat penyembuhan tukak 3) Atasi stress sebaik mungkin 4) Makan makanan yang kaya akan buah dan sayur, namun hindari sayur dan buah yang sifat asam (misal : jeruk, lemon, anggur, nanas, tomat) 5) Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluks (aliran balik) asam lambung 6) Berolahraga secara teratur untuk membantu mempercepat aliran makanan melalui usus 7) Bla perut mudah mengalami kembung (banyak gas) untuk sementara waktu kurangi maanan tinggi serat 8) Makan makanan dalam porsi sedang (tidak banyak) tetapi sering, berupa makanan lunak dan rendah lemak. Makanlah secara perlahan dan rileks



9.PATOFISIOLOGI Patofisiologi gastritis dimulai dari infeksi atau inflamasi pada lapisan mukosa lambung. Pada lapisan mukosa lambung terdapat kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung, dan enzim pepsin. Asam lambung bertugas memecah makanan, dan enzim pepsin mencerna protein. Lapisan mukosa lambung diliputi oleh lapisan tebal mukus yang melindunginya dari cairan asam lambung yang dapat melumerkan dan mengikis jaringan lambung di dalamnya. Lambung mempunyai faktor agresif (asam lambung dan pepsin) dan faktor defensif (produksi lendir, bikarbonat mukosa dan prostaglandin mikrosirkulasi), gangguan penyaki gastritis dapat terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan faktor agresif dan faktor defensif dalam tubuh kita ( www.anugerah-argon. com ). Akibat adanya ketidakseimbangan faktor agresif dan faktor defensif menyebabkan HCL dalam lambung meningkat. Kadar HCL normal dalam lambung ± 0,4 %,kelebihan kadar HCL dalam cairan lambung dapat merusak jaringan selaput lendir lambung dan jaringan halus usus 12 jari, jaringan yang rusak akan menjadi luka bernanah yang ada di dalan lambung dan menyebabkan keradangan (Laylawati, 2000).



1. Gastritis Akut Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi : a. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3.Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung . Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit. b. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik. 2. Gastritis Kronik Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.



CONTOH PENYEBAARAN GASTRITIS



11.PENGKAJIAN TEORI GASTRITIS Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian adalah proses pengumpulan semua data secara sistematis yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan pasien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, social, maupun spiritual pasien (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010). Adapun beberapa aspek yang dikaji berkaitan dengan gastritis adalah sebagai berikut : a.Aktivitas atau Istirahat Kelemahan, letih, nafas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipnea, perubahan irama jantung. b. Sirkulasi Riwayat hipertensi, aterosklerosis, kenaikan tekanan darah, takikardi, penyakit serebrovaskular, distrimia, kulit pucat, sianisis, diaforesis. c. Integritas Ego Berhubungan dengan faktor stress akut atau kronis dapat ditandai dengan ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar. d.Eliminasi Riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses. Dapat ditandai dengan nyeri tekan abdomen, distensi, bunyi usus sering hiperaktif, diare, atau konstipasi dapat terjadi (penggunaan antasida), haluaran urine menurun atau pekat.



e.Makanan atau cairan Makanan yang menimbulkan gas, makanan pedas, anoreksia, mual, muntah, masalah menelan seperti cegukan, nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah. f.Neurosensori Pusing, sakit kepala, perubahan keterjagaan, gangguan pengelihatan, respon motorik (penurunan kekuatan genggaman tangan), perunahan retina optik. g. Nyeri atau kenyamanan Nyeri digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri di ulu hati melebar ke kiri. h. Pernapasan Dispnea, takipnea, dispnea noctural paroksimal, ortopnea, riwayat merokok, bunyi nafas tambahan, sianosis, disstres respirasi. i.



Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dengan pendekatan per sistem dimulai dari kepala ke ujung kaki dapat mudah dilakukan pada kondisi klinik. Pemeriksaan fisik diperlukan empat modalitas dasar yang digunakan meliputi : 1) Inspeksi Inspeksi adalah proses observasi. Perawat menginspeksi bagian tubuh untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik yang signifikan. Perawat yang berpengalaman melakukan beberapa observasi hampir secara bersamaan, sambil menjadi sangat perseptif terhadap tanda dini adanya abnormalitas. Dalam melakukan pemeriksaan inspeksi adalah selalu memberi perhatian pada pasien. Perhatikan semua gerakan dan lihat dengan cermat bagian tubuh atau area yang sedang diinspeksi. Data yang didapat berupa, wajah tampak pucat, tampak berhatihati pada daerah yang sakit, dan berkeringat. 2) Palpasi Palpasi menggunakan dua tangan untuk menyentuh bagian tubuh untuk membuat suatu pengukuran sensitive terhadap tanda khusus fisik. Keterampilan ini sering kali digunakan bersamaan dengan inspeksi. Selama palpasi, pasien diusahakan dalam keadaan santai sehingga tidak terjadi ketegangan otot yang dapat mempengaruhi



