14 0 160 KB
LAPORAN PENDAHULUAN OTITIS MEDIA AKUT I.
KONSEP DASAR MEDIS A. Definisi Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh telinga tengah, tuba eustachii, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Biasanya terjadi karena peradangan saluran napas atas dan sering mengenai bayi dan anak-anak. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam keadaan steril. Bila terdapat infeksi bakteri pada nasofaring dan faring, secara alamiah terdapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung dan bulubulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachii. OMA terjadi akibat tidak berfungsinya sistem pelindung tadi. Sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii merupakan faktor utama terjadinya otitis media (Husni T.R, 2011). B. Etiologi Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media. Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu faktor penyebab yang paling sering. 1. Kuman
penyebab
OMA
adalah
bakteri
piogenik,
seperti
Streptococcus 2. Hemoliticus,
Haemophilus
Influenzae(27%),
aureus(2%), Streptococcus 3. Pneumoniae(38%), Pneumococcus.
Staphylococcus
4. Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal. C. Patofisiologi Otitis media akut (OMA) terjadi akibat adanya gangguan pada faktor pertahanan tubuh. Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan faktor utama penyebab terjadinya OMA. Dengan adanya sumbatan yang merusak faktor pertahanan tubuh sebagai pencegah invasi kuman ke dalam tuba Eustachius maka terjadi peradangan pada mukosa. Hal ini menyebabkan fungsi tuba Eustachius terganggu sehingga menyebabkan terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah. Pada umumnya pencetus terjadinya OMA adalah infeksi saluran napas atas (ISPA), semakin sering terkena ISPA maka kemungkinan terjadinya OMA semakin besar (Novertha, 2013).
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis Manifestasi secara umum: 1. Membrane timpani merah, sering menonjol tanpa terlihat tonjolan tulang, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic(pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan inflator balon yang disambungkan ke otoskop) 2. Keluhan nyeri telinga (otalgia), atau rewel dan menarik-narik telinga pada anak yang belum dapat bicara. 3. Demam antara 37,7 derrajad celcius-40 derajad celcius(pada kirakira separuh dari umlah anak yang terkena). 4. Anoreksia. 5. Limfadenopati servikal anterior. 6. Tuli konduktif sementara yang berakhir minimal 2 sampai 4 setelah infeksi akut. 7. Bila terjadi rupture membrane timpani, maka sekkret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang. Manifestasi berdasarkan stadium: 1.
Stadium oklusi tuba eustachius Tanda adanya obstruksi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membaran timpani akibat terjadinya tekanan negative di dalam telinga
tengah,
akibat
obstruksi
udara.
Kadang-kadang
membrane timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau
berwarna keruh pucat. Efusi muungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat di deteksi. Stadium ini sukar di bedakan dengan otitis media serosa yang di sebabkan karena virus atau alergi 2.
Stadium hiperemis Pada stadium hiperemis, tampak pembulu darah yang melebar pada membrane timpani atau seluruhmembran timpani tampak hiperemis serta edema. Secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat uksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
3.
Stadium supurasi Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di cavum timpani, menyebabkan membrab tinpani menonjol kea rah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga hebat apabila tekanan nanah di cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat
tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul
trimboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan di tempat ini akan terjadi rupture. Bila tidak dilakukan membrane timpani pada stadium ini, maka kemungkinan membrane timpani akan rupture ddan nanah keluar ke liang telinga luar. Dengan melakukan insisi membrane timpani luka insisi akan menutup kembali sedangkan apabila terjadi rupture, maka lubang telinga
rupture t idak mudah menutup kembali.
4.
Stadium perforasi Karena bebrapa sebab seperti terlambat pemberian antibiotic atau virulensi kuman yang tinggi maka dpat trjadi rupture membrane timpani dan nanh keluar dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisa sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak.
5.
