13 0 167 KB
LAPORAN PENDAHULUAN (KDM) OKSIGENASI Holistic Nursing Therapy Bangsalsari
Oleh : Triyana Wahyu Pratiwi
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER 2023
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Mahasiswa : Kasus Laporan Pendahuluan/Asuhan Keperawatan : Ruang Praktik : Rumah Sakit/ Lahan Praktik :
Jember,
2023
Pembimbing Akademik,
Pembimbing Klinik,
…………………………………..…
………………………………………….
NIK/NIDN.
NIK/NIDN.
PENDAHULUAN OKSIGENASI 1.1 Definisi Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus menerus. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernapas. Di atmosfer, gas selain oksigen juga terdapat karbon dioksida, nitrogen, dan unsur-unsur lain seperti argon dan helium (Tarwoto & Wartonah, 2018). Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel (Alimul, 2019). 1.2 Etiologi Dalam (Wartonah, 2016) disebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi antara lain faktor fisiologi, perkembangan, perilaku, dan lingkungan : a. Faktor Fisiologi 1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia. 2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas. 3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2 terganggu. 4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan lain-lain. 5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik seperti TBC paru. a. Faktor Perkembangan 1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan. 2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok. 4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru. 5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun. b. Faktor Perilaku 1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis. 2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen. 3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan koroner. 4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi pusat pernapasan. 5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat c. Faktor Lingkungan 1) Tempat kerja 2) Suhu lingkungan 3) Ketinggian tempat dan permukaan laut. 1.3 Klasifikasi Klasifikasi Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan transportasi (Andarmoyo, 2017) a. Ventilasi Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor: 1) Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah. 2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru. b. Difusi Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Luasnya permukaan paru-paru. 2) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan. 3) Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena vulmonalis. 4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB. c. Transportasi gas Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi. 2) Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar HB. 1.6 Manifestasi klinis Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (Nanda ,2017).
Tanda dan gejala : a) Perubahan pola nafas Pola nafas mengacu pada frekuensi, volume, irama, dan usaha pernapasan. Perubahan polanafas yang umum terjadi adalah Takipnea, Bradipnea,
Apnea,
Hiperventilasi,
Hipoventilasi,
Pernapasan
kussmaul, Orthopnea, Dyspnea b) Hipoksia Hipoksia adalah konidisi ketika kadar oksigen dalam tubuh (sel) tidak adekuat akibat kurangnya penggunaan atau pengikatan O2 pada tingkat sel. Kondisi ini ditandai dengan kelelahan, kecemasan, pusing, penurunan tingkat kesadaran dsb. Penyebabya antara lain penurunan Hb dan kapasitas angkut O2 dalam darah, penurunan konsentrasi O2 inspirasi, ketidakmampuan sel meningkat O2, penurunan difusi O2 dari alveoli kedalam darah, dan penurunan perfusi jaringan. c) Obstruksi jalan napas Obstruksi jalan napas adalah penyumbatan di bagian mana pun dari jalan napas. Jalan napas adalah sistem tabung yang kompleks yang membawa udara yang dihirup dari hidung dan mulut ke paru-paru. Obstruksi dapat mencegah sebagian atau seluruhnya udara masuk ke paru-paru. 1.7 Pemeriksaan Penunjang a) Pemeriksaan fungsi paru Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien b) Pemeriksaan gas darah arteri Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi. c) Oksimetri Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler d) Pemeriksaan sinar X dada Untuk pemeriksaan adanya cairan, masa, fraktur, dan proses-proses abnormal
