LP Halusinasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN HALUSINASI



Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Jiwa Program Profesi Ners Angkatan IX



Disusun oleh : RIMA NURSOLIHAT KHG D19029



PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN IX SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT Tahun Ajaran 2020



HALUSINASI



A. PENGERTIAN Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs, 2002). Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren/ persepsi palsu (Maramis, 2005). Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007). Menurut Varcarolis (2006: 393), halusinasi dapat didefenisikan sebagai terganggunya proses sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. B. PROSES TERJADINYA MASALAH a. Faktor Predisposisi Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah: 1. Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut: 1)  Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik. 2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.



3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem). 2. Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien. 3. Sosial Budaya             Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress. b. Faktor Presipitasi       Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah: 1. Biologis Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif



menanggapi



stimulus



yang



diterima



oleh



otak



untuk



diinterpretasikan. 2. Stress lingkungan Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku. 3. Sumber koping Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.



C. DATA YANG PERLU DIKAJI  Manifestasi Klinis 1.      Bicara, senyum dan tertawa sendiri 2.      Menarik diri dan menghindar dari orang lain 3.      Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata 4.      Tidak dapat memusatkan perhatian 5.     



Curiga,



bermusuhan,



merusak



(diri



sendiri,



orang



lain



dan



lingkungannya)takut 6.      Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung (Budi Anna Keliat, 2005) 



Akibat



            Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain.             Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku : 



Data subjektif :



a.       Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam b.      Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir 



Data objektif :



a.       Wajah tegang, merah b.      Mondar-mandir c.       Mata melotot rahang mengatup d.      Tangan mengepal e.       Keluar keringat banyak



f.       Mata merah



D. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan persepsi sosial: Halusinasi 2. Isolasi sosial: Menarik Diri 3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan



E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KEPADA K E G I A T A N Klien



1.



SP



Tujuan tindakan a.



Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya



b.



Pasien dapat mengontrol halusinasinya



c.



Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal



SP 1



2. Tindakan keperawatan a.



Membantu klien mengenali halusinasinya Untuk membantu pasien mengenali halusinasinya dapat dilakukan dengan cara berdiskusi dengan pasien



tentang



isi



halusinasi



(apa



yang



didengar/lihat, waktu terjadi halusinasi, frekwensi terjadi



halusinasi,



situasi



yang



menyebabkan



halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul. b.



Melatih klien mengontrol halusinasinya Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi dengan melatih pasien 4 (empat) cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi, yaitu :



1) Menghardik halusinasi Menghardik



halusinasi



adalah



upaya



mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih



untuk



mengatakan



tidak



terhadap



halusinasi yang muncul atau tidak memperdulikan halusinasinya.



Sehingga



mengendalikan



diri



dan



klien tidak



mampu mengikuti



halusinasi yang muncul. Mungkin halusinai tetap ada, namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinainya. Tahapan tindakan meliputi: a) Menjelaskan cara menghardik halusinasi b) Memperagakan cara menghardik c) Meminta pasien memperagakan ulang d)



Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien



2) Bercakap-cakap dengan orang lain Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang efektif



untuk



mengontrol



halusinasi



dengan bercakap-cakap dengan orang lain.



3) Melakukan aktivitas yang terjadwal



adalah



SP 2



Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktivitas yang



teratur.



Dengan



beraktivitas



secara



terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu



luang



yang



seringkali



mencetuskan



halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi



bisa



dibantu



untuk



mengatasi



halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.



Tahapan intervensinya sebagai berikut:  Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.  Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien  Melatih pasien melakukan aktivitas  Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.  Memantau memberikan



pelaksanaan



jadwal



kegiatan;



penguatan



terhadap



perilaku



pasien yang positif.



4) Menggunakan obat secara teratur Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan



SP 3



jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:  Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada SP 4 gangguan jiwa  Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program  Jelaskan akibat bila putus obat  Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat  Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis) c. Melakukan Terapi Aktivitas Kelompok d. Melakukan Terapi keluarga Keluarga



1. Tujuan Tindakan



SP 5



a. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik dirumah sakit maupun dirumah b. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien. 2. Tindakan Keperawatan a.



SP 6 Diskusikan



masalah



yang dihadapi keluarga dalam mera-wat pasien. b.