Stadium resolusi Bila
membrane
timpani
tetap
utuh,
maka keadaan
membrane timpani perlahan lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi maka secret akan berkurang, dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah maka
resolusi
dapat
terjadi
walaupun tana pengobatan.
OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan skret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA dapet menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa bila secret menetap di cavum timpani tanpa terjadinya perforasi. F. Pemeriksaan Penunjang 1. Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan tidak tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas. 2. Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organism penyebab. 3. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani
4. Melihat ada tidaknya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan / agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga. G. Komplikasi Komplikasi yang serius adalah : 1. Infeksi pada tulang sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis). 2. Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkuler) 3. Tuli 4. Peradangan pada selaput otak (meningitis). 5. Abses otak. 6. Tanda-tanda terjadi komplikasi : a. Sakit kepala b. Tuli yang terjadi secara mendadak c. Vertigo (perasaan berputar) d. Demam dan menggigil H. Penatalaksanaan Medis Terapi OMA tergantung pada stadiumnya. 1. Pada stadium oklusi, Tujuan terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak 12 thn atau dewasa.. selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan antibiotik.
2. Pada stadium presupurasi, Diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Bila membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi.
Antibiotik yang
diberikan
ialah
penisilin
atau
eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari. 3. Pada stadium supurasi Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh. Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang. 4. Pada stadium perforasi, Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu.
II.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Identitas klien 2. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan dahulu Apakah ada kebiasaan berenang, apakah pernah menderita gangguan pendengaran (kapan, berapa lama, pengobatan apa yang dilakukan, bagaimana kebiasaan membersihkan telinga, keadaan lingkungan tenan, daerah industri, daerah polusi), apakah riwayat pada anggota keluarga. b. Riwayat kesehatan sekarang kaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa, Seperti penjabaran dari riwayat adanya kelainan nyeri yang dirasakan. c. Riwayat kesehatan keluarga Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Ada atau tidaknya riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang dan riwayat alergi pada keluarga. 3.
Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum klien 1) Kepala Lakukan Inspeksi, palpasi, perkusi dan di daerah telinga, dengan menggunakan senter ataupun alat-alat lain nya apakah ada cairan yang keluar dari telinga, bagaimana warna, bau, dan jumlah.apakah ada tanda-tanda radang. 2) Kaji adanya nyeri pada telinga 3) Leher, Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
4) Dada / thorak 5) Jantung 6) Perut / abdomen 7) Genitourinaria 8) Ekstremitas 9) Sistem integument 10) Sistem neurologi 11) Data pola kebiasaan sehari-hari 4. Nutrisi Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat dan sakit,apakah ada perbedaan konsumsi diit nya. 5. Eliminasi Kaji miksi,dan defekasi klien 6. Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri Biasanya klien dengan gangguan otitis media ini,agak susah untk berkomunikasi dengan orang lain karena ada gangguan pada telinga nya sehingga ia kurang mendengar/kurang nyambung tentang apa yang di bicarakan orang lain. 7. Pemeriksaan diagnostik a) Tes Audiometri : AC menurun b) X ray : terhadap kondisi patologi c) Tes berbisik d) Tes garpu tala B. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan
rasa
nyaman
(nyeri)
berhubungan
dengan
proses
peradangan pada telinga tengah 2. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
3. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran 4. Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin membera C. Intervensi N
Diagnosa
Tujuan dan
O
Keperawtan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Gangguan rasa
NOC
NIC
nyaman (nyeri)
Ansiety
berhubungan
Fear Leavel
pendekatan yang
dengan proses
Sleep Deprivation
menenangkan
Comfort
Nyatakan dengan
peradangan telinga tengah
pada
readines
, for
terhadap
Kriterai Hasil
yang nyaman
Agar pasien merasa nyaman
pelaku
semua
yang
Supaya pasien tidak merasa kesepian dan
Temani
pasien
pasien
Bantu
merasa
nyaman
Pasien
dan
dapat
mengenali
mengurangi takut
dapat
selama prosedur
keamanan
Agresi
cukup
dirasakan pasien
dirasakan
memberikan
istirahat adekuat
yang
kecemasan
untuk
Kualitas tidur dan
Informaswi mengurangi
Jelaskan yang
Mengontrol nyeri
pengendalian diri
prosedur dan apa
kecemasan
pasien
merasa nyaman
pasien
mengontrol Status lingkungan
Supaya
harapan
jelas
Enchanced
Mampu
Gunakan
situasi
cemas
pasien
Supaya pasien bisa
mengenal situasi
mengungkapkan
pengobatan
yang
perasaan
control gejala
menimbulkan
ketakutannya
Respon terhadap
kecemasan
Status kenyamanan
Dorong
pasien
Teknik
relaksasi
untuk
yang benar dan efe
mengungkapkan
ktif
mengontrrol
perasan
dapat membantu
ketakutan
,ketakutan,persep
mengurangi
si
yang dirasa
meingkat Dapat
Support social
nyeri
Keinginan untuk hidup
Instruksikan
Analgetik
dapat
pasien
menekan pusat saraf
menggunakan
rasa neri sehingga
teknik relaksasi
neri dapat berkurang
Berikan
obat
untuk mengurangi 2
Hambatan berkomunikasi berhubungan
kecemasan NIC
NOC Anxiety
self
control
pasien
Dorong
Melatih
untuk
supaya
pasien bisa
dengan efek
Coping
berkomunikasi
berkomunikasi
kehilangan
Sensory function :
secara
secara perlahn
pendengaran
haring & vision Kriteria Hasil
penerimaan intrepretasi ekspresi
dan pesan
liasn, tulisan , dan non
verbal
meningkat Komunikasi ekspresif ( kesulitan berbica ra ): ekspresi pesa n verbal atau non
untuk
dan
Fear self control
Komunikasi
perlahan
pasien
mengulangi
mengetahui perawat
permintaan
sedang
Berdiri
didepan
berkomunikasi
pasien
ketika
dengan pasien
berbicara
Supaya
Gunakan baca
kartu
komunikasi dua arah anatara
perawat
,pensil.bahasa
dengan
kliendapat
tubuh
berjalan dnegan baik
,gamba,daftar
dan
kosa kata bahasa
menerima
asing, computer,
perawat secara tepat.
dan
,kertas
Memungkinkan
lain
lain
klien
dapat pesan
Dengan adanya alat
untuk
bantu bicara pasien
memfasilitasi
bisa
kembali
verbal
yang
komunikasi
bermakna
arah yang optimal
Komunikasi reseptif (
dua
anjuran
Beri kepada
kesulitan
mendengar
)
:
penerimaan
dan
pasien keluarga
tentang
dan
bantu
alat bicara
intrepretasi pesan
(
verbal dan / atau
protesi
non verbal
trakoesofagus dan
Gerakan
misalnya
,
laring buatan
terkoordinasi
:
Anjurkan
mampu
ekspresi
mengkoordinasi
dengan cara lain
rol
respon
dalam
gerakan
dalam
menyampaikan
diri
menggunakan
informasi
isyarat
( bahasa isyarat )
Pengolahan informasiv: klien mampu
untuk
memperoleh mengatur menggunakan informasi Mampu mengontrol
, dan
dengan baik Pasien bisa berbicara atau dengan isyarat
penggunaan
komunikasi
berkomunikasi
mendengar bahasa
ketakutan
dan
kecemasan terhadap ketidakmampuan bicara Mampu memanajemen kemampuan fisik yang dimiliki Mampu mengkomunikasik an
kebutuhan
dengan 3
lingkungan sosial NOC
Perubahan
Visual
persepsi/sensoris
(
NIC
body
Ajarkan
klien
berhubungan
image, cognitive,
dengan obstruksi,
orientation,
untuk
infeksi
communication
menggunakan
receptive
dan
ability
alat
di
telinga
tengah atau kerusaka n
di
pendengaran.
saraf
,distorted
Instruksikan klien
verbal , tulis atau
menggunakan
sinyal respon
teknik-teknik yang
alat
untuk
aman
pada
tipegangguan/ketul ian,
pemahaman
Menunjukkan
tergantung
merawat
pemakaian
serta perawatannya
secara tepat
Kriteria Hasil
Keefektifan pendengaran
pendengaran
thought control )
Menunjukkan
yang tepat.
Apabila penyebab pokok tidak
ketulian progresif,
maka pendengaran yang
tersisa
pergerakkan ekspresi
dan wajah
yang rileks Menjelaskan rencana gaya gaya hidup untuk kerusakan visual dan pendengaran Bebas dari bahaya karena
penurunan keseimbangan penglihatan
,
trauma dan infeksi
telinga (seperti:
sehingga
saat
dilindungi.
kotoran telinga
bud
Penghentian terapi
secara hati-hati,
antibiotika sebelum
sementara
waktunya
waktu
dapatmenyebabkan
hindari
berenang
organisme
ataupun
resisten
kejadian ISPA)
infeksi
sehingga dapat
berlanjut.
lebih
jauh.
sumber komunitas
Irigasi
yang tepat
Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut
Untuk
menggunakan
ketulian
dengan
harus
mengeluarkan
terjadinya
Memelihara
terhadap
dengan
mencegah
dan
sensasi kontak
perawatan
cutton
mengakomodasi
pendengaran
sensitif
membersihkan
memodifikasi
fisik
dalam
Instruksikan klien
untuk
menghabiskan
sisa sehingga akan
seluruh
dosis
antibiotik yang diresepkan (baik itu
antibiotik
sistemik maupun lokal).
4
Cemas berhubuangan NOC dengan
nyeri yang
semakin membera
Anxiety
self
control
menenangkan
Kriteria Hasil
pasien mampu
mengidentifikasi pasien gejala cemas mengungkapkan teknik
untuk
selama prosedur
terhadap situasi
Vital sign dalam
stree
batas normal
Temani
pasien
untuk
merencanakan kembali
rutinitas
biasa
tanpa
menimbulkan masalah.
Untuk
membantu
pasien memperoleh
Pahami prespektif pasien
mengontrol cemas
tubuh,
dirasakan
pada
pasien
jelas
Jelaskan semua yang
Memberikan informasi
prosedur dan apa
Mengidentifikasi, dan menunjukkan
pelaku pasien
pasien
menjadi tenang
harapan terhadap
dan
mengungkapkan
Postur
supaya
Nyatakan dengan
Memberikan metode pendekatan
Gunakan pendekatan yang
Anxiety level
Klien
NIC
kenyamanan
Pemahaman meningkatkan kerjasama program
dengan terapi,
ekspresi
wajah,
untuk
meningkatkan
bahasa tubuh dan
memberikan
penyembuhan
tingkat
kenyamanan dan
mengurangi tingkat
megurangi takut
kecemasan pasien.
aktivitas
menunjukkan
dan
berkurangnya 5
kecemasan Nyeri berhubungaan NOC dengan peradangan
proses
NIC
Pain level
Lakukan
1. Nyeri Hebat
pengkajian nyeri
2. Nyeri Berat
secara
3. Nyeri Sedang
komprehensif
4. Nyeri Ringan
termasuk lokasi,
5. Tidak Nyeri
karakteristik,
Pain control 2. Kadang-kadang
kualitas
3. Sewaktu-waktu
faktor presipitasi
Selalu
mengontrol nyeri ( tahu nyeri,
Observasi reaksi
penyebab
tehnik nonfarmakologi
Bantu pasien dan keluarga
untuk
mencari
dan
menemukan
mampu
menggunakan
intervensi
dukungan
Kontrol lingkungan yang
Mengetahui pasien
respon terhadap
nyeri
dari
n
Mampu
menentukan
ketidaknyamana
Kriteria Hasil
tanda-tanda
nyeri sehingga dapat
dan
nonverbal
Comfort level
dan
frekuensi,
perkembangan nyeri
selanjutnya
durasi,
1. Tidak Pernah
4. Sering
Mengetahui
dukungan
yang
cukup
dapat
menurunkan
reaksi
nyeri pasien
Menurukan
rasa
nyeri pasien
dapat
menurukan
tingkat nyeri pasien
mengetahui perkembangan nyeri dan
menentukan
intervensi
untuk mengurangi
dapat
nyeri
mempengaruhi
,mencari
selanjutnya
bantuan )
nyeri
seperti
Melaporkan
suhu
ruangan,
bahwa
nyeri
berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri
(
skala
melancarkan
kebisingan
peredaran
darah
sehingga
dapat
Kurangi
faktor
Kaji
mengurangi nyeri.