e) Bronkoskopi Untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel sputum atau benda asing yang menghambat jalan nafas f) Endoskopi Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi g) Fluoroskopi Untuk mengetahui meanisme radiopulmonal, misal : kerja jantung dan kontraksi paru h) CT-SCAN Untuk mengidentifikasi adanya masa abnormal (Potter & Perry, 2018). 1.8 Diagnosa banding 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif 2. Pola nafas tidak efektif 3. Gangguan pertukaran gas 4. Pola tidur tidak efektif 1.9 Penatalaksanaan Farmakologis dan Non Farmakoogis 1. Penatalaksanaan Farmakologis a. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) 1) Pembersihan jalan nafas 2) Latihan batuk efektif 3) Suction 4) Jalan nafas buatan b. Pola nafas tidak efektif (D.0005) 1) Atur posisi pasien (semi flowler) 2) Pemberian oksigen 3) Teknik bernafas dan relaksasi c. Gangguan pertukaran gas (D.0003) 1) Atur posisi pasien (semi flowler) 2) Pemberian oksigen 3) Monitor AGD d. Gangguan pola tidur (D.0055)
1) Manajemen energi 2) Manajemen lingkungan 3) Pengaturan posisi 2. Penatalaksanaan Non Farmakologis 1) Terapi akupresur (pemijatan) 2) Pemberian Madu propolis 3) Terapi relaksasi 1.10 Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi terkait dengan terapi oksigen misalnya adalah : a. Hypoxia merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan. b. Hyperventilasi merupakan jumlah udara dalam paru berlebihan. c. Hypoventilasi meupakan ketidakcukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. d. Cheyne Stokes merupakan bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari pernafasan yang sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea. e. Kussmaul’s (hyperventilasi) meupakan peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit. f. Apneustic merupakan henti nafas pada gangguan sistem saraf pusat. g. Biot’s Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan sistem saraf pusat. h. Penurunan kesadaran. i. Gelisah dan cemas.
1.11 Proses Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan a. Riwayat Keperawatan Meliputi pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang, gaya hidup, adanya batuk, sputum, nyeri, dan adanya faktor resiko untuk gangguan status oksigenasi. b. Riwayat penyakit 1) Nyeri 2) Paparan lingkungan 3) Batuk 4) Bunyi nafas 5) Faktor resiko penyakit paru 6) Frekuensi infeksi pernapasan 7) Masalah penyakit paru masa lalu 8) Penggunaan obat c. Adanya batuk dan penanganan d. Kebiasaan merokok e. Masalah pada fungsi kardiovaskuler f. Faktor resiko yang memperberat masalah oksigenasi g. Riwayat penggunaan medikasi h. Stressor yang dialami i. Status atau kondisi kesehatan 2. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi Mengamati tingkat kesadaran pasien, keadaan umum, postur tubuh, kondisi kulit, dan membran mukosa, dada (kontur rongga interkosta, diameter anteroposterior, struktur toraks, pergerakan dinding dada), pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasann, durasi inspirasi dan ekspirasi) b. Palpasi Dilakukan
dengaan
menggunakan
tumit
tangan
pemeriksa
mendatar diatas dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan memintanya
menyebutkan “tujuh-tujuh” secara ulang. Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat dan meningkat pada kondisi konsolidasi. c. Perkusi Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam sertamengkaji adanya abnormalitas ,cairan /udara dalam paru. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung perkusi. d. Auskultasi Dapat dilakukan langsung / dengan menggunakan stetoskop. bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi dan kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil terbaik ,valid dan akurat, sebaiknya auskultasi dilakukan lebih dari satu kali. e. Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara lain : 1) Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap. 2) Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dadabronkoskopi, scan paru. 3) Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur kerongkongan, sputum, uji kulit toraketensis. (Brunner & Suddarth, 2018). 2. Diagnosa Keperawatan a. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) berhubungan dengan: 1) Benda asing dalam jalan nafas 2) Sekresi yang tertahan 3) Disfungsi neuromuskular b. Pola nafas tidak efektif (D.0005) berhubungan dengan: 1) Hambatan upaya nafas 2) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru c. Gangguan pertukaran gas (D.0003) berhubungan dengan:
1) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi 2) Perubahan membran alveolus-kapiler d. Gangguan pola tidur (D.0055) berhubungan dengan : 1) Pola tidur berubah 2) Sulit tidur 3. Intervensi Diagnosa keperawatan : a) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan yang ditandai dengan batuk tidak efektif (D.0001) b) Pola nafas tidak efektif b.d posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru ditandai dengan dispnea (D.0005) c) Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (D.0003) d) Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (D.0055) No
Diagnosa
SLKI
SIKI
Keperawatan (SDKI) 1.
