13 0 217 KB
LAPORAN PENDAHULUAN INTRANATAL PANGGUL SEMPIT
DISUSUN OLEH : Restu Resdian J.0105.20.065
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS STIKES BUDI LUHUR CIMAHI 2020
I.
Pengertian Wiknjosastro, 2006; Hecker, 2001; Kasdu, 2003 menyatakan bahwa seksio caesaria atas indikasi cefalopelvik disproporsi adalah persalinan atau lahirnya janin dan plasenta melalui sayatan dinding abdomen dan uterus, karena disebabkan antara ukuran kepala dan panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
II.
Jenis – jenis operasi sectio caesarea 1.
Abdomen (sectio caesarea abdominalis) a.
Sectio caesarea transperitonealis
SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri) Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm. Kelebihan :
Mengeluarkan janin dengan cepat
Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik
Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan
SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim) Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm Kelebihan :
Penjahitan luka lebih mudah
Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
Perdarahan tidak begitu banyak
Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil
Kekurangan :
Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak
b.
Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum
parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal 2.
Vagina (section caesarea vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Sayatan memanjang ( longitudinal ) 2. Sayatan melintang ( Transversal ) 3. Sayatan huruf T ( T insicion )
III.
Indikasi Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia )
Fetal distress
His lemah / melemah
Janin dalam posisi sungsang atau melintang
Bayi besar ( BBL 4,2 kg )
Plasenta previa
Kalainan letak
Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul )
Rupture uteri mengancam
Hydrocephalus
Primi muda atau tua
Partus dengan komplikasi
Panggul sempit
Problema plasenta
IV. Mekanisme Persalinan Seksio Caesaria dengan CPD Menurut Winknjosastro (2006) ada beberapa mekanisme persalinan yang berkaitan dengan posisi panggul yaitu : a. Kesempitan pada pintu panggul atas : apabila konjugata vera kurang dari 10 cm, atau diameter trasversa kurang dari 12 cm. Panggul sempit mungkin menyebabkan kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala. Hal ini mengakibatkan inersia uteri serta lamanya pendataran dan pembukaan serviks. b. Kesempitan panggul tengah : apabila ukuran panggul kurang dari 9,5 cm, perlu kita waspadai terhadap kemungkinan kesulitan pada persalinan, biasanya pada posisi oksipitalis posterior persisten atau presentasi kepala dalam posisi lintang tetap. c. Kesempitan pintu bawah panggul : pintu bawah panggul bukan merupakan bagian yang datar, tetapi terdiri atas segitiga depan dan segitiga belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni distansia tuberum. Apabila ukuran yang terakhir ini lebih kecil dari pada biasa, maka sudut arkus pubis mengecil ( V. Dampak Persalinan Cefalopelvik Disproporsi Wiknjosastro
(2006)
Apabila
persalinan
dengan
disproporsi
sefalopelvik dibiarkan berlangsung sendiri tanpa ada tindakan yang tepat, dapat timbul bahaya bagi ibu dan janin. a. Bahaya bagi ibu dapat menyebabkan partus lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil sehingga menimbulkan
dehidrasi, asidosis dan infeksi intrapartum, rupture uteri, persalinan tidak maju dan mengalami tekanan lebih lama dapat menimbulkan gangguan sirkulasi akibatnya terjadi iskemia dan nekrosis. b. Janin dapat menyebabkan partus lama dapat meningkatkan kematian, moulase kepala janin, terjadi robekan tentorium dan perdarahan intrakranial. VI. Komplikasi Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain : 1.
Infeksi puerperal ( Nifas ) -
Ringan,
dengan
suhu
meningkat
dalam
beberapa hari -
Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
2.
Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik Perdarahan
-
Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
3.
Perdarahan pada plasenta bed Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonealisasi terlalu tinggi 4.
Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya
VII. POST PARTUM A. DEFINISI PUERPERIUM / NIFAS
Adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama 6 minggu. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983)
B. PERIODE Masa nifas dibagi dalam 3 periode: 1. Early post partum Dalam 24 jam pertama. 2. Immediate post partum Minggu pertama post partum. 3. Late post partum Minggu kedua sampai dengan minggu keenam. C. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN 1. Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya. 2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. 3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. 4. Memberikan pelayanan keluarga berencana. D. TANDA DAN GEJALA 1. Perubahan Fisik a. Sistem Reproduksi
Uterus
Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil.
No Waktu 1. Segera setelah 2.
TFU Pertengahan simpisis
lahir
dan umbilikus
1 jam setelah
Umbilikus
Konsistensi
After pain Terjadi
Kontraksi
Lembut
lahir 3.
12 jam setelah
1 cm di atas pusat
lahir 4.
setelah 2 hari
Turun 1 cm/hari
Berkurang
Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu. -
Lochea
Komposisi Jaringan endometrial, darah dan limfe.
Tahap a. Rubra (merah) : 1-3 hari. b. Serosa (pink kecoklatan) c. Alba (kuning-putih) : 10-14 hari Lochea terus keluar sampai 3 minggu.
Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri. Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
-
Siklus Menstruasi Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18 minggu, untuk itu tidak menyusui akan kembali ke siklus normal.
-
Ovulasi Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi pada bulan ke-3 atau lebih. Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d minggu ke-8. Ovulasi mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
-
Serviks Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.
-
Vagina Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi.
-
Perineum
Episiotomi Penyembuhan dalam 2 minggu.
Laserasi TK I
: Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot
TK II : Meluas sampai dengan otot perineal TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter TK IV : melibatkan dinding anterior rektal b. Payudara Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari. c. Sistem Endokrin -
Hormon Plasenta
HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus menstruasi. -
Hormon pituitari Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada minggu I post partum.
d. Sistem Kardiovaskuler -
Tanda-tanda vital Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi.
-
Volume darah Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.
-
Perubahan hematologik Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
-
Jantung Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
e. Sistem Respirasi Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum. f. Sistem Gastrointestinal -
Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
-
Nafsu makan kembali normal.
-
Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
g. Sistem Urinaria -
Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.
-
Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
-
Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
h. Sistem Muskuloskeletal Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum. i. Sistem Integumen Hiperpigmentasi perlahan berkurang. j. Sistem Imun Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin. VIII. CPD/PANGGUL SEMPIT Dalam Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis melainkan panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut : 1. Kesempitan pintu atas panggul 2. kesempitan bidang bawah panggul 3. kesempitan pintu bawah panggul 4. kombinasi kesempitan pintu atas pangul, bidang tengah dan pintu bawah panggul. Kesempitan pintu atas panggul Pintu atas panggul dianggap sempit kalau conjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm Conjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis yang ± 9½ cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas bahwa conjugata vera yang kurang dari 10cm dapat menimbulkan kesulitan. Kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah diameter antara posterior maupun diameter transversa sempit. Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut : 1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
a. Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil b. Panggul picak
: ukuran muka belakang sempit, ukuran
melintang biasa c. Panggul sempit picak
: semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuran
muka belakang d. Panggul corong
:pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul
sempit e. Panggul belah
: symphyse terbuka
2. kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya a. Panggul rachitis
: panggul picak, panggul sempit, seluruha
panggul sempit picak dan lain-lain b. Panggul osteomalacci
: panggul sempit melintang
c. Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring 3. kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang a. kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong b. sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring 4. kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring. Disamping itu mungkin pula ada exostase atau fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul. Pengaruh panggul sempit pada kehamilan dan persalinan Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada kehamilan maupun persalinan. 1.
Pengaruh pada kehamilan
-
Dapat menimbulkan retrafexio uteri gravida incarcerata
-
Karena kepala tidak dapat turun maka terutama pada primi gravida fundus atau gangguan peredaran darah Kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
Perut yang menggantung pada seorang primi gravida merupakan tanda panggul sempit -
Kepala tidak turun kedalam panggul pada bulan terakhir
-
Dapat menimbulkan letak muka, letak sungsang dan letak lintang.
-
Biasanya anak seorang ibu dengan panggul sempit lebih kecil dari pada ukuran bayi pukul rata.
2.
Pengaruh pada persalinan -
Persalinan lebih lama dari biasa. a. Karena gangguan pembukaan b. Karena banyak waktu dipergunakan untuk moulage kepala anak Kelainan pembukaan disebabkan karena ketuban pecah sebelum waktunya, karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan cervix karena tertahan pada pintu atas panggul
-
Pada panggul sempit sering terjadi kelainan presentasi atau posisi misalnya : a. Pada panggul picak sering terjadi letak defleksi supaya diameter bitemporalis yang lebih kecil dari diameter biparietalis dapat melalui conjugata vera yang sempit itu. Asynclitismus sering juga terjadi, yang diterapkan dengan “knopfloch mechanismus” (mekanisme lobang kancing) b. Pada oang sempit kepala anak mengadakan hyperflexi supaya ukuran-ukuran kepala belakang yang melalui jalan lahir sekecilkecilnya c. Pada panggul sempit melintang sutura sagitalis dalam jurusan muka belang (positio occypitalis directa) pada pintu atas panggul. -
Dapat terjadi ruptura uteri kalau his menjadi terlalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan oleh panggul sempit
-
Sebaiknya jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh panggul sempit dapat terjadi infeksi intra partum. Infeksi ini tidak
saja membahayakan ibu tapi juga dapat menyebabkan kematian anak didalam rahim. Kadang-kadang karena infeksi dapat terjadi tympania uteri atau physometra. -
Terjadi fistel : tekanan yang lama pada jaringan dapat menimbulkan ischaemia yang menyebabkan nekrosa. Nekrosa menimbulkan fistula vesicovaginalis atau fistula recto vaginalis. Fistula vesicovaginalis lebih sering terjadi karena kandung kencing tertekan antara kepala anak dan symphyse sedangkan rectum jarang tertekan dengan hebat keran adanya rongga sacrum.
-
Ruptur symphyse dapat terjadi , malahan kadang – kadang ruptur dari articulatio scroilliaca.
Kalau terjadi symphysiolysis maka pasien mengeluh tentang nyeri didaerah symphyse dan tidak dapat mengangkat tungkainya. -
Parase kaki dapat menjelma karena tekanan dari kepala pada uraturat saraf didalam rongga panggul , yang paling sering adalah kelumpuhan N. Peroneus.
3.
Pengaruh pada anak - Patus lama misalnya: yang lebih dari 20 jam atau kala II yang lebih dari 3 jam sangat menambah kematian perinatal apalagi kalau ketuban pecah sebelum waktunya. - Prolapsus foeniculli dapat menimbulkan kematian pada anak - Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak. Terutama kalau diameter biparietalis berkurang lebih dari ½ cm. selain itu mungkin pada tengkorak terdapat tanda-tanda tekanan. Terutama pada bagian yang melalui promontorium (os parietal) malahan dapat terjadi fraktur impresi.
Persangkaan Panggul sempit Seorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit kalau : 1. Aprimipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36 2. Pada primipara ada perut menggantung
3. pada multipara persalinan yang dulu – dulu sulit 4. kelainan letak pada hamil tua 5. kelainan bentuk badan (Cebol, scoliose,pincang dan lain-lain) 6. osborn positip Prognosa Prognosa persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai faktor -
Bentuk panggul
-
Ukuran panggul, jadi derajat kesempitan
-
Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul
-
Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala
-
Presentasi dan posisi kepala
-
His Diantara faktor faktor tersebut diatas yang dapat diukur secara pasti
dan sebelum persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul : karena itu ukuran – ukuran tersebut sering menjadi dasar untuk meramalkan jalannya persalinan. Menurut pengalaman tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir dengan selamat per vaginam kalau CV kurang dari 8 ½ cm. Sebaliknya kalau CV 8 ½ cm atau lebih persalinan pervaginam dapat diharapkan berlangsung selamat. Karena itu kalau CV < 8 ½ cm dilakukan SC primer ( panggul demikuan disebut panggul sempit absolut ) Sebaliknya pada CV antara 8,5-10 cm hasil persalinan tergantung pada banyak faktor : 1. Riwayat persalinan yang lampau 2. besarnya presentasi dan posisi anak 3. pecahnya ketuban sebelum waktunya memburuknya prognosa 4. his 5. lancarnya pembukaan 6. infeksi intra partum
7. bentuk panggul dan derajat kesempitan karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada panggul dengan CV antara 8 ½ - 10cm (sering disebut panggul sempit relatip) maka pada panggul sedemikian dilakukan persalinan percobaan. Persalinan percobaan Yang disebut persalinan percobaan adalah untuk persalinan per vaginam pada wanita wanita dengan panggul yang relatip sempit. Persalinan percobaan dilakukan hanya pada letak belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letak lainnya. Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapatkan keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir per vaginam. Persalinan
percobaan
dikatakan
berhasil
kalau
anak
lahir
pervaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forcepe atau vacum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik. Kita menghentikan presalianan percobaan kalau: 1. Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuaannya Keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik Kalau ada lingkaran retraksi yang patologis 2. Setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban,kepala dalam 2 jam tidak mau masuk ke dalam rongga panggul walaupun his cukup kuat -
Forcepe gagal Dalam keadaan-keadaan tersebut diatas dilakukan SC. Kalau SC
dilakukan atas indikasi tersebut dalam golongan 2 (dua) maka pada persalinan berikutnya tidak ada gunanya dilakukan persalinan percobaan lagi Dalam istilah inggris ada 2 macam persalinan percobaan : 1. Trial of labor : serupa dengan persalinan percobaan yang diterngkan diatas
2. test of labor : sebetulnya merupakan fase terakhir dari trial of labor karena test of labor mulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam sesudahnya. Kalau dalam 2 jam setelah pembukaan lengkap kepala janin tidak turun sampai H III maka test of labor dikatakan berhasil. Sekarang test of labor jarang dilakukan lagi karena: 1. Seringkali pembukaan tidak menjadi lengkap pada persalinan dengan panggul sempit 2. kematian anak terlalu tinggo dengan percobaan tersebut kesempitan bidang tengah panggul bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah symphysis dan spinae ossis ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5 Ukuran yang terpenting dari bidang ini adalah : 1. Diameter transversa ( diameter antar spina ) 2. diameter
10 ½ cm
anteroposterior dari pinggir bawah symphyse ke
pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5
11 ½ cm
3. diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antar spina ke pertemuan sacral 4 dan 5
5 cm
dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit : 1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 atau kurang ( normal 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm) 2. diameter antara spina < 9 cm ukuran – ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis, harus diukur secara rontgenelogis, tetapi kita dapat menduga kesempitan bidang tengah panggul kalau : -
Spinae ischiadicae sangat menonjol
-
Kalau diameter antar tuber ischii 8 ½ cm atau kurang
Prognosa Kesempitan bidang
tengah panggul dapat menimbulkan gangguan
putaran paksi.kalau diameter antar spinae 9 cm atau kurang kadangkadang diperlukan SC. Terapi Kalau persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka baiknya dipergunakan ekstraktor vacum, karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir. Kesempitan pintu bawah panggul: Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segi tiga dengan jarak antar tuberum sebagai dasar bersamaan Ukuran – ukuran yang penting ialah : 1. Diameter transversa (diameter antar tuberum )
11 cm
2. diameter antara posterior dari pinggir bawah symphyse ke ujung os sacrum
11 ½ cm
3. diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar tuberum ke ujung os sacrum
7 ½ cm
pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis ischii 8 atau kurang kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus pubis meruncing maka besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul. Menurut thomas dustacia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar tuberum dan diameter sagitalis posterior < 15 cm ( normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm ) Kalau pintu bawah panggul sempit biasanya bidang tengah panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan SC bisanya dapat diselesaikan dengan forcepe dan dengan episiotomy yang cukup luas.
IX. Pengkajian 5.
Sirkulasi Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler ( peningkatan resiko pembentukan thrombus )
6.
integritas ego perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis
7.
Makanan / cairan Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis
8.
Pernafasan Adanya infeksi, kondisi yang kronik/ batuk, merokok
9.
Keamanan
Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan
Adanya defisiensi imun
Munculnya kanker/ adanya terapi kanker
Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/ reaksi anestesi
Riwayat penyakit hepatic
Riwayat tranfusi darah
Tanda munculnya proses infeksi
X. Proritas Keperawatan
Mengurangi ansietas dan trauma emosional
Menyediakan keamanan fisik
Mencegah komplikasi
Meredakan rasa sakit
Memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan
Menyediakan informasi mengenai proses penyakit
XI. Diagnosa Keperawatan
Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan
Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri
Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas
Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan untuk penyembuhan luka, penurunan masukan ( sekunder akibat nyeri, mual, muntah )
XII. Intervensi DP Tujuan Ansietas b.d Ansietas berkurang pengalaman
setelah
pembedahan perawatan dan
hasil kriteria hasil :
tidak dapat -
diberikan dengan
Intervensi
Rasional
-
pendekatan
diri
akan
pada pasien supaya
menumbuhkan
pasien
rasa
tenang,
tidak
cemas
nyaman
merasa
diperkirakan
traumatik pada saat
-
serta
membicarakan
pembedahan
pembedahan
merupakan
kepercayaan jalan
-
terbaik yang harus
-
ditempuh untuk
dilakukan
pembedahan
pada perawat.
untuk
menyelamatkan
yang
bayi dan ibu
sama -
Resti infeksi Infeksi
tidak
terjadi
-
-
b.d
setelah perawatan selama
destruksi
24 jam pertama dengan
pertahanan
kriteria hasil :
untuk
terhadap
-
daya tahan tubuh,
bakteri
adekuat
adekuat
-
menghasilkan menjaga
luka yang jauh dari
kebersihan
kategori infeksi
serta
normal dalam
keadaan
normal, tidak demam
akan
daua
tubuh
yang optimal
luka, -
tanda-tanda
partisipasi dari
infeksi dini pada
pasien,
maka
luka
kesembuhan luka
dapat
lebih
mudah
terwujud
Nyeri b.d flatus
akut Nyeri dapat berkurang
-
insisi, setelah perawatan 1x 24 dan jam dengan kriteria :
mobilitas
memiliki nyeri
managemen
-
-
yang berbeda nyeri
nyeri / mengatakan bahwa
nyeri
-
-
sudah
akibat insisi
berkurang
luka
post
operasi
luka
post operasi -
-
akibat yang
luka
post operasi
memungkinkan
-
tiap jam sekali
merangsang peristaltik usus sehingga mempercepat flatus
kesempatan untuk mengobservasi Resti
Mendemontrasikan berat
perubahan
badan
stabil
atau
-
penyimpangan secara
continue
dari
norma/
nutrisi
b.d penambahan berat badan
selama perawatan
dasar dan
peningkatan
progresif kearah tujuan
tiap
kebutuhan
dengan normalisasi nilai
perhatikan tingkat
mempengaruhi
tubuh untuk laboratorium dan bebas
energi,
pilihan
penyembuh
kulit,
dari tanda malnutrisi
hari,
pasien
kuku,
an
rambut,
luka,penuru
mulut
nan
kondisi,
intervensi
rongga pemberian
-
makan
oral
masukan
pentingnya
(sekunder
trasnsisi
akibat nyeri,
pemberian makan
bantuan untuk
mual,
per
menghadapi
muntah
tepat
oral
lebih disukai pada -
dengan
masalah
-
anoreksia, mengunyah,
kelelahan,
menelan,
beri
sosialisasi
dan
bantuan
makan
sesuai
dengan
indikasi
kelemahan otot
DAFTAR PUSTAKA Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta : EGC Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC Winkjosastro, Hanifa, 2006, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
FORMAT PENGKAJIAN INTRANATAL Rumah sakit Ruangan Tgl/Jam MRS Dx. Medis Pengkajian oleh Tgl/Jam Pengkajian
: : : : : :
RSU dr. Koesnadi Bondowoso Nifas 15 Januari 2014/17.00 WIB GIII P10011 hamil 40-41 Minggu indikasi CPD M.Rusdi Bahtiar 16 Januari 2014/10.00 WIB
I. BIODATA Nama Klien Umur Suku/Bangsa Pendidikan Pekerjaan Agama Penghasilan Gol. Darah Alamat
: : : : : : : : :
Ny. L 28 tahun Madura SMA Ibu Rumah Tangga Islam Jumpong, Wonosari
Nama Klien Umur Suku/Bangsa Pendidikan Pekerjaan Agama Penghasilan Gol. Darah Alamat
: : : : : : : : :
Tn. U 30 tahun Madura SMA Petani Islam Jumpong, Wonosari
II. RIWAYAT KESEHATAN 1. Keluhan Utama Klien mengatakan nyeri perut saat kenceng-kenceng datang. 2. Riwayat Penyakit Sekarang Klien mengatakan hamil 9 bulan, kenceng-kenceng dibawa ke puskesmas tgl 15 januari 2014 jam 14.00 Wib kemudian di rujuk ke RSU Dr. H. Koesnadi jam 17.00 Wib lalu dibawa ke ruang Mawar. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Ibu mengatakan tidak pernah punya riwayat penyakit hipertensi, asma, diabetes. 4. Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes, asma. 5. Riwayat Psikososial Klien mengatakan masih takut operasinya tidak lancar.
6. Pola – Pola Fungsi Kesehatan a. Pola persepsi & tata laksana hidup sehat Klien mengatakan rutin memeriksakan kandungannya ke polindes selama hamil. b. Pola nutrisi & metabolisme Klien mengatakan kadang-kadang minum susu, klien slalu makan 3xsehari sedikit dan minum 6 gelas sehari, klien mengatakan mempunyai alergi makan ikan asin. c. Pola aktivitas SMRS : klien mengatakan meski hamil klien slalu beraktivitas sebagai ibu rumah tangga. MRS : klien hanya tidur bedrest dirumah sakit. d. Pola eliminasi SMRS : klien sering BAK ± 200cc, kuning, bau khas amoniak, BAB 2x sehari, lunak, bau khas MRS : klien terpasang kateter, belum BAB e. Pola persepsi sensoris Penglihatan : klien tidak mengalami gangguan penglihatan Pendengaran : klien dapat mendengar ucapan perawat Penciuman : klien dapat membedakan bau minyak dan alkohol Perasa : klien dapat merasakan yang manis-manis f. Pola konsep diri Gambaran diri : klien ingin segera operasi Ideal diri : klien ingin bayinya segera keluar Peran diri : klien sebagai ibu rumah tangga Harga diri : klien tidak malu dengan kondisinya sekarang g. Pola hubungan & peran Hubungan klien dengan keluarga harmonis, ditandai dengan adanya keluarga yang menemani klien saat dirumah sakit, ibu berperan sebagai ibu rumah tangga. h. Pola reproduksi & seksual Klien mengatakan pada waktu hamil klien tidak berhubungan seksual i. Pola penanggulangan stres / Koping – Toleransi Stres Klien mengatakan jika ada masalah selalu menceritakan kepada suami.
7. Riwayat Pengkajian Obstetri, Prenatal dan Intranatal a. Riwayat penggunaan kontrasepsi Klien mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan b. Riwayat menstruasi Menarche : umur 12 tahun Lamanya : 7 hari Siklus : 28 hari Hari pertama haid terakhir : 08-04-2013 Dismenorhoe : iya Fluor albus : tidak ada c. Riwayat kehamilan dahulu Klien mengatakan pernah mengalami keguguran pada kehamilan pertama usia kehamilan 16 minggu dan klien pernah SC pada kehamilan kedua d. Riwayat kehamilan sekarang ANC sejak awal kehamilan, tempat periksa di Polindes. Imunisasi TT yang didapatkan : TT1, TT2 e. Riwayat persalinan dahulu Anak pertama keguguran UK 16 minggu anak kedua lahir dengan operasi SC. f. Riwayat persalinan sekarang Ibu mengatakan mulai kenceng-kenceng kemarin tgl. 15/1/2014 jam. 14.00, periksa di PKM Wonosari kemudian di rujuk ke RSU dr. Koesnadi bondowoso jam 17.00 Wib. 8. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi) a. Keadaan Umum KU : baik b. Tanda – Tanda Vital Suhu Tubuh : 36,7 oc Denyut Nadi : 86x/menit Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Respirasi
: 22x/menit
c. Kepala & Leher Kepala : rambut hitam, tidak rapi, sklera putih, konjungtiva tidak anemis, bibvirv lembab, pernafasan cuping hidung negativ, Leher : Pembesaran kelenjar tyroid tidak ada. d. Thorax / Dada I: pergerakan dada simetris P: tidak ada massa P: sonor A: whezing (-) e. Pemerisaan Payudara Bentuk simetris, puting menonjol, hiperpigmentasi aerola mamae, colostrum (-), payudarah lembek.
f. Abdomen Adanya garis-garis perut (strie), terdapat bekas luka SC ±10 cm. Pemeriksaan leopold : L1 : TFU 28cm L2: bagian keras memanjang punggung kiri L3: let kep His : 2x dalam 10 menit Djj : 146x/menit g. Genetalia Genetalia bersih, anus bersih, hemoroid (-), perinium tidak ada luka hecting h. Punggung Simetris, tidak ada lesi, lordosis maupun kifosis. i. Ekstremitas Akral hangat, CRT 2 detik, terpasang infus di tangan kiri. 1. Homan Sign 2. Varises
: Tidak ada : Tidak ada.
j. Integumen Kulit sawo matang, turgor kulit