optimalitas dari hasil pemeriksaan. Pada pasien gastritis ulu hati akan terasa nyeri saat di palpasi. 3) Perkusi Perkusi merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan melibatkan pengetukan tubuh dengan ujung-ujung jari guna mengevaluasi ukuran, batasan dan konsistensi organorgan tubuh yang bertujuan untuk menemukan adanya cairan di dalam rongga tubuh. Dengan teknik perkusi lokasi, ukuran, dan densitas struktur dapat ditentukan. Perkusi membantu memastikan abnormalitas yang didapat dari pemeriksaan sinar-X atau pengkajian melalui palpasi dan auskultasi. Pada pasien gastritis suara perkusi abdomen timpani. 4) Auskultasi Auskultasi adalah teknik pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan tubuh. Beberapa bunyi dapat didengar dengan telinga tanpa alat bantu, meskipun sebagian bunyi dapat didengar dengan stetoskop untuk mendengarkan bunyi dan karakteristik. Pada pasien gastritis suara auskultasi bising lambung dan usus sering terdengar hiperaktif.



12. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi) d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, sulit tidur, nafsu makan berubah 2. Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan d.d nadi teraba lemah, turgor kulit menurun, volume urine menurun, mengeluh haus, suhu tubuh meningkat 3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi makanan d.d berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, nyeri abdomen, nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif



13.INTERVENSI 1.Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharapkan tingkat nyeri menurun Kriteria hasil : -



Keluhan nyeri menurun



-



Meringis menurun



-



Gelisah menurun



-



Kesulitan tidur menurun



-



Nafsu makan membaik - Pola tidur membaik



Intervensi : Manajemen nyeri Observasi -



Identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri



-



Identifikasi skala nyeri



-



Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri



-



Monitor efek samping penggunaan analgetik



Terapeutik -



Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (kompres hangat)



-



Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu ruangan)



-



Fasilitasi istirahat dan tidur



Edukasi -



Jelaskan strategi meredakan nyeri



-



Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat



-



Ajarkan teknik nonfafmakologid untuk mengurangi rasa nyeri



Kolaborasi -



Kolaborasi penggunaan analgetik



2.Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharapkan status cairan membaik Kriteria hasil : -



Kekuatan nadi meningkat



-



Turgor kulit meningkat



-



Output urine meningkat



-



Keluhan haus menurun



-



Intake cairan membaik



-



Suhu tubuh membaik



Intervensi : Manajemen hipovolemia Observasi -



Periksa tanda dan gejala hipovolemia (nadi teraba lemah, turgor kulit menurun, volume urine menurun, haus)



-



Monitor intake dan output cairan



Terapeutik -



Hitung kebutuhan cairan



-



Berikan asupan cairan oral



Edukasi -



Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral



Kolaborasi -



Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (NaCl)



3.Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorpsi makanan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam diharapkan status nutrisi membaik Kriteria hasil : -



Porsi makanan yang dihabiskan meningkat



-



Perasaan cepat kenyang menurun



-



Nyeri abdomen menurun



-



Berat badan membaik



-



Nafsu makan membaik



-



Bising usus membaik



Intervensi : Manajemen nutrisi Observasi -



Identifikasi status nutrisi



-



Identifikasi makanan yang disukai



-



Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien



-



Monitor asupan makana



-



Monitor berat badan



Terapeutik



-



Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai



-



Berikan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein



-



Berikan suplemen makanan



Edukasi -



Anjurkan posisi duduk



Kolaborasi -



Kolaborasi demgan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan



DAFTAR PUSTAKA



PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI Nanda Nic Noc Jilid 2. 2015 epository.unair.ac.id/23458/2/gdlhub-gdl-s1-2006-maulidiyah-1422-fkm.11_06.pdf Amrulloh, Fatan Muhi., dan Nurul Utami. 2016. Hubungan Konsumsi OAINS terhadap Gastritis, J Majority,5(5), 18-21 Nurarif, Amin Huda., dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc. Yogyakarta: MediaAction Publishing. Selviana, Berta Yolanda. 2015. Effect of Coffee and Stress with the incidance of gastritis, J Majority,4(2), 1-5.