Berikan



pendidikan



kesehatan tentang pengertian halusi-nasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan geja-la



SP 7



halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara mera-wat pasien halusinasi. c.



Berikan



kesempatan



pada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung dihadap-an pasien. d. Kelompok



Buat



perencanaan



pulang dengan keluarga Terapi Aktivitas Kelompok



SP 8



KETERANGAN: SP = Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan



F. STRATEGI PELAKSAAN TINDAKAN KEPERAWATAN KEMAMPUAN S1 1. Untuk Klien a. Masalah



: Halusinasi



1) Pertemuan : Ke 1 a) Proses Keperawatan (1) Kondisi: Klien mengatakan sering mendengar suarasuara. Suara itu kadang-kadang membuat dirinya sangat takut.



Klien terlihat sering bicara sendiri,



tertawa sendiri dan suka menyendiri (2) Diagnosa: Perubahan sensori Persepsi: Halusinasi pende-ngaran (3) TUK : (a) Membina hubungan saling percaya (b) Membantu klien mengenali halusinasinya



(c) Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik halusinasi. b) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (1) Orientasi : (a) Salam terapeutik “Selamat pagi ! perkenalkan, nama saya Asep Edyana, biasa dipanggil Pak Asep, Namanya siapa ? Senang dipanggil apa ?” (b) Evaluasi / validasi “Bagaimana perasaan M hari ini ? Apa keluhan M saat ini ?” (c) Kontrak “Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini M dengar tetapi tak tampak wujudnya ? Di mana kita duduk ? Di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ?“ (2) Kerja : “Apakah D mendengar suara tanpa ada ujudnya? Apa yang dikatakan suara itu?” “Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D dengar suara? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?” “Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu?” “Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suarasuara itu muncul?



“D, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.” “Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”. “Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya tidak mau dengar, ….. Saya tidak mau dengar . Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah begitu ….bagus! Coba lagi ! Ya bagus D sudah bisa”



(3) Terminasi: (a) Evaluasi Subjektif “Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?” (b) Evaluasi Objektif ”Coba sebutkan 4 cara untuk mencegah suara itu muncul lagi.” (c) Rencana tindak lanjut ”Kalau suara-suara itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?(Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). (d) Kontrak  Topik: “Bagaimana kalau kita bertemu untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara lama kita akan berlatih?  Tempat: “Dimana tempatnya”



 Waktu: Jam berapa D bisa. “Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”



2) Pertemuan: Ke 2 (Masalah: Halusinasi) a) Proses Keperawatan (1) Kondisi: Klien mengatakan sering mendengar suara-suara. Suara itu kadang-kadang membuat dirinya sangat takut. Klien terlihat sering bicara sendiri, tertawa sendiri dan suka menyendiri. (2) Diagnosa: Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran (3) TUK : Melatih klien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain b) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (1) Orientasi : (a) Salam terapeutik “Assalamualaikum D. (b) Evaluasi/validasi Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih mun-cul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih ? Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! (c) Kontrak Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 2 menit. Mau di mana? Di sini saja ?“ (2) Kerja : “Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan D. Contohnya begini;…. Tolong , saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya Kakak D katakan : Kak, ayo ngobrol dengan D. D sedang dengar suara-suara. Begitu D, Coba D lakukan seperti saya



tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya D!”



(3) Terminasi: (a) Evaluasi Subjektif “Bagaimana perasaan D setelah latihan ini?” (b) Evaluasi Objektif ”Jadi sudah ada berapa cara yang D pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau D mengalami halusinasi lagi”. (c) Rencana tindak lanjut “Bagaimana kalau kita masukan dalam jadwal kegiatan harian D. Mau jam berapa latihan bercakpa-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi”. (d) Kontrak  Topik : Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal?  Tempat : “Mau di mana. Di sini lagi?”  Waktu : Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00?. Sampai besok ya. Assalamualaikum” 2. Untuk Keluarga a. Masalah: Halusinasi 1) Pertemuan: Ke 5 a)



Proses Keperawatan (1) Kondisi: Klien mengatakan sering mendengar suara-suara. Suara itu kadang-kadang membuat dirinya sangat takut. Klien



terlihat sering bicara sendiri, tertawa sendiri dan suka menyendiri. (2) Diagnosa:



Gangguan



persepsi



sensori



:



Halusinasi



pendengaran (3) TUK : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.



b) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (1) Orientasi : (a) Salam terapeutik “Assalamualaikum Bapak/Ibu!”” Saya SS, perawat yang merawat anak Bapak?Ibu.” (b) Evaluasi/validasi “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapak/Ibu tentang anak Bapak/Ibu?” (c) Kontrak



 Topik “Hari ini kita akan mendiskusi tentang apa masalah yang anak Bapak?ibu alami dan bantuan apa yang Bapak/Ibu bisa berikan.”



 Tempat “Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang wawancara?



 Waktu “Berapa lama waktu Bapak/Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”



(2) Kerja : “Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bedanya. “Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri atau marah-marah tanpa sebab” “ Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada.” “Kalau



anak



Bapak/Ibu



mengatakan



melihat



bayangan-bayangan,



sebenarnya bayangan itu tidak ada.” “Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara terebut antara lain: Pertama, dihadapkan anak Bapak/Ibu, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Bapak/Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar atau melihatnya.” “Kedua, jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakapcakap denganya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama.Tentang kegiatan, saya telah melatih anak Bapak/Ibu untuk membuat



jadwal



kegiatan



sehari-hari.



Tolong



Bapak/Ibu



pantau



pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!” ”Ketiga, bantu anak Bapak/Ibu minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih anak Bapak/Ibu untuk minum obat secara teratur. Jadi Bapak/Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam , ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3x seari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minummya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam



minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu dimunum untuk mencegah kekambuhan” “Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi anak Bapak/Ibu dengan cara menepuk punggung anak Bapak/Ibu . Kemudian suruhlah anak Bapak/Ibu menghardik suara tersebut. Anak Bapak/Ibu sudah aya ajarkan cara menghardik halusinasi.” “Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi anak Bapak/Ibu, Sambil menepuk punggung anak Bapak/Ibu, katakan: D, sedang apa kamu? Kamu ingatkan apa yang diajarakan perawat bila suara-suara itu datang? Ya, Usir suara itu, Ucapkan berulang-ulang, D” “Sekarang coba Bapak/Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan “ “Bagus Pak/Bu”



(3) Terminasi: (a) Evaluasi Subjektif “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi anak Bapak/Ibu ?” (b) Evaluasi Objektif “Sekarang coba Bapak/Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat anak Bapak/Ibu” “Bagus sekali Pak/Bu. (c) Rencana tindak lanjut Baiklah, nanti dirumah bapak/ibu ingat lagi apa yang sudah kita bicarakan sehingga nanti dapat kita praktekkan pada anak bapak/ibu. (d) Kontrak



 Topik: Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapkan anak Bapak/Ibu  Tempat: “Di sini lagi ya!”  Waktu: Jam berapa bapak/ibu bias datang ke rumah sakit ini lagi?



Bagaimana kalau jam 10.00.



Sampai jumpa. Wassalammualaikum



B.



Kemampuan Spesialis (S2) 1. Kognitif Terapi a. Sesi I : Ungkapkan pikiran otomatisnya. b. Sesi II : Alasan 1) Proses Keperawatan a) Kondisi: Klien mengatakan dirinya orang tidak berguna. Klien mengatakan tidak seperti adik-adiknya dan orang lain, klien sering menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain b) Diagnosa: Harga diri rendah kronis c) TUK : a. Terapis mengidentifikasi masalah : ”what”, ”where”, ”when”, ”who”. b. Diskusikan sumber masalah c. Diskusikan pikiran dan perasaan d. Catat pikiran otomatis, klasifikasikan dalam distorsi kognitif e. Memberikan pujian terhadap keberhasilan klien f. Diskusikan penyebab merasa tidak berguna



g. Menanyakan perasaan dan pikiran klien disaat dia merasa tidak berguna h. Memberikan reinforcement positif.



B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan Orientasi : a.



Salam terapeutik “ Assalamualaikum”



b.



Evaluasi / validasi “Bagaimana perasaan D hari ini?” “ Masih ada mendengarkan suara-suara? Apa yang dilakukan jika suara itu muncul?”



