LP Partus Kala II Lama by Sifa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAAN PENDAHULUAN POST PARTUM DENGAN KALA II LAMA



I. Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita A. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita



Gambar 1.1 Sistem reproduksi wanita (Hadijono,2008)



1) Anatomi sistem reproduksi bagian luar: a) Mons pubis / Mons pubis / mons veneris Lapisan lemak di bagian anterior simfisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis. b) Labia mayora Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.



Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior). c) Labia minora Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf. d) Clitoris Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog



embriologik



dengan



penis



pada



pria.



Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif. e) Vestibulum Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis. f) Vagina Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. g) Perineum Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis



transversus



profunda,



m.constrictor



urethra).



Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.



2) Anatomi sistem reproduksi bagian dalam a) Uterus Fungsi: tempat menerima, mempertahankan dan memberi makan ovum yang telah dibuahi. Bagian-bagian: a. Fundus : terletak di atas muara tuba uterine b. Corpus : terletak dibawah bagian tuba uterine c. Cervix : bagian bawah korpus yang menyempit b) Tuba Faloppi Fungsi: a. Menerima ovum dari ovarium b. Saluran yang dilalui spermatozoa untuk mencapai ovum c. Tempat terjadinya fertilisasi (biasanya terjadi di ampulla) d. Menyediakan makanan untuk ovum yang terfertilisasi dan membawanya ke cavitas uteri c) Ovarium Fungsi Ovarium: a. Mengembangkan dan mengeluarkan ovum b. Menghasilkan hormon steroid



II. KONSEP NIFAS A. PENGERTIAN Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil) yang berlangsung kurang lebih 6 minggu (Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2009). Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organorgan reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini memerlukan waktu 6 minggu. (Farrer, 2010)



B. TUJUAN PERAWATAN MASA POST PARTUM 1.



Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis



2.



Melaksanakan



skrinning



yang



komprehensif,



mendeteksi



masalah,



mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. 3.



Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat.



4.



Memberikan pelayanan KB.



C. PERIODE NIFAS 1.



Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari



2.



Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu



3.



Remote Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan ada komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.



D. PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI 1.



Involusi rahim. Setelah 2 hari uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 uterus tidak terba lagi dari luar.



2.



Involusi tempat placenta. Mengecil dengan cepat pada akhir minggu ke-2 yaitu 3-4 cm dan pada akhir masa nifas 1 – 2 cm.



3.



Pembuluh darah rahim. Setelah persalinan pembuluh-pembuluh darah akan mengecil kembali karena darah yang diperlukan tidak sebanyak waktu hamil.



4.



Servik dan vagina. Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari



saja dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis serfikalis. Pada servik terbentuk sel-sel otot baru, pada minggu ketiga post partum rugae kembali nampak, luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari. 5.



Dinding perut dan peritonium. Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, namun berangsur-angsur akan pulih kembali dalam 6 minggu.



6.



Saluran kencing. Dapat terjadi udem, dan hyperemia, pada masa nifas (puerperium) kandung kemih kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah sehingga kandung kencing masih terdapat urine residual. Sisa urine dan trauma kandung kemih waktu persalinan akan memudahkan terjadinya infeksi.



7.



Laktasi. Keadaan buah dada / payudara 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Buah dada belum mengandung susumelainkan kolostrum. Mulai 3 hari post partum buah dada membesar, keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu dan kalau areola mamae dipijat, keluarlah cairan putih dari puting susu.



8.



Lochea. Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam nifas. Macam-macam lochea : a.



Lochea rubra (hari 1 - 4). Jumlahnya sedang, berwarna merah dan terutama darah



b.



Lochea serosa (hari 4 – 8). Jumlahnya berkurang dan berwarna merah muda (hemoserosa)



c.



Lochea alba (hari 8 – 14). Jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir tidak berwarna



d.



Lochea purulenta. Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk.



9.



Perubahan-perubahan penting lainya a.



Hemokonsentrasi. Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt antara sirkulasi ibu dan plasenta, setelah



melahirkan shunt akan hilang secara tiba-tiba, sehingga volume darah ibu relatif akan bertambah dan dapat menimbulkan beban pada jantung sehingga dapat menimbulkan decompensasi cordis. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi timbulnya hemokonsentrassi. Hal ini terjadi pada hari ke 3 sampai 15 hari post partum. b.



Laktasi. Sejak kehamilan muda sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar mamae, perubahan pada kedua mammae antara lain : 1) Proliferasi jaringan, terutama kelenjar – kelenjar dan alveolus mammae dan lemak. 2) Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan berwarna kuning (kolostrum). 3) Hipervaskularisasi, terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mammae. 4) Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofise hilang dan berpengaruh timbulnya hormon laktogenic (prolaktin), sehingga mammae yang terlah dipersiapkan terpengaruhi dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu. Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran air susu yang berlangsung pada hari 2-3 post partum.



E. MASALAH PSIKOLOGIS YANG SERING TERJADI Kehamilan, kelahiran dan perubahan menjadi orang tua menyebabkan terjadinya keadaan krisis yang membutuhkan adaptasi, apabila adaptasi tersebut tidak berhasil, maka wanita tersebut akan mengalami depresi. Masalah kesehatan jiwa yang sering dialami wanita yaitu : 1. Post Partum Blues. Merupakan depresi pada masa kehamilan, relative rendah namun meningkat dalam 12 bulan pertama setelah melahirkan. Umumnya gejala terjadi antara hari ke 3 sampai hari ke 10, seperti menangis,



sangat



lelah,



insomnia,



mudah



tersinggung,



sulit



konsentrasi. Berakhir dalam 24 – 48 jam. Ada korelasi positif dengan



riwayat ketegangan sebelum menstruasi dan keadaan hormonal yang tidak stabil. 2. Depresi Post Partum. Sama dengan gejala depresi yang dialami dalam kehidupan pada waktu lain. Gejala umumnya terjadi pada 3 bulan pertama setelah melahirkan atau sampai bayi berusia 1 tahun. Kemungkinan penyebabnya biologis, psikososial & sosial. Dialami sekitar 20% ibu post partum. Ada korelasi positif dengan : BBL bayi rendah, masalah perilaku, keluhan somatik, pola pertumbuhan buruk. Akibatnya bisa menimpa ibu maupun anak & dapat terus terjadi sampai tahun kedua setelah kelahiran. 3. Post Partum Psikosis. Jarang terjadi, gejala terlihat dalam 3 – 4 minggu setelah melahirkan. Gejala seperti delusi dan halusinasi, penyebab pasti belum diketahui. Hal ini biasanya dialami oleh ibu yang mengalami keguguran atau kematian bayi dalam kandungan/setelah dilahirkan.



F. PENANGANAN MASA NIFAS (PUERPERIUM) 1.



Kebersihan diri a. Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah alat kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa klien mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar. c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2x sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika. d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.



2.



Istirahat a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan berlebihan.



b. Sarankan untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur. c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam: Mengurangi jumlah asi yang



diproduksi,



memperbanyak



Memperlambat



perdarahan,



dan



proses



involusi



menyebabkan



uterus



dan



depresi



dan



ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. 3.



Latihan a. Diskusikan pentingnya otot-otot panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada panggul. b. Jelaskan pentingnya latihan untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul (kelgel exercise). Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.



4.



Gizi a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari. b. Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui. d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari post partum. e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayi melalui air asinya.



5.



Perawatan payudara a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama pada puting susu b. Menggunakan Bra yang menyokong payudara c. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali menyusui. Tetap menyusui dimulai dari puting susu yang tidak lecet.



d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan menggunakan sendok. e. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet. f. Urut payudara dari arah pangkal menuju puting susu dan gunakan sisi tangan untuk mengurut payudara. g. Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak. h. Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI, sisanya keluarkan dengan tangan. i. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui. 6.



Senggama a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri b. Banyaknya budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai pada masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.



II. KONSEP PARTUS KALA II LAMA A. DEFINISI Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin, 2012). Persalinan lama disebut juga “distosia”, didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal atau sulit. Kala II lama (Prolonged Second Stage) diartikan sebagai memanjangnya waktu kala II dimana pada primigravida berlangsung lebih dari 2 jam dan pada multipara berlangsung lebih dari 1 jam. Menurut AGOG (American Congress of Obstetricians and Gynecologists), kala II lama didefiniskan sebagai tidak adanya kemajuan pada kala II dengan batasan waktu dilakukan pimpinan persalinan sebagai berikut: persalinan dengan anestesi epidural pada nullipara



yang berlangsung lebih 3 jam dan multipara berlangsung lebih 2 jam, sedangkan untuk persalinan tanpa anestesi epidural nullipara berlangsung lebih 2 jam dan multipara berlangsung 1 jam.



B. ETIOLOGI Penyebab partus lama adalah multi kompleks, yang berhubungan dengan pengawasan pada waktu hamil dan penatalaksanaan pertolongan persalinan. Penatalaksanaan persalinan yang tidak adekuat, dapat disebabkan oleh : a.



Ketidaktahuan



b.



Ketidaksabaran



c.



Keterlambatan merujuk Terdapat beberapa faktor yang merupakan faktor predisposisi untuk



terjadinya partus lama antara lain : 1.



Faktor tenaga (Power) His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi, sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan. Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua. Pada multipara lebih banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri. Faktor herediter mungkin juga memegang peranan dalam his. Faktor emosi, ketakutan, dan ibu yang mengalami ansietas juga memegang peranan penting. Salah satu sebab yang penting dalam kelainan his, khususnya inersia uteri, ialah apabila bagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus seperti misalnya pada kelainan letak janin atau pada disporposi sefalopelvik. Peregangan rahim yang berlebihan pada



kehamilan ganda maupun hidramnion juga dapat



merupakan penyebab dari inersia uteri yang murni. Gangguan dalam pembentukan uterus dalam masa embrional, misalnya uterus bikornis , dapat



pula mengakibatkan kelainan his. Akan tetapi pada sebagian kasus, kurang lebih separuhnya, penyebab inersia uteri ini tidak diketahui. Kekuatan gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot abdomen dapat terganggu secara bermakna sehingga bayi tidak dapat lahir secara spontan melalui vagina. Sedasi berat atau anestesia regional, epidural lumbal, kaudal, atau intratekal kemungkinan besar mengurangi dorongan refleks untuk mengejan, dan pada saat yang sama mungkin mengurangi kemampuan pasien mengontraksikan otot-otot abdomen. Pada beberapa kasus, keinginan alami untuk mengejan dikalahkan oleh menghebatnya nyeri yang timbul akibat mengejan. 2.



Faktor panggul (Passege) Panggul menurut morfologinya dibagi dalam 4 jenis pokok yaitu : panggul ginekoid, panggul antropoid, panggul android, panggul platipeloid. Pada panggul dengan ukuran normal, apapun jenis pokoknya, kelahiran pervaginam janin dengan berat badan yang normal tidak akan mengalami kesukaran. Akan tetapi karena pengaruh gizi, lingkungan, atau hal-hal lain, ukuran-ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil daripada standar normal, sehingga bisa terjadi kesulitan dalam persalinan pervaginam. Terutama kelainan pada panggul android dapat menimbulkan distosia yang sukar diatasi Di samping panggul-panggul sempit karena ukuran-ukuran pada 4 jenis pokok tersebut di atas kurang dari normal, terdapat pula panggulpanggul sempit yang lain, yang umumnya juga disertai perubahan dalam bentuknya. Menurut klasifikasi yang dianjurkan oleh Munro Kerr, kelainan panggul ini dapat digolongkan sebagai berikut : 1) Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intrauterin : a) Panggul Naegele b) Panggul Robert c) Split pelvis d) Panggul asimilasi



2) Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang-tulang panggul dan/atau sendi panggul : a) Rakitis b) Osteomalasia c) Neoplasma d) Fraktur e) Atrofi, nekrosis f)



Penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea



3) Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang : a) Kifosis b) Skoliosis c) Spondilolistesis 4) Perubahan bentuk karena penyakit kaki : a) Koksitis b) luksasio koksa c) atrofi atau kelumpuhan satu kaki Pemeriksaan umum kadang-kadang membawa pikiran ke arah kemungkinan kesempitan panggul. Sebagaimana adanya tuberculosis pada kolumna vertebra atau pada panggul, luksasio koksa kengenitalis dan poliomyelitis dalam anamnesis member petunjuk pentingkan. Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan catra pemeriksaan yang penting untuk mendapatkan keterangan lebih banyak tentang keadaan panggul. Pelvimetri luar tidak banyak artinya, kecuali untuk pengukuran pintu bawah panggul, dan dalam beberapa hal penting seperti panggul miring. Pelvimetri dalam dengan tangan mempunyai arti yang penting untuk menilai secara agak kasar pintu atas panggul serta panggul tengah dan untuk member gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul. Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang tidak kurang penting ialah hubungan kepala janin dengan panggul ibu.



Besarnya kepala janin dalam perbandingan dengan luasnya panggul ibu menentukan adanya disproporsi sepalopelvik atau tidak. Pada hamil tua dengan janin dalam presentasi kepala dapat dinilai agak kasar adanya disproporsi sepalopelvik dan kemungkinan mengatasinya. Salah satu pemeriksaan yang dikenal adalah metode Muller Munrokerr yaitu tangan yang satu memegang kepala janin dan menekannya kearah rongga panggul sedang dua jari tangan yang lain dimasukkan kedalam rongga vagina untuk menentukan sampai seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut. Kesempitan panggul dapat ditemukan pada satu bidang atau lebih. Kesempitan pada panggul tengah umumnya juga disertai kesempitan pintu bawah panggul. Kesempitan Pada Pintu Atas Panggul Pintu atas panggul dikatakan sempit apabila konjugata vera kurang dari 10 cm atau diameter transfersal kurang dari 12 cm. kesempitan pada konjugata vera pada umumnya lebih menguntungkan daripada kesempitan pada semua ukuran (panggul sempit seluruhnya) oleh karena pada panggul sempit kemungkinan lebih besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini servik uteri kurang mengalami penekanan kepala. Hal ini dapat mengakibatkan inersia uteri serta lambannya pendataran dan pembukaan servik. Kesempitan Panggul Tengah Dengan sacrum melengkung sempurna dinding-dinding panggul tidak berkonvegensi, foramen ischiadikus mayor cukup luas dan spina ischiadika tidak menonjol kedalam dan dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin. Ukuran terpenting yang hanya bisa ditetapkan dengan pelvimetrirontenologik ialah distansia interpinarum. Apabila ukuran ini kurang dari 9,5 cm perlu kita waspada terhadap kemungkinan kesukaran pada persalinan, apalagi bila diameter sagitalis posterior pendek pula. Pada panggul tengah yang sempit, lebih



sering ditemukan posisi oksipitalis posterior persisten atau presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (tranverse arrest). Kesempitan Pintu Bawah Panggul Pintu bawah panggul tidak merupakan bidang yang datar, tetapi terdiri atas segi tiga depan dan segi tiga belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni distansia tuberum. Apabila ukuran yang terakhir ini lebih kecil daripada biasa, maka sudut arkus pubis mengecil pula (kurang dari 80 '). Agar supaya dalam hal ini kepala janin dapat lahir, diperlukan ruangan yang lebih besar pada belakang pintu bawah panggul. Dengan diameter sagitalis posterior yang cukup panjang, persalinan pervaginam dapat dilaksanakan, walaupun dengn perlukaan luas pada perineum. Apabila persalinan dengan



disproporsi



sefalopelvik



dibiarkan



berlangsung sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi ibu dan janin. Bahaya bagi ibu antara lain dapat terjadi partus lama yang disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil, dapat menimbulkan dehidradrasi serta asidosis dan infeksi intrapartum. Dengan his yang kuat sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat timbul regangan segmen bawah rahim dan pembentukan lingkaran retraksi patologis (bandl) yang mengancam timbulnya rupture uterus. Selain itu, disproposi ini, jalan lahir pada suatu tempat dapat mengalami suatu penekanan yang lama sehingga terjadi iskemia dan nekrosis pada tempat tersebut. Sedangkan bahaya bagi janin dapat menimbulkan kematian perianal, prolapsus funikuli serta dapat menimbulkan moulage pada kepala janin. 3.



Faktor janin (Passanger) Terdapat adanya kelainan letak seperti misalnya posisi oksipital posterior persisten ( POPP ), presentasi puncak kepala, presentasi muka, presentasi dahi, letak sungsang, presentasi ganda. Terdapat kelainan dalam bentuk janin seperti misalnya pertumbuhan janin yang berlebihan,



hidrosefalus, kelainan bentuk janin antara lain seperti janin kembar melekat, janin dengan perut besar. Tumor lain pada janin. 4.



Faktor penolong (Provider) : pimpinan persalinan yang salah.



C. MANIFETASI KLINIS Gejala klinis terjadinya kala 2 lama dapat dijumpai pada ibu dan janin. Gejala klinis yang dapat dijumpai pada ibu meliputi: 1.



Tanda-tanda kelelahan dan dehidrasi dari ibu (nadi cepat dan lemah, perut kembung, demam, nafas yang cepat dan his hilang dan lemah)



2.



Vulva edema



3.



Cincin retraksi patologi Brandl. Sering timbul akibat persalinan yang terhambat disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus, dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.



Gejala Klinis yang dapat ditemui pada janin: 1.



Denyut jantung janin cepat, hebat, tidak teratur, bahkan negatif



2.



Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.



3.



Kaput suksedaneum yang besar. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan



kesalahan



diagnostik



yang



serius.



Biasanya



kaput



suksedaneum, bahkan yang besar sekalipun, akan menghilang dalam beberapa hari. 4.



Moulase kepala yang hebat akibat tekanan his yang kuat, tulang tengkorak saling bertumpang tindih satu sama lain.



5.



Kematian janin dalam kandungan atau intra uterine fetal death (IUFD).



D. PATOFISIOLOGI 1) Narasi Ada 4 faktor yang mempengaruhi proses persalinan kelahiran yaitu passenger (penumpang yaitu janin dan placenta), passagway (jalan lahir), powers (kekuatan) posisi ibu dan psikologi (Farrer, 1999). 1. Penumpang cara penumpang atau janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. 2. Jalan lahir Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu lebih berperan dalam proses persalinan janin. Maka dari itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan. 3. Kekuatan ibu (powers) Kekuatan ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter. Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan, posisi tegak memberi sejumlah keuntungan yaitu rasa letih hilang, merasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi. Pada kala II memanjang upaya mengedan ibu menambahi resiko pada bayi karena mengurangi jumlah oksigen ke placenta dianjurkan mengedan secara spontan jika tidak ada kemajuan penurunan kepala maka dilakukan ektraksi vakum untuk menyelamatkan janin dan ibunya (Simkin, 2010). Dengan tindakan vakum ekstraksi dapat menimbulkan komplikasi pada ibu seperti robekan pada servik uteri dan robekan pada dinding vagina. Robekan servik (trauma jalan lahir) dapat menyebabkan nyeri dan resiko terjadinya infeksi (Doenges, 2001) dan komplikasi pada janin dapat menyebabkan subgaleal hematoma yang dapat menimbulkan ikterus



neonatorum jika fungsi hepar belum matur dan terjadi nekrosis kulit kepala yang menimbulkan alopenia (Prawirohardjo, 2002).



2) Skema



Kelainan tenaga/his



Kelainan jalan lahir



Kelainan janin



Kala II lama



Kontraksi uterus



Dorongan fetus ke uterus dan serviks



Dorong kuat pada janin ke arah serviks dan perinium



regangan pada uterus dan serviks ↑



Terjadi peregangan yang sangat besar di daerah serviks&perinium



Perangansangan reseptor nyeri pada uterus dan serviks



Resiko Kerusakan Integritas Kulit (Ibu)



Kelelahan Pada ibu pada kala I



Upaya meneran lemah dan terputus putus



Tahanan serviks terhadap janin



Janin terjepit di jalan lahir



Risiko Cidera Janin Nyeri



E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1.



Pemeriksaan USG (Ultrasonografi) adalah pemeriksaan janin menggunakan frekuensi gelombang suara tinggi yang dipantulkan ke tubuh untuk mengetahui gambaran rahim yang disebut sonogram.



2.



Pemeriksaan Laboratorium adalah pemeriksaan untuk mendapat informasi tentang kesehatan pasien.



3.



Pemeriksaan klinik berupa: pemeriksaan kandung kemih, palpasi abdomen, dan pemeriksaan dalam (evaluasi pelvik, imbangan feto pelvik/penentuan CPD, maupun ada tidaknya tumor pada jalan lahir)



F. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan kala II memanjang yaitu dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forceps, sectio caesaria, dan lain-lain. Penatalaksanaannya yaitu sebagai berikut : 1.



Tetap melakukan Asuhan Sayang Ibu, yaitu : a)



Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan dan kelahiran bayinya. Alasan : Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses persalinan (Enkin, et al, 2009).



b) Anjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan. Alasan : Ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Cukupnya asupan cairan dapat mencegah ibu mengalami hal tersebut (Enkin, et al, 2009). c)



Ada kalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala II persalinan. Berikan rasa aman dan semangat serta tentramkan hatinya selama proses persalinan berlangsung. Dukungan dan perhatian akan mengurangi perasaan tegang, membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayinya. Beri penjelasan tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan setiap kali penolong akan melakukannya, jawab aetiap pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan



bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan (misalnya TD, DJJ, periksa dalam) 2. Melakukan kala II persalinan a)



Cuci tangan (Gunakan sabun dan air bersih yang mengalir)



b) Pakai sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam c)



Beritahu ibu saat, prosedur dan tujuan periksa dalam



d) Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan sudah lengkap (10cm) lalu lepaskan sarung tangan sesuai prosedur e)



Jika pembukaan belum lengkap, tentramkan ibu dan bantu ibu mencari posisi nyaman (bila ingin berbaring) atau berjalan-jalan disekitar ruang bersalin. Ajarkan cara bernafas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayinya dan catatkan semua temuan dalam partograf



f)



Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap, beritahukan belum saatnya untuk meneran, beri semangat dan ajarkan cara bernafas cepat selama kontraksi berlangsung. Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman dan beritahukan untuk menehan diri untuk meneran hingga penolong memberitahukan saat yang tepat untuk itu.



g) Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan benar dan mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu untuk membantu dan mendukung usahanya. Catatkan hasil pemantauan dalam partograf. Beri cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu dapat beristirahat disetiap kontraksi. h) Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran, bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila masih mampu, anjurkan untuk berjalan-jalan). Posisi berdiri dapat membantu penurunan bayi yang berlanjut dengan dorongan untuk meneran. Ajarkan cara bernafas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayi dan catatkan semua temuan dalam partograf.



i)



Berikan cukup cairan dan anjurkan / perbolehkan ibu untuk berkemih sesuai kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15 menit, stimulasi puting susu mungkin dapat meningkatkan kekuatan dan kualitas kontraksi.



j)



Jika ibu tidak ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan lengkap, anjurkan ibu untuk mulai meneran disetiap puncak kontraksi.



k) Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau jika kelahiran bayi tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak turunnya kepala bayi mungkin disebabkan oleh disproporsi kepalapanggul (CPD). l)



Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah oksigen ke plasenta. Dianjurkan mengedan secara spontan (mengedan dan menahan nafas terlalu lama, tidak dianjurkan)



3. Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan infus oksitosin 4. Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala : a)



Jika kepala tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala di stasion (O), lakukan ekstraksi vakum atau cunam



b) Jika kepala diantara 1/5-3/5 di atas simfisis pubis, atau bagian tulang kepala di antara stasion (O)-(-2), lakukan ekstraksi vakum c)



Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang kepala di atas stasion (-2) lakukan seksio caesarea.



III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGAMATAN PADA MASA NIFAS 1. Keadaan umum ibu 2. Suhu tubuh 3. Nadi dan tekanan darah 4. Miksi 5. Defekasi 6. Tinggi fundus uteri



7. Lochea 8. Payudar



B. PEMERIKSAAAN POST NATAL ATAU POST PARTUM 1. Pemeriksaan umum : tanda-tanda vital, keluhan 2. Payudara : ASI, puting susu 3. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum, dll 4. Sekret yang keluar (lochea, fluor albus) 5. Keadaan alat reproduksi



C. PENGKAJIAN 1. Keluhan Utama : Sakit perut , perdarahan , nyeri pada luka jahitan , takut bergerak 2. Riwayat Kehamilan : Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai 3. Riwayat Persalinan a. Tempat persalinan b. Normal atau terdapat komplikasi c. Keadaan bayi d. Keadaan ibu 4. Riwayat Nifas Yang Lalu a. Pengeluaran ASI lancar / tidak b. BB bayi c. Riwayat ber KB / tidak 5. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum pasien b. Abdomen c. Saluran cerna d. Alat kemih e. Lochea f. Vagina g. Perinium + rectum



h. Ekstremitas i. Kemampuan perawatan diri 6. Pemeriksaan psikososial a. Respon + persepsi keluarga b. Status psikologis ayah , respon keluarga terhadap bayi



D. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Nyeri akut berhubungan dengan proses persalinan b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai cara meneran c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (vakum ekstraksi) d. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan



E. RENCANA KEPERAWATAN 1. Nyeri b/d perubahan fisik, pengaruh hormonal. Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri berkurang. Intervensi: a. Kaji secara terus menerus ketidaknyamanan klien.



Rasional: data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan. b. Kaji status pernapasan klien.



Rasional: penurunan kapasitas pernapasan saat uterus menekan diafragma, mengakibatkan dispnea khususnya pada multigravida, yang tidak mengalami



kelegaan dengan ikatan



antara bayi



dalam



kandungannya. c. Perhatikan adanya keluhan ketegangan pada punggung dan perubahan



cara jalan. Rasional: lordosis dan regangan otot disebabkan pengaruh hormone (relaxing-progesteron) pada sambungan pelvis dan perpindahan pusat gravitasi sesuai dengan pembesaran uterus.



2. Ansietas b/d adanya faktor-faktor resiko khusus, krisis situasi, ancaman pada konsep diri, konflik disadari dan tidak disadari tentang nilai-nilai esensial dan tujuan hidup, kurang informasi. Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kecemasan berkurang/hilang. Intervensi: a. Kaji, sifat, sumber dan manifestasi kecemasan. Rasional: mengidentifikasi perhatian pada bagian khusus dan menentukan arah dan kemungkinan pilihan/ intervensi. b. Berikan informasi tentang penyimpangan genetic khusus, resiko yang dalam reproduksi dan ketersediaan tindakan/pilihan diagnosa. Rasional:



dapat



menghilangkan



ansietas



berkenaan



dengan



ketidaktahuan dan membantu keluarga mengenai stress, membuat keputusan, dan beradaptasi secara positif terhadap pilihan. c. Kembangkan sikap berbagi rasa secara terus menerus. Rasional: kesempatan bagi klien/pasangan untuk memuji pemecahan situasi. Tingkat kecemasan biasanya lebih tinggi pada pasangan yang telah melahirkan anak dengan penyimpangan kromosom. d. Berikan bimbingan antisipasi dalam hal perubahan fisik/psikologis. Rasional: dapat menghilangkan kecemasan/ depresi pada pasangan. 3.



Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan. Intervensi: a. Monitor TTV Rasional: Perubahan dapat menjadi indikasi hipovolemia b. Evaluasi turgor kulit, capiler refill, dan kondisi mukosa. Rasional: Sebagai indikator status dehidrasi c. Perhatikan mukosa dari ptechie, ecchymosis, perdarahan gusi. Rasional: Penekanan bone narrow dan produksi platelet yang rendah beresiko menimbulkan perdarahan yang tak terkontrol. d. Lakukan pemasangan IV line Rasional: Untuk mempertahankan kebutuhan cairan tubuh.



4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (vakum ekstraksi) a. Tempatkan pada ruang khusus dan batasi pengunjung. Rasional: Menjaga klien dari agent patogen yang dapat menyebabkan infeksi b. Lakukan protap pencucian tangan bagi setiap orang yang kontak dengan klien Rasional: Mencegah infeksi silang c. Monitor vital sign Rasional: Progresive hipertermia sebagai pertanda infeksi atau demam sebagai efek dari pemakaian kemotherapi maupun tranfusi



F. EVALUASI Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi pada ibu masa nifas adalah : 1. Nyeri pasien dapat berkurang / hilang 2. Ansietas pasien dapat teratasi 3. Resiko infeksi tidak terjadi 4. Keseimbangan cairan dan elektrolit pasien terpenuhi



REFERENSI Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka https://www.scribd.com/doc/218150715/Laporan-Pendahuluan-Kala-II-Lama. Diakses pada tanggal 10 desember 2017. https://www.scribd.com/doc/99869042/Laporan-Pendahuluan-partus-kala-ii-lama. Diakses pada tanggal 10 desember 2017. Johnson, Joyce Y (2014). Keperawatan Maternitas DeMYSTiFied.Yogyakarta : Rapha Publishing. Kusuma, H & Nurarif, A. H (2014). Handbook for health student. Yogyakarta : Media action Publishing