LP Kebutuhan Oksigen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Pendahulua Kebutuhan Oksigen Disusun dalam rangka memenuhi tugas dan stase Keperawatan Dasar



Di susun oleh : Sri Wahyuni 14420202188



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA 2021



A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Definisi Oksigenasi adalah suatu proses untuk mendapatkan O2 dan mengeluarkan Co2. Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan kehidupannya dan untuk aktivitas berbagai organ



atau sel. Apabila lebih dari 4 menit organ tidak mendapatkan



oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal[ CITATION Kus01 \l 1033 ]. Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan oksigen. Oksigen ini digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagi organ atau sel. Tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian apabila tidak tersedianya oksigen selama kurun waktu tertentu. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen hanya 3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit



menyebabakan



terjadinya



kerusakan



sel



otak



secara



permanen[ CITATION Bes19 \l 1033 ]. 2. Proses oksigenasi Proses pemenuhan oksigen dalam tubuh terdiri atas 3 yaitu [ CITATION Dar20 \l 1033 ]: a. Ventilasi Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke alveoli atau dari alveoli ke atmosfer yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adanya konsebtrasi oksigen diatmosfer, adanya kondisi jalan napas yang baik b. Difusi Difusi gas merupakan pertukaran antara o2 dan co2 dari alveoli ke kapiler paru-paru dan co2 dari kapiler ke alveoli



c. Transportasi Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara o2 kapiler ke jaringan tubuh dan co2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, o2 akan berikatan dengan Hb. Transportasi gas dipengaruhi oleh curah jantung dan kondisi pembuluh darah 3. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi Berikut adalah Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi [ CITATION Azi191 \l 1033 ] : a. Hormon dan obat Hormon katekolamin dapat melebarkan saluran pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis, seperti sulfas atropin dan ekstrak belladona, dapat melebarkan saluran napas, sedangkat obat yang tergolong penyekat beta nonselektif, dapat mempersempit saluran napas (bronkokontriksi). b. Alergi pada saluran pernapasan Banyak faktor yang dapat menyebabkan alergi, antara lain debu, bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan, dan sebagainya. Faktor ini menyebabkan bersin bila terdapat rangsangan didaerah nasal, batuk bila disaluran pernapasan bagian atas, bronkokontriksi pada asma bronkial, dan rinitis bila terdapat disaluran pernapasan bagian bawah. c. Lingkungan Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu. Kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi. d. Perilaku Faktor perilaku yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi). Sebagai contoh obesitas dapat mempengaruhi proses perkembangan paru, aktivitas



dapat



mempengaruhi



proses



peningkatan



kebutuhan



oksigenasi, merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah, dan lain-lain. 4. Manifestasi klinis Beberapa masalah akan timbul pada PPOK sehingga mengakibatkan kegagalan pernafasan yang didefinisikan sebagai kegagalan ventilasi dan kegagalan oksigenasi disebabkan karena gangguan pusat pernafasan, gangguan otot dinding dada dan peradangan akut jaringan paru yang menyebabkan sesak nafas [ CITATION Sil19 \l 1033 ]. 5. Penatalaksanaan a. Terapi oksigen Pemberian oksigen adalah bagian integral dari pengelolaan untuk pasien yang dirawat di rumah sakit, khususnya pasien yang sedang mengalami gangguan pernapasan yaitu untuk mempertahankan oksigenasi dalam tubuh. Pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari udara ruangan digunakan untuk mengatasi atau mencegah hipoksia[CITATION Pen01 \l 1033 ] 6. Pemeriksaan Penunjang Selain pemeriksaan fisik, ada tidaknya gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen dapat diketahui melalui pemeriksaan diagnostik, antara lain sebagai berikut [ CITATION Asm18 \l 1033 ] : a. Pemeriksaan gas darah arteri Analisis gas darah arteri memberikan determinasi objektif tentang oksigenasi darah arteri, pertukaran gas alveoli, dan keseimbangan asam basa. Dalam pemeriksaan ini diperlukan sampel darah arteri yang diambil dari arteri femoralis, radialis, atau brakhialis dengan menggunakan spuit yang telah diberi heparin untuk mencegah pembekuan darah. b. Pemeriksaan laboratorium darah Pemeriksaan laboratorium darah yang biasa dilakukan meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb), leukosit, eritrosit, dan laju endap darah. Spesimen darah yang digunakan diambil dari darah vena.