2.



Kontrak 1.



Topik “Hari ini kita akan mempelajari cara untuk menghilangkan perasaan tentang rasa tidak berguna, tidak berarti dan merasa tidak dihargai.



b. Tempat “Dimana sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja?” c. Waktu “Berapa lama D mau ngobrol? Bagaimana kalau 30 menit?”



Kerja : “ Apa yang menjadi masalah bagi D sekarang ini? Mengapa perasaan tidak berguna itu muncul?Sejak kapan perasaan itu mulai muncul?



Adakah orang lain yang membuat D merasa tidak berguna, tidak dihargai?” “ Apa yang terjadi sebelumnya



sehingga D merasa tidak berguna?



Bagaimana perasaan dan pikiran D saat m erasa tidak dihargai tersebut?”(mencatat pikiran otomatis dan mengklasifikaikan dalam distorsi kognitif). “ Hal apa yang menyebabkan D merasa tidak berguna dan tindakan apa yang biasanya dilakukan D saat merasa tidak berguna?” “ Baiklah D, nanti D tulis perasaan yang paling D rasakan! Nanti kita bahas apa yang D tuliskan.” Terminasi: a.



Evaluasi Subjektif “ Bagaimana perasaan D setelah kita ngobrol selama 30 menit



ini? b.



Evaluasi Objektif “Coba M sebutkan lagi penyebab M merasa tidak berguna.



3. Rencana tindak lanjut “ Nanti M ingat-ingat lagi, jika ada hal lain yang menyebabkan munculnya rasa tidak berguna, sampaikan pada saya. 4. Kontrak a. Topik: Nanti kita akan mendiskusikan perasaan M kembali dan belajar bagaimana menghilangkan pikiran-pikiran negatrif . b. Tempat : Nanti dimana M mau ngobrol lagi? Baiklah.. c. Waktu : Kira-kira kapan ? Jam berapa……..?



Sesi III : Tanggapan A. Proses Keperawatan 1.



Kondisi : Klien mengatakan dirinya orang tidak berguna. Klien mengatakan tidak seperti adik-adiknya dan orang lain, klien sering menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain



2. Diagnosa : Harga diri rendah kronis 3. TUK : a. Dorong pasien untuk memberikan pendapat b .Berikan umpan balik c. Dorong untuk mengungkapkan keinginan d. Berikan persepsi perawat terhadap keinginan e. Beri reinforcement posisif f. Jelaskan metode 3 (tiga) kolom g. Diskusikan cara menggunakan metode 3 kolom h. Diskusikan cara menggunakan metode 3 (tiga) kolom i. Anjurkan menuliskan pikiran otomatis dan cara penyelesaian



B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan Orientasi : a.



Salam terapeutik “ Assalamualaikum”



b.



Evaluasi / validasi “Bagaimana perasaan D hari ini?”



“ Masih ada yang D pikirkan dan akan sampaikan tentang perasaan tidak berguna? Apakah sudah dituliskan?” 1.



Kontrak 1.



Topik “Hari ini kita akan mempelajari cara untuk menghilangkan perasaan tentang rasa tidak berguna, tidak berarti dan merasa tidak dihargai dengan metode 3 kolom.”



b. Tempat “Dimana sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja?” c. Waktu “Berapa lama D mau ngobrol? Bagaimana kalau 30 menit?”



Kerja : “ Apa yang D maksudkan dengan tulisan ini. Bisa D ceritakan? Bagaimana pendapat D dengan tulisan ini? Bagus.” Sekarang apa yang D inginkan?Untuk dapat menata maa depan. Baik sekali keinginan D, maukah saya bantu untuk belajar cara mewujudkan itu ? Ini ada tiga kolom, kolom pertama untuk mengungkapkan pikiran otomatis (negatif, kolom kedua saya yang akan mengisi, dan kolom ketiga untuk melawan pikiran negatif atau hal positif yang D miliki.” Ada yangbelum dimengerti dan



mau



ditanyakan? Terminasi: a.



Evaluasi Subjektif “ Bagaimana perasaan D setelah kita mempelajari cara menghilangkan pikiran negatif dengan metode 3 kolom selama 30 menit ini?



b.