dan
tipe
nyeri
Menyatakan
perubahan
intervensi
kualitas,
dan nyeri
mengetahuinya lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat
pemberian obat
nyeri
Cek
pemberian,
dapat
dijadikan
acuan
instruksi tentang
sebelum
jenis obat, dosis,
untuk
dan frekuensi
penghilang
Cek
setelah
riwayat
Pilih
tindakan nyeri
pemberian
obat
alergi
Dengan
sebelum
dokter
akan
tindakan yang tepat
karakteristik,
maka
membantu memilih
Tentukan lokasi,
derajat
Dengan nyeri
setelah Analgesik
status
mengetahuinya tipe
rasa Pemberian
nyeri berkurang
Mengontrol nyeri
menentukan
tanda nyeri )
dan
pencahayaan dan
sumber
dan
otot,
sendi
untuk
,frekuensi
Menurunkan ketegangan
presipitasi nyeri
,intensitas
nyaman
analgesik
Mengetahui
bahwa
yang
diperlukan
tindakan
atau
kombinasi
diberikan
dari
analgesik
yang adalah
benar
ketika pemberian
Mengetahui adanya
lebih dari satu
riwayat
Tentukan pilihan
terhadap obat untuk
analgesik
mempermudah
tergantung dan nyeri
tipe
alergi
pemberian
beratnya
obat
selanjutnya
Analgesik yang tepat membantu mempercepat penurunan nyeri
Analgesik
yang
diberi sesuai dosis tidak
akan
memberikan
efek
samping
yang
berlebih
Analgesik sesuai kondisi,
yang denagn akan
membantu mengurangi nyeri. D. Implementasi Keperawatan Menurut Patricia A. Potter (2005), Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun / ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada pasien. Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat : 1. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan 2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan 3. Menyiapkan lingkungan terapeutik 4. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari 5. Memberikan asuhan keperawatan langsung 6. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya. Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien, menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada, mengidentifikasi area dimana bantuan dibutuhkan untuk mengimplementasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan. Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan tambahan keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, Prosedur spesifik dan respon klien terhadap asuhan keperawatan atau juga perawat bisa mendelegasikan implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk memastikan bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan tugas sesuai dengan standar keperawatan. E. Evaluasi
Menurut Patricia A. Potter (2005), Evaluasi merupakan proses yang dilakukan untuk menilai pencapaian tujuan atau menilai respon klien terhadap tindakan leperawatan seberapa jauh tujuan keperawatan telah terpenuhi. Pada umumnya evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Dalam evalusi kuantitatif yang dinilai adalah kuatitas atau jumlah kegiatan keperawatan yang telah ditentukan sedangkan evaluasi kualitatif difokoskan pada masalah satu dari tiga dimensi struktur atau sumber, dimensi proses dan dimensi hasil tindakan yang dilakukan. Adapun langkah-langkah evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan data keperawatan pasien 2. Menafsirkan (menginterpretasikan) perkembangan pasien 3. Membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dengan menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan 4. Mengukur dan membandingkan perkembangan pasien dengan standar normal yang berlaku.