Pemeriksaan kadar hemoglobin bertujuan untuk menetaokan atau mengetahui kadar hemoglobin dalam darah. Pemeriksaan leukosit bertujuan untuk menghitung jumlah leukosit dalam darah. Pemeriksaan eritrosit bertujuan untung menghitung jumlah eritrosit dalam darah. Pemeriksaan laju endap darah bertujuan untuk mengetahui banyaknya sel darah yang mengendap dalam waktu tertentu. c. Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum diperlukan jika terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran pernapasan berespon terhadap inflamasi dengan



meningkatkan



sekresi



yang



sering



mengandung



mikoorganisme penyebab penyakit. B. Konsep Aspek Legal Etik Keperawatan 1. Pengertian Aspek legal dan etik keperawatan dalam penelitian ditujuan untuk melindungi martabat manusia sebagai subjek dalam penelitian. Etik merupakan sebuah bagian dari filosofi yang menguji perbedaan antara benar dan salah. Dengan maksud bahwa etik mempelajari kebenaran dari sebuah tindakan. Etik melihat kebiasaan manusia yang menjadi keyakinan dalam berperilaku. 2. Prinsip Etik Keperawatan Prinsip moral dalam etika keperawatan prinsip moral mempunyai peran yang penting dalam menentukan perilaku yang etis dan dalam pemecahan masalah etik. Prinsip moral merupakan standar umum dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu sistem etik. Prinsip moral berfungsi untuk menilai secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diijinkan dalam suatu keadaan. Prinsip moral yang sering digunakan dalam keperawatan yaitu: Otonomi, beneficience, justice/keadilan, veracity, avoiding killing dan fidelity [ CITATION Fhi20 \l 1033 ] a. Prinsip Otonomi (Autonomy)



Prinsip ini menjelaskan bahwa klien diberi kebebasan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri sesuai dengan hakikat manusia yang mempunyai harga diri dan martabat. Contoh kasusnya adalah: Klien berhak menolak tindakan invasif yang dilakukan oleh perawat.



Perawat



tidak



boleh



memaksakan



kehendak



untuk



melakukannya atas pertimbangan bahwa klien memiliki hak otonomi dan otoritas bagi dirinya. Perawat berkewajiban untuk memberikan penjelasan yang sejelas-sejelasnya bagi klien dalam berbagai rencana tindakan sehingga diharapkan klien dapat mengambil keputusan bagi dirinya setelah mempertimbangkan atas dasar kesadaran dan pemahaman. b. Prinsip Kebaikan (Beneficience) Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat melakukan yang terbaik bagi klien, tidak merugikan klien, dan mencegah bahaya bagi klien. Kasus yang berhubungan dengan hal ini seperti klien yang mengalami kelemahan fisik secara umum tidak boleh dipaksakan untuk berjalan ke ruang pemeriksaan. Sebaiknya klien didorong menggunakan kursi roda. c. Prinsip Keadilan (Justice) Prinsip ini menjelaskan bahwa perawat berlaku adil pada setiap klien sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya pada saat perawat dihadapkan pada pasien total care, maka perawat harus memandikan dengan prosedur yang sama tanpa membeda-bedakan klien. Tetapi ketika pasien tersebut sudah mampu mandi sendiri maka perawat tidak perlu memandikannya lagi. d. Prinsip Kejujuran (Veracity) Prinsip ini menekankan bahwa perawat harus mengatakan yang sebenarnya dan tidak membohongi klien. Kebenaran merupakan dasar dalam membina hubungan saling percaya. Kasus yang berhubungan dengan prinsip ini seperti klien yang menderitaHIV/AIDS menanyakan tentang diagnosa penyakitnya. Perawat perlu memberitahukan apa



adanya meskipun perawat tetap mempertimbangkan kondisi kesiapan mental klien untuk diberitahukan diagnosanya. e. Prinsip mencegah pembunuhan (Avoiding Killing) Perawat menghargai kehidupan manusia dengan tidak membunuh. Sumber



pertimbangan



adalah



moral



agama/kepercayaan



dan



kultur/norma-norma tertentu. Contoh kasus yang dihadapi perawat seperti ketika seorang suami menginginkan tindakan euthanasia bagi istrinya atas pertimbangan ketiadaan biaya sementara istrinya diyakininya tidak mungkin sembuh, perawat perlu mempertimbangkan untuk tidak melakukan tindakan euthanasia atas pertimbangan kultur/norma bangsa Indonesia yang agamais dan ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, selain dasar UU RI memang belum ada tentang legalitas tindakan euthanasia. f. Prinsip Kesetiaan (Fidelity) Prinsip ini menekankan pada kesetiaan perawat pada komitmennya, menepati janji, menyimpan rahasia, caring terhadap klien/keluarga. Kasus yang sering dihadapi misalnya perawat telah menyepakati bersama klien untuk mendampingi klien pada saat tindakan PA maka perawat harus siap untuk memenuhinya [CITATION Kas01 \l 1033 ]. g. Prinsip Confidenciality (Kerahasiaan) Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral etik keperawatan yaitu menghargai apa yang menjadi keputusan pasien dengan menjamin kerahasiaan segala sesuatu yang telah dipercayakan pasien kepadanya kecuali seizin pasien. h. Accountabilitability (Akuntabilitas) Dalam pelayanan kesehatan petugas dalam hal ini dokter dan perawat tidak boleh membeda-bedakan pasien dari status sosialnya. C. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian 1) Identitas klien



2) Riwayat Keperawatan Meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang , gaya hidup, adanya batuk, sputum, nyeri, dan adanya faktor resiko untuk gangguan status oksigenasi. a. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang) b. Riwayat penyakit 1) Nyeri 2) Paparan lingkungan 3) Batuk 4) Bunyi nafas 5) Faktor resiko penyakit paru 6) Frekuensi infeksi pernapasan 7) Masalah penyakit paru masa lalu 8) Penggunaan obat c. Adanya batuk dan penanganan d. Kebiasaan merokok e. Masalah pada fungsi kardiovaskuler f. Faltor resiko yang memperberat masalah oksigenasi g. Riwayat penggunaan medikasi’ h. Stressor yang dialami i. Status atau kondisi kesehatan 3) Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi Mengamati tingkat kesadaran pasien, keadaan umum, postur tubuh, kondisi kulit, dan membran mukosa, dada (kontur rongga interkosta, diameter anteroposterior, struktur toraks, pergerakan dinding dada), pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasann, durasi inspirasi dan ekspirasi) b. Palpasi Dilakukan



dengaan



menggunakan



tumit



tangan



pemeriksa



mendatar diatas dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya



fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara ulang. Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat dan meningkat pada kondisi konsolidasi. c. Perkusi Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam sertamengkaji adanya abnormalitas , cairan /udara dalam paru. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung perkusi. d. Auskultasi Dapat dilakukan langsung / dengan menggunakan stetoskop. bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi dan kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil terbaik , valid dan akurat, sebaiknya auskultasi dilakukan lebih dari satu kali. 2. Diagnosa 1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif. 2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mukus, iritan jalan napas. 3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan O2



3. Intervensi No 1.



Diagnosa Bersihan jalan napas tidak efektif



Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan



Intervensi Latihan batuk efektif



keperawatan 3x 24 jam maka Observasi :



Rasional 1. Untuk mengetahui kemampuan batuk dan faktor yang



bersihan jalan napas



4. Identifikasi kemampuan batuk



mempengaruhi kemampuan batuk



meningkat, dengan kriteria



5. Monitor adanya retensi sputum



pasien



hasil: - Batuk efektif meningkat - Produksi sputum menurun



Terapeutik



2. Memantau adanya retensi sputum



6. Atur posisi semi fowler



3. Memposisikan untuk memberikan



7. Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien



kenyamanan pasien 4. Menyediakan alat dan bahan yang



8. Buang sekret pada tempat sputum



diperlukan dalam latihan batuk



- Mengi menurun



Edukasi



efektif



- Wheezing menurun



9. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif



- Dispnea menurun



10. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung



5. Menempatkan sekret pada tempat khusus



- Sulit bicara menurun



selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,



6. Agar pasien mengerti tujuan dan



- Frekuensi napas menurun



kemudian keluarkan dari mulut dengan



mekanisme yang akan dilakukan



- Pola napas meningkat



bibir dibulatkan selama 8 detik 11. Anjurkan mengulangi tarik napas hingga 3 kali



7. Mempermudah pengeluaran sputum 8. Mempermudah proses pengeluaran



12. Anjurkan batuk dengan kuat Kolaborasi 13. Kolaborasi pemberian mukolitik jika perlu



sputum 9. Untuk memaksimalkan pengeluaran 10. Untuk mempercepat proses



2.



Gangguan



Setelah dilakukan



pertukaran gas



keperawatan 3x 24 jam



Pemantauan respirasi Observasi :



penyembuhan 1. Bunyi napas menurun /tak ada obstruksi sekunder



inspirasi atau ekspirasi yang



1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman napas



tidak memberikan ventilasi



2. Monitor pola napas



kepatenan jalan nafas dan



3. Monitor kemampuan batuk efektif



pertukaran gas yangadekuat



adekuat membaik dengan kriteria hasil:



4. Monitor adanya sputum 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas



-



Dipsnea menurun



6. Palpasi ekspansi paru



-



Frekuensi napas



7. Auskultasi bunyi napas



cukup menurun -



Kedalaman napas menurun



Terapeutik 8. Dokumentasikan hasil pemantauan



2. Mengetahui dan memastikan



3. Penghisapan dilakukan jika batuk tidak efektif 4. Sputum mengganggu dalam proses bernapas klien 5. Klien terbebas dari ketidakefektifan pernapasan



Edukasi



6. Mengetahui kondisi paru



9. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan



7. Untuk mengetahui bunyi napas



10. Informasikan hasil pemantauan



tambahan



8. Untuk mendapatkan respirasi normal 9. Membantu klien dalam melakukan batuk efektif secara mandiri 3.



Pola napas tidak efektif



Setelah dilakukan intervensi



10. Meningkatkan pengetahuan klien 1. Kecepatan biasanya mencapai



Manajemen jalan nafas



keperawatan 3x 24 jam maka Observasi :



kedalam



tingkat pola napas membaik



1. Monitor pola nafas



tergantung derajat gagal napas.



Terapeutik :



Ekspansi



2. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan



berhubungan dengan atelaksis dan



dengan kriteria hasil : -



Dispnea menurun



-



Penggunaan otor bantu



-



head-till dan chin-lift



pernapasan dada



terbatas



yang



atau nyeri dada.



napas menurun



3. Posisikan semifowler atau fowler



Frekuensi napas



4. Berikan minuman hangat



paru



membaik



5. Berikan oksigen



pernapasan.



Kedalaman napas



Kolaborasi :



2.



membaik



6. Kolaborasi



3. pemberian



bervariasi



bronkodilator,



ekspektoran, mukolitik jika perlu.



Untuk memungkinkan ekspansi dan



mempermudah



Meningkankan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan.



4.



Melarutkan dahak sehingga tidak menyumbat saluran nafas



tenggorokan



dan



5.



Melengkapi kebutuhan oksigen tubuh



6.



Untuk



melebarkan



(saluran



pernapasan)



bronkus dan



merelaksasi otot-otot pada saluran pernapasan.



Pathway Kebutuhan Oksigenasi



Bersihan jalan napas tidak efektif Gangguan pertukaran gas



Pola napas tidak efektif



Daftar Pustaka Asmadi. (2018). Teknik prosedural dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba medika. Bariyatun, S., Susilo, C. B., & Maryana. (2016). Penerapan pemberian oksigen pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) dengan gangguan kebutuhan oksigenasi di RSUD Wates Kulon Progo. Besinung, I., Mahihody, A. J., & Surudani, C. (2019). Asuhan keperawtan pada anak dengan infeksisaluran pernapasan akut (ISPA) di ruangan anggrek RSD Liun Kendage Tahuna. Jurnal Ilmiah Sesebanua. Dartiwen, Anggita, I., & Apriliani, P. (2020). Buku ajar kebutuhan dasar praktik kebidanan. Yogyakarta: Deepublish. Fhirawati, d. (2020). Keperawatan Dasar. Makassar: Yayasan Kita Menulis. Hidayat, A. A. (2019). Kebutuhan dasar 1. Surabaya: Health Book Publishing. Kusnanto. (2016). Modul pembelajaran pemenuhan kebutuhan oksigen. Surabaya: Fakultas keperawatan Universitas Airlangga. Rosmalawati, K. d. (2016). Kebutuhan Dasar 1. Jakarta selatan: Pusdik SDM Kesehatan. Silalahi, K. L., & Siregar, H. T. (2019). Pengaruh pulsed lip breathing exercise terhadap penurunan sesak napas pada pasien paru obstruksi kronis (PPOK) di RSU Royal Prima Medan 2018. Jurnal Keperawatan Priority.