Evaluasi Objektif “Coba D sebutkan lagi cara yang sudahkita pelajari tadi.



3. Rencana tindak lanjut “ Nanti D ingat-ingat lagi, jika ada positif lain yang suda D lakukan untuk diri D sendiri atau untuk keluarga D, sampaikan pada saya dan tuliskan lagi di kertas ini.” 4. Kontrak a. Topik: Nanti kita akan mendiskusikan apa yang sudah D tuliskan. b. Tempat : Nanti dimana D mau ngobrol lagi? Baiklah.. c. Waktu : Kira-kira kapan ? Jam berapa……..?Baiklah setengah jam lagi saya kesini



Triangle Terapi Sesi I: Mengenali dan mengekspresikan perasaan A. Proses Keperawatan 1.



Kondisi : Klien mengatakan dirinya orang tidak berguna. Klien mengatakan tidak seperti adik-adiknya dan orang lain, klien sering menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain



2. Diagnosa : Harga diri rendah kronis 3. TUK : a.



Menyampaikan pada keluarga kemungkinan masalah yang terjadi pada klien.



a. Anjurkan keluarga untuk siap mendengarkan dan menanggapi masalah klien.



b. Mempersilahkan klien untuk menceritakan masalah yang dihadapi. Pada saat ini, terapis menggunakan tehnik – tehnik komunikasi, misalnya; silence, klarifikasi, focusing, sentuhan teraupetik dan lain – lain c. Terapis menanyakan perasaan keluarga terhadap masalah yang dihadapi klien tersebut. d. Menanyakan efek dari masalah yang dialaminya (kerugiannya) pada keluarga.



B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan Orientasi : a.



Salam terapeutik “ Assalamualaikum”



ii.



Evaluasi / validasi



(c)



Bagaimana perasaan D dan ibu hari ini? Kontrak 1.



Topik ” Sesuai dengan janji kita kemaren, hari ini kita akan membicarakan tentang masalah yang dihadapi D anak ibu



b. Tempat “Dimana sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja?” c. Waktu “Berapa lama ibu bisa? Gimana kalau 30 menit.”



Kerja : ” Baiklah bu, D anak ibu sudah seminggu dirawat disini. Ibu tentu ingin supaya D cepat sembuh dan segera kembali kerumah. Untuk itu kita bersama-sama merawat D. Saya harap bukan untuk disini saja kita merawat D, tetapi juga jika D sudah dirumah. Untuk itu tentu kita harus tahu apa yang menjadi masalah bagi D sehingga menyebabkan D dirawat disini. Bagaimana ?” ”Sekarang, D silahkan menyampaikan apa yang sedang Riri rasakan kepada orang tua D.” ”Ya, terus……. ” ”Bagus, D sudah berani menyampaikan masalah yang D hadapi kepada orang tua D.” ” Nah, bagaimana perasaan ibu setelah mendengarkan masalah yang dihadapi anak ibu?” ” Jika masalah ini kita biarkan buk, kira-kira apa yang akan terjadi pada D? Bagus, ibu dapat memahaminya. Nah, kira-kira apa yang ibu harapkan dengan pertemuan kita kali ini? Saya harap ibu dapat menuliskannya pada lembaran harapan ini.”



Terminasi: a. b.



Evaluasi Subjektif ” Bagaimana perasaan D setelah menyampaikan masalah D pada orang tua D? Kalau ibu bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol selama 45 menit ini?



c.



Evaluasi Objektif “Bisa D sebutkan lagi masalah yang D Hadapi?”



3. Rencana tindak lanjut “ Jika ada lagi pikiran negatif atau pikiran positif yang D rasakan silahkan dicatat disini!” 4. Kontrak a. Topik: Baiklah untuk pertemuan berikutnya kita akan membahas tentang bagaimana ibu (keluarga) dapat menerima orang lain, dalam hal ini adalah D anak ibu.“. b. Tempat : Nanti dimana kita maunya ngobrol lagi? Baiklah..nanti kita bertemu disini lagi. c. Waktu : “Bagaimana jika setengah jam lagi saya kesini lagi? Ibu masih disini kah? Baiklah .”



DAFTAR PUSTAKA



Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University Press. Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto. Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Jakarta: EGC.