Bersihan jalan nafas Bersihan jalan nafas
Manajaman
tidak
nafas (1.14509)
efektif
b.d (L.01001)
sekresi yang tertahan Setelah dilakukan asuhan
Observasi
yang
-Monitor
ditandai keperawatan selama 1x30
jalan
pola
dengan batuk tidak di harapkan bersihan jalan
(frekuensi,,
efektif (D.0001)
nafas meningkat:.
kedalaman,usaha
Kriteria hasil :
napas)
nafas
Indikator
SA
ST
-Monitor bunyi nafas
Batuk
1
5
tambahan (Mis ronki) Terapeutik
efektif Produksi
1
5
-posisikan semi fowler -berikan
sputum
minuman
Wheezing
1
5
hangat
Gelisah
1
5
-ajarkan teknik batuk
Frekuensi
1
5
efektif
Kolaborasi
napas Pola nafas
1
5
-kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,jika perlu.
2.
Pola
nafas
tidak Pola nafas (L.010003)
efektif (D.0005)
Manajaman
jalan
Setelah di lakukan tindakan nafas (1.14509) keperawatan
1x30
di Observasi
harapkan pola nafas baik:
-Monitor
pola
Kriteria hasil:
(frekuesni,
Indikator
SA
ST
kedalaman,usaha
Tekanan
1
5
napas) -Monitor bunyi nafas
ekspirasi Tekanan
1
5
inspirasi Frekuensi napas
nafas
tambahan
(Mis
wheezing) Terapeutik
1
5
-Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan
hea-tilt
dan
chin-lift -posisikan semi fowler -berikan
minuman
hangat Edukasi -ajarkan teknik batuk efektif Kolaborasi -kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,jika perlu
3.
Gangguan
Pertukaran gas (L01003)
Pemantauan respirasi
pertukaran gas
Tujuan :
( 1.01014)
(D.0003)
Setelah di lakukan tindakan Observasi keperawatan
1x30
di -Monitor
frekuensi
harapkan pertukaran gas irama dan kedalaman membaik.
dan upaya nafas
Kriteria hasil:
-Monitor pola nafas
Indikator
SA
ST
-Monitor
kemampuan
Dipsnea
1
5
batuk efektif
Bunyi
1
5
-Auskultasi bunyi nafas
napas
Terapeutik
tambahan
-Atur
interval
Gelisah
1
5
pemantauan
respirasi
Pola nafas
1
5
sesuai kondisi pasien.
Takikardi
1
5
-memberikan
terapi
akupresure Edukasi -jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.
4.
Gangguan pola tidur Pola tidur (L.05045)
Dukungan
(D0005)
(1.05174)
Tujuan :
tidur
Setelah di lakukan tindakan Observasi keperawatan harapkan
1x30 pola
di -Identifikasi
pola
tidur aktivasi tidur
membaik.
-Identifikasi
Kriteria hasil
penganggu tidur ( fisik atau psikologis) Terapeutik
Indikator
SA
ST
Keluhan
1
5
sering 1
5
tidak
1
5
pola tidur
tidak cukup
kebisingan,
suhu
dan
,
tempat
tidur). -Lakukan
prosedur meningkatkan
Edukasi -Jelaskan tidur
berubah istirahat
Pencahayaan,
kenyamanan.
tidur
Keluhan
mis.
untuk
puas Keluhan
(
matras
terjaga Keluahn
-Modifikasi lingkunagn
1
5
pentingnya
cukup
selama
sakit Kolaborasi -Ajarkan relaksasi otot autogenik non lainnya.
atau
cara
farmakologi
DAFTAR PUSTAKA Andarmogo. (2017). Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC Alimul. (2019). Diagnosa Keperawatan.Jakarta: EGC Brunner & Suddarth. (2018). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta Nanda International (2016). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Jakarta:EGC Potter & Perry.(2020). Fundamental Keperawatan.Jakarta : EGC Tarwonto & Wartonah.2016. Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta :Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia Wartonah. (2